Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

STRATEGI PEMBELAJARAN BIOLOGI


“Observasi problematika Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry Oleh
Guru Biologi Di SMA Negeri 1 Kolaka”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 9

ANA VALENTINA (211430748)


ANRY IRAWAN (211410733)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER
KOLAKA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala ridho dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Strategi Pembelajaran Biologi ini. Shalawat serta
salam mudah-mudahan tercurah limpahkan kepada junjungan kita sekalian yaitu Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan umumnya kepada kita semua
selaku penerus risalahnya hingga akhir zaman, aamiin.
Penulisan laporan Strategi Pembelajaran Biologi ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat Tugas Akhir Semester pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Biologi. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini baik dalam bentuk materi atau
pemikiran yang diberikan, terhusus kepada Ibu Ernawati, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Strategi Pembelajaran Biologi. Semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar laporan ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Kolaka, 27 Juni 2023

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

3
A. Latar belakang
Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2010:61) adalah ”suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan”. Lingkungan
belajar hendaknya dikelola dengan baik karena pembelajaran memiliki peranan penting
dalam pendidikan. Sejalan dengan pendapat Sagala (2010: 61) bahwa pembelajaran adalah
”membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan”.
Konsep model pembalajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Menurut Komalasari (2010: 58-88) jenis-jenis model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran, antara lain: Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-based Learning), Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning),Model Pembelajaran Pelayanan
(Service Learning), Model Pembelajaran Berbasis Kerja, Model Pembelajaran Konsep
(Concept Learning), dan Model Pembelajaran Nilai (Value Learning). Berdasarkan jenis-
jenis model pembelajaran, pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat
merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan metode pembelajaran menurut Djamarah, SB. (2006: 46) ”suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan’. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaannya bervariasi sesuai yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.
Pada observasi yang telah kami lakukan berupa wawancara bersama salah satu Guru
Biologi di SMA Negeri 1 Kolaka yang mengajar di kelas X, menggunakan model
pembelajaran Inquiry dengan metode diskusi kelompok dan ceramah+ 10% ketika mengajar
di dalam kelas. Menurut Wardoyo (2023) pembelajaran Inquiry adalah sebuah aktivitas yang
melibatkan adanya proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban atas permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan berbagai sumber
informasi sebagai pendukung.
Pada penerapannya, kadang kali Guru tersebut mengalami kesulitan-kesulitan. Mulai dari
materi yang tidak dipahami oleh siswa ketika menggunakan model pembelajaran Inquiry,
siswa hanya diam ketika diskusi, tidak aktif dan kurang berinteraksi baik itu antara siswa
dengan siswa maupun siswa dengan Guru, sehingga Guru harus memikirkan lagi model

4
yang sesuai agar siswa dapat lebih paham dengan materi yang diajarkan serta lebih aktif.
Menurut kami model pembelajaranInquiry sudah cocok namun dalam menjalankan model
ini seharusnya di perhartikan lagi materi yang dibawahkan, karena tidak semua materi sangat
cocok dengan model Inquiry ini. Salah pilih model dapat berdampak dalam pemahaman
siswa yang di ajar, sehingga dengan pemilihan model yang tepat pastinya mempermudah
siswa untuk memahami materi yang diajarkan. Selain itu dalam penerapannya harus
memperhatikan sintaks-nya dalam menjalankan suatu model pembelajaran, jangan hanya
asal menggunkan model. Metode yang digunakan juga seharusnya diperhatikan, menurut
kami metode yang digunakan masih kurang, seharusnnya ditambahkan lagi metode seperti
observasi, penugasan dan lain-lainnya.
Meskipun dalam penerapan model pembelajaranInquiry di kelas X ini menghadapi
beberapa kesulitan namun kelompok kami berpendapat bahwa model pembelajaranInquiry
ini merupakan model yang cocok untuk diterapkan di kelas X. Mengingat materi di kelas X
merupakan pengenalan Biologi dan materi dasar/umum, sehingga model Inquiry-lah yang
cocok menurut kami. Model pembelajaranInquiry terbagi menjadi tiga berdasarkan besarnya
intervensi Guru terhadap Siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh Guru kepada
siswanya. Ketiga jenis pendekatan Inquiry tersebut adalah InquiryTerbimbing, Inquirybebas,
dan Inquiry bebas yang dimodifikasi (Sudrajat, 2011).
Diantara ketiga model pembelajaranInquiry ini, model pembelajaranInquiryTerbimbing
merupakan model yang kami anggap paling cocok. Seperti yang kita ketahui siswa kelas X
merupakan siswa yang baru pertama kali belajar mata pelajaran Biologi yang dimana
sebelumnya ketika di SMP hanya mempelajari IPA Terpadu. Sehingga siswa masih
memerlukan bimbingan dalam mempelajari materi biologi yang ada di SMA tepatnya kelas
X.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model pembelajaran Inquiry dan InquiryTerbimbing?
2. Bagaimana sintaks dari model pembelajaranInquiryTerbimbing?
3. Apa-apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaranInquiryTerbimbing?
4. Bagaimana contoh penerapan model pembelajaranInquiryTerbimbing di kelas X?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu model pembelajaranInquiry dan InquiryTerbimbing
2. Mengetahui bagaimana sintaks dari model pembelajaranInquiryTerbimbing
3. Mengetahui apa-apa saja kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaranInquiryTerbimbing
4. Mengetahui bagaimana contoh penerapan model pembelajaranInquiryTerbimbing di
kelas

BAB II METODOLOGI PELAKSANAAN

5
A. Metodologi
a. Wawancara
Pada observasi yang telah kami lakukan digunakan metode wawancara bersama Guru
Biologi di SMANegeri 1 Kolaka sabagai narasumber dalam penyusunan laporan.
Wawancara kepada narasumber bertujuan untuk mendapatkan informasi dimana sang
pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab narasumber.
b. Dokumentasi
Selain wawancara, dilakukan juga pengambilan dukumentasi. Dalam hal ini kami
mengambil dokumentasi berupa foto dan rekaman suara saat pelaksanaan wawancara
sebagai bahan pendukung untuk menguatkan hasil pembuatan laporan.
B. Waktu dan Tempat
Observasi dilakukan pada hari Rabu 24Mei 2023 Pukul 10:30 WITA,di SMA Negeri 1
Kolaka, jalan Pendidikan No.83, Laloeha, Kecamatan Kolaka, Kabupaten Kolaka, Sulawesi
Tenggara 93561.
C. Sumber Data
Data diperoleh dari hasil observasi berupa wawancara bersama narasumber juga
dokumentasi foto dan rekaman suara.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Dekskripsi Sekolah

SMA Negeri (SMAN) 1 Kolaka, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri
dan merupakan sekolah terfavorit di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara,
Indonesia. Sama dengan SMA pada umumnya, masa pendidikan sekolah di SMANegeri 1
Kolaka ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran yakni mulai dari Kelas X sampai Kelas
XII. SMANegeri 1 Kolaka didirikan pada 31 agustus 1964 dan masih aktif sampai sekarang.
SMANegeri 1 Kolaka memiliki berbagai jurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, dan
Bahasa. Ada berbagai fasilitas yang di sediakan di SMANegeri 1 Kolaka untuk menunjang
kegiatan belajar, fasilitas tersebut antara lain: Kelas, Perpustakaan, Musolah, Laboratorium
(Biologi, Fisika, Kimia, Komputer dan Bahasa), dan Aula serba guna. Selain itu ada juga
ekstrakurikuler, yaitu: OSIS, PMR, Pramuka, Sanggar Seni Teater dan masih banyaklainnya.

B. Model Pembelajaran Inquiry dan InquiryTerbimbing

1. Model PembelajaranInquiry

7
Inquiry yang dalam bahasa Inggris Inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,
penyelidikan (Gulo, 2004:84).  Beberapa pendapat tentang model pembelajaran Inquiry,
antara lain menurut Widja (1989:48) model pembelajaran Inquiry adalah suatu model yang
menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip.
Sumantri (1999:164) menyatakan bahwa model pembelajaran Inquiry adalah cara
penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi
dengan atau tanpa bantuan guru. Model pembelajaran Inquiry adalah porses belajar yang
memberi kesempatan pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problem secara sistematika
yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian (Nasution, 1992:128). Lebih lanjut
dikatakan Model pembelajaran Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuanberpikir kritis dan logis.
Model atau pendekatan pembelajaran Inquiry merupakan salah satu bentuk
pendekatanpembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri utama
yang dimiliki oleh pendekatan Inquiry yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan (menempatkan siswa sebagai subjek belajar),
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (Self Belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,
dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
(Wina Sanjaya, 2009: 196-197).
2. Model Pembelajaran InquiryTerbimbing (guided Inquiry)
Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian dari Model Pembelajaran
Inquiry Terbimbing;
Menurut Bell (2010) InquiryTerbimbing (Guided Inquiry) merupakan model
pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan proses
investigasi untuk mengumpulkan data berupa fakta dan memproses fakta tersebut sehingga
siswa mampu membangun kesimpulan secara mandiri guna menjawab pertanyaan atau
permasalahan yang diajukkan oleh guru (teacherproposed research question). Model
InquiryTerbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam
pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk pada
umumnya diberikan dalam bentuk pertanyaan yang dapat membimbing atau menuntun
siswa.
Thohiron (2009) berpendapat bahwa pembelajaran InquiryTerbimbing yaitu suatu model
pembelajaran Inquiry yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas kepada siswa. Model pembelajaran InquiryTerbimbing merupakan

8
model pembelajaran yang dalam proses pembelajaran guru harus memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang
berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti
kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Jika siswa yang memiliki minat belajar
rendah, jika diberikan model pembelajaran yang menyenangkan dan menuntut keaktifan
siswa, maka secara perlahan akan lebih menimbulkan minat belajar pada diri siswa dan pada
akhirnya bermuara pada hasil belajar yang optimal pula.
Menurut Gulo (2008), InquiryTerbimbing adalah suatu kegiatan belajar yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara
sistematis, logis, analitis, sehingga dengan bimbingan dari guru mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Paidi (2007), InquiryTerbimbing adalah kegiatan Inquiry dimana siswa
diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan
mengambil kesimpulan sendiri mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik,
pertanyaan, dan bahan penunjang, guru hanya fasilitator.
Sanjaya (2010: 196) menyatakan bahwa model pembelajaran InquiryTerbimbing adalah
serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah
yang ditanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara
guru dan siswa.
Menurut Sukma dan Muliati (2016) salah satu pembelajaran yang dapat membantu siswa
untuk mengembangkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritisnya sehingga
siswa menjadi aktif dan pembelajaran menjadi berpusat pada siswa adalah model
pembelajaran InquiryTerbimbing (GuidedInquiry).
Menurut Sanjaya (2005), InquiryTerbimbing adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut Jacobsen, dkk (2009), InquiryTerbimbing adalah model pembelajaran yang
disusun agar dapat menyampaikan konsep dan keterkaitan antara konsep satu dengan
konsep lainnya. Pada saat menerapkan model InquiryTerbimbing, guru akan berperan
sebagai pendidik, mengajarkan contoh-contoh kepada siswanya, dan memberikan
kesimpulan di penutup saat siswanya sudah dapat menerima dan mendeskripsikan materi
yang telah disampaikan oleh guru.
Menurut Hamalik (2001), InquiryTerbimbing adalah model pembelajaran yang
mengharuskan para siswanya untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa
akan melaksanakan eksperimen, sedangkan guru mengarahkan dan memandu mereka untuk
dapat memecahkan masalah.

9
C. SintaksModel pembelajaran InquiryTerbimbing
Nurdyansyah (2016: 149-150) menjelaskan sintaks atau fase pada model pembelajaran
InquiryTerbimbing, yaitu:
1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah Inquiry serta tujuan setiap langkah,
mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam pembelajaran InquiryTerbimbing (GuidedInquiry), oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah
dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari suatu permasalahanyang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran Inquiry. mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis

10
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya
guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Singkatnya berikut hal yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam menjalankan
model pembelajaran InquiryTerbimbing.
a. Yang dilakukan oleh Guru
1) Menyediakan permasalahan untuk diselesaikan atau pertanyaan untuk investigasi.
2) Melibatkan siswa untuk mendesain solusi permasalahan atau menjawab
pertanyaan.
3) Berlaku sebagai fasilitator untuk menyelesaikan masalah.
4) Membuat saran dan menyediakan peralatan yang diperlukan.
5) Menuntun siswa untuk bertanggung jawab dan berbagi dalam mengambil
keputusan antar anggota kelompok.
6) Mengajukan pertanyaan dan mendorong perluasan kemampuan berpikir siswa.
7) Memerintahkan siswa untuk mencari sumber informasi yang lain yang
berhubungan dengan permasalahan.
8) Mengorganisasi siswa untuk mengkomunikasikan hasil penemuannya dan
memberikan penjelasan.
9) Menilai kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan.
b. Yang dilakukan oleh siswa
1) Mendefinisikan parameter dari permasalahan.
2) Mengungkapkan pendapat serta kemungkinan penyebab, prosedur dan solusi dari
permasalahan.
3) Menyeleksi dan mendesain strategi atau perencanaan.
4) Memilih dan menyediakan peralatan yang dibutuhkan.
5) Menerapkan perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan.
6) Menggunakan ketrampilan proses sains untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi tentang permasalahan.
7) Berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman sesama kelompok.
8) Melakukan observasi, mengumpulkan data dan merekam hasil observasi.
9) Mendesain peta/grafik dan tabel untuk mengorganisasi data yang dikumpulkan.
10) Mencari pola dan hubungan dalam data.
11) Membuat kesimpulan dan merumuskan penjelasan.

11
12) Mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil.
13) Menanyakan dan membuat hubungan berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan.
D. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaranInquiryTerbimbing
1. Kelebihan Model pembelajaran InquiryTerbimbing
Menurut Sanjaya ( 2010 : 208 ) dan Sahrul ( 2009 : 54 ), ada beberapa kelebihan
strategi pembelajaran InquiryTerbimbing. Beberapa keunggulan tersebut adalah:
a. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, seingga pembelajaran
melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya mereka.
c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
e. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar
lebih giat lagi.
f. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan
dan minat masing-masing.
g. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta dengan peran
guru yang sangat terbatas.
Suryobroto (2009) menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran
InquiryTerbimbing antara lain:
a. Membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitif
siswa.
b. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya.
c. Menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
d. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuan.
e. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.
f. Strategi ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan kepada mereka
dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
g. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya
belum diketahui.
Menurut Sanjaya (2005), beberapa manfaat dari penerapan strategi belajar
InquiryTerbimbing adalah:

12
a. Strategi ini menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor secara seimbang.
b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
c. Strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat adanya
pengalaman.
d. Strategi ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata.
Menurut Hanafiah (2012), kelebihan metode InquiryTerbimbing adalah sebagai berikut:
a. Membantu siswa untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif.
b. Siswa memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti
dalam pikirannya.
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat
lagi.
d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan
dan minat masing-masing.
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menyelidiki sendiri, karena pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Kekurangan Model pembelajaran InquiryTerbimbing
Selain keungulan, pada pembelajaran InquiryTerbimbing juga terdapat pula
kelemahan yang pasti di hadapi pada proses pembelajaran baik secara proses maupun
teknis, kelemahan pembelajaran InquiryTerbimbing menurut Prambudi (2010 : 43) dan
Sanjaya ( 2010 : 208 ):
a. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar
b. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang seingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah di
tentukan.
c. Selama kriteria keberhasilan belajar di tentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi ini akan sulit di implementasikan oleh
setiap guru.
d. Digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa.
Menurut Hanafiah (2012), kekurangan metode InquiryTerbimbing adalah sebagai
berikut:
a. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.

13
b. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
c. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka model ini akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
d. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
Kekurangan model pembelajaran InquiryTerbimbing menurut (Shoimin, 2014: 87)
yaitu:
a. Memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi.
b. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar dari pemberi informasi menjadi
fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
c. Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.
d. Untuk kelas dengan siswa yang banyak akan merepotkan guru.
Kekurangan model pembelajaran InquiryTerbimbing menurut (Abdul Majid, 2013,
227) yaitu:
a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Siswa belum terbiasa dengan model tersebut, sehingga kesulitan dalam tahap
merencanakan.
c. Butuh waktu yang panjang sehingga sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah
ditentukan.
d. Model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan selama kriteria keberhasilan
belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran.

Berdasarkan jurnal Pembelajaran Inquiry Terbimbing dengan Metode Eksperimen


untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi Siswa SMA. Dikatakan
bahwa model pembelanjaran Inquiry Terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar
siswa dimana penerapan Pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen
dapat meningkatkan keaktifan peserta didik yang mencerminkan motivasi belajar
Biologi, rata-rata indikator keaktifan peserta didik pada siklus I sebesar 54,8%, siklus II
menjadi 82,5% atau meningkat sebesar 27,7%. Penerapan Pembelajaran Inkuiri
terbimbing dengan metode eksperimen dapat meningkatkan ketuntasan belajar Biologi,
pada siklus I sebesar 34,3 %, siklus II menjadi 96% atau meningkat sebesar 61,7%.
Berdasarkan jurnal Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA
Negeri 3 Tana Toraja. Dikatakan Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi
kelas X SMA Negeri 3 Tana Toraja yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

14
terbimbing berada pada kategori tinggi dan Hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berada pada kategori baik.
a. Menyajikan pertanyaan atau masalah.
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di
papan tulis.
b. Membuat hipotesis.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam membentuk hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
c. Merancang percobaan.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkahlangkah
yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan.
d. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi.
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
e. Mengumpulkan dan menganalisis data.
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul.
f. Membuat kesimpulan.
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

15
DAFTAR PUSTAKA

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai