Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan dan

merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan juga usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM). Pendidikan sangat diperhatikan oleh pemerintah

karena pendidikan merupakan salah satu alat untuk mencerdaskan bangsa.

Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama

dalam pendidikan lembaga formal. Hal ini terbukti bahwa dari tahun ke tahun

kurikulum pendidikan senantiasa mengalami perubahan yang mengarah pada

kesempurnaan. Selain itu metode, cara, strategi, model dan pendekatan dalam

pembelajaranpun terus diupayakan agar dapat melahirkan suasana belajar yang

efektif yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan peserta didik yang

menjadi sasaran pendidikan.


Mata pelajaran dasar – dasar pengukuran tanah di SMK merupakan salah

satu mata pelajaran dalam teknik ukur tanah yang menuntut peserta didik terampil

untuk menerapkan konsep dan prinsip teknik ukur tanah yang diperoleh sehingga

menghasilkan peserta didik yang kualitas dibidang teknik itu sendiri. Peserta didik

dituntut untuk melakukan kegiatan praktis yang merupakan hasil dari pengetahuan

yang diperolehnya dari praktik dan teori dari sekolah. Hal ini dikarenakan guna

mencapai berbagai jenis tujuan pembelajaran dan untuk menarik perhatian peserta

didik terhadap pelajarannya.

Evans menyatakan bahwa pendidikan kejuruan/ SMK adalah bagian dari

sistem pendidikan yang mempersiapkan tenaga kerja yang professional dalam

suatu bidang yang kemudian kelak bekerja dalam bidang usaha atau dunia industri

dalam suatu bidang studi. Bidang studi yang dimaksud adalah salah satu jurusan

atau ilmu yang didalami yang kemudian digunakan dalam bekerja dibidang usaha

atau industri. Siswa merupakan adalah orang yang mendapat pengaruh dari

individu lain atau kelompok yang menjalankan kegiatan proses pembelajaran.

Siswa bukanlah binatang, tetapi ia adalah manusia yang mempunyai akal dan

pikiran serta perasaan. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah anak

didik atau siswa yang merupakan unsur manusiawi. Ia dijadikan sebagai pokok

persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran (Djamarah,


2010).Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah

Contextual Teaching and Learning. Model pembelajaran ini mendorong peserta

didik untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan lewat pengalaman.

Dengan peserta didik merasakan sendiri proses pembelajaran, maka hal tersebut

dapat menjadi dorongan atau motivasi pada diri peserta didik tersebut untuk

belajar dan menambah pengetahuannya.

Keberhasilan belajar menurut model belajar bukan semata-mata ditentukan

oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan

semakin baik apabila dilakukan secara berkelompok-kelompok belajar kecil yang

terstruktur dengan baik. Melalui proses belajar dari proses belajar dari teman ke

teman, maka proses penerimaan dan pemahaman peserta didik akan semakin

mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Keberhasilan belajar dalam

pembagian kelompok kecil memungkinkan lebih baik dikarenakan setiap peserta

didik atau peserta didik memiliki kelebihan masing-masing dalam proses

pemahaman, sehingga setiap peserta didik dapat saling membantu dalam proses

belajar dan meningkatkan hasil belajar pada setiap peserta didik.

Permasalahan yang dihadapi oleh berbagai sekolah saat ini khususnya

SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan adalah peserta didik beranggapan Ilmu Ukur
Tanah itu tidak penting karena setelah menyelesaikan pendidikannya peserta didik

tidak akan mengaplikasikan ilmu tersebut kedalam kehidupan sehari-harinya.

Tanpa peserta didik sadari Ilmu Ukur Tanah selalu hadir dalam kehidupan sehari-

hari, inilah yang menjadi titik fokus peneliti. Salah satu contoh ilmu Ukur Tanah

yang sering ditemui dikehidupan sehari-hari adalah dalam jual beli lahan atau

pembangunan sebuah rumah, dimana peserta didik hanya memahami konsep ilmu

ukur tanah hanya sebatas “panjang” dan “lebar” sebuah tempat atau lahan.

Pengalaman peneliti saat melakukan praktek lapangan, hasil dari jawaban peserta

didik hanya mencapai kelulusan rata- rata 50 dari 100 untuk nilai persentase

jawaban, sedangkan nilai kelulusan 65. Peneliti beranggapan lebih baik membawa

peserta didik untuk membawa materi atau mengaitkan materi kedalam kehidupan

sehari-hari agar peserta didik dapat lebih memahami materi yang diberikan guru,

sehingga peneliti menyarankan model Contextual Teaching and Learning cocok

untuk permasalahan ini.

Pendekatan ini merupakan “salah satu tipe kooperatif yang menekankan

pada adanya aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang “maksimal”.

Sehingga model Contextual Teaching and Learning dianggap perlu diterapkan

untuk melihat pengaruh hasil belajar peserta didik.


Kesimpulan dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Pengaruh Model Pembelajaran KONTEKSTUAL (Contextual

Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata

Pelajaran Dasar- Dasar Pengukuran Tanah Kelas X TKP SMK Negeri 1

Percut Sei Tuan”. Peneliti untuk selanjutnya akan menyebut “model Contextual

Teaching and Learning” dengan “model CTL” agar mempermudah pembaca

dalam memahami pembahasan.

1.2. Identifikasi Masalah

1.3. Pembatasan Masalah

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh metode CTL terhadap hasil

belajar peserta didik pada mata pelajaran Dasar – Dasar Pengukuran Tanah di

SMK N 1 Percut Sei Tuan ?

1.5. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

Untuk mengetahui pengaruh metode CTL hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran Dasar – Dasar Pengukuran Tanah di SMK N 1 Percut Sei Tuan?

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi upaya peningkatan

proses belajar mengajar diberbagai tingkat sekolah umunya dan di tingkat SMK

khususnya.

1. Peneliti

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti

dalam menambah wawasan tentang model pembelajaran Dasar – Dasar

Pengukuran Tanah khususnya di SMK N 1 Percut Sei Tuan.

2. Guru

Diharapkan dari hasil penelitian nanti dapat memberikan motivasi bagi

guru dan sebagai masukan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam

Dasar – Dasar Pengukuran Tanah khususnya di SMK N 1 Percut Sei Tuan dengan

menggunakan model pendekatan CTL dalam meningkatkan hasil belajar peserta

didik .
3.Peserta didik

Memberikan motivasi dan mendorong peserta didik untuk dapat hasil belajar yang

lebih baik dalam memahami setiap materi yang diajarkan melalui pengalaman

yang telah didapat oleh peserta didik.

4. Sekolah

Sebagai masukan dalam usaha peningkatan kualitas dan kinerja guru

dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran Dasar – dasar

Pengukuran Tanah.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang pada awalnya hanya berupa dugaan, setelah dibuktikan

melalui data yang diperoleh melalui penelitian, maka statusnya menjadi tesa

(kebenaran). Itulah sebabnya istilah yang digunakan adalah Hipotesis. ‘Hipo’

artinya ‘dibawah’ dan ‘tesis’ adalah ‘kebenaran’. Secara keseluruhan hipotesis

berarti dibawah kebenaran, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu
benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang disertai

dengan bukti- bukti.

Hipotesis berperan sebagai jawaban sementara yang perlu dibuktikan

kebenarannya dari permasalahan yang diteliti. Adapun yang menjadi hipotesis

dalam penelitian ini yaitu pengaruh model CTL pada mata pelajaran dasar – dasar

pengukuran tanah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan

menggunakan pendekatan konvensional.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami suatu pengertian terhadap

beberapa istilah yang terdapat pada judul, maka peneliti perlu menjelaskan istilah

sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang: besar sekali – orang

tua terhadap watak anaknya; terasa benar - uang pada zaman sekarang;. Perubahan

yang ditimbulkan dari solusi yang diberikan, dalam hal ini CTL yang dapat

mempengaruhi atau merubah hasil belajar dari peserta didik.


2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah “penilaian yang dimaksudkan untuk melihat

pencapaian target pembelajaran, kemudian untuk menentukan seberapa jauh target

pembelajaran yang sudah tercapai, yang dijadikan tolak ukur adalah tujuan yang

telah dirumuskan dalam tahap perencanaan pembelajaran”. Untuk mendapatkan

hasil belajar yang baik maka guru harus menyesuaikan pembelajaran

menggunakan pendekatan atau model yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Sehingga peserta didik mampu menerima materi dengan maksimal.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1) Metode Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

a. Pengertian

Proses belajar benar-benar terjadi apabila siswa mampu memproses atau

mengkontruksi sendiri informasi sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut

menjadi bermakna sesuai dengan kerangka berpikirnya karena proses belajar yang

murni terjadi secara alamiah dimana proses berpikirnya disebut dengan

kontekstual atau sesuai dengan keadaan yang terjadi, dalam arti kaitannya dengan

lingkungan, pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki. Pembelajaran

kontekstual mendorong siswa belajar dengan proses pencarian hubungan untuk

menemukan makna dan manfaat pengetahuan tersebut.

Teaching adalah refleksi sistem kepribadian seorang guru yang bertindak

secara profesional. Dan Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang

menunjukan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan.2 Dengan kedua

definisi ini, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini, guru berperan sebagai
fasiltator tanpa henti, yakni membantu siswa menemukan makna (pengetahuan).

Dalam pengertian yang lain disebutkan Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses

keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari

dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) berfokus

pada pengembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman

konteks siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajari dengan dunia

nyata, dalam hal ini pembelajaran kontekstual juga merupakan konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia nyata,

sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil

belajar dalam kehidupan sehari-hari.


CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan

karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat

mempraktekkan secara langsung apa yang dipelajarinya, sehingga pembelajaran

kontekstual dapat mendorong peserta didik untuk memahami hakekat, makna dan

manfaat belajar, maka akan lebih memungkinkan peserta didik rajin dan

termotivasi untuk belajar, bahkan bisa kecanduan belajar. Kondisi tersebut dapat

terwujud apabila peserta didik dapat menyadari tentang apa yang mereka perlukan

untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya. Dalam upaya itu mereka

memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam mempelajaran kontekstual, guru tidak hanya menyampaikan materi

yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana menjadikan peserta didik dapat belajar

dengan mudah dan guru mampu mengatur lingkungan lingkungan belajar, strategi

pembelajaran dan sarana pembelajaran yang memadai dan memungkinkan peserta

didik termotivasi untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting

dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan secara

keseluruhan.
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual /CTL

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 komponen.

Komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan CTL. Adapun tujuh komponen tersebut adalah:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman nyata siswa, dalam

hal ini pembelajaran CTL pada dasarnya mendorong siswa agar dapat

mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.

Penerapan komponen konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa

didorong untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses

berpikir secara sistematis, praktisnya pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil

dari mengingat tetapi hasil dari proses menemukan sendiri, dengan demikian

diharapkan siswa memiliki sikap yang ilmiah, rasional, dan logis yang semuanya

itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas peserta didik.


c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya, karena

bertanya adalah mengembangkan sifat ingin tahu siswa, sehingga melalui proses

bertanya siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri.10

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Karena siswa dirangsang

untuk mampu mengembangkan ide yang lebih inovatif, bersosialisasi dan bertukar

pendapat dengan temannya.

Kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran. Karena dengan bertanya pengertian dan pemahaman dapat

diperoleh lebih mantap. Sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan

daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari semaksimal mungkin.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar

hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (Team Work),

kerjasama itu dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar yang

dibentuk secara formal maupun dalam lingkungan secara alamiah, dimana siswa

dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik


dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan

minatnya. Maka yang cepat belajarnya diharapkan akan membantu mendorong

yang lambat belajarnya.

Kegiatan masyarakat belajar sesuai dengan salah satu prinsip yang

digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yaitu prinsip sosial. Satu sama

lain saling membantu, bekerja sama dan berinteraksi untuk memecahkan suatu

masalah. Kegiatan masyarakat belajar juga diharapkan sisswa akan berwawasan

luas karena banyak pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai

sumber.

e. Pemodelan (Modelling)

Yang dimaksud dengan komponen pemodelan adalah proses pembelajaran

dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa,

misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara menggunakan sebuah media

dalam pembelajaran karena pemodelan tidak terbatas dari guru saja akan tetapi

dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki

kemampuan.Pemodelan merupakan komponen yang cukup penting dalam

pembelajaran CTL, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari

pembelajaran yang teoritis-abstrak.


f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu

dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian tersebut. Refleksi

merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima.

Kunci dari kegiatan refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di

benak siswa.

Pada akhir pembelajaran guru perlu melaksanakan refleksi. Guru

memberikan kepada peserta didik untuk mengingat kembali apa yang telah

dipelajarinya. Sehingga ia dapat menyimpulkan kembali apa yang telah dipelajari

tentang pengalaman belajarnya.

g. Penilaian nyata (Authentic Assesment)

Penilaian adalah proses yang dilakukan guru untuk pengumpulan berbagai

data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, dari gambaran

perkembangan belajar siswa tersebut perlu diketahui oleh guru agar bisa

memastikan bahwa siswa benar-benar belajar atau tidak apakah pengalaman

belajar siswa membawa pengaruh positif atau negatif, karena gambaran tentang

kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka biasanya


guru tidak hanya melakukan penilaian di akhir pembelajaran tetapi juga saat

proses pembelajaran.

c. Karakteristik CTL (Contextual Teaching and Learning)

Beberapa karakter pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:

1) Pembelajaran dilaksanakan secara autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan

kepada ketercapaian keterampilan dalam kehidupan nyata dan alamiah.

2) Memberikan kesematan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang

bermakna.

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada

siswa.

4) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara kerja kelompok, diskusi dan saling

mengoreksi antarteman.

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,

bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara

mendalam.

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produksi dan mementingkan

kerjasama.
7) Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem yang menyenagkan.

d. Konsep Dasar Pembelajaran CTL

Pembelajaran kontekstual perlu didasarkan atas prinsip dan strategi

pembelajaran yang mendorong terciptanya lima bentuk pembelajaran relating,

experiencing, applying, cooperating and transferring. Strategi pembelajaran

merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan

kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan center for

occupational research and development (CORD).

Penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:

1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan

nyata.Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu

peserta didik agar yang dipelajari bermakna.

2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik

berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan

eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal

baru dari apa yang dipelajarinya.


3) Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan

pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.

4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif melalui belajar

kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.

5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan

memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

Bagi CTL, program pembelajaran adalah rencana guru mengenai skenario (tahap-

tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakannya dalam satu atau lebih pertemuan,

untuk itu dalam program tersebut guru biasa melihat apa saja yang perlu

dipersiapkannya sebelum mengajar. pembelajaran kontekstual dituntut untuk

menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan pemikiran anak akan belajar

lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya, serta

melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, menciptakan

masyarakat belajar dalam kelompok, mengembangkan sikap ingin tahu siswa

dalam bertanya, melakukan refleksi dan penilaian yang sebenarnya karena kelas
yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa, yaitu kelas yang produktif

dan menyenangkan.

e. Kelebihan dan Kekurangan CTL

1. Kelebihan

a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut

untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu

akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan

tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan

konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.


2. Kekurangan/Kelemahan

a) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru

tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas

sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan

ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang

berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat

perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian,

peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa

kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar

sesuai dengan tahap perkembangannya.

b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan

dengan sadar menggunakan strategi– strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun

dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang

ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan

semula.

2. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar
Sejak manusia dilahirkan sampai dewasa, manusia selalu belajar. Hal tersebut

sangat perlu karena sebagai individu harus menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Individu yang telah dewasa mempunyai pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan sikap yang yeng pegembangannya melalui suatu

proses yang dinamakan belajar. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

unsur yang sangat mendasar dari penyelenggaraan setiap jenis jenjang pedidikan.

Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses

belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun lingkungan

tempat tinggalnya. Oleh karena itu, keberhasilan dalam pendidikan sangat

tergantung pada proses pembelajarannya. Akan tetapi dalam praktiknya, banyak

sekolah yang menganggap bahwa belajar merupakan penambahan pengetahuan,

sehingga guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mugkin kepada murid,

dimana merekalah yang giat mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan tersebut.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

terjadi seumur hidup, sejak dia bayi sampai ke liang lahat. Belajar sering dianggap

sebagai menghafal. Jika orang tua menyuruh anaknya untuk belajar, maka pada

dasarnya ia menyuruh anaknya untuk menghafal berbagai materi yang akan

diujikan. Dalam konteks ini, belajar adalah mengingat sejumlah fakta atau konsep

yang telah diajarkan. Dengan demikian, guru akan merasa puas ketika siswa
mampu untuk menyebutkan kembali fakta-fakta yang telah disampaikan dalam

pembelajaran. Maka demi tercapainya keberhasilan proses pembelajaran, maka

seorang guru perlu memahami apa arti belajar yang sesungguhya.

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut :

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.

b. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of exprience

(belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman)

d. Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to

listen to follow direction (dengan kata lain, bahwa belajar adalah


mengamati,membaca, meniru,mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah

tertentu).

e. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice (belajar adalah

perubahan performance sebagai hasil latihan)

f. Morgan

Leaning is any relatively permanent change in behavior that is a result of

past ezxperience (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen,

sebagai hasil dari pengalaman.

Jean Piaget yang dikenal sebagai kontruktivis pertama menegaskan bahwa

pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi suatu perubahan yag

terjadi dalam diri seseorang, walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan

yang terjadi dalam diri organisme, disebabkan oleh pengalaman yang

mempengaruhi organisme tersebut. Dengan demikian, perubahan yang disebabkan

oleh pengalaman tersebut baru bisa disebut belajar jika mempengaruhi organisme,
yang artinya bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat

memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar.

Dari berbagai uraian teori di atas, penulis menyimpulkan belajar

merupakan perkembangan hidup yang berlangsung pada seseorang. Dengan

belajar, seseorang dapat mengalami suatu perubahan kualitatif individu dengan

lingkungannya. Hal ini dikarenakan apabila interaksi seseorang mengalami

perubahan tingkah laku, baik dari apek pengetahuan maupun sikapnya, maka

dikatakan bahwa ia telah mengalami suatu prosese belajar.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

1) Fakor internal

a) Fisiologis

Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat perhatian

sepenuhnya, karena kondisi fisiologis ini sangat berpengaruh terhadap

konsentrasi, kegiatan dan hasil belajar.

b) Psikologis faktor psikologis meliputi :


1.Tingkat kecerdasan siswa/ intelegensi, pada umumnya daat diartikan sebagai

kemampuan psikofisik untuk merespon stimulusatau menyesuaikan diri dengan

lingkungan

2.Sikap, merupakan gelaja internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan

untuk mereaksi atau merespon

3.Bakat, pada umumnya bakat atau aptitude adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

4. Minat, merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu

5. Motivasi, keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

2) Faktor eksternal

a) Lingkungan sosial sekolah meliputi guru, tenaga kerja di sekolah, baik

kepala sekolah maupun wakil dan teman bermain di sekolah. Lingkungan sosial

siswa meliputi masyarakat dan tetangga maupun teman-teman di sekitar

lingkungan tempat tinggal. Lingkungan sosial yang paling berpengaruh dalam

belajar siswa adalah orang tua dan keluarga.


b) Lingkungan non sosial meliputi, gedung sekolah, rumah tempat tinggal,

alat-alat belajar, waktu belajar dan cuaca.

3) Faktor pendekatan belajar

Seorang siswa mampu mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya

kemungkinan untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang

menggunakan pendekatan reproductive.

3. Hakikat Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru perlu melakukan penilaian,

dan sebelum melakukan penilaian ada beberapa unsur pokok dalam belajar

mengajar yang harus diperhatikan dalam penilaian, yaitu: proses belajar mengajar,

yang meliputi tujuan, bahan pembelajaran, metode dan alat serta penilaian.

Penilaian ini lah yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui roses dan hasil

belajar siswa.

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.29 Hasil belajar biasanya

identik dengan nilai yang berupa angka. Namun, pada dasarnya hasil belajar
adalah perubahan atau nilai yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa

memahami dalam proses belajar.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran, sedangkan hasil adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga

macam hasil belajar, yaitu :

a) Keterampilan dan kebiasaan

b) Pengetahuan dan pengertian

c) Sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil

belajar, yaitu :

a) Informasi verbal

b) Keterampilan intelektual,

c) Strategi ogitif,

d) Sikap
e) Keterampilan motoris.

Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan pendidikan baik tujuan

kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :

a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yakni pengetahuan

atau ingatatn, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. Yakni menerimaan, jawaban atau

reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c) Ranah psikomotorik, yaitu berkenaan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Yaitu : gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

4. Dasar – dasar Teknik Pengukuran Tanah

Istilah kata ukur tanah atau pengukuran tanah ini merupakan terjemahan

dari bahasa Inggris, yaitu surveying.


Secara konvensional, pengertian dasar dari pengukuran tanah didefinisikan

sebagai ilmu dan seni menentukan letak atau posisi relatif dari titik ataupun obyek

di permukaan bumi.

Sesuai dengan perkembangannya, pengertian secara umum tentang

pengukuran tanah, yaitu merupakan suatu ilmu yang mempelajari metoda

pengumpulan data dan pemrosesan data pengukuran tentang obyek yang ada di

permukaan bumi dan sekitarnya, sehingga jelas letaknya/posisinya.

Secara lengkap definisi Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang

mempelajari metoda atau cara melakukan pengukuran obyek/unsur di permukaan

bumi, baik dalam arah horisontal maupun vertikal dalam rangka menentukan

kepastian letak/posisi relatif dari obyek tersebut dan menyajikan informasi

tersebut pada suatu bidang proyeksi/bidang datar dengan menggunakan skala dan

aturan tertentu.

Mengenai istilah obyek di permukaan bumi dapat diartikan semua obyek

yang ada pada permukaan bumi, di atas permukaan bumi maupun di bawah

permukaan bumi, termasuk di dasar laut yang dipilih sesuai dengan keperluannya.
Pengukuran untuk menentukan koordinat atau posisi horisontal titik di lapangan

dinamakan pengukuran horisontal, sedangkan pengukuran untuk menentukan

ketinggian atau posisi vertikal titik di lapangan dinamakan pengukuran tinggi.

Berdasarkan pengertian dan definisi tersebut, maksud dari pengukuran

tanah atau surveying yaitu untuk menentukan posisi titik-titik maupun obyek di

permukaan bumi atau di dekat/di sekitar permukaan bumi.

Unsur utama yang berkaitan dengan aktifitas pengukuran tanah yaitu

meliputi pengukuran jarak dan pengukuran sudut. Adapun aktifitas tersebut antara

lain bertujuan untuk:

a.Menentukan posisi horisontal titik tetap maupun obyek di permukaan bumi.

b.Menentukan posisi vertikal (elevasi) titik tetap maupun obyek di permukaan

bumi, baik di atas maupun di bawah bidang referensi/datum ketinggian.

c.Menentukan arah dari suatu garis atau jalur.

d.Menentukan panjang garis.

e.Menentukan posisi garis batas.

f.Menentukan luas wilayah yang telah dibatasi garis tertentu.

g.Pembuatan peta rupa bumi suatu wilayah.


Selain itu, aktifitas pengukuran jarak dan sudut juga diperlukan untuk

berbagai keperluan proyek konstruksi maupun ketekniksipilan (civil engineering),

seperti halnya:

1.Konstuksi bangunan gedung, perumahan ataupun perkantoran.

2.Konstruksi jalan raya dan jembatan

3.Konstruksi bendungan, dam serta jaringan irigasi.

4.Pembuatan terowongan.

5.Pembuatan sistem jaringan air bersih, jalur pipa, dan saluran pembuangan air.

6.Pembangunan pelabuhan, dermaga atau lapangan terbang (bandara).

7.Pengkavlingan tanah dan perhitungan volume galian dan timbunan.

8.Pengontrol pada saat pelaksanaan konstruksi.

9.Memonitor kemungkinan adanya deformasi/pergeseran letak bangunan besar.

Sesuai dengan ruang lingkupnya, surveying diklasifikasikan menjadi 2

(dua) katagori, yaitu Pengukuran Tanah Datar (Plane Surveying) atau Ukur Tanah

dan Pengukuran Geodesi Tinggi (Geodetic Surveying).


Batasan kelas Ukur Tanah, pada prinsipnya bahwa segala macam data

ukuran dalam prosesnya tidak memperhitungkan adanya faktor kelengkungan

bumi, karena ruang lingkup hanya dalam batasan luas maksimal 55 km2.

Batasan kelas Pengukuran Geodesi, pada prinsipnya bahwa segala macam

data ukuran di lapangan dalam prosesnya harus memperhitungkan adanya faktor

kelengkungan bumi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Ilmu Ukur Tanah merupakan

bagian atau cabang dari Ilmu Geodesi. Beberapa literatur menuliskan peranan

Ilmu Geodesi yang mempunyai tujuan ilmiah dan tujuan praktis.

Tujuan ilmiah yaitu menentukan bentuk dan ukuran bumi atau dimensi

matematis bumi, yang nantinya digunakan untuk pekerjaan praktis Geodesi.

Tujuan praktis yaitu antara lain untuk pembuatan peta/pemetaan

permukaan bumi, pemasangan tanda/patok/batas di lapangan, pengukuran untuk

pekerjaan konstruksi ataupun rekayasa ketekniksipilan.

A. JARAK DAN SUDUT


Dalam pembahasan Ilmu Ukur Tanah, perlu diperkenalkan beberapa istilah

penting yang berkaitan dengan unsur data pengukuran, khususnya jarak dan sudut.

Selain itu juga sistem satuan atau unit untuk menyatakan besaran tersebut.

1. Pengertian Jarak

Ada beberapa istilah jarak dalam Ilmu Ukur Tanah yang perlu diketahui dan

dipahami, yaitu:

1.Jarak Miring (Slope Distance), yaitu jarak yang diukur sepanjang garis

penghubung lurus antara 2 (dua) titik di permukaan bumi.

2.Jarak Datar (Horizontal Distance), yaitu jarak terukur sebagai penghubung

terpendek antara 2(dua) titik yang posisinya telah diproyeksikan pada bidang

datar, atau dapat dikatakan jarak yang diukur pada sebuah peta.

3.Jarak Vertikal (Vertical Distance), yaitu jarak yang dihitung dari selisih antara

panjang 2 (dua) garis proyeksi yang melalui kedua titik di permukaan bumi, atau

dapat dikatakan sebagai jarak terpendek antara dua bidang datar (bidang nivo)

yang melalui kedua titik tersebut. Ketiga macam jarak tersebut dapat

diilustrasikan dengan tampilan sketsa pada halaman berikutnya.


Gambar 1.1: Sket Ilustrasi Jarak

A’B’ = Jarak Mendatar

AB = Jarak Miring

BB” = Jarak Vertikal atau Beda Tinggi antara A dan B

2. Pengertian Sudut

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan istilah sudut dalam Ilmu Ukur Tanah

yang perlu diketahui dan dipahami, yaitu:

1. Sudut Mendatar (Sudut Horisontal), adalah sudut yang dibentuk oleh dua

bidang normal yang melalui titik sudut tersebut. Besarnya sudut mendatar tersebut

dihitung dari selisih angka bacaan kedua arah/jurusan, menurut arah putaran

jarum jam (angka bacaan akhir dikurangi bacaan awal).Dalam hal ini, yang

dimaksud dengan jurusan atau arah adalah arah bidikan teropong theodolite (alat
pengukur sudut di lapangan) ke suatu target tertentu. Setelah target tepat pada

benang silang lensa okuler maka dilakukan pembacaan angka pada lingkaran

mendatar (piringan busur)

2. Sudut Jurusan adalah besarnya sudut mendatar pada suatu titik tertentu dengan

berpedoman pada sumbu Y positif salib sumbu Kartesian XOY. Dalam hal ini arah

sumbu Y positif sebagai penunjuk arah Utara peta dan perhitungan besarnya sudut

jurusan menurut arah putaran jarum jam, dimulai dari arah utara peta yang

berfungsi sebagai titik nol.

3. Azimuth adalah besarnya sudut mendatar pada suatu titik dengan berpedoman

pada arah utara Geografi dan besarnya dihitung menurut arah putaran jarum jam,

dimulai dari arah utara Geografi sebagai titik nol sampai ke titik tertentu.

Gambar 1.2: Sket Ilustrasi Sudut Mendatar


4.Sudut Vertikal adalah sudut yang diukur pada bidang vertikal dan besarnya

dapat dihitung dengan dua macam pedoman, yaitu:

a.Sudut Miring (m) atau helling adalah sudut yang diukur pada lingkaran

vertikal dan besarnya dihitung dengan berpedoman pada arah mendatar sebagai

awal perhitugan, dengan ketentuan:

• Bertanda positif apabila arah putarannya menuju vertikal atas.

• Bertanda negatif apabila arah putarannya menuju vertikal bawah.

b.Sudut Zenith (z) adalah sudut yang diukur pada lingkaran vertikal dan

besarnya dihitung dengan berpedoman pada arah vertikal atas (titik Zenith)

sebagai titik nol (awal perhitungan).

Gambar 1.3: Sket Ilustrasi Sudut Vertikal


3 Pengertian Garis dan Bidang
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan istilah garis dan bidang

dalam Ilmu Ukur Tanah yang perlu diketahui dan dipahami, yaitu:

1. Garis horisontal suatu titik adalah garis-garis yang tegak lurus terhadap garis

vertikal yang melalui titik tersebut.

2. Garis vertikal suatu titik di permukaan bumi adalah suatu garis yang melalui

titik tersebut dan arahnya mengikuti arah gaya berat bumi.Setiap titik di

permukaan bumi hanya ada satu garis vertikal. Garis vertikal juga disebut sebagai

garis unting-unting (plumb line).

3. Bidang Horisontal suatu titik adalah bidang yang tegak lurus terhadap garis

vertikal yang melalui titik tersebut.

4. Bidang Vertikal suatu titik adalah bidang yang memuat atau melalui garis

vertikal titik tersebut.

5. Bidang Nivo (A level survace) adalah suatu permukaan kontinu yang mana

pada setiap titiknya tegak lurus terhadap garis gaya berat.

B. SATUAN UKURAN (UNIT OF MEASUREMENT)

Dalam Ilmu Ukur Tanah, unsur jarak dan sudut merupakan unsur yang penting

dan senantiasa diperlukan sebagai input atau data masukan yang akan diproses

untuk berbagai keperluan, baik untuk pemetaan maupun untuk aplikasi

bidang rekayasa/ketekniksipilan.

1. Satuan Panjang
Untuk pendataan jarak ukuran, ada dua sistem satuan yang lazim

digunakan, yaitu:

1. Satuan Metrik (Metric Units)

Beberapa contoh yang termasuk dalam satuan metrik antara lain:

kilometer (km), meter (m), centimeter (cm), milimeter (mm) dan sejenisnya.

2. Satuan Britis (British Units)

Beberapa contoh yang termasuk dalam satuan britis antara lain: miles

(ml), feet atau foot (ft), inche (inc), dan sejenisnya. Hubungan atau konversi

antara kedua sistem satuan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

1 kilometer (km) = 1000 meter (m)

1 meter (m) = 100 centimeter (cm)

1 centimeter (cm) = 10 millimeter (mm)

1 kilometer (km) = 0,6214 miles (ml)

1 mile (ml) = 1,6093 kilometer (km)

1 meter (m) = 3,2808 feet (ft) = 39,3700 inches (inc)

1 feet (ft) = 0,3048 meter (m) = 12,0000 inches (inc)

1 inch (inc) = 0,0254 meter (m) = 0,0833 feet (ft)

2. Satuan Sudut
Dalam Ilmu Ukur Tanah, ada 3 (tiga) sistem satuan yang lazim

digunakan, baik pencatatan maupun pengolahan data sudut hasil ukuran, yaitu:

1. Sistem Seksagesimal

Sistem ini menetapkan besaran sudut dengan membagi keliling

lingkaran menjadi 360 bagian sebagai satuan dasar. Penamaan untuk satuan

dasarnya disebut derajad.

Satuan derajad dapat dijadikan satuan yang lebih kecil yaitu menit dan detik.

Kesamaan 1 derajad (1°) = 60 menit (60') dan 1 menit = 60 detik (60").

2. Sistem Sentisimal

Sistem ini menetapkan besaran sudut dengan membagi keliling lingkaran

menjadi 400 bagian sebagai satuan dasar. Penamaan untuk satuan dasarnya

disebut grade (gr).

Satuan grade dapat dijadikan satuan yang lebih kecil yaitu centigrade

(cg) dan centi centigrade (ccg). Kesamaannya 1 grade (l gr.) = 100 centigrade

(100 cg) dan 1 centigrade (1 cg) = 100 centi centigrade (100 ccg).

3. Sistem Radial (Radian)

Sistem ini menetapkan besaran sudut dengan membagi keliling lingkaran menjadi

beberapa bagian yang sama dengan jari-jari lingkaran tersebut sebagai satuan

dasar. Sebutan satuan dasarnya yaitu radian atau radial, disingkat rad. Simbol

satuan radian ditulis ρ (dibaca rho).


Hubungan atau konversi antara kedua sistem satuan tersebut dapat dilihat sebagai

berikut:

1 derajad (1o) = 60 menit (60’) = 3600 detik (3600”)

1 menit = 60 detik

1 grade (gr) = 100 centigrade (cg) = 10.000 centi.centigrade (ccg).

1 centigrade = 100 centi.centigrade

1 derajad = 1,111111 grade

1 grade = 0,9 derajad

1 menit = 1,851852 centigrade

1 centigrade = 0,540000 menit

1 detik = 3,086419 centi.centigrade.

1 centi.centigrade = 0,324000 detik

1 derajad = 0,017453 radian (radial atau rad.)

1 radian (rad) = 57,295779 derajad = 3437,7467 menit = 206264,8 detik.

1 grade = 0,015708 radian (rad)

1 radian (rad) = 63,661977 grade = 6366,1977 cg = 636619,77 ccg.


4. SKALA

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak yang tergambar pada

peta dengan jarak di lapangan (jarak sesungguhnya).

Skala dapat dinyatakan dalam beberapa cara/bentuk, yaitu: numerik (angka), skala

grafik (tongkat), dan skala verbal.

a. Skala Numerik (Angka)

Skala numerik atau angka adalah skala peta yang menggunakan angka atau

bilangan pecahan sebagai pembanding jarak. Skala ini dapat berupa perbandingan

cm maupun inchi berbanding mil.

Contoh 1:500.000 dibaca setiap 1 cm pada peta mewakili 500.000 cm di lapangan.

Di bawah ini, rumus standar yang digunakan dalam perhitungan skala numerik.

JS = JP x S

Keterangan: JS = jarak sebenarnya

JP = jarak pada peta

S = bilangan skala

b.Skala Grafis

Skala grafik (graphic scale) atau skala garis/tongkat (bar scale) adalah jenis skala

peta yang digambar dalam bentuk ruas garis bilangan dibagi dalam unit-unit yang

sama panjang, sebagai pembanding jarak.

Contoh:
1km 8km

setiap satu segmen yang panjangnya 1 cm mewakili jarak 1 km

Arti dari skala grafik di atas yaitu setiap 1 cm di peta sama dengan 1 km

pada jarak sebenarnya (di lapangan). Apabila skala grafis di atas diubah menjadi

skala angka maka didapatkan skala 1: 1.00.000.

c.Skala Verbal

Skala verbal adalah jenis skala peta yang dinyatakan dalam bentuk kalimat

dengan menyebut satuan jarak pada peta dan jarak sesungguhnya (di lapangan).

Skala verbal biasanya digunakan oleh orang-orang Amerika dan Eropa.

Contoh:

1. Satu cm berbanding 50 km. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 50 km pada

jarak sebenarnya (di lapangan).

2. Satu inci berbanding 10 mil. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 10 mil pada

jarak sebenarnya (di lapangan).

C. Kerangka Berpikir

Materi IPA merupakan materi yang selalu berhubungan dengan alam, dan

bersifat nyata, oleh karena itu diperlukan media pembelajaran yang mudah diserap

dan dipahami oleh setiap siswa dan membawa siswa ke dunia nyata. Rendahnya
hasil belajar siswa tidak terlepas dari penggunaan metode, model, pendekatan

ataupun media dalam proses pembelajaran yang belum sesuai.

Metode yang cocok untuk mata pelajaran IPA adalah dengan metode CTL

(Contextual Teaching and Learning). Karena metode ini sesuai dengan karakter

peleran IPA di SD yaitu belajar secara konteks.

Berdasarkan penjelasan yang penulis paparkan, bahwa pembelajaran

dengan menggunakan metode CTL pada mata pelajaran IPA diharapkan dapat

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Masalah :

1. Mata pelajaran Dasar – dasar Teknik Pengukuran Tanah bukan mata pelajaran yang hanya perlu
konsep dan teori, tetapi dengan praktik secara langsung Kurangnya kesadaran guru dalam menggunakan
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar Dasar – dasar Teknik Pengukuran Tanah.
2. Guru belum mampu menciptakan media pembelajaran yang konkrit dan nyata.
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajran Dasar – dasar Teknik Pengukuran Tanah.

Mata pelajaran Dasar – dasar Teknik


Pengukuran Tanah bukan mata METODE KONTEKSTUAL
pelajaran yang hanya perlu konsep.

1. Menjembatani antara pemahaman ilmiah dan dan praktek lapangan

2. Siswa dapat mudah menyukai materi pelajaran Dasar – dasar Teknik Pengukuran
Tanah karena lebih mudah difahami dan dipraktekkan.

3. Para guru akan lebih berani mengeksplorasi kreativitasnya guna mencapai inovasi-
inovasi

Hasil Belajar :

1. Siswa dapat mangaitkan antara ilmu (teknik), dalam kehidupan sehari-


hari
2. Meningkatnya hasil belajar siswa pada pelajaran Dasar – dasar Teknik
Pengukuran Tanah
D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang didukung oleh deskripsi teoritis,

maka hipotesis penelitian ini adalah

H0 = Tidak terdapat pengaruh dalam penggunaan media kontekstual terhadap

hasil belajar siswa.

H₁ = Terdapat pengaruh dalam penggunaan media kontekstual terhadap hasil

belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai