Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu mata pelajaran yang erat kaitannya dengan perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA). Apabila suatu Negara mengalami kemajuan dalam mengkaji Ilmu
Pengetahuan Alam maka dapat dipastikan IPTEK di Negara tersebut juga
berkembang pesat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006 :
5). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

dan

berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh


pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA secara ideal seharusnya mengaktifkan dan
mendorong siswa untuk bekerja secara ilmiah, selama ini pembelajaran IPA di

SMP Negeri 2 Cipanas lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab. Realitas menunjukkan sebanyak 52 % nilai IPA di kelas VIII dari hasil
ulangan harian kurang dari KKM Individu yang ditentukan sekolah yaitu
sebesar 75. Sedangkan rata-rata nilai kelas adalah 67,50. Ini menunjukkan
bahwa selama ini prestasi belajar siswa di kelas VIII dalam mata pelajaran IPA
masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan antusiasme siswa
dalam belajar IPA. Sehingga Perlu di terapkan suatu strategi pembelajaran
inovatif yang dapat menambah motivasi dan antusiasme siswa dalam belajar
IPA.
Salah satu jenis strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan
siswa secara aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam belajar adalah Pembelajaran dengan menerapkan
strategi Quantum Teaching. Dalam Quantum Teaching, pembelajaran berusaha
mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa
sehingga diharapkan siswa dapat melibatkan seluruh emosinya dalam belajar.
Menurut Bobby De Porter dalam buku Quantum Teaching (dalam Ani,
2003:3) menjelaskan Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan
cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan
unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran
yang diajarkan. Dengan menerapkan Quantum Teaching dalam pembelajaran
IPA diharapkan dapat lebih menggairahkan suasana pembelajaran sehingga
siswa lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya dapat melejitkan
prestasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul :

PENERAPAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI
SISTEM PERNAFASAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 CIPANAS
KABUPATEN CIANJUR

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi Quantum Teaching dapat meningkatan motivasi belajar
siswa pada materi sistem pernafasan di kelas VIII SMP Negeri 2 Cipanas
Kabupaten Cianjur?
2. Bagaimana strategi Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi sistem pernafasan di kelas VIII SMP Negeri 2
Cipanas Kabupaten Cianjur?
2. Pemecahan Masalah
Siswa akan lebih mudah memahami materi sistem pernafasan jika materi
tersebut disajikan dengan strategi pembelajaran yang memungkinkan terjadi
interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa serta
timbulnya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran Quantum
Teaching mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran
dengan memperkaya pengalaman belajarnya.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan Rumusan Masalah, penelitian ini bertujuan untuk :


1. Ingin mengetahui peningkatkan motivasi belajar siswa dengan strategi
Quantum Teaching pada materi sistem pernafasan di kelas VIII SMP
Negeri 2 Cipanas Kabupaten Cianjur.
2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada materi sistem
pernafasan di kelas VIII SMP Negeri 2 Cipanas Kabupaten Cianjur.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua baik guru,
siswa maupun untuk sekolah yang bersangkutan.
1. Bagi Guru

memotivasi guru agar lebih kreatif

dalam berinovasi mencari

model-model pembelajaran yang lain yang dirasa tepat untuk


mrnyampaikan suatu konsep pembelajaran.

Meningkatkan kualitas pembelajaran

Menambah ketrampilan guru dalam membuat penelitian tindakan


kelas (PTK)

2.

Bagi siswa.

Meningkatkan pemahaman IPA melalui strategi Quantum teaching

Meningkatkan kreatifitas berfikir siswa untuk memecahkan masalah


dalam kehidupan sehari-hari terutama yang ada hubungannya dengan
IPA.

3.

Bagi sekolah.

Meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP Negeri SMP Negeri 2


Cipanas Kabupaten Cianjur

Dapat digunakan sebagai contoh suatu model pembalajaran. Model


pembelajaran ini diharapkan nantinya dapat dikembangkan dengan
cara kolaborasi dengan guru lain yang semata pelajaran, sehingga
tercipta suatu iklim yang kondusif untuk mengembangkan model
pembelajaran yang berkualitas, demi perbaikan mutu pendidikan
terutama di sekolah tersebut.

E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cipanas
Kabupaten Cianjur.
2. Proses pembelajaran menggunakan strategi Quantum Teaching dengan
meteri pembelajaran gaya dan gerak.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar IPA


1. Pengertian Prestasi belajar IPA
Prestasi adalah pencapaian atau tingkat daya serap. Dalam Ensiklopedi
Umum dijelaskan pengertian secara etimologis dari kata prestasi itu adalah
Hasil yang dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan. (Pringgodibyo, 1993 :263)
Maka prestasi belajar adalah pencapaian atau perolehan yang didapat
setelah suatu kegiatan pembelajaran pada suatu periode tertentu. Prestasi itu
lebih lanjut tercermin pada adanya perubahan.
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, siswa dikondisikan untuk
mengalami suatu proses interaksi dengan lingkungan. Pada aktivitas Interaksi
tersebut siswa dihadapkan dengan nilai-nilai positif dalam suatu pembelajaran
yang diharapkan akan berdampak pada perubahan perilaku yang mengarah
pada nilai positif tersebut. Perubahan perilaku yang mengarah pada nilai
positif itulah yang merupakan subtansi dari prestasi belajar itu.
Jadi jelaskah kiranya bahwa prestasi belajar IPA adalah pencapaian
yang berwujud perubahan yang terjadi pada diri siswa (seseorang) yang
mengarah pada tingkat nilai positif tertentu. Dalam pembelajaran IPA prestasi
tersebut sering kali disimbolkan dengan angka yang berjenjang dalam skala
tertentu yang menunjukkan tingkatan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti suatu periodesasi pembelajaran.
Dapat dikatakan juga bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai

informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi


belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
IPA siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2. Aspek-Aspek Prestasi Belajar Siswa
Aspek-aspek prestasi belajar bisa dilihat dari beberapa sudut pandang.
Dalam hal ini S. Bloom dalam Abdullah (2008:42) mengemukakan bahwa
aspek-aspek

itu

meliputi

aspek

kognitif

(pemahaman,

kecerdasan),

pshychomotor (aspek ketrampilan) dan Afektif Domain yakni sikap.


Demikian menyangkut aspek-aspek prestasi belajar suatu contoh
prestasi

yang berkenaan dengan prestasi belajar bidang study IPA tentu

tinggallah mengaitkan dengan aspek-aspek tersebut misalnya dalam aspek


kognitif ditandai dengan tingkat hafalan, pemahaman, analisis, sintesis,
terhadap konsep-konsep IPA. Sedang Afektif misalnya sikapnya yang sesuai
dengan kaidah ilmiah seperti jujur, disiplin, rendah hati, menghargai orang
lain dan lain sebagainya. Dalam kaitan prestasi bidang studi IPA ini justru
antara aspek kognitif dan yang lainnya harus mempunyai suatu keseimbangan.

B. Pembelajaran Quantum Teaching


1. Pengertian, Asas dan Tujuan Quantum Teaching

Adapun pengertian Quantum Teaching Menurut Bobby De Porter


(2003:3) adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam
memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan
pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan.
Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses
belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai
sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran.
Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose (2001:247) juga berpendapat
bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang
berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap
siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang
menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching menjadikan ruangruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai
instrumen

sehingga

tercipta

komposisi

yang

menggerakkan

dari

keberagaman tersebut. Sebagai guru yang mempengaruhi kehidupan murid,


anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke
dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan
kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama.
Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti memberi izin untuk
memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju
kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan yang
diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang
didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau

akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa
dibawa ke dunia guru atau pengajar. Guru memberikan pemahaman tentang
isi dunia itu.
Adapun tujuan Quantum Teaching menurut Bobby (2003:4) adalah
untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip
belajar yang menyenangkan dan menggairahkan terdapat perbedaan antara
tujuan dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih.
Sedangkan prioritas merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam
mencapai tujuan. Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar, dengan
memadukan berbagai unsur-unsurnya serta melakukan penggubahan,
merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas
sebagai tujuan.
2. Prinsip Quantum Teaching
Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai berikut:
a)

Segalanya berbicara
Menurut Bobby (2003:7) segalanya dari lingkungan kelas hingga
bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran,
semuanya mengirim pesan tentang belajar.

b).

Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh
karena itu, Kathy Wagone (2004:7) membuat istilah yang memotivasi:
tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya.

c). Pengalaman Sebelum Pemberian Nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang


akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling
baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum
memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
d). Akui Setiap Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti keluar dari kenyamanan.
Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata
Noelle C. Nelson (dalam Yulianto Rahmat, 2005:7) bahwa pujian atau
penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu
energi yang membangkitkan emosi positif.
e). Jika Layak Dipelajari, Layak Pula Dirayakan
Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam
belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden (2004:327) berpesan bahwa
ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.
3. Langkah langkah penerapan Quantum Teaching
Quantum

Teaching

merupakan

salah

satu

jenis

strategi

pembelajaran yang berorientasi untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas


dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan
(Fun and Motivated Learning). Dalam penerapannya Quantum Teaching
memiliki langkah langkah antara lain:

a. Tumbuhkan

10

Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah menumbuhkan


motivasi siswa dalam belajar, memikat siswa dan menyertakan siswa
secara langsung dalam pembelajaran.
b. Alami
Langkah kedua adalah member siswa pengalaman belajar dan
menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui.
c. Namai
Langkah ketika guru memberikan data saat siswa minat siswa telah
mencapai maksimal.
d. Demonstrasikan
Langkah keempat guru mengkaitkan pengalaman dengan data baru agar
siswa menghayai pengetahuan yang telah di dapat.
e. Ulangi
Langkah kelima guru mengajak siswa untuk mengulangi konsep yang
telah di bahas dan juga dalam fase ini guru melaksanakan evaluasi
f. Rayakan
Langkah terakhir guru dan siswa merayakan atau melakukan selebrasi
terhadap kesuksesan pembelajaran yang telah dilakukan.

BAB III

11

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena


penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai guru bekerja sama dengan teman
sejawat. Hal ini peneliti lakukan agar dalam penelitian ini siswa dapat diamati
secara maksimal. Kehadiran peneliti sebagai guru dalam kelas dilakukan seperti
biasanya tanpa ada perbedaan dari hari biasa.
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah Guru IPA dan siswa siswi kelas VIII SMP Negeri 2
Cipanas Kabupaten Cianjur pada materi sistem pernafasan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015.
Sebagaimana tertera dalam jadwal berikut.
Uraian Kegiatan
Persiapan
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
PTK

Feb
I
X

Feb
II
X

BULAN DAN PEKAN


Feb
Feb
Mar
Mar
III
IV
I
II
X
X
X

12

Mar
III

2. Tempat penelitian
adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMPN 1
Kanor Bojonegoro.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan terdiri dari 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 1 kegiatan
tatap muka , dengan masing masing tatap muka selama 2 jam pelajaran ( 2 x
35 menit ).
Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.

Hal ini dapat dilihat dalam Gb. 3.1 sebagai

berikut :

Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaa
n

Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaa
n

?
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto dkk, 2007:9)

13

SIKLUS I :
1. Tahap Perencanaan :
Pada siklus I membahas Pokok Bahasan Listrik Statis dengan materi
Hubungan gaya dan gerak, sebagai sumber belajar siswa yang didahului
oleh perencanaan yang meliputi :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) tentang sistem
pernafasan .
b. Menyusun LKS tentang sistem pernafasan
c. RPP yang telah disusun diberikan kepada teman guru untuk dipelajari
dan dikoreksi apabila terdapat kekurang-kekurangan.
d. Menyusun soal-soal evaluasi yang akan diujikan secara tertulis kepada
siswa setiap pertemuan.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan :
a. Siswa diberikan informasi untuk membaca buku literatur agar konsep
yang akan dipelajari siswa telah mendapatkan informasi sekilas yang
nantinya akan dipelajari bersama.
b. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran dengan mengikuti langkahlangkah sebagaimana yang telah direncanakan di RPP.
c. Siswa mengikuti kegiatan KBM sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan di RPP.
d. Guru sebagai observer memasuki kelas bersama-sama dalam kegiatan
pembelajaran.

14

3. Tahap Observasi dan Evaluasi tindakan :


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Guru observer melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan PTK
dengan menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa
serta guru penyaji.
b. Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar yang
dilakukan di akhir penyajian materi.. Data ini akan dijadikan bahan
pertimbangan dalam melakukan refleksi pada siklus berikutnya.
4. Tahap Refleksi :
Pada tahap refleksi, disampaikan evaluasi terhadap proses pembelajaran
pada siklus I dan dijadikan bahan pertimbangan untuk memasuki siklus II.
Pertimbangan yang dilakukan apabila pada siklus I terdapat indikator yang
belum tercapai antara lain :
a. Jika Ketuntasan belajar siswa secara individu <75
b. Jika ketuntasan belajar secara klasikal siswa <85 % siswa yang tuntas
secara individu
SIKLUS II
Siklus II dilaksanakan dengan melihat hasil siklus I. Jika pada siklus I
sudah tercapai harapan penelitian maka tidak dilaksanakan siklus II, tetapi jika
siklus I masih belum menunjukkan hasil peningkatan hasil belajar siswa maka
dilanjutkan siklus II.

15

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing
masing RPP berisi Standar Kompetensi kompetensi dan Kompetensi
Dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, dan
kegiatan belajar mengajar. (RPP Terlampir )
2. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu
proses pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas. Lembar kerja
siswa ( terlampir )
3. Tes Formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA
pada materi system pernafasan. Tes formatif ini diberikan setiap akhir
putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah uraian ( terlampir ).
4. Lembar observasi aktivitas siswa ( terlampir )
5. Angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. ( terlampir).

E. Analisis Data

16

Analisis digunakan untuk menjawab masalah penelitian yaitu apakah


Pembelajaran

dengan

menerapkan

strategi

Quantum

Teaching

dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi gaya dan gerak.


Setelah semua data terkumpul, kemudian dianalisis sebagai berikut :
1. Data Hasil Belajar Siswa ( Ranah Kognitif)
Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) dirumuskan sebagai berikut :
KKM Individu =

Nilai Siswa
x 100
Nilai maksimum

KKM Klasikal =

Jumlah Siswa yang Tuntas


Jumlah Siswa keseluruhan

x 100%

Dalam penelitian ini siswa dikatakan tuntas secara individual apabila


skornya mencapai 75 %. Ketuntasan klasikal dicapai apabila dalam satu
kelas siswa yang tuntas secara individu minimal 85 %.
2. Data hasil pengamatan
Data hasil pengamatan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor :

Jumlah persentase=

Jumlah aktivitas yang muncul


x 100
Jumlah Keseluruahanaktivitas

BAB IV
17

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan dilakukan dengan mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, diantaranya :
1) Menyusun perangkat pembelajaran, yang terdiri dari :
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b) Menyiapkan media pembelajaran
c) Membuat lembar kerja siswa
2) Menyusun pedoman pengamatan, yang terdiri dari :
a) Pedoman pengamatan aktivitas siswa
b) Angket respon siswa
b. Pelaksanaan ( Acting)
Kegiatan pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan langkah langkah sebagai berikut :
1)

Kegiatan Awal
a) Kegiatan belajar dimulai dengan salam kemudian dilanjutkan
dengan menjelaskan bahwa materi yang dipelajari hari ini tentang
sistem pernafasan.
b) Guru memulai dengan pernyataan : sebelum kita mulai belajar
IPA hari ini saya ingin bertanya apakah kalian kuat tidak bernafas
dalam 10 menit ?

18

c) Guru

menugaskan

siswa

untuk

membentuk

kelompok

beranggotakan 4 - 5 orang dan terbentuklah dan setiap kelompok


melakukan percobaan seperti yang ada pada LKS yaitu percobaan
I. Dalam melakukan percobaan siswa masih terlihat canggung dan
meminta bantuan dari guru.
2) Kegiatan Inti
a)

Guru menugaskan masing-masing siswa dalam kelompok untuk


menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Tampak beberapa siswa
dalam kelompok mengerjakan dengan lancar tetapi ada yang
kesulitan dalam mengerjakan soal yang telah diberikan dalam LKS.

b) Guru menugaskan masing masing kelompok untuk memaparkan


hasil dengan cara mengundi.
c) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya
dengan diwakili oleh dua orang siswa. Saat sesi tanya jawab
berlangsung siswa-siswi terdiam, sehingga guru harus menawarkan
pertanyaan beberapa kali, baru kemudian terjadi Tanya jawab.
3) Kegiatan Akhir
a)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang


telah dibahas untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi
system pernafasan.

b) Guru bersama-sama siswa merayakan kesuksesan pembelajaran


kali ini dengan bertepuk tangan dan bernyanyi bersama.

c. Pengamatan ( Observing)

19

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data-data


sebagai berikut :
1. Data Hasil Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I
Nilai
< 70

Kriteria
Tidak Aktif

Frekuensi

27,67

70 100

Aktif

22

73,33

Pada tabel 4.3 di atas, dapat diketahui yang memperoleh nilai >
70 = 22 siswa, dan yang memperoleh nilai <70 = 8 siswa. Dari kriteria
yang ditetapkan yaitu ketuntasan individu = 70 dan ketuntasan klasikal =
85 % ke atas. Maka ketuntasan klasikal aktivitas siswa pada siklus I baru
mencapai 73,33 % sehingga belum mencapai indikator yang ditentukan.
Untuk memperbaiki pelaksanakan pembelajaran terutama agar aktivitas
siswa dapat meningkat dan mencapai indikator yang ditentukan maka
pembelajaran perlu dilanjutkan ke siklus II.
2. Data Hasil Belajar Siswa
Hasil tes prestasi

yang dilakukan setelah berlangsungnya

pembelajaran adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Rekapitulasi hasil belajar siswa mata pelajaran IPA siklus I
KKM
75
< 75

Keterangan
Tuntas
Belum Tuntas

Frekuensi
21
9

20

%
70
30

Dari tabel 4.4 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus I siswa
yang tuntas baru mencapai 70% dan yang belum tuntas 30%, sehingga
pada siklus I belum mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu
minimal 85% siswa sudah tuntas belajar. Untuk memperbaiki
pelaksanakan pembelajaran terutama agar hasil belajar siswa dapat
meningkat dan mencapai indikator ketuntasan yang ditentukan maka
pembelajaran maka perlu dilanjutkan pada siklus II.
3. Data Hasil Respon Siswa
Dari hasil skoring terhadap angket respon siswa didapat hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil respon siswa mata pelajaran IPA siklus I
Nilai
70

Kriteria
Positif

Frekuensi

20

66,67

<70

Negatif

10

33,33

Dari tabel 4.5 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus I siswa
yang memberikan respon positif 66,67% dan yang memberikan respon
negatif 33,33%, sehingga pada siklus I belum mencapai indikator yang
telah ditentukan yaitu minimal 85% siswa memberikan respon positif
terhadap pembelajaran. Untuk memperbaiki pelaksanakan pembelajaran
terutama agar respon siswa dapat meningkat dan mencapai indikator
yang ditentukan maka pembelajaran maka perlu dilanjutkan pada siklus
II.
d. Refleksi ( Reflection)
Melalui tindakan refleksi akan diketahui kelebihan dan kekurangan
yang dilakukan dalam pelaksanaan. Dari data hasil pengamatan dicari
21

penjelasannya, dianalisis dan dikaji secara matang. Dari data yang diperoleh
setelah penelitian siklus I dilaksanakan, maka terdapat beberapa hal yang
perlu dibahas secara lebih lanjut, yaitu :
1) Aktivitas Siswa
Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada siklus
I yang baru mencapai 73,33% hal tersebut disebabkan :
-

Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan


keaktifan siswa.

Siswa belum terampil dalam melakukan percobaan.


Hal tersebut dapat dilihat pada saat kegiatan belajar mengajar
masih ada beberapa siswa yang masih melakukan aktivitas yang tidak
relevan

dengan

kegiatan

belajar

mengajar

sehingga

kurang

memperhatikan pelajaran dan pengarahan dari guru.


2) Hasil Belajar Siswa
Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada
siklus I yang baru mencapai 70 %. Hal tersebut dikarenakan dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar masih banyak siswa yang kurang
konsentrasi, kurang memperhatikan petunjuk yang ada di Lembar
Kegiatan Siswa. Pada siklus II diharapkan pembelajaran dapat berjalan
lebih optimal dengan meningkatkan konsentrasi dan perhatian siswa
pada pelajaran yang berlangsung.
3) Respon Siswa
Setelah peneliti memperoleh data respon siswa pada siklus I
yang baru mencapai 66,67%. Secara klasikal siswa belum menunjukkan

22

respon positif terhadap pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan dalam


mengikuti kegiatan belajar mengajar terpaku pada pembelajaran yang
sebelumnya.
Dari temuan-temuan dan kelemahan-kelemahan yang peneliti
peroleh dari kegiatan pembelajaran pada siklus I tersebut akan dibuat
acuan untuk perbaikan pada siklus II agar aktivitas siswa, hasil belajar
dan respon siswa mengalami peningkatan.

2.

Siklus II
Pada siklus II ini peneliti tetap menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan Quantum Teaching pada pembelajaran IPA materi sistem
pernafasan. Langkah langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan dilakukan dengan mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, diantaranya :
1) Menyusun perangkat pembelajaran, yang terdiri dari :
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
b) Menyiapkan media pembelajaran
c) Membuat lembar kerja siswa
2) Menyusun pedoman pengamatan, yang terdiri dari :

a) Pedoman pengamatan aktivitas siswa


b) Angket Respon siswa
b. Pelaksanaan ( Acting)

23

Kegiatan pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) dengan langkah langkah sebagai berikut :
1)

Kegiatan Awal
a) Kegiatan belajar dimulai dengan salam kemudian dilanjutkan dengan
menjelaskan bahwa materi yang dipelajari hari ini tentang sistem
pernafasan
b) Guru memulai dengan pernyataan : sebelum kita mulai belajar IPA
hari ini, bu guru ingin bertanya apa yang terjadi jika seseorang
kekurangan oksigen ?
c) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok beranggotakan
4 - 5 orang dan terbentuklah dan setiap kelompok melakukan
percobaan seperti yang ada pada LKS. Dalam melakukan percobaan
siswa sudah terlihat terampil dalam menggunakan peralatan.
2) Kegiatan Inti
d)

Guru menugaskan masing-masing siswa dalam kelompok untuk


menjawab pertanyaan yang ada di LKS berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan. Tampak beberapa siswa dalam kelompok mengerjakan
dengan lancar ..

e) Guru menugaskan masing masing kelompok untuk memaparkan


hasil dengan cara mengundi.
f) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya dengan
diwakili oleh dua orang siswa. Saat sesi tanya jawab berlangsung
siswa-siswi terdiam, sehingga guru harus menawarkan pertanyaan
beberapa kali, baru kemudian terjadi Tanya jawab.

24

3) Kegiatan Akhir
g) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang telah
dibahas untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi system
pernafasan.
h) Guru bersama-sama siswa merayakan kesuksesan pembelajaran kali ini
dengan bertepuk tangan dan bernyanyi bersama.
c. Pengamatan (Observing)
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data-data
sebagai berikut :
1. Data Hasil Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II
Nilai
< 70

Kriteria
Tidak Aktif

Frekuensi

13,33

70 90

Aktif

26

86,67

Pada tabel 4.6 di atas, dapat diketahui yang memperoleh nilai >
70 = 26 siswa, dan yang memperoleh nilai <70 = 4 siswa. Dari kriteria yang
ditetapkan yaitu ketuntasan individu = 70 dan ketuntasan klasikal = 85 % ke
atas. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa, ketuntasan klasikal aktivitas
siswa pada siklus II mencapai 88,88 % sehingga sudah mencapai indikator
yang ditentukan, sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

2. Data Hasil Belajar Siswa

25

Sedangkan

hasil

tes

prestasi

yang

dilakukan

setelah

berlangsungnya pembelajaran adalah sebagai berikut :


Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil belajar siswa mata pelajaran IPA siklus II
KKM
70
< 70

Kriteria
Tuntas
Belum Tuntas

Frekuensi
27
3

%
90
10

Dari tabel 4.7 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus II siswa
yang tuntas mencapai 90% dan yang belum tuntas 10%, sehingga pada
siklus II sedah melebihi indikator yang telah ditentukan yaitu minimal 85%
siswa sudah tuntas belajar, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
3. Data Hasil Respon Siswa
Dari hasil skoring terhadap angket respon siswa didapat hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil respon siswa mata pelajaran IPA siklus I
Nilai
70

Kriteria
Positif

Frekuensi

26

86,67

<70

Negatif

13,33

Dari tabel 4.8 di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus I siswa
yang memberikan respon positif 86,67 % dan yang memberikan respon
negatif 13,33%, sehingga pada siklus II sudah melebihi indikator yang telah
ditentukan yaitu minimal 85% siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran. Sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

d. Refleksi ( Reflection)

26

Dari data yang diperoleh setelah penelitian siklus II, maka ada
beberapa hal yang perlu dibahas secara lebih lanjut, yaitu :
1) Aktivitas Siswa
Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada siklus
II yang mencapai 86,67% yang sudah melebihi indikator yang telah
ditentukan. Hal tersebut disebabkan siswa sudah bisa beradaptasi dengan
pembelajaran Quantum Teaching dengan baik, selain itu siswa juga sudah
trampil melakukan percobaan. Perhatian dan bimbingan guru membuat
siswa cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Hasil Belajar Siswa
Setelah peneliti memperoleh data nilai rata-rata siswa pada siklus
II terjadi peningkatan yaitu ketuntasan klasikal mencapai 90%. Dari
hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa lebih mudah memahami materi
dengan pendekatan pembelajaran Quantum Teaching. Dengan demikian
hasil belajar siswa lebih meningkat
3) Respon Siswa
Setelah peneliti memperoleh data respon siswa pada siklus II
mencapai 86,67%. Secara klasikal siswa sudah menunjukkan respon
positif terhadap pembelajaran.

Hal tersebut dikarenakan dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar sudah merasa senang dan lebih


mudah memahami materi.

B. Pembahasan

27

Dari data-data hasil penelitian dilakukan pembahasan sebagai berikut :


1. Aktivitas Siswa
Tabel 4. 9 Persentase peningkatan aktivitas siswa siklus I dan II
Data yang diperoleh
Hasil
Siklus I
Siklus II
Frekuensi
%
Frekuens
%
i
siswa yang tuntas
22
73,33
26
86,67
Indikator 85 %

Peningkatan

Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat secara jelas bahwa aktivitas siswa
dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching dari siklus I sampai
siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 25,92%. Hal
ini disebabkan dengan pembelajaran Quantum Teaching siswa lebih
memberi kesempatan siswa untuk aktif berdiskusi dan bekerjasama dalam
kelompok.
Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan II secara
keseluruhan dapat digambarkan dengan histogram berikut :

86.36
90
80

68.18

70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I

siklus II

28

Gambar 4.1 Histogram Aktivitas siswa Siklus I sampai dengan siklus II


2. Hasil Belajar Siswa
Tabel 4. 10 Presentase peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II
Hasil
Data yang diperoleh
siswa yang tuntas
Indikator 85%

Siklus I
Frekuensi
%
16

59,25

Siklus II
Frekuens
%
i
23
85,18

Peningkatan

25,92 %

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat secara jelas bahwa hasil belajar
siswa dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching dari siklus I
sampai siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 25,92
%. Hal ini disebabkan dengan pembelajaran Quantum Teaching siswa lebih
termotivasi

dalam

belajar

karena

pembelajaran

dikemas

dengan

menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa meningkat.


Hasil belajar siswa pada siklus I dan II secara keseluruhan dapat
digambarkan dengan histogram berikut :

29

86.36
90
80

68.18

70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I

siklus II

Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus I sampai dengan siklus II
3. Respon Siswa
Tabel 4. 11 Presentase respon siswa siklus I dan II
Hasil
Data yang
diperoleh

Siklus I
Frekuensi

30

Siklus II
Frekuens
%
i

Peningkatan

siswa yang
memberi respon
positif
Indikator 85%

18

66,67

24

88,88

22,22%

Dari tabel 4.11 diatas dapat dilihat secara jelas bahwa respon siswa
dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching dari siklus I sampai
siklus II mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 22,22%. Hal
ini disebabkan dengan pembelajaran Quantum Teaching siswa lebih senang
dalam belajar dan siswa juga merasa pembelajaran Quantum Teaching
merupakan hal yang baru bagi mereka.
Respon siswa pada siklus I dan II secara keseluruhan dapat
digambarkan dengan histogram berikut :

88.88

90
80
70

66.67

60
50
40
30
20
10
0
siklus I
Siklus II

31

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa Siklus I sampai dengan siklus II
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Penggunaan Strategi

Pembelajaran Quantum Teaching pada mata

pelajaran IPA materi gaya dan gerak di kelas VI SDN Banjaran dapat
meningkatkan aktivitas siswa dari siklus I sebesar 62,96% menjadi 88,88
% pada siklus II.
2. Penggunaan Strategi

Pembelajaran Quantum Teaching pada mata

pelajaran IPA materi gaya dan gerak di kelas VI SDN Banjaran dapat
meningkatkan Hasil belajar siswa siklus I 59,25% menjadi 85,18% pada
siklus II.
3. Penggunaan Strategi

Pembelajaran Quantum Teaching pada mata

pelajaran IPA materi gaya dan gerak di kelas VI SDN Banjaran dapat
meningkatkan Respon siswa siklus I 66,67% menjadi 88,88% pada siklus
II.
4. Penerapan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan
prestasi belajar pada mata pelajaran IPA materi gaya dan gerak di kelas VI
SDN Banjaran Baureno Bojonegoro.

32

B. Saran
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dikembangkan pembelajaran
dengan media yang lebih variatif.
2. Menggunakan strategi pembelajaran Quantum Teaching pada materi yang
lain pada pembelajaran sains atau mata pelajaran lain.

33

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2008. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Bandung: Maestro.

Sekolah.

AG. Pringgodigdo dkk. 1993. Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : Yayasan


Kanisuius
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa
Bobby De Porter. 2003. Quantum Teaching, Terjemahan oleh Ary Nilandari Cet.
XI. Bandung : Kaifa
Dave Maier. 2001. Accelerated Learning (Cet.I), terjemahan oleh Astuti.
Bandung : Kaifa
Depdiknas, 2006. Standar Kompetensi mata pelajaran IPA SD . Jakarta
Goleman, Daniel. 2000. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Gordon Dryden. 2004. Revolusi Cara Belajar. Terjemahan Ari Nilandari Cet.
VIII : Bandung: Kaifa
Joni , T. R. 1992. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta : Universitas
Terbuka
Kathy Wagone. 2004. Seni Meraih Sukses Sederhana, terjemahan oleh Arman
Prayitno. Batam : Interaksara
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Noelle C. Nelson, Jeannine L. Calaba, 2005. The Power of Appreciation.
Terjemahan oleh Yulianto Rahmat. Jakarta: Buana Ilmu Populer
Rahadi, Aristo. 2004. Media dalam Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

34

Susilana, Rudi & Riyana, Cepi. 2007. Media Pembelajaran : Hakikat,


Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian, Bandung : Wacana Prima

35

Anda mungkin juga menyukai