Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan

manusia. Tingkat keberhasilan dalam pendidikan sendiri sangat ditentukan

oleh kualitas proses pembelajaran. Oleh karena itu, hal utama yang harus

selalu diperhatikan adalah bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang

berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang dapat

menciptakan lingkungan belajar yang menantang, menyenangkan,

mendorong bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan

mengembangkan kecakapan berpikir (Asri Budiningsih, dkk, 2008: 27).

Sedangkan Winarno, dkk (2009: 2) mengatakan bahwa aspek-aspek yang

mempengaruhi kualitas proses pembelajaran tersebut meliputi pengajar,

metode mengajar, perilaku belajar peserta didik, kondisi dan suasana belajar,

dan media pembelajaran. Sesuai pendapat tersebut, salah satu faktor yang

turut mempengaruhi kualitas proses pembelajaran adalah metode

pembelajaran yang digunakan.

Model pembelajaran didesain tidak lepas selalu menempatkan

karakteristik peserta didik serta lingkungannya pada variabel yang paling

berpengaruh, kemudian diberi stimulasi kognitif, afektif dan psikomotor.

Harapannya, ketika peserta didik berbuat sesuatu mereka tahu dan yakin akan

apa yang dilakukan, dari pengalaman hidupnya. Guru dituntut mengkreasi

lingkungan belajar secara positif (creating positive learning environment)


dan memberdayakan peserta didik (empowering students), untuk

mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif dan inovatif, sehingga dihasilkan

lulusan yang berwawasan global dan komprehensif. Lingkungan yang

dimaksud adalah yang berwawasan global. Melalui dukungan dan penguatan

pengalaman belajaran masa sebelumnya, dilengkapi dengan pengetahuan

yang mudah di akses melalui internet, akan memberikan warna tersendiri.

Karakteristik pembelajaran, didesain berdasarkan karakteristik peserta didik,

juga karakteristik lingkungan, dan karakteristik era globalisasi. Informasi

pengetahuan yang up to date menjadi suatu tuntutan. Pemilihan strategi

berwawasan global menjadi keharusan. Perubahan yang cepat dari

dinamisnya karakteristik perubahan dunia ini, harus disikapi oleh guru

dengan arif dan diiringi dengan kecerdasan dan keterampilan, agar dapat

memberi kemanfaatan bagi peserta didik. Terlebih kebutuhan masa depan

bagi peserta didik, adalah realita yang akan mereka hadapi.

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Bab VI Pasal 13 jalur pendidikan terdiri atas Pendidikan Formal dan

Nonformal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup

pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan

khusus. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat. Oleh sebab itu khususnya pendidikan formal


yang merupakan hal yang penting dalam meningkatkan ilmu pengetahuan

dan juga akan meningkatkan mutu sumber daya manusia perlu mendapat

perhatian khusus dari pemerintahan dan para pengelola di bidangnya.

Salah satu lembaga pendidikan formal pada tingkat menengah yaitu

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang terdiri dari beberapa bidang

diantaranya bidang Teknologi dan Rekayasa, Teknologi Informasi dan

Komunikasi, Kesehatan, Seni; Kerajinan dan Pariwisata, Agribisnis dan

Argoindustri, Bisnis dan Manajemen.

SMK Negeri 1 Lubuk Pakam merupakan lembaga pendidikan formal

yang bergerak dibidang Teknologi dan Rekayasa berupaya untuk

memberikan bekal pengetahuan, teknologi, keterampilan, disiplin, dan sikap

etos kerja yang kuat dan terampil dalam bidangnya sehingga diharapkan

dapat menjadi tenaga yang siap pakai terutama di indsutri kerja. SMK Negeri

1 Lubuk Pakam memiliki program kejuruan yaitu Teknik Bangunan, Teknik

Kendaraan Ringan, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Mesin,

Kecantikan, Teknik Alat Berat. Dari berbagai program kejuruan yang ada,

salah satu kompetensi keahlian yang dimiliki SMK ini adalah kompetensi

keahlian Desain Permodelan dan Informasi Bangunan, dimana

mempersiapkan lulusan yang dapat bersaing dan memenuhi kebutuhan

lapangan kerja.

Adapun mata pelajaran di SMK dapat digolongkan dalam tiga

golongan yaitu: mata pelajaran normatif, adaptif dan produktif. Dari ketiga

golongan ini, golongan pelajaran produktif merupakan salah satu mata


pelajaran yang sangat penting, karena siswa diharapkan mempunyai

kemampuan, pengetahun dan keterampilan yang menjadi bekal bagi siswa

untuk menghadapi dunia kerja. Salah satu mata pelajaran yang termasuk

kedalam kelompok pelajaran produktif tersebut adalah Rencana Anggaran

Biaya. Mata pelajaran ini berhubungan dengan  perhitungan banyaknya

biaya yang diperlukan untuk bahan, alat dan upah, serta biaya lainnya yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan atau proyek tersebut.

Dalam dunia industri, perencanaan keuangan sangat penting untuk

dilakukan. Cara yang paling efektif untuk menjaga bisnis dan alat-alat

pembayarannya agar tetap di jalur adalah dengan menciptakan proses

anggaran. Anggaran dan rencana kerja wajib dibuat untuk mencapai rencana

perusahaan untuk masa yang akan datang. Agar dapat mencapai rencana yang

sudah ditentukan oleh perusahaan, perusahaan wajib menetapkan langkah atau

tindakan yang harus diambil. Pada poin inilah perusahaan akan membuat

rencana kerja. Rencana kerja biasanya berpedoman pada data historis dari

tahun-tahun sebelumnya. Dalam penyusunan anggaran akan lebih berhasil

apabila ditunjang dengan kebijakan yang terarah dan perencanaan yang

matang. Perusahaan yang mempunyai kecenderungan memandang ke depan,

akan memikirkan apa yang mungkin dilakukan untuk masa yang akan datang.

Hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan perencanaannya, perusahaan tinggal

berpegang pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya. Dimana,

bagaimana, mengapa, kapan, adalah pertannyaan yang dikembangkan sehari-

hari. Dalam perusahaan manufaktur (pabrik) kegiatan yang dilakukan dengan


cara yang lebih efisien dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini

dapat terjadi apabila manajemen memperhatikan rencana dan aktivitasnya di

masa yang akan datang. Anggaran perusahaan dalam proses penyusunannya

memiliki kaitan yang erat dengan perencanaan, pengkoordinasian kerja, dan

pengawasan kerja. Dalam sebuah perusahaan, anggaran perusahaan berperan

sebagai alat bagi manajemen dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut.

Penyusunan Anggaran adalah siklus penting bagi perusahaan untuk membantu

pebisnis atau pelaksana dala perencanaan dan mewujudkan kegiatan-kegiatan

perusahaan sebagai pertanggungjawaban sehingga penyimpangan dapat

diminimalisir.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMK Negeri 1

Lubuk Pakam, pembelajaran Rencana Anggaran Biaya masih didominasi oleh

metode konvensional. Penggunaan metode konvensional tersebut ternyata

belum mampu mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran yang

diharapkan dan penugasan dimana guru sebagai pusat informasi tanpa adanya

interaksi yang baik dari siswa sehingga siswa kurang berperan aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, rendahnya jumlah siswa yang mendengarkan

penjelasan guru dan motivasi yang jarang didapatkan siswa . Sehingga proses

belajar mengajar tidak berjalan dengan baik maka hasil belajar kurang

memuaskan. Rendahnya tiangkat keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar merupakan hal yang sangat sering ditemukan dan merupakan hal

yang dapat menghambat tercapainya keberhasilan proses pembelajaran.

Dengan kevakuman dan pasifnya siswa dalam proses mengajar dapat


mengakibatkan beberapa hal yang bisa merugikan berbagai pihak. Bagi siswa

sendiri selain kurang terlatihnya skill dalam berpendapat juga mengakibatkan

kejenuhan dalam belajar, atau bahkan dapat mengakibatkan kurangnya ilmu

pengetahuan yang dapat ditransfer oleh siswa sendiri. Dilain pihak guru juga

akan merasakan hal yang kurang baik, selain merasa ragu apakah materi yang

diberikannya sudah cukup diterima atau tidak dapat dimengerti oleh siswa.

Adapun data yang diperoleh dari observasi, disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut.

Tabel 1.1 Hasil Belajar Rencana Anggaran Biaya Kelas XI SMK Negeri 1 Lubuk

Pakam Tahun Ajaran 2021/2022

Tahun Nilai Kategori Jumlah Persentase Predikat

Pelajaran Siswa

0 – 69 D 3 9,67% Perlu Bimbingan

70 – 80 C 26 83,87% Cukup

2021/2022 81 – 89 B 2 6,45% Baik

90 – 100 A 0 0% Sangat Baik

(Sumber : Guru Mata Pelajaran Sri Wahyuni, S.Pd)

Hal itu dapat dilihat dari rendahnya nilai rata-rata siswa. Pada tahun

2021/2022 menunjukkan 26 siswa yang masuk kriteria cukup yaitu sebesar

83,87%, 3 siswa yang perlu bimbingan yaitu sebesar 9,67%, dan terdapat 2 siswa

yang memperoleh nilai baik yaitu 6,45%. Di samping itu, berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan terhadap siswa menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa mengaku bosan dengan metode pembelajaran yang digunakan.


Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sebaiknya selalu

memperhatikan faktor siswa sebagai subjek belajar. Pada dasarnya siswa satu

berbeda dengan siswa lainnya, baik dalam hal kemampuan maupun cara

belajarnya.

Perbedaan itu menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda dari setiap

anak. Dalam pembelajaran klasikal, perbedaan individu jarang mendapat

perhatian. Semua siswa dalam satu kelas dianggap mempunyai kebutuhan,

kemampuan yang sama sehingga diperlakukan dengan cara yang sama pula.

Perbedaan individu itu perlu mendapat perhatian yang memadai. Hal itu bukan

berarti bahwa pembelajaran harus diubah menjadi pembelajaran individual

melainkan diperlukan sebuah alternatif pembelajaran yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan individual siswa.

Said Hamid Hasan (1996: 8) mengatakan bahwa realita yang ditunjukkan

di masyarakat membuktikan bahwa setiap individu terlibat kerjasama dengan

individu lain dalam suatu sistem. Persaingan yang terjadi antar individu

hanyalah sebatas sistem itu, sementara keberhasilan dalam sistem tadi lebih

memberikan kesempatan dan jaminan akan keberhasilan individu dan

anggotanya. Johnson dan Smith (Lie, 2010 : 5) mengemukakan bahwa

pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru

dan siswa. Maksud dari pernyataan tersebut adalah kegiatan pendidikan

merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa i nteraksi antar

pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi

ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain menjalin


komunikasi dan membangun pengetahuan bersama.

Berpijak dari pendapat di atas, untuk menciptakan interaksi pribadi

antar siswa, dan interaksi antar guru dan siswa, maka suasana kelas perlu

direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk

berinteraksi satu sama lainnya. Guru perlu menciptakan suasana belajar yang

memungkinkan siswa bekerjasama secara gotong royong. Salah satu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas kerja sama antar siswa serta

prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat menyediakan lingkungan

belajar yang kondusif untuk terjadinya interaksi belajar mengajar yang lebih

efektif, sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Melalui

model pembelajaran kooperatif siswa belajar lebih aktif dibandingkan

dengan hanya menerima informasi dari guru saja, dapat terjadi interaksi antar

siswa dan siswa dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Melihat dari permasalahan ini, peneliti akan mencoba salah satu model alternatif

yang dapat digunakan yakni metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievment Division (STAD). Dalam STAD guru hanya memberikan konsep-

konsep pokok. Pengembangan dari konsep-konsep tersebut dilakukan oleh siswa

dalam bentuk kelompok melalui permasalahan yang diberikan. Dalam kelompok,

siswa mendiskusikan konsep dan permasalahan yang diberikan secara bersama,

membandingkan masing- masing jawaban dari permasalahan yang diberikan,

dan membetulkan kesalahan, sehingga seluruh siswa akan terlibat secara

langsung dalam penguasaan materi pelajaran Rencana Anggaran Biaya.


Pembelajaran Rencana Anggaran Biaya akan sangat menarik jika dikemas

dalam suatu bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan. Diharapkan

dalam proses pembelajaran dapat terjadi aktivitas diantara siswa dan mereka

mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami. Selain

itu, diharapkan pula siswa mampu berinteraksi secara positif baik dengan

siswa lainnya maupun guru. Sehingga apabila siswa mengalami kesulitan-

kesulitan dalam belajar dapat segera diselesaikan bersama-sama.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) adalah model

pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar

individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, kamunikasi

intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas tim-tim belajar yang terdiri dari

4-5 siswa yang heterogen, dimana tiap-tiap kelompok menyelidiki suatu konsep

yang diberikan guru. Penyelidikan dilakukan dengan merencanakan bersama

tugas yang akan dipelajari, kemudian melakukan pengamatan mendalam atas

topik yang dipilih, selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan

kepada seluruh kelas (Slavin 2008: 214).

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat

orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan

suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua

anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa

menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka
tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa

diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh

sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi

peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui

nilai mereka sebelumnya.

Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan

kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau

hadiah-hadiah yang lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai dari paparan

guru ke kerja kelompok sampai kuis, biasanya memerlukan tiga sampai lima kali

pertemuan kelas. STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi-

materi pelajaran ilmu pasti, seperti penghitungan dan penerapan matematika,

penggunaan bahasa dan mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan, dan

konsep- konsep sains lainnya.

Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang

STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama

lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan gur Jika siswa menginginkan

kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok

mereka dalam mempelajari pelajaran Mereka harus mendorong teman

sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma

bahwa belajar itu penting. Berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu

untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling

membant ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi in
(tanggung jawab perseorangan). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan

bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu

sama lain, mereka bisa mendiskusikan pendekatan pendekatan untuk

memecahkan masalah itu, atau mereka bisa saling memberikan pertanyaan

tentang isi dari materi yang mereka pelajari itu. Mereka mengajari teman

sekelompok dan menaksir kelebihan dan kekurangan mereka untuk membantu

agar bisa berhasil menjalani tes. Karena skor kelompok didasarkan pada

kemajuan yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya (kesempatan yang sama

untuk berhasil), siapapun dapat menjadi “bintang” kelompok dalam satu minggu

in karena nilainya lebih baik dari nilai sebelumnya atau karena makalahnya

dianggap sempurna, sehingga selalu menghasilkan nilai yang maksimal tanpa

mempertimbangkan nilai rata-rata siswa yang sebelumnya.

Berdasarkan masalah diatas Penulis mencoba mengadakan suatu

penelitian tindakan kelas dengan judul : “Meta Analisis Pengaruh Model

Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Rencana Anggaran

Biaya Kelas XI SMK Negeri 1 Lubuk Pakam ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ditemukan diatas, maka

dapat di identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran serta tidak bebas

mengeksplorasi kemampuannya dikarenakan guru yang menggunakan


metode pembelajaran yang bersifat teacher center (berpusat pada

guru). Sehingga pembelajaran bersifat pasif karena guru lebih

mendominasi dalam proses pembelajaran.

2. Hasil belajar siswa pada pelajaran Rencana Anggaran Biaya banyak

yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yaitu 75,

dikarenakan cara pengajaran dengan menggunakan metode yang

tidak pas sehingga guru harus menggunakan model yang lebih

bervariasi dalam proses belajar mengajar tersebut.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terfokus serta memberikan ruang lingkup

yang lebih efektif dan terarah, maka penelitian ini perlu dibuat pembatasan

masalah.

Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini,

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran cooperative learning yang diteliti dibatasi pada


model pembelajaran cooperative learning tipe STAD (Student Team
Achievement Division).
2. Peneliti hanya berfokus pada seberapa besar pengaruh model

pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) terhadap

hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Rencana Anggaran

Biaya.

3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Kompetensi Desain

Pemodelan dan Informasi Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam.


1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah

yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Student Team Achievement Division lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar dengan metode konvensional pada mata pelajaran Rencana

Anggaran Biaya siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Desain Pemodelan dan

Informasi Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam?.

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tujuan yang hendak di capai oleh

peneliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) pada

mata pelajaran Rencana Anggaran Biaya di SMK Negeri 1 Lubuk

Pakam.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran ceramah pada mata pelajaran Rencana Anggaran

Biaya di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) lebih

tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah pada
mata pelajaran Rencana Anggaran Biaya di SMK Negeri 1 Lubuk

Pakam.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu

manfaat secara teoritis dan juga manfaat secara praktis. Yang akan diuraikan

dibawah ini :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Dari hasil

penelitian meta-analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang rata-rata pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif

STAD (Student Team Achievement Division).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, Penggunaan metode-metode pembelajaran yang baik

dan inovatif maka dapat mewujudkan siswa yang cerdas serta

berprestasi yang diharapkan mampu mengaplikasikan di lingkungan

sekitar dan membawa nama baik sekolah.

b. Bagi guru, sebagai sumber informasi bahwa model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif pembelajaran dan dapat menciptakan proses belajar yang


efektif dan efesien.

c. Bagi Siswa, sebagai bahan masukan untuk lebih berpartisipasi aktif

dalam proses pembelajaran.

d. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk mempraktikan teori-teori yang

diperoleh selama di bangku kuliah dengan kenyataan sehari-hari


BAB II

KERANGKA TEORITIS,KERANGKA BERPIKIR,

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KERANGKA TEORITIS

1. Hakikat Hasil Belajar Rencana Anggaran Biaya

a. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampialan, kecakapan, kebiasaan,

serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Belajar adalah sesuatu proses yang komplek yang terjadi pada

setiap orang dan berlangsung seumur hidup. Semenjak dia lahir sampai

keliang lahat nanti, salah satu tanda orang belajar adanya perubahan

tingkah laku pada dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut

baik perubahan yang bersifat pengetahuan (konitif) dan keterampilan

(psicomotor) maupaun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Winkel (Purwanto, 2013: 39) belajar yaitu suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap.


Selanjutnya pengertian belajar menurut Wina Sanjaya (2013: 112)

adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi

karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Disisi

lain, slavin (Trianto, 2013: 17) mendefenisikan belajar sebagai perubahan

pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena

pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik sejak lahir.

Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat

sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat

kaitannya.

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun

tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu

perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah

perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan

dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman

merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber

belajarnya.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan hakikat

belajar adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, keterampilan

dan sikap yang diperoleh individu dari pengalaman individu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya sebagai sumber belajar.


b. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa

yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Rusman,2013:

123). Purwanto (2011:23) mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu

pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar

mengajar. Sedangkan menurut Sudjana (2016: 22) hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Menurut Sudjana (2016: 56) hasil belajar yang dicapai siswa

melalui proses belajajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan

hasil yang berciri sebagai berikut:

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan potensi yang

rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak

kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan

lama diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek

lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreativitasnya.
4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komrehensif),

yakni mencangkup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah

afektif (sikap), dan ranah psikomotorik, keterampilan dan perilaku.

5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai hasil yang

dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha

belajarnya.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh siswa yang mencakup

ranah kognitif (pengetahuan atau wawasan), afektif (sikap), dan

psikomotorik (keterampilan dan perilaku) setelah ia mengikuti proses

belajar mengajar.

c. Hakikat Hasil Belajar Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah nilai estimasi biaya yang

harus disediakan untuk pelaksanaan sebuah kegiatan proyek. Adapun

beberapa praktisi mendefinisikan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagai

berikut :

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perkiraan nilai uang dari

suatu kegiatan (proyek) yang telah memperhitungkan gambar-gambar

bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis,

daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan (J.

A. Mukomoko, 1987).

Menurut Sugeng Djojowirono (1984), Rencana Anggaran Biaya


(RAB) merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan

dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang

diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.

Menurut Firmansyah (2011:25) dalam bukunya Rancang Bangun

Aplikasi Rencana Anggaran Biaya Dalam Pembangunan Rumah. Rencana

Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan banyaknya biaya yang

diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang

berhubungan dengan pelaksanaan proyek pembangunan.

John W. Niron dalam bukunya Pedoman Praktis Anggaran dan

Borongan Rencana Anggaran Biaya Bangunan (1992), Rencana Anggaran

Biaya (RAB) mempunyai pengertian sebagai berikut :

a) Rencana : Himpunan planning termasuk detail dan tata cara

pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan.

b) Angaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar

rencana) pada suatu bangunan.

c) Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan

yang tercantum dalam persyaratan yang ada.

Dalam mata pelajaran Rencana Anggaran Biaya, pencapaian

tujuan pembelajarannya ada tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Sudjana (2016: 22) menyatakan pada ranah kognitif, siswa

harus dapat memahami materi, mengingat kembali, menerapkan,

menganalisis, dan melakukan sintesis terhadap soal yang diberikan oleh


guru. Pada ranah afektif mengenai sikap atau nilai (attitude dan value),

siswa merespon pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan

pendapat pribadinya terhadap hal-hal yang relatif sederhana tapi bukan

fakta. Pada ranah psikomotorik, akan berhubungan langsung dengan

keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities) siswa. Dalam ranah ini

melihat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa melalui

observasi dan test perbuatan yang berhubungan dengan mata pelajaran

Rencana Anggaran Biaya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar Rencana

Angggaran Biaya yaitu kemampuan yang diperoleh siswa yang mencakup

pengetahuan atau wawasan, nilai sikap, dan keterampilan tentang Rencana

Anggaran Biaya. Perhitungan rencana anggaran biaya ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan, mengontrol pengeluaran per

item pekerjaan, mencegah adanya keterlambatan atau pemberhentian

pekerjaan, dan meminimalisir pemborosan biaya yang mungkin terjadi

pada saat dilaksanakannya pekerjaan. Dalam perhitungan atau penaksiran

biaya pelaksanaan biasanya berdasarkan gambar-gambar dan spesifikasi

yang ada, meliputi :

a. Metode Unit (satuan)

Metode ini adalah metode harga tunggal yang didasarkan pada

persamaan fungsional dari proyek konstruksi bangunan yang akan dibuat.

b. Metode Luas
Metode luas adalah perkiraan biaya berdasarkan luas bangunan

dengan mengacu pada bangunan yang mempunyai karakteristik yang

sama.

c. Metode Kubik

Metode kubik adalah metode harga satuan yang didasarkan pada

biaya per meter kubik dari bangunan.

d. Metode Bill of Quantity

Metode Bill of Quantity adalah metode yang paling teliti dalam

memperkirakan harga satuan pekerjaan, tetapi metode ini biasa dilakukan

setelah perencanaan lengkap dengan perinciannya.

Hal-hal yang diperlukan dalam perhitungan RAB adalah sebagai berikut :

1. Ketepatan dalam memperhitungkan kebutuhan bahan dan harganya

2. Ketelitian dalam menghitung jumlah tenaga kerjanya

3. Faktor kalibrasi yang digunakan

4. Harga satuan yang digunakan sebaiknya menggunakan harga satuan

pekerjaan dari daerah tempat proyek tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat hasil

belajar rencana anggaran biaya adalah kemampuan yang dicapai siswa dari

suatu aktivitas mental atau psikis yang dilakukan seseorang untuk

mengakibatkan suatu perubahan pengetahuan, penalaran, keterampilan,

dan nilai sikap tentang rencana anggaran biaya.


2.Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement And Division (STAD)

a.Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nurulhayati (Rusman, 2012: 203) pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi

siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

dengan nenggunakan system pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara

empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda-beda (heterogen)

(Wina Sanjaya, 2006:242).

Sedangkan menurut Sanjaya (Rusman,2012:203) model

pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang

dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok

adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakuakan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan.

Nurulhayati (Rusman, 2012: 204) mengemukakan ada lima unsur

dasar model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1)Ketergantungan yang positif


Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerja sama yang

sangat erat kaitan antara anggota kelompok, kerja sama ini dibutuhkan

untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan

kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.

2) Pertanggung jawaban individual

Maksud dari pertanggung jawaban individual adalah kelompok

tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok.

Pertanggung jawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam

menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap orang

dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain di mana siswa harus

menerima tanpa pertolongan anggota kelompok.

3) Kemapuan bersosialisasi

Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan bekerja

sama yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak

berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan

bersosialisasi yang dibutuhkan.

4) Tatap muka

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi

yang menguntungkan semua anggota.

5) Evaluasi proses kelompok

Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi


proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa

bekerja sama lebih efektif.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan sistem

pengelompokan/tim kecil yang berisikan empat sampai enam orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, dan

suku yang berbeda (heterogen) yang melibatkan partisipasi siswa dalam

kelompok untuk saling berinteraksi guna mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

b.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Division (STAD)

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya

di Univesitas John Hopkin. Menurut Slavin (2010: 143) model STAD

(Student Team Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran

kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah

diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris,

Teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar

sampai perguruan tinggi. Model STAD dikembangkan oleh Robert

Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan

model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana serta yang paling

banyak digunakan dalam pembelajaran kooperatif.


Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe

dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-

kelompok kecil dengan banyak anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang

secara heterogen, diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,

penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, (Trianto,2009:68). Dan

penghargaan kelompok.

Menurut Sri Andyani et al. (2014: 4) model pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievenment Division (STAD) adalah

salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar

dalam kelompok- kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang siswa secara

heterogen dalam setiap kelompok.

Menurut Isjoni (2007: 51) Student Team Achievement Division

(STAD) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi

dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai

prestasi yang maksimal.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) adalah

model pembelajaran kooperatif dimana siswa ditempatkan dalam

kelompok kecil berjumlah 4-5 orang yang menekankan pada adanya

aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi

yang maksimal.
Model pembelajaran STAD memiliki beberapa keunggulan

(Nurdyansyah, 2016: 69) yaitu:

1) Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran

yang sedang dibahas. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari

kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan

lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

2) Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang

bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

3) Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang

tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan

teman sebaya,

4) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan

bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

5) Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuannya. Pembentukan kelompok kecil memudahkan guru untuk

memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

Disamping itu, Soewarso (Nurdyansyah, 2016: 69) mengulas

beberapa kendala dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe


STAD sebagai berikut.

1)Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling

mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok

kecil.

2) Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak

dapat berlatih belajar mandiri.

3) Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum

tidak dapat dipenuhi.

4) Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.

5) Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

6) Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin

dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang

menuntut tempat yang berbeda dan gaya mengajar yang berbeda.

Menurut Rusman (2012: 216) terdapat 6 tahap yang harus

dilakukan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement And Divisions

(STAD), yaitu: Penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok,

presentasi dari guru (Penyampaian materi), kegiatan belajar dalam tim

(kerja kelompok), kuis (evaluasi) dan penghargaan prestasi tim.

6) Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada


pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

6) Pembagian kelompok

Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang mampu memprioritaskan

heterogenitas (keragaman) dalam prestasi akademik, gender atau jenis

kelamin, ras atau etnik.

6) Presentasi dari guru (Penyampaian materi)

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan

tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru

memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.

Didalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,

peranyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan

dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara

mengerjakannya. 4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja kelompok)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,

sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan

kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan

bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan kerja tim ini merupakan

ciri terpenting dari STAD.


5) Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang

materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi

hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara

individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk

menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri

sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.

6) Penghargaan presentasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, setiap ketua kelompok mengumpulkan

lembar kerja kuis pada guru. Guru memeriksa hasil kerja siswa dengan

menggunakan rumus :

Skor individu = Jumlah jawaban benar x100


Jumlah soal

Skor kelompok = Jumlah skor masing-masing anggota kelompok

Jumlah anggota kelompok

Tabel 2.1 Kriteria penilaian skor kelompok

Interval skor Predikat

91 – 100 Sangat baik

81 – 90 Baik

70 – 80 Cukup

0 – 69 Perlu bimbingan
Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru

memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai

dengan prestasinya.

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase – fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 Guru menyampaikan tujuan

Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada


memotivasi siswa
pembelajaran tersebut dan

memotivasi siswa untuk belajar.

Fase 2 Guru membagi siswa kedalam

Pembagian kelompok beberapa kelompok (setiap kelompok

terdiri dari 4 – 5 siswa yang

heterogen,baik dari segi

kemampuan,jenis kelamin,ras,atau

etnik.

Fase 3 Guru menyampaikan materi

Menyampaikan materi pelajaran serta menjelaskan tugas

dan pekerjaan yang harus dikerjakan

siswa

Fase 4 Siswa berdiskusi dalam berkelompok


yang telah dibentuk pada awal

Kegiatan belajar dalam tim (kerja pembelajaran berlangsung

kelompok)

Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar

Kuis (evaluasi) melalui pemberian kuis (tugas)

tentang materi yang telah dipelajari.

Fase 6 Setelah dilakukan pemeriksaan dan

Penghargaan prestasi tim pemberian skor pada setiap

kelompok guru memberikan

penghargaan terhadap kelompok

dengan nilai tertinggi. Guru dapat

memberikan penghargaan berupa

pujian,skor perkembangan.

c. Hakikat Pembelajaran Konvensional

Salah satu pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak

digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran

konvensional merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan

cara mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih

berperan sebagai penerima. Dalam pembelajaran konvensional siswa

dipandang sebagai orang yang belum mengetahui apapun dan hanya

menerima bahan-bahan yang diberikan oleh guru. Guru adalah orang


dewasa yang memiliki pengetahuan dan wewenang untuk menyampaikan

pengetahuan itu kepada siswanya.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 259) menyatakan bahwa pada

pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar

yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Jadi pada

umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya

jawab dan penugasan. Kemudian Djafar (2001:86) pembelajaran

konvensional dilakukan dengan satu arah. Dalam pembelajaran ini

peserta didik sekaligus mengerjakan dua kegiatan yaitu mendengarkan

dan mencatat.

Ruseffendi (2005: 17) pembelajaran konvensional pada umumnya

memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan

daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung,

mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional

dimana dalam proses belajar mengajar guru memberikan penjelasan

kepada siswa (ceramah) dan siswa dituntut untuk mengingat dan

menghapal informasi yang diberikan guru.

Menurut Nasution (2009: 209) Pembelajaran konvensional memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

1) Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang

dapat diamati dan diukur.


2) Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai

keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual.

Pelajaran diberikan pada jam-jam tertentu menurut jadwal.

3) Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis

dan media lain menurut pertimbangan guru.

4) Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses

mengajar.

5) Murid-murid kebanyakan bersikap "pasif", karena terutama harus

mendengarkan uraian guru.

6) Murid semuanya harus belajar menurut kecepatan yang kebanyakan

ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.

7) Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau

ujian.

8) Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai oleh guru secara subyektif.

9) Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai bahan

pelajaran sepenuhnya, sebagian lagi akan menguasainya untuk

sebagian saja dan ada lagi yang akan gagal.

10) Pengajar terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur

pengetahuan

11) Siswa biasanya menempuh beberapa test atau ulangan mengenai

bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu

ditentukan angka rapornya untuk semester ini.


Kelebihan dan kekurangan pembelajaran konvensional dijelaskan

Purwanto (2003:67) yaitu:

1) dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat

kesempatan yang sama untuk mendengarkan.

2) bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan lebih urut.

3) pengajar dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting.

sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.

4) isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar

tidak

harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.

5) Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat

dilaksankannya proses pembelajaran ini.

Adapun kekurangan pembelajaran konvensional adalah:

6) Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi

pasif, karena tidak berkesemptan untuk menemukan sendiri konsep

yang diajarkan

7) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta

didik

tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan

8) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini lebih cepat terlupakan

9) Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar

menghafal

yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.


Langkah langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan model

pemebelajaran konvensional yaitu:

1) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut

2) Guru menyampaikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap

dengan metode ceramah

3) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru mengecek

keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik

4) Memberikan kesempatan latihan lanjutan

5) Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan dirumah.

Dalam penelitian ini, pembelajaran konvensional yang

dimaksudkan merupakan pembelajaran yang diterapkan guru sebelum

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dimana

proses pembelajran yang dilaksanakan yaitu guru menjelaskan materi

yang akan dipelajari, guru mempersilahkan siswa bertanya, dan guru

memberikan tugas kepada siswa.

2) Motivasi Belajar

Motifasi berasal dari kata motif yang artinya adalah segala daya

upaya yang menodorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek

untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern (kesiap siagaan).


Berawal dari kata "motif" itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-

saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan atau mendesak.

Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2010:73) motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

"feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Sadirman (2010: 75) motivasi dapat juga dikatakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka

akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka

itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi

motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai motivasi merupakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka

akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka

itu.

Arden N. Frandsen (Sardiman, 2010:46) menyatakan ada beberapa


hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni:

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

b. Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya

keinginan

untuk selalu maju.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan

teman-temannya.

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi.

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

Seseorang yang belajar karena memiliki motivasi akan berbeda

dengan seseorang yang terpaksa melaksanakan proses belajar. Motivasi

seseorang dapat terlihat dari usaha seseorang untuk mencapai tujuan

yang direncanakannya.

Selain itu, menurut Sardiman (2010:83) siswa yang memiliki

motivasi dalam dirinya dapat dilihat melalui ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas

Tekun di sini artinya siswa tidak pernah berhenti untuk

mengerjakan sebelum tugas-tugasnya selesai dan mereka selalu

mempunyai semangat mengerjakan tugas dan bekerja terus menerus

dalam waktu yang lama.

b. Ulet menghadapi kesulitan


Siswa yang memiliki motivasi belajar, tidak pernah merasa putus

asa dalam belajar walaupun dalam mengerjakan tugas selalu menghadapi

kesulitan.
4
1
4
2

Anda mungkin juga menyukai