Anda di halaman 1dari 8

SPEJ (Science and Physics Education Journal)

Volume 1, No 2, Juni 2018


e-ISSN : 2598-2567
p-ISSN : 2614-0195
DOI : https://doi.org/10.31539/spej.v1i2.255

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING


TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI JAYALOKA

Umi Khusnul Khotimah1, Tri Ariani2, Ovilia Putri Utami Gumay3


Jurusan Pendidikan Matematika, STKIP-PGRI Lubuklinggau1
Progam Studi Pendidikan Fisika, STKIP-PGRI Lubuklinggau2,3
umikhusnulkhotimah19@gmail.com1

Submit, 26-05-2018 Accepted, 28-06-2018 Publish, 28-06-2018

Abstract: the purpose of this study is to determine whether the model of effective teaching quantum
teaching used in physics learning in SMA Negeri Jayaloka academic year 2017/2018. The methoud used is
quasi eksperiment or pseudo-expansion. The type of research is quasi-experimental research, with the
design used is one group pretest and posttest design. The population in this study is all students of class X
SMA Negeri Jayaloka academic year 2017/2018. Andasthesample isthe class X.I which amounted to32
student consisting of 17 male students and15 famale students taken at random. Data retrieval is done by
test and non test technique. The collected data were analyzed using t-test at significant level = 0,05
obtained by t value 4,69 > t table 1,69. So it can be concluded that “student learning outcomes by using the
modelof learning Quantum Teaching significant completion”. Student learning activites in the learning
process in the active category. While student response after following learning in good category.

Keywords: Quantum Teaching Learning Model, Learning Outcomes,

Abstrak: tujuan dari penelitian ini yaitu bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran
Quantum Teaching efektif digunakan pada pembelajaran fisika di SMA Negeri Jayaloka Tahun Pelajaran
2017/2018. Metode yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen atau eksperimen semu, dengan
desain one pre-test dan post-test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Negeri
Jayaloka Tahun Pelajaran 2017/2018 dan sebagai sampelnya adalah kelas X.1 yang berjumlah 32 orang
siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan diambil secara acak. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji-t
pada taraf signifikan = 0,05, diperoleh nilai thitung (4,69) > ttabel (1,69). Jadi dapat disimpulkan bahwa
”hasil belajar siswa dengan mengunakan model pembelajarn Quantum Teaching signifikan tuntas”.
Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dalam kategori aktif. Sedangkan respon siswa setelah
mengikuti pembelajaran dalam kategori baik.

Katakunci: Model Pembelajaran Quantum Teaching, Hasil Belajar,

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu berlangsung secara efektif. Pendidikan
bagian terpenting dalam kehidupan juga merupakan proses pengubahan sikap
manusia, karena dengan pendidikan akan dan tingkah laku seseorang atau kelompok
menentukan peradaban manusia pada dalam usaha mendewasakan manusia.
masa yang akan datang. Pendidikan Dalam hal ini guru berperan untuk
mempunyai peranan yang sangat strategis membimbing dan mengarahkan potensi
dalam meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki siswa agar menjadi lebih
manusia dan upaya untuk mencerdaskan baik dalam menyalurkan potensi yang
kehidupan bangsa. Pendidikan juga dimiliki.
merupakan suatu proses pengembangan Berdasarkan hasil wawancara yang
daya nalar, keterampilan, dan moralitas dilakukan peneliti dengan salah satu guru
kehidupan terhadap potensi yang dimiliki mata pelajaran Fisika di SMA Negeri
oleh setiap manusia. Pendidikan dikatakan Jayaloka pada tanggal 14 Februari 2017
bermutu apabila proses pendidikan diperoleh informasi bahwa hasil belajar

103
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (2): 103-110

pembelajaran yang digunakan masih yang tepat, sehingga siswa dapat belajar
menggunakan metode ceramah dan secara mudah dan juga guru dan siswa
penugasan latihan soal-soal. yang terlibat dalam proses pembelajaran
Dalam pembelajaran, guru lebih sama-sama merasa senang dan saling
aktif dibandingkan siswa, siswa di dalam bekerja sama untuk mencapai hasil yang
kelas hanya mendengar, mencatat, dan maksimal
menghafal, sangat sedikit siswa yang Berdasarkan permasalahan pada
berani menjawab pertanyaan dari guru uraian di atas, agar pengajaran dapat
maupun yang mengajukan pertanyaan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan
kepada guru, banyak siswa yang tidak yang direncanakan, maka guru perlu
menampilkan hasil pekerjaannya. mempertimbangkan strategi belajar
Berdasarkan hasil belajar diketahui mengajar yang tepat.
juga bahwa rata-rata nilai ulangan harian
fisika siswa pada beberapa kompetensi LANDASAN TEORI
dasar belum mencapai tingkat Kriteria Pengajaran dianggap setara dan
Ketuntasan Minimal (KKM) belajar yang identik dengan pembelajaran dengan siswa
ditetapkan yaitu sebesar 75. Adapun Rata- yang aktif. Pengajaran didefinisikan
rata hasil ulangan harian siswa yang belum sebagai transformasi dari pengetahuan
mencapai KKM Sebanyak 70 siswa atau sains. Selain itu pengajaran dipandang
35,89%, sedangkan yang mencapai KKM sebagai suatu sistem yang terdiri dari
yaitu 125 siswa atau 64,10% dengan komponen-komponen yang bergantung
jumlah siswa kelas X secara keseluruhan satu sama lain, dan terorganisir antara
yaitu 195 siswa. kompetensi yang harus diraih siswa,
Salah satu alternatif untuk mengatasi materi pelajaran, pokok bahasan, metode
permasalahan tersebut yaitu dengan dan pendekatan pengajaran.
menggunakan model pembelajaran Trianto (2009) efektivitas
partisipatif, aktif, dan menarik sehingga pembelajaran adalah hasil yang diperoleh
dapat menarik minat siswa dalam belajar. siswa setelah melaksanakan proses belajar
Penggunaan model pembelajaran aktif dan mengajar. Untuk mengetahui keefektifan
menarik yang tepat merupakan upaya yang
mengajar dapat dilakukan dengan
perlu dilakukan oleh seorang guru guna
memberikan tes, karena hasil tes dapat
tercapainya tujuan pembelajaran.
dipakai untuk evaluasi berbagai aspek
Adapun model pembelajaran yang
proses pengajaran.
dapat digunakan untuk mengatasi masalah
Menurut Muhli (2014) terdapat
tersebut salah satunya yaitu model
Quantum Teaching. Model Quantum beberapa indikator efektivitas
Teaching merupakan pengubahan belajar pemberlajaran yaitu:
yang meriah, dengan segala nuansanya 1. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat
dan Quantum Teaching juga menyertakan dikatakan tuntas apabila sekurang-
segala kaitan, interaksi, dan perbedaan kurangnya 75 persen dari jumlah siswa
yang memaksimalkan momen belajar telah memperoleh nilai sesuatu dengan
(DePorter et. al, 2010). Pada proses KKM yang diterapkan.
pembelajaran kuantum mampu 2. Ketuntasan belajar ditunjukan untuk
menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, mengetahui seberapa banyak tujuan
sehingga kemampuan, bakat, dan potensi pembelajaran yang dicapai oleh siswa .
siswa dapat berkembang, yang pada 3. Model pembelajaran dikatakan efektif
akhirnya mampu meningkatkan prestasi meningkatkan hasil belajar siswa
belajar dengan menyingkirkan hambatan apabila secara statistik hasil belajar
belajar melalui penggunaan cara dan alat siswa menunjukkan perbedaan yang

104
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (2): 103-110

signifikan antara pemahaman awal 5. Memberikan Apresiasi


dengan pemahaman setelah Guru memberikan pujian kepada
pembelajaran (gain yang signifikan). kelompok siswa atas keberhasilan
Dari pembahasan di atas dapat dalam menyelesaikan tugasnya dengan
disimpulkan bahwa indikator efektivitas cara melakukan tepuk tangan secara
padapenelitian ini yaitu: bersama-sama kepada siswa.
1. Hasil belajar tuntas. 6. Menarik Kesimpulan
Guru dan siswa secara bersama-sama
2. Aktivitas siswa selama pembelajaran aktif.
menarik kesimpulan dari hasil
3. Respon siswa dalam pembelajaran
percobaan yang telah diperoleh atau
tergolong baik.
didapat.
De Porter (2010) Quantum Teaching
adalah pengubahan belajar yang meriah, METODE PENELITIAN
dengan segala nuansanya. Dan Quantum Berdasarkan permasalahan yang
Teaching juga menyertakan segala kaitan, diteliti jenis penelitian ini adalah
interaksi dan perbedaan yang penelitian kuantitatif dengan metode
memaksimalkan momen belajar dan penelitian eksperimen semu (quasy
berfokus pada hubungan dinamis dalam eksperiment) yang dilaksanakan tanpa
lingkungan kelas interaksi yang adanya kelas pembanding.
mendirikan landasan dan kerangka untuk Desain penelitian dalam penelitian
belajar. ini adalah one group pretest dan postest
Langkah-langkah pembelajaran design. Desain penelitian ini dapat dilihat
Quantum Teaching yaitu sebagai berikut:
pada tabel 1.
1. Pemberian Rangsangan
Guru memberikan pertanyaan kepada Tabel 1. Desain Penelitian
siswa tentang materi prasyarat guna Pre-test Treatment Post-test
untuk mengkaji pengetahuan siswa. O1 X O2
2. Perumusan Masalah
Sumber : Sugiyono (2015:8110-111)
Guru memberikan contoh pada
kehidupan sehari-hari untuk Keterangan:
merangsang pemahaman siswa dalam O1 = Nilai tes awal
merumuskan suatu maslah. O2 = Nilai tes akhir
3. Melakukan Percobaan Untuk X =Treatment (model pembelajaran
Mengumpulkan Data Quantum Teaching)
Guru membentuk siswa menjadi Variabel pada penelitian ini terdiri
beberapa kelompok, guru memberikan atas: (1) variabel bebas yaitu model
Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada pembelajaran Quantum Teaching, dan (2)
tiap-tiap kelompok, kemudian setiap variabel terikat yaitu hasil belajar fisika
kelompok melakukan pembagian tugas siswa, aktivitas siswa dan respon siswa.
agar semua siswa dapat mencermati
Penelitian ini diadakan di SMA
dan mengumpulkan data atau informasi
Negeri Jayaloka tahun pembelajaran
sebanyak mungkin.
2017/2018. Populasi dalam penelitian ini
4. Menganalisis Data
adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri
Siswa diberi kesempatan untuk
Jayaloka tahun pelajaran 2017/2018 yang
mencermati dan menjawab pertanyaan
terdiri dari enam kelas.
LKS yang telah diberikan kemudian
Sampel penelitian ini adalah seluruh
menganalisis datanya. Kemudian guru
siswa kelas X.I SMA Negeri Jayaloka
memberi kesempatan kepada siswa
yang berjumlah 32 siswa. Sampel ini
untuk mempresentasikan hasil
ditentukan dengan teknik Simple Random
praktikum yang di dapat atau diperoleh.
105
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (2): 103-110

Sampling atau pengambilan sampel secara kelas interval. Jika < ,


acak. Teknik pengumpulan data pada maka data tersebut terdistribusi normal,
penelitian ini yaitu: dan jika ≥ maka data
1. Tes, berupa soal essay sebanyak
tidak terdistribusi normal.
delapan soal.
2. Non tes, menggunakan dua instrumen Uji Hipotesis
yaitu : observasi aktivitas siswa dan Karena simpangan baku populasi
angket respon siswa. tidak diketahui dan data berdistribusi
Dalam penelitian ini, analisis data normal, maka untuk menguji hipotesis
yang dilakukan terhadap data hasil menggunakan t-tes satu sampel dengan
belajar siswa sebagai berikut : rumus dibawah ini:

Analisis Data Tes x  0


t (Sugiyono, 2006)
Mencari nilai rata-rata dan simpangan s
baku n
Mencari nilai rata-rata dan simpangan
baku pada tes awal dan tes akhir menggunakan
rumus: Keterangan:
nilai yang dihitung
x
x i (Sudjana, 2005) ̅ = nilai rata-rata
n = nilai yang dihipotesis
 (x  x) 2 = simpangan baku sampel
s
i

n 1 (Sugiyono, 2006) = jumlah anggota sampel


Keterangan:
s = simpangan baku Kriteria pengujiannya adalah Jika
xi = nilai siswa keseluruhan thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha
x = nilai rata-rata sampel ditolak. Sebaliknya jika thitung > ttabel maka
n = banyaknya siswa dalam sampel H0 ditolak dan Ha diterima. Dimana ttabel
didapatkan dari daftar distribusi t dengan (
Uji normalitas  = 0,05), dk = n-1.
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data berdistribusi HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 Nilai Pre-test dan Post-test
normal atau tidak. Perhitungan uji
normalitas distribusi ini menggunakan No. Statistik Nilai
rumus Chi-kuadrat sebagai berikut: Pre-test Post-test
1. Ukuran 32 32
( f  f )2 sampel
2  0 h (Sugiyono, 2015) 2. rata-rata 16,53 46,28
fh
3. Simpangan 15,32 34,53
baku
Keterangan: 4. Nilai 47 95
= chi-kuadrat yang dicari maksimum
= frekuensi dari hasil pengamatan 5. Nilai 7 67
minimum
= frekuensi yang diharapkan
6. Siswa yang 0 siswa 28 siswa
tuntas (0%) (87,5%)
Selanjutnya dibandingkan 7. Siswa yang 32siswa 4 siswa
terhadap dengan derajat kebebasan tidak tuntas (100%) (12,5%)
(dk) = k-1, dimana k adalah banyaknya

106
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (2): 103-110

Tabel di atas menunjukan bahwa Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat


nilai rata-rata pre-test siswa adalah 16,53 bahwa hasil uji-t post-test menunjukkan
dan nilai rata-rata post-test adalah 46,28. nilai thitung (4,69) > tabel (1,69), hal ini
Hal ini menujukan bahwa telah terjadi berarti H0 ditolak dan Ha diterima artinya
peningkatan hasil belajar setelah hasil belajar siswa setelah mengikuti
diterapkan model pembelajaran Quantum pembelajaran fisika dengan menggunakan
Teaching yaitu sebesar 29,75%. Nilai rata- model pembelajaran Quantum Teaching
rata post-test sebesar 46,28 telah lebih dari sama dengan 75.
memenuhi nilai kreteria ketuntasan Berdasarkan uraian tersebut dapat
minimal (KKM) mata pelajaran Fisika di dilihat gambaran data lebih jelas,
SMA Negeri Jayaloka. diketahui nilai rata-rata untuk pre-test
Untuk menarik kesimpulan dari data sebesar 16,53 dan nilai rata-rata untuk
tes akhir, maka dilakukan pengujian post-test yaitu 46,28. Artinya terdapat
hipotesis secara statistik, Namun sebelum peningkatan rata-rata sebesar 29,75%
pengujian dilakukan terlebih dahulu setelah diterapkan model pembelajaran
dilakukan uji normalitas. Quantum Teaching pada materi kalor di
Uji normalitas bertujuan untuk SMA Negeri Jayaloka. Secara rinci
melihat apakah data hasil tes siswa peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat
berdistribusi normal atau tidak. pada Gambar 1.
Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistik mengenai uji normalitas dengan 87.5
100
taraf kepercayaan α = 0,05, jika hitung
tabel, maka data terdistribusi normal. 46.28
Kemudian jika hitung tabel, maka data 50
16.53
terdistribusi tidak normal. Hasil uji 0
normalitas data hasil belajar siswa dapat 0
dilihat pada tebel 3 rata-rata
ketuntasan

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas


Data Dk Kesimpu pre-test post-test
hitung tabel
lan
Normalitas 10,5716 5 11,7 Normal
Gambar 1 Grafik Nilai Rata-rata Pre-test dan
Post-test
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan nilai
uji hitung data hasil belajar siswa lebih Berdasarkan Gambar 1 dapat
kecil daripada tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
disimpulkan bahwa data tersebut siswa kelas X SMA Negeri Jayaloka tahun
berdistribusi normal, maka untuk menguji pelajaran 2017/2018 setelah penerapan
hipotesis menggunakan uji t dengan taraf model pembelajaran Quntum Teacing
kepercayaan α = 0,05, jika thitung tabel, signifikan tuntas.
hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil uji-t data pre-test dan post-test dapat dilakukan (tabel 2) dapat kita lihat
dilihat pada Tabel 4. perbedaan nilai siswa secara signifikan
antara nilai pre-test dan nilai post-test. Hal
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis ini membuktikan bahwa ada peningkatan
Data thitun dk (n- tabel Keterangan
g 1) nilai siswa setelah diterapkan model
Uji-t 4,69 31 1,69 Ha diterima, H0 pembelajaran Quantum Teaching pada
ditolak
materi kalor di SMA Negeri Jayaloka.

107
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (2): 103-110

Pada pertemuan pertama 34,53. Dan hasil uji-t post-test


dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2018 menunjukkan bahwa thitung (4,69) > tabel
diikuti 32 siswa. Kegiatan pembelajaran (1,69), hal ini berarti H0 ditolak dan Ha
pertama ini dilakukan menggunakan diterima artinya rata-rata hasil belajar
model pembelajaran Quantum Teaching siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan materi kalor. Diawal pembelajaran fisika dengan menggunakan model
guru menjelaskan kompetensi (tujuan) pembelajaran Quantum Teaching lebih
yang akan dicapai. Kemudian membagi dari atau sama dengan 75 .
siswa menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan hasil analisis data post-
Masing-masing kelompok kemudian test terdapat peningkatan pada hasil belajar
diberian Lembar Kerja Siswa (LKS). fisika siswa. Hal ini disebabkan peneliti
Sebelum siswa melakukan praktikum guru melakukan proses pembelajaran dengan
terlebih dahulu menampilkan vidio tentang menggunakan model Pembelajaran
percobaan guna untuk memudahkan Quantum Teaching. Model pembelajaran
proses jalannya praktikum. Peneliti ini memungkinkan semua siswa terlibat
bersama-sama siswa memerisa dan langsung dan aktif, serta melalui model
membahas lembar kerja siswa pada Quantum Teaching ini membuat mereka
masing-masing aktivitas. Setelah itu guru merasa bahwa proses pembelajaran
dan siswa secara bersamaan menjadi menarik dan menyenangkan
menyimpulkan hasil percobaan yang telah sehingga tidak menimbulkan kebosanan
dilakukan. dan siswa tidak merasa dipaksakan.
Diakhir pembelajaran sebelum guru Sehingga diharapkan model pembelajaran
menutup pembelajaran guru Quantum Teaching ini dapat menjadikan
meninstruksikan kepada siswa untuk siswa lebih aktif dalam proses
mempelajari materi yang akan dipelajari pembelajaran.
pada pertemuan selanjtnya yaitu mengenai Pada pertemuan pertama dilihat
perubahan wujud benda. pada lembar aktivitas siswa bahwa nilai
Pertemuan kedua dilaksanakan pada 12 siswa kategori kurang aktif, 18 siswa
tanggal 06 Februari 2018 yang kegiatan kategori cukup aktif, dan 2 siswa kategori
pembelajarannya masih sama seperti aktif, nilai rata-rata aktivitas siswa pada
pertemuan pertama tanpa mengubah pertemuan pertama adalah 31,34% dengan
susunan kelompok. Pada pertemuan ini kriteria cukup aktif. Pada pelaksanaan
diikuti oleh 32 siswa dengan materi ajar pembelajaran berlangsung hanya ada
perubahan wujud benda. Pada pertemuan beberapa siswa yang aktif dalam proses
ini terlihat terdapat peningkatan aktivitas pembelajaran selebihnya siswa cenderung
yang lebih baik dalam mengikuti pasif.
pembelajaran (praktikum). Hal ini dilihat dari hanya ada
Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang berani bertanya
kekompakkan dan keaktifan siswa dalam kepada guru mengenai permasalahan yang
melakukan percobaan. Hal ini dikarenakan sedang dilakukan selama praktikum. Hal
karena mereka sudah mulai terbiasa ini dimungkinkan karena mereka belum
dengan kelompok yang dibentuk. terbiasa dengan kelompok yang dibuat
Setelah kegiatan pembelajaran oleh guru. Selain itu terdapat beberapa
maka dilakukan post-test yang hasil siswa yang merasa tidak cocok dengan
perhitungan post-test didapatkan nilai rata- siswa lain dalam kelompoknya, sehingga
rata hasil post-test adalah 46,28, nilai terkadang terjadi sedikit perselisihan dan
terendahnya adalah 67, nilai tertingginya ada juga beberapa siswa yang dapat
adalah 95 serta simpangan bakunya adalah dikategorikan berkemampuan tinggi

108
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (2): 103-110

namun sikap sosial dalam beradaptasi SIMPULAN


kurang, merasa tidak nyaman ketika harus Berdasarkan hasil analisis data
dikelompokkan dengan siswa yang penelitian dan pembahasan yang telah
berkemampuan dibawah mereka. diuraikan sebelumnya maka dapat
Hal ini berakibat pada tidak disimpulkan sebagai berikut:
terbangunnya kerjasama dalam kelompok 1. Berdasarkan analisis data penelitian
tersebut. Sehingga pada proses yang dilakukan dikelas X SMANegeri
pembelajaran pertama menyebabkan Jayaloka Tahun Pelajaran
sebagian dari mereka belum bisa 2017/2018,dapat disimpulkan bahwa
mengikuti proses pembelajaran dengan nilai rata-rata hasil post-test adalah
baik. 46,12 dengan nilai simpangan bakunya
Pada pertemuan kedua tampak ada 34,22. Nilai thitung = 4,69 dan nilai ttabel
peningkatan aktivitas yang lebih baik hal = 1,69 Sehingga thitung > ttabel. Dari data
ini terlihat dari kekompakkan dan keakifan tersebut maka Ha diterima dan H0
siswa dalam melaksanakan pembelajaran. ditolak. Dapat disimpulkan bahwa hasil
Tetapi pada pertemuan kedua ini masih belajar fisika siswa dengan
ada beberapa siswa juga yang masih menggunaka model pembelajaran
belum aktif. Adapun aktivitas siswa pada Quantum Teaching di kelas X.1 SMA
pertemuan kedua ini yaitu 6 siswa kategori Negeri Jayaloka Tahun Pelajaran
cukup aktif, 8 siswa kategori aktif, dan 18 2017/2018 secara signifikan tuntas.
siswa kategori sangat aktif, nilai rata-rata 2. Aktivitas siswa selama penerapan
model pembelajaran Quantum
aktivitas siswa pada pertemuan kedua
Teaching berdasarkan analisis dari hasil
5,2% dengan kriteria aktif. Ini berarti
pengamatan aktivitas siswa selama
dengan diterapkannya model pembelajaran
proses pembelajaran oleh observasi
Quantum Teaching siswa mulai merasa
dalam kategori aktif yaitu dengan
tertarik dan akitf ketika proses
persentase 87,54%.
pembelajaran berlangsung.
3. Respon siswa setelah penerapan model
Berdasarkan analisis angket respon pembelajaran Quantum Teaching
siswa terhadap pembelajaran dengan berdasarkan analisis menunjukkan
menggunakan model pembelajaran adanyarespon baik terhadap
Quantum Teaching didapatkan bahwa pembelajaran fisika dengan
rata-rata respon siswa terhadap 16 menggunakan model pembelajaran
indikator angket yang diikuti oleh 32 Quantum Teaching dengan persentase
siswa hasilnya yaitu dalam kategori baik 77 %.
dengan persentase 68%. Adapun Indikator
pernyataan dengan persentase yang sangat
baik terdapat pada indikator nomor
pernyataan 2, 7, 9 dan 16. Sedangkan
indikator pernyataan persentase yang baik
terdapat pada indikator 1,4, 6,8,10,11,
13,14,15.Selanjutnya untuk nomor
pertanyaan persentase yang cukup baik
terdapat pada indikator 3,5 dan 12.

109
2018. SPEJ (Science and Physics Education Journal) 1 (2): 103-110

DAFTAR PUSTAKA
Muhli. (2014). Inovasi Pembelajaran.
Bandung: Alphabeta
Porter, D. (2010). Quantum Teaching :
Mempraktikkan Quantum Learning
di Ruang-ruang Kelas. Bandung:
Kaifa.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika.
Bandung: Tarsinto.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alpabeta
Sugiyono. (2015). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Trianto. (2009). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif :
Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana.

110

Anda mungkin juga menyukai