Anda di halaman 1dari 39

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam muatan kurikulum

SMA Negeri 3 Takengon. Disadari bahwa pelajaran matematika cenderung dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, tidak menarik bahkan penuh misteri. Umumnya pembelajaran di SMA Negeri 3 Takengon masih berjalan secara konvensional. Guru belum menggunakan cara pembelajaran yang modern untuk mencapai hasil belajar yang memadai. Penggunaan teknik, metode, dan pendekatan sama sekali belum mendapatkan perhatian guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kondisi tersebut mengakibatkan proses dan hasil belajar masih rendah. Rendahnya hasil belajar terindikasi dengan nilai rata-rata pelajaran matematika hanya memperoleh nilai 55, sedangkan KKM untuk kelas X-1 tahun pelajaran 2011/2012 adalah 65. Di samping nilai rata-rata khususnya pelajaran matematika, rendahnya hasil belajar dengan indikasi siswa yang tuntas dalam belajar baru mencapai 45% siswa sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 55%. Pada kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian tentang rendahnya penguasaan siswa pada materi logaritma, dan yang menjadi focus pada penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada materi logaritma tersebut.

Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa salah satu penyebabnya tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru tersebut diduga akibat kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Hal ini ditandai adanya

kecenderungan guru dalam mengajarkan materi tersebut dengan metode ceramah secara klasikal. Dilandasi keinginan untuk mencari strategi pembelajaran yang tepat dan efisien untuk meningkatkan hasil nilai penguasaan materi logaritma dari siswa SMA Negeri 3 Takengon, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas ini. Peningkatan hasil belajar pada materi logaritma dan efetifitas pembelajaran yang diharapkan oleh peneliti adalah dengan langkah mengarahkan pembelajaran siswa aktif secara kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Selain harapan yang telah disampaikan diatas penelitian ini diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam melakukan pembelajaran dari guru sebagai pusat belajar agar beralih ke siswa. Guna mewujudkan harapan yang diinginkan oleh peneliti seperti di atas maka peneliti menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan teknik pembelajaran kelompok besar dan pembelajaran kelompok kecil

B Rumusan Masalah. Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah :

Apakah melalui strategi pembelajaran aktif dapat meningkatkan penguasaan materi logaritma bagi siswa kelas X-1 di SMA Negeri 3 Takengon?

C Tujuan Penelitian. Tujuan dari pada penelitian yang dilakukan pada kelas X-1 di SMA Negeri 3 Takengon ini adalah : 1 Tujuan Umum : Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan materi logaritma bagi siswa kelas X-1 pada SMA Negeri 3 Takengon. 2 Tujuan Khusu Secara Khusus untuk meningkatkan penguasaan materi logaritma bagi siwa kelas X-1 di SMA Negeri 3 Takengon tahun pelajaran 2011 2012 dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif. D Manfaat Penelitian a. Manfaat Bagi Siswa melalui strategi

1. siswa dapat meningkatkan penguasaan materi logaritma pembelajaran aktif.

2. siswa dapat mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan materi logaritma tersebut dengan secara aktif dalam pembelajaran.

b. 1.

Manfaat Bagi Guru guru mendapatkan suatu strategi pembelajaran yang efektif untuk

mengajarkan materi logaritma bagi siswa kelas X-1

c.
1.

Manfaat bagi sekolah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah

sebagai kontribusi yang positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.


2.

Hasil penelitian ini dapat menjadi dokumentasi sekolah dan juga dapat

sebagai pedoman atau rujukan bagi guru yang akan membuat penelitian tindakan kelas.

BAB II KAJIAN TEORI 1 Strategi Belajar dan Mengajar.

Pada setiap pengajaran ada tujuan yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut kita perlu menyampaikan topik topik yang didalamnya ada konsep konsep yang harus sampai pada siswa, dan untuk itu diperlukan pendekatan tertentu seperti pemecahan masalah , latiahan soal , latih hafal dan mungkin dengan pendekatan yang lainnya. Andi Hakim Nasution ( 1988 : 243 ) menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat komponen pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar. Pada pengajaran matematika sampai sekarang ini masih menggunakan strategi belajar mengajar langsung dan sempit. Maksudnya adlah materi pelajaran yang dibawakan guru itu sempit ( dikumpulkan oleh guru itu sendiri ) , penyajinya guru itu sendiri pendekatan yang digunakan deduktif dan siswa yang menerimanya adalah kelompok besar, padahal bila dilihat dari kombinasi yang ada dalam strategi pembelajaran paling tidak ada 81 kombinasi yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran.

Strategi Pembelajaran Aktif

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita Rosita ( 1995: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya. Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2006:35-41) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu di tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan

papan tulis berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah. Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas. Boakes dalam Marat (1984:110) menyatakan bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (2006:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali halhal baru.

Dari pembahasan di atas, tip tip dibawah ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar: 1) Selalu berpenampilan menarik dan penuh wibawa. Kesan pertama siswa saat bertemu gurunya adalah fisik dari guru tersebut. dengan penampilan yang menarik dan penuh wibawa akan membuat kesan yang positif dari siswa, sehingga dengan mudah guru akan dapat membawa siswa kedalam suasana belajar yang guru inginkan. 2) Manfaatkan pertemuan pertama dengan siswa untuk perkenalan antar warga kelas, tunjukkan cara-cara belajar matematika yang baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait norma-norma yang harus dipatuhi oleh warga kelas. 3) Buatlah formasi tata letak meja, kursi, pajangan dinding, dan perabot kelas yang lain sesuai dengan kesepakatan warga kelas dan kebutuhan. 4) Siapkan semua peralatan yang akan digunakan di dalam ruang kelas sebelum memulai pembelajaran. 5) Mulailah proses belajar mengajar dengan materi yang ringan tetapi menantang yang dapat merangsang siswa turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan

pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang kita ajarkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang kita berikan. 6) Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh kasih dan hormat. 7) Gunakan bahasa yang santun, hormat, dan dengan nada bicara yang lembut. 8) Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada. 9) Menghormati kerahasiaan setiap siswa 10) Tidak merendahkan dan mencemooh siswa 11) Memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk bicara dan jangan mengintrupsi pembicaraan siswa 12) Bila seorang siswa mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan selanjutnya berikan kesempatan kepada memahaminya dan memberikan komentarnya. 13) Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu melancarkan kritik: gunakan bahasa yang mengayomi, dan bila kritik bersifat pribadi seyogyanya dilakukan di ruang khusus. 14) Sekali waktu, berilah kesempatan kepada siswa untuk memberikan saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran. 15) Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa di luar kelas. siswa lain untuk

b. Prosedur Pembelajaran Aktif

10

Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Awal Pembelajaran Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika adalah

membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan siswa belajar matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi positif siswa harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang siswa untuk berfikir. Bila minat siswa, rasa ingin tahu siswa telah bangkit, serta siswa telah terangsang untuk berfikir ini berarti siswa telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika, dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa belum siap terlibat dalam pembelajaran.

11

Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif, Silberman (2006:100-102), mengawali kegiatan pembelajaran aktif

dengan prosedur sebagai berikut: a) Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal pembelajaran. b) Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan siswa. c) Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan diajarkan. Misalnya: (1) kata-kata untuk didefinisikan, (2) soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal, (3) pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari. b) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan. c) Perintahkan siswa untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya, Doronglah siswa untuk saling membantu. d) Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan. e) Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa bisa menjawab.

12

f) Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti. Secara umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif pilihan. (1) Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan. (2) Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas. 2) Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Kegiatan Inti Pembelajaran Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan matematika di segala jenjang dimaksudkan untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran aktif dalam pendidikan matematika dapat berlangsung dalam proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi jika siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasakan.

13

Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika adalah: (1) mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi kegiatan siswa mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa; (2) mendorong ketertarikan siswa untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan; (3) mendesak siswa secara halus untuk bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban pertanyaan, suatu pendapat (gagasan), atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat

menggunakan berbagai strategi dengan berbagai teknik untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan inti. Dengan memodifikasi pendapat Silberman (2006:117-206), strategi berikut ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika: a) Menstimulir rasa ingin tahu siswa Prosedur (1) Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet) atau yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan. Pertanyaan yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa siswa yang mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa pertanyaan

14

sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja (prosedur). (2) Doronglah siswa untuk berfikir, membuat skema atau diagram, dan membuat dugaan umum. Gunakan frase semisal coba tebak atau coba jawab (3) Jangan buru-buru memberikan tanggapan. Tampung semua dugaan siswa. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang sesungguhnya. Sebagai variasi, buatlah siswa berpasangan dan membuat dugaan secara kolektif. (4) Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan siswa kepada apa yang hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa siswa lebih menaruh perhatian terhadap pelajaran dibanding biasanya. b) Menstimulir siswa untuk belajar mandiri Prosedur (1) Bagikan kepada siswa bahan ajar, disertai beberapa

pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai yang kompleks. (2) Perintahkan siswa untuk mempelajari bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.

15

(3) Perintahkan siswa untuk membubuhkan tanda tanya pada materi yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda tanya sebanyak mungkin. Perintahkan siswa untuk menyusun pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan (4) Perintahkan siswa untuk mengemukakan pertanyaan secara tertulis. Beri kesempatan siswa lain untuk menanggapinya. Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan siswa dibahas. (5) Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari jawaban atas pertanyaan siswa. (6) Perintahkan siswa menyelesaikan masalah dalam bahan ajar secara mandiri atau berpasangan. (7) Perintahkan siswa untuk mengemukakan jawaban masalah. Berikan kesempatan siswa lain memberikan komentar atau mengemukakan kemungkinan jawaban lain. (8) Berikan pemantapan jawaban atas pertanyaaan Jika guru merasa bahwa siswa akan mengalami kesulitan mempelajari sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi yang mengarahkan mereka.

c) Menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok. Prosedur

16

(1) Perintahkan siswa secara mandiri mempelajari bahan ajar (2) Perintahkan untuk menuliskan hal yang belum diketahui dalam bentuk pertanyaan. (3) Perintahkan untuk membentuk kelompok. Perintahkan masingmasing kelompok memberi nama kelompok dengan nama dalam matematika, misalnya: kelompok aljabar, kelompok Phytagoras dan sebagainya. (4) Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing anggota kelompok. (5) Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang jelas. misalnya: tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau diagram yang kamu gunakan untuk menjawab. (6) Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya: fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur waktu. (7) Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk

menyajikan hasil diskusi di depan kelas. (8) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah salah satu berikut: (a) Membahas materi secara bersama (b) Dapatkan pertanyaan dari siswa (c) Beri siswa pertanyaan kuis

17

(d) Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siwa untuk menguji pemahaman mereka. d) Belajar berpasangan Prosedur: (1) Berikan kepada siswa, satu atau beberapa permasalahan yang memerlukan perenungan dan pemikiran. (2) Perintahkan siswa untuk menyelesaikan masalah secara perseorangan. (3) Setelah semua siswa menyelesaikan masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain. (4) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan (5) Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru,

bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas. (6) Perintahkan seluruh siswa untuk memilih jawaban yang tepat untuk tiap pertanyaan. Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh siswa dalam 4 kelompok besar berilah nama kelompok. Berikan permasalahan yang berbeda pada masing-masing kelompok Pada akhir sesi,

18

perintahkan

masing-masing

kelompok

untuk

menyajikan

jawaban terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban terbaik. e) Turnamen belajar Prosedur: (1) Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota yang sama. Perintahkan untuk memberi nama kelompok masing-masing. (2) Berikan bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama. (3) Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan. Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri. Misalnya: pilihan ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah, menyatakan rumus atau teorema. (4) Perintahkan siswa untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan hal ini dilakukan oleh masing-masing siswa. (5) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain. (6) Lakukan diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan. (7) Perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar, dan mintalah mereka untuk memberikan skor.

19

(8) Perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini sebagai ronde satu. (9) Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde ke dua dalam turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari ronde kedua. Perintahkan siswa dengan prosedur seperti ronde satu. Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde bervariasi dan waktu tiap ronde dapat dilakukan bervariasi, namun

pastikan bahwa setiap ronde siswa menjalani sesi belajar. Dengan kesepakatan siswa, guru dapat memberikan penalti (hukuman) kepada siswa yang memberikan jawaban salah dengan pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai 0 pada siswa yang tidak menjawab.

f) Menstimulir pembelajaran antar siswa Prosedur

20

(1) Bentuklah kelompok dengan jumlah kelompok sesuai dengan topik (sub pokok bahasan) yang akan dipelajari siswa. Topik dipilih yang saling terkait. (2) Beri setiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau keterampilan untuk diajarkan kepada siswa lain. (3) Perintahkan setiap kelompok untuk menyusun cara dalam menyajikan atau mengajarkan topik mereka kepada siswa lain. Sarankan mereka untuk menghindari cara ceramah atau semacam pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi siswa (4) Kemukakan beberapa saran berikut ini: (a) sediakan media visual (b) berikan kesempatan temanmu untuk membaca materi terlebih dahulu. (c) gunakan contoh atau analogi untuk menyajikan poin-poin pengajaran (d) libatkan temanmu dalam diskusi atau tanya jawab. (e) berikan kesempatan pada temanmu untuk bertanya (f) Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam maupun di luar kelas).

21

Kemudian perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran mereka. Beri tepuk tangan atas usaha mereka. Sebagai alternatif dari pengajaran model ini adalah perintahkan siswa untuk mengajarkan atau memberi bimbingan kepada siswa lain secara individual atau dalam kelompok kecil. 3) Strategi menutup pembelajaran matematika Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk: a) memberikan kesempatan bagi siswa merangkum atau membuat ikhtisar dari pelajaran pada hari itu, b) memotivasi siswa untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau kelompok, c) memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya, d) mendapatkan penilaian dari siswa guna perbaikan proses

pembelajaran, dan e) memberikan salam penutup. Cara yang baik untuk membelajarkan membuat ikhtisar bahan ajar adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat ikhtisar dan menyajikan ikhtisar kepada siswa lain. Strategi berikut dapat digunakan guru:

Prosedur

22

a) Jelaskan kepada siswa bahwa bila guru yang membuat ikhtisar pelajaran, itu bertentangan dengan prinsip belajar aktif. b) Bagilah siswa menjadi kelompok beranggotakan dua hingga 4 orang. c) Perintahkan setiap kelompok untuk membuat ikhtisar pelajaran pada hari itu. Doronglah setiap kelompok untuk membuat uraian singkat guna disampaikan pada kelompok lain. Gunakan pertanyaan panduan, misalnya: (1) Apa judul materi yang baru saja dipelajari? (2) Tuliskan definisi atau rumus yang baru saja dipelajari secara terurut! (3) Digunakan dalam masalah apa saja rumus yang baru di pelajari? 3 Pembelajaran Efektif. Dalam proses belajar mengajar agar didapatkan suatu hasil yang maksimal maka diperlukan suatu teknik pembelajaran yang efisien dan afektif sehingga tidak mengahabiskan waktu yang lama dan bertele-tele yang kadang hasilnya kurang memuaskan. Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds (2008 : 65 66) Suatu pengajaran klasikal agar efektif maka harus jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran dengan gaya ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti sepakat tentang pentingnya interaksi antara guru dan siswa. Didalam studinya terhadap siswa sekolah dasar di Inggris ( Daniel Muijs , 1999) menemukan efek - efek positif dari seringnya menggunkaan tanya jawab

23

, komunikasi dengan kelas dan menggunakan petanyaan dan pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi untuk pengajaran yang efektif. Peneliti peneliti di Amerika telah menunjukkan pentingnya interaksi, di dalam penelitian penelitian mereka sebelum studi studi yang dilakukan di eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 ) menemukan penggunaan beragam pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam penelitian mereka yang dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970. Karena pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai elemen yang paling luas diteliti dalam peneltian tentang mengajar. Oleh karena itu perlu diketahui dalam tanya jawab yang efektif dan interaksi yang efektif dalam pembelajaran. Tanya jawab dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman siswa untuk memberikan dasar pada pembelajaran siswa, untuk membantu siswa dalam mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran mereka, dan membantu siswa mengembangkan sense of mastery ( perasaan menguasai sesuatu ). Tanya jawab yang efektif dapat terjadi bila penguasaan diri yang solid tentang strategi strategi mana yang paling efektif. Di dalam pembelajaran yang mengunakan pembelajaran langsung , berbagai pertanyaan perlu dilontarkan pada awal pelajaran , ketika topik dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya jawab efektif tercapai maka seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat tinggi dan tingkat rendah mencakup produk dan proses serta pertanyaan terbuka dan tertutup , namun seorang

24

pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka. Dalam tanya jawab yang efektif dalam pembelajaran langsung bila siswa menjawab benar diberikan respon positif namun impersonal dan bila seorang siswa memberikan jaaban yang kurang sepenuhnya benar , maka pengajar poerlu memberikan prompt kepadanya untuk menemukan jawaban yang benar. Bentuk interaksi lain yang efektif dalam pembelajaran adalah diskusi kelas, namun suatu diskusi agar efektif perlu disiapkan dengan seksama. Pengajar perlu memberikan pedoman yang jelas kepada siswa tentang apa yang didiskusikan. Selama diskusi siswa perlu dipastikan untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu menuliskan poin poin utama yang muncul selama diskusi. Setelah diskusi poin-poin utama ( produk diskusi ) ini dapat dirangkum dan siswa diminta untuk meberikan komentar tentang seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan ( proses diskusi ). Agar pembelajaran afektif guru juga harus memastikan bahwa siswa siswa yang pemalu yang mungkin kurang aktif untuk diberikan kesempatan dalam keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar Matematika. Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam

25

pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur ketrampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution (1982:12 ) mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar menambah kepandaiannya. Sementara itu Nana Sudjana (1995:22 ) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne ( 1977:47-48 ) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif , informasi verbal , ketrampilan motorik dan sikap. Gagne dan Briggs (1978:49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakangerakan

26

yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Bloom (1976:201-207) membagi hasil belajar menjadi kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan- ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan kemampuankemampuan menggiatkan dan psikomotor adalah gerak.

mengkoordinasikan

Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasisituasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagianbagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagianbagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atapun yang ditetapkan lebih dahulu.

27

Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika

BAB III. METODOLOGI DAN PEMBAHASAN A Metodologi Penlitian 1. Subyek Penelitian.

28

Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Takengon tahun ajaran 2011 2012. Adapun jumlah siswa dalam kelas X-1 adalah sebanyak 28 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari bulan Juli tahun 2011 sampai dengan bulan Oktober tahun 2011, menggunakan jenis perlakuan tindakan kelas ( class room action research ) dengan menggunakan 2 siklus. 2. Sumber data, teknik dan alat pengumpul data. Data yang diperoleh berasal dari siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Takengon dan guru/teman sejawat yang merupakan guru kolaborasi dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini. Dalam penelitian tindakan kelas ini dalam pengumpulan data digunakan berbagai tehnik antara lain : 1. Tes Tertulis Tes tertulis disini digunakan untuk mengumpulkan data siswa berkenaan hasil pengusaan materi logaritma yang dikuasai siswa , setelah siswa mengikuti suatu proses perlakuan yang dilakukan oleh peneliti, sehingga didapatkan hasil yang akurat dan dapat

menggambarkan secara jelas kemampuan siswa dalam menguasai materi logaritma tersebut. 2. Alat Pengumpul Data.

29

Untuk mengetahui kemampuan yang dikuasai siswa dalam penguasaan materi yang dijadikan obejek penelitian ini, peneliti menggunakan alat yang berupa tes tertulis yang telah dirancang oleh peneliti sesuai dengan tujuan yang telah tertuang didalam kisi kisi soal . Alat yang digunakan untuk ,mengumpulkan data pada kegiatan penelitian ini adalah dengan menggunakan a.Instrumen Tes secara tertulis terdiri dari 5 butir soal b. 3. Validasi Data Penelitian ini dipergunakan untuk mencari suatu strategi pembelarjaran yang tepat untuk meningkatkan penguasaan materi logaritma secara efektif dan efisien, sehingga arah penelitian ini yaitu mengaktifkan dan memberi kefahaman pada siswa dalam penguasaan materi logaritma dengan efektif, dan untuk pengukuran masalah tersebut peneliti menggunakan alat pengumpul data yang berupa tes tertulis yang berupa soal dan dilengkapi dengan kisi kisi soal secara lengkap. Pada penelitian tindakan kelas ini proses validasi data dilakukan dengan meminta penilaian terhadap para ahli dan praktisi berkenaan dengan isi dan kisi kisi dari tes tertulis yang digunakan sebagai alat pengumpul data, sehingga alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian ini kevalidannya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. 4. Analisis Data Observasi meliputi lembar observasi dan dokumen siswa.

30

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang terdiri dari: hasil belajar, dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan nilai test antar siklus, observasi dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa dan observasi PBM guru serta refleksi.

5. Indikator Keberhasilan Hasil penelitian tindakan kelas ini tercapai sesuai dengan harapan bila dalam penelitian ini : 1. Penguasaan materi logaritma kelas X-1 SMA Negeri 3 Takengon pada akhir penelitian ini meningkat hingga mencapai 90 % siswa telah mencapai nilai diatas batas ketuntasan minimal. 2. Penggunaan strategi pembelajaran aktif merupakan strategi yang efektif untuk mengajarkan materi logaritma, dalam hal ini ditandai dengan peningkatan hasil nilai yang didapatkan masing masing siswa. 6. Prosedur Penelitian Tiap Siklus Sebelum mengadakan tindakan pada penelitian ini ,maka peneliti mengadakan observasi cara mengajar guru dalam kelas serta mencari data kemampuan awal penguasaan materi logaritma dari siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila dari dari dua siklus yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

31

Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Diskripsi siklus I. a. Tahap perencanaan tindakan. Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Peneliti menyusun silabus yang berkaitan dengan materi logaritma. 2) Peneliti merancang skenario pembelajaran yang dapat

mengaktifkan secara kelompok besar. 3) Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan kemampuan siswa yang berkaitan

untuk mengetahui pemahaman dengan materi logaritma. b. Tahap pelaksanaan tindakan.

1) Pada siswa diberikan penjelasan umum tentang tujuan penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan, baik mengenahi pengumpulan data maupun kegiatan kegiatan yang lain. Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : (a) Memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang diajarkan dengan mengunakan strategi pembelajaran aktif dengan tehnik menstimulir rasa ingin tahu siswa (b) Mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. (c) Mengamati dan mencatata siswa

yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (d) Mengumpulkan hasil

32

pengujian yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tugas

(e)

Menganalisa hasil tes yang diberikan setelah siswa diajar dengan tehnik menstimulir secara kelompok besar. 2) Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal yang telah dirancang dan mencatat kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masing masing siswa. 3) Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan dengan materi logaritma. c. Tahap observasi tindakan. Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. d. Tahap refleksi. Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya. Peneliti membuat pengelompokkan siswa didasarkan pada hasil yang didapatkan siswa pada evaluasi yang dilakukan.

2. Diskripsi siklus II. a. Tahap perencanaan tindakan.

33

1)

Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat

kelompok siswa dengan penyebaran siswa yang menguasai materi awal yaitu materi yang telah disampaikan pada siklus I . 2) Membuat pengurus pada masing masing kelompok mencakup

fasilitator, pencatat , juru bicara dan pengatur waktu. 3) Membuat bahan ajar yang akan disampaikan pada masing

masing kelompok.untuk didiskusikan b. Tahap pelaksanaan tindakan. 1) Peneliti memberikan penjelasan tentang pokok bahasan

logaritma yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok. 2) Siswa yang telah menguasai pada materi awal di siklus I

dimohonkan memimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti. Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah tindak lanjut dari siklus I. 3) Memberi kesempatan pada masing masing kelompok untuk

menyajikan hasil diskusi 4) Pembahasan materi ajar yang siswa dalam satu kelas mengalami

kesulitan ataupun salah dalam apersepsinya 5) Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam menguasai pengerjaan soal integral.

34

c. Tahap observasi tindakan. 1) Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta

mencatat kesalahan kesalahan yang dilakukan anak didik dalam mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan. 2) Peneliti mencatat kesalahan kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan.. d. Tahap refleksi. Peneliti membuat inventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai diatas standart ketuntasan belajar. B. PEMBAHSAN A. Diskripsi Awal. Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan diberi tindakan, yaitu kelas X-1 SMA Negeri 3 Takengon, tahun pelajaran 2011 2012 . Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti yaitu penerapan strategi pembelajaran aktif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran materi logaritma. B Deskripsi Antar Siklus.

35

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan mulai pemantauan keadaan awal hingga pelaksanaan tindakan pada siklus II maka dapat digambarkan seperti dibawah : No 1 2 3 Indikator Siswa dapat menyatakan Sifat Sifat logaritma Siswa dapat menggunakan sifat sifat logaritma untuk menyelesaikan masalah Siswa dapat menyelesaikan Persamaan logaritma sederhana Persentasi yang dicapai Awal Siklus I Siklus II 53,57 % 71,43 % 67,85 % 96,43 % 89,29 % 92,85 %

C Pembahasan dan Kesimpulan Dari tabel antar siklus diatas tampak adanya hasil dari masing masing indikator yang harus dikuasai siswa setelah diberi tindakan mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Peningkatan hasil penguasaan materi logaritma ini bila dilihat dari tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan pendapat Vygotsky, aktivitas kalaboratif (perpaduan) di antara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone (zone of proximal development, zpd) dengan yang lain, artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia. Jika anak nyaman dalam belajarnya maka akan diperoleh hasil belajar yang baik. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pembelajaran, berdiskusi untuk

36

memecahkan masalah atau tugas. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat setara.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.

37

Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Takengon ini , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan bersangkutan. 2. Pembelajaran aktif merupakan strategi yang efektif untuk penguasaan materi logaritma dari siswa yang

menyampaikan materi logaritma bagi siswa. 3. Pembelajaran dalam kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan penguasaan materi matematika dari siswa , selain itu dengan kelompok kecil ini kerjasama diantara siswa dapat tercipta dengan lebih baik. 4. Penggunaan lembar kerja untuk membawa siswa agar aktif dalam belajar merupakan langkah yang efektif bagi siswa yang mengambil program akselerasi karena siswa dapat bersosialisai dan saling tukar informasi dan ide atau langkah langkah kerja untuk menyelesaikan suatu masalah dengan teman sebayanya, hal ini sesuai dengan pendapat dari Vygotsky , aktivitas kalaboratif (perpaduan) di antara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone (zone of proximal development, zpd) dengan yang lain, artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia B. Saran.

38

Setelah mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X-1 ini maka disarankan pada : 1. Guru dalam mengajar perlu memperhatikan paradigma- paradigma baru sehingga dalam mengajar tidak monoton. 2. Guru perlu merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan menggunkan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang akan diberi pelajaran. 3. Guru dalam mengajar perlu menjadikan siswa sebagai jiwa dengan potensi yang lebih , sehingga guru cukup sebagai fasilitator agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya. 4. Guru perlu mencari strategi yang efektif untuk mengajarkan materi tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi dari siswa dan materi yang akan diajarkan.

39

DAFTAR PUSTAKA Daniel Muijs dan David Reynolds 2008. EffectiveTteaching Teori dan Aplikasi ( Edisi ke -2 ) Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Russeffendi 1988. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Andi Hakim Nasution. 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Karya Aksara. Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs, 1978. Principles of Instructional Design. 2nd Ed, New York : Holt Rinehart and Winstons. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani, 2007, Strategi PembelajaranAktif, CTSD,IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai