Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Selain
itu, pendidikan adalah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat bagi
kehidupan manusia. Karena itu, tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Masyarakat telah mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru
untuk mendidik anak-anaknya dan membantu mengembangkan potensinya secara
maksimal. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari
pengakuan masyarakat terhadap potensi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut
mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai, tidak hanya pada tatanan
normatif saja namun juga menyangkut pengembangan kompetensi yang dimiliki,
baik kompetensi pedagogik, kepribadian, professional maupun sosial dalam ranah
aktualitas kebijakan pendidikan.
Danim (2012;44) mengemukakan bahwa: “Guru bermakna sebagai pendidik
profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama
itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin
dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar
mutu atau norma etik tertentu”.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyatakan ada 5 (lima) dimensi kompetensi
yang harus dimiliki Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu Kompetensi Kepribadian,
Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi, dan Kompetensi Sosial.
Berdasarkan Permendiknas di atas, salah satu tugas kepala sekolah adalah
melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara
efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal. Oleh sebab
2

itu, setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik,
karena salah satu dimensi kompetensi yang harus dikuasai kepala sekolah adalah
dimensi supervisi akademik. Dari delapan kompetensi pada dimensi akademik yang
harus dimiliki kepala sekolah  adalah kompetensi yang berkenaan dengan
pemahaman utuh tentang proses belajar dan pembelajaran. Karena kepala sekolah
dituntut untuk dapat memberikan pengarahan profesional pada masalah belajar dan
pembelajaran yang terjadi di kelas. Hal ini sejalan dengan  Acheron dan Gall (1987)
yang mengatakan bahwa tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan interaksi tatap
muka dan membangun hubungan antara guru dan pengawas.

Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara continue, baik diminta


ataupun tidak diminta. Karena hal itu bukan merupakan kegiatan Kepala Sekolah
untuk memata-matai guru melainkan diartikan sebagai bantuan yang diberikan untuk
memperbaiki situasi mengajar-belajar (Sahartian dan Mataheru, 1982: 18)
Supervisi akademik merupakan kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan
teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.  Menurut Blumberg (1980) dan Cogan (1973) peningkatan kualitas
pembelajaran guru akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Sehingga
pembinaan dan pemberian dampingan secara kesinambungan yang dilakukan oleh
kepala sekolah akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas yang
dilakukan oleh guru dan  akan berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik.
Secara umum tujuan dari program pengawasan adalah: (1) mendorong sekolah untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan agar mencapai kondisi memenuhi/hampir
memenuhi standar nasional pendidikan, (2) memberikan arahan upaya-upaya yang
harus dilakukan sekolah untuk dapat memenuhi/hampir memenuhi standar nasional
pendidikan, (3) memberikan pendampingan kepada sekolah untuk mewujudkan
pengawasan dalam kurun waktu tertentu, (4) menjalin kerjasama dan meningkatkan
peran serta stakeholder pendidikan baik ditingkat pusat dan daerah dalam
mengembangkan pengawasan, dan (5) mendapatkan model/rujukan pengawasan.
3

Program pengawasan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu identifikasi profil sekolah
berdasarkan data yang dijaring melalui inventarisasi kondisi sekolah; penyusunan
program kerja oleh sekolah; penilaian, penyempurnaan dan penyepakatan program
kerja melalui asistensi dan sinkronisasi program; dan Supervisi hasil pelaksanan
program sekolah.
Berkaitan dengan program sekolah tersebut di atas, tindak lanjut pembinaan
yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah melakukan Supervisi keterlaksanaan
program sekolah yang telah disusun oleh pihak sekolah dan pencapaian profil
sekolah yang sesuai SNP. Kegiatan Supervisi dilakukan sebagai upaya pembinaan
untuk memantau keterlaksanaan program kerja dan pencapaian profil sekolah.  
Dalam mengelola sekolah untuk mencapai visi yang dituju, selain
menerapkan kaidah-kaidah kepala sekolah sebagai manajer, juga diperlukan
kompetensi kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Kepemimpinan
pembelajaran adalah upaya untuk menggerakkan tenaga pendidik dan kependidikan
untuk fokus pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan utama
dalam sebuah sekolah yang berkaitan langsung dengan transfer nilai, baik
pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Keberhasilan dari kegiatan pembelajaran
ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting dalam kegiatan tersebut
adalah keprofesionalan seorang guru dalam menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik
mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM).
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menjadi acuan bersama pendidik,
peserta didik dan orang tua peserta didik. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu
melakukan sosialisasi agar informasi tentang KKM dapat diakses dengan mudah oleh
peserta didik dan orangtuanya. KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
4

Hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) SMK Negeri 6 Sukoharjo pada tahun
2017 menunjukkan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memiliki nilai
terendah yaitu Standar Proses. Terkait hasil EDS tersebut maka dilakukan
pengamatan terhadap hasil supervisi akademik semester gasal tahun pelajaran
2018/2019. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui untuk indikator komponen
Administrasi Perencanaan Pembelajaran menunjukkan jumlah skor terendah pada
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 61 (kurang). Sedangkan untuk
indikator komponen RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran semua sudah menunjukkan
nilai di atas 81. Selain itu peneliti juga mengamati hasil Penilaian Kinerja Guru tahun
2018. Penilaian Kinerja Guru (PKG) tahun 2018 menunjukkan bahwa guru di SMK
Negeri 6 Sukoharjo juga belum memiliki keprofesionalan yang baik. Prosentase
perolehan nilai terendah nilai PKG tahun 2018 berada pada aspek professional guru
yaitu pada indikator mengembangkan keprofesian melalui tindakan yang reflektif
sebesar 74,52% .
Bertolak dari permasalahan tersebut maka perlu adanya tindakan perbaikan
melalui supervisi akademik bagi guru SMK Negeri 6 Sukoharjo terkait dengan
penyusunan KKM.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kualitas proses penyusunan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM)
bagi guru SMK Negeri 6 Sukoharjo melalui supervise akademik pada semester 2
tahun pelajaran 2018/2019?
2. Bagaimanakah hasil penyusunan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) bagi guru
SMK Negeri 6 Sukoharjo melalui supervise akademik pada semester 2 tahun
pelajaran 2018/2019?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan :
1. Kualitas proses penyusunan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) bagi guru
5

SMK Negeri 6 Sukoharjo melalui supervise akademik pada semester 2 tahun


pelajaran 2018/2019.
2. Hasil penyusunan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) bagi guru SMK Negeri 6
Sukoharjo melalui supervise akademik pada semester 2 tahun pelajaran
2018/2019.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi tiga hal, yaitu manfaat bagi
sekolah, bagi guru, dan bagi siswa.
1. Bagi Sekolah manfaat penelitian ini adalah dapat meningkatkan prestasi sekolah.
2. Bagi guru manfaat penelitian ini adalah meningkatnya profesionalisme guru
sehingga proses belajar mengajar menjadi maksimal.
3. Bagi siswa manfaat penelitian ini adalah mereka bisa belajar secara optimal
karena guru mengajar secara professional sesuai dengan perencanaan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai