PENDAHULUAN
Salah satu upaya meningkatan mutu pendidikan adalah peran dari guru. Guru sebagai
pendidik merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan proses pembelajaran di
kelas, serta merupakan faktor penentu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah
terutama pada pendidikan tingkat dasar dan menengah. Keterampilan utama dari seorang
guru adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada siswa secara kontinyu, yaitu dengan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada
kualitas hasil belajar siswa. Dalam upaya mencapai kualitas tersebut guru diharapkan dapat
melakukan pembelajaran yang didasarkan pada strategi, metode dan teknik pembelajaran
Berdasarkan data di SDN 002 Bangun Purba ditemukan bahwa ternyata kualitas
pendidikan tergolong rendah dari apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
sebagai kepala sekolah yang selanjutnya berperan juga sebagai peneliti akan melakukan
pembinaan kepada guru melalui supervisi klinis, dan tindakan ini sebagai suatu langkah yang
tepat agar peningkatan capaian mutu guru dapat dicapai sesuai dengan program pemerintah.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah yang tertuang dalam
Sehubungan dengan hal ini maka yang menjadi tugas bagi seorang kepala sekolah sebagai
supervisi klinis ini di antaranya; (1) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
1
sekolah/madrasah. (2) Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di SD/MI atau mata pelajaran di
siswa pada tiap bidang pengembangan di SD/MI atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dan pembina dalam meningkatan mutu
pendidikan di SD Negeri 001 Bangun Purba menyadari bahwa tugas ini cukup berat dan
dihadapkan pada kebutuhan yang amat penting dalam membantu guru agar dapat
berkembang dengan pesat dalam pengelolaan kelas. Kompleksitas sekolah memaksa begitu
banyak cara harus disiapkan guru dalam proses pembelajaran. Bayangkan, di masa
mendatang seseorang setelah sarjana baru mendapatkan kualifikasi sebagai pengajar setelah
lulus dari Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian profesi pengawas menjadi lebih
berat dan kompleks dengan tingkat keterampilan yang harus lebih tinggi dari guru yang telah
lulus PPG (Zepeda, 2006). Oleh karena itu, Pengawas bekerja lebih dari sekedar mengamati
guru di dalam kelas; mereka melibatkan guru dalam rentang kegiatan yang lebih luas yang
fokus pada pembelajaran. Kegiatan ini terkait dengan pengembangan profesional dari usaha-
usaha pengawasan.
dan inisiatif lain yang masuk akal untuk konteks sekolah dasar. Sebagai seorang pengawas
dituntut untuk dapat memberikan pengarahan profesional pada masalah belajar dan
pembelajaran yang terjadi di kelas. Pengawas yang baik dapat membimbing guru untuk
menentukan faktor yang dapat menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran.
2
Terdapat tiga faktor yang dapat membantu keberhasilan proses belajar dan
pembelajaran, yaitu keterampilan dalam mengidentifikasi karakter siswa, karakter materi dan
kontinyu oleh para guru dan kepala sekolah maka capaian mutu pendidikan akan dapat
dicapai. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda, ada juga guru yang
tidak berhasil dalam melaksanakan tugas yang diembannya sehingga mutu pendidikan yang
diharapkan pada tujuan sekolah tidak dapat dicapai. Oleh karena itu, tugas dan peran kepala
Sehubungan dengan hal di atas penulis mencoba melakukan Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) dengan judul: “Upaya Meningkatan Kualitas Guru dalam Proses Pembelajaran melalui
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
2. Hasil penerapan supervisi klinis dalam upaya meningkatkan kualitas guru dalam
3
C. Rumusan Masalah
Identifikasi masalah di atas penulis batasi pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut :
Bangun Purba untuk meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran Tahun
Ajaran 2019-2020 ?
2. Bagaimana hasil penerapan supervisi klinis dalam upaya meningkatkan kualitas guru
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut :
2019/2020.
2019/2020.
E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan refleksi dalam upaya peningkatan capaian kualitas guru melalui
4
3. Dapat memberikan kesempatan kepada kepala sekolah, guru, dan staf/pegawai
tata usaha di sekolah, untuk dapat aktif dalam kegiatan sekolah, terutama dalam
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Peningkatan capaian mutu guru melalui prestasi belajar adalah hasil atau akibat dari
kegiatan belajar. Untuk mengetahui tentang prestasi belajar perlu dijelaskan tentang hakekat
belajar. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
(Slameto,1991). Di mana perubahan itu bersifat kontinyu dan fungsional, terjadi secara
sadar,bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan atau terarah, dan
mencakup seluruh aspek tingkah laku yang selanjutnya dinamakan hasil belajar. Hasil belajar
tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk prestasi belajar, sebagai capaian mutu sekolah.
Menurut Abu Ahmadi (2001), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
prestasi belajar, yaitu tingkat keberhasilan yang dicapai siswa berupa keterampilan dan
pengetahuan berdasarkan hasil tes atau evaluasi setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
Sedangkan ketuntasan belajar merupakan hasil belajar siswa yang memenuhi kriteria
standar tertentu. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar bila mencapai ketuntasan indikator
hasil belajar ≥ 65% , dan dari suatu kelas dikatakan tuntas belajar bila dalam kelas telah
mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajar (Depdikbud,1994). Ketuntasan hasil belajar
yang dicapai oleh siswa merupakan suatu upaya peningkatan capaian mutu guru.
6
1. Aspek Aspek Penting yang Dinilai sebagai Hasil Proses Belajar
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh siswa dalam melaksanakan tugas kehidupannya.
Berdasarkan pengertian ini, maka secara garis besar aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian
berbasis kompetensi meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor atau kompetensi
intelektual, emosional (ahlak dan moral), spritual, dan keterampilan. Sejalan dengan hal
tersebut di atas, Benyamin S. Bloom dan (1956), telah mengklasifikasi tujuan pendidikan
dalam tiga aspek (domain), yaitu: (1) Aspek kognitif (cognitive domain), (2) Aspek afektif
(affective domain), dan (3) Aspek psikomotor (psychomotorik domain). Secara lebih rinci,
a) Aspek Kognitif
keterampilan intelektual (berpikir). Aspek kognitif terdiri dari enam jenjang yang tersusun
mulai dari kemampuan berpikir yang simpel (rendah, sederhana) menuju pada kemampuan
berpikir yang paling kompleks (tinggi) yang merupakan suatu kontinum. Keenam jenjang
berpikir tersebut seringkali disebut jenjang kognitif yang meliputi; pengetahuan, pemahaman,
b) Aspek Afektif
Daerah afektif adalah daerah atau hal-hal yang berkaitan dengan sikap (attitude)
7
(aptitude), dan semacamnya. Hasil belajar aspek afektif terdiri atas lima kategori sebagai
berikut.
1) Menerima (Reciving), yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar
yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini
termasuk kesadaran, untuk menerima stimulus, keinginan untuk melakukan kontrol dan
2) Menjawab (Responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi
yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketetapan reaksi, kedalaman perasaan, kepuasan
merespon, tanggung jawab dalam memberikan respon terhadap stimulus dari luar yang
3) Menilai (Valuing) berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap gejala atau stimulus
yang diterimanya. Dalam hal ini termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas
5) Internalisasi nilai (Internalized), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah
a. Adanya kesadaran mengenai pengaruh pelajaran tertentu terhadap pelajaran lain, begitu
pula sebaliknya.
8
d. Kesadaran akan pentingnya pelajaran untuk dirinya, baik dalam pembentukan pribadinya
e. Kesudian untuk memberikan respond dan memberikan pendapat-pendapat yang baru dalam
diskusi.
kewajibannya.
i. Ada perhatian dan kesediaan untuk berpartisipasi dan aktif dalam pelajaran.
j. Ada perhatian untuk meningkatkan diri (ingin tahu) dalam pelajaran dengan belajar
mandiri.
m. Sikap percaya diri sendiri, disiplin pribadi, respek pribadi, inisiatif, kebebasan, dan
c) Aspek Psikomotori
mengklasifikasikan tujuan dalam bidang ini mulai dari gerakan sederhana sampai pada
gerakan yang kompleks, yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan keterampilan, dan
gerakan komunikasi. Pada kenyataannya, klasifikasi tersebut tidaklah terpisah satu sama lain,
melainkan bersamaan atau berurutan. Penilaian hasil belajar aspek psikomotorik ini akan
lebih efektif bila dilaksanakan melalui pengamatan (observasi) berupa evaluasi perbuatan dan
lisan daripada evaluasi tertulis. Instrumen yang digunakan untuk mengukur bidang
psikomotorik biasanya berupa format berbentuk tabel (matriks) yang harus diisi, yang berisi
9
rincian aspek yang akan diukur dan skalapenilaiannya. Hasil belajar psikomotoris tampak
dalarn bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni:
(5) Gerakan terampil, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan
yang kompleks.
(7) Hasil belajar yang dikemukakan di atas berhubungan satu sama lain, bahkan ada
Beberapa jenis dan teknik penilaian yang digunakan di sekolah antara lain sebagai
berikut.
Penilaian tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis,
baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda,
benar-salah, menjodohkan, dan lain-lain. Adapun tes yang jawabannya berupa isian
10
(b) Observasi
Observasi, dapat pula disebut pengamatan, adalah teknik penilaian yang dilakukan
dengan menggunakan indera penglihatan secara langsung. Observasi dapat dilakukan secara
formal maupun informal. Observasi formal dilakukan dengan cara menggunakan instrumen
menyangkut aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Dalam hal kepribadian, sasaran
observasi adalah tindakan nyata peserta didik sebagai cerminan aspek sikap (afektif) yang
Penilaian praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang
tertulis sehingga disebut tes keterampilan tertulis, ataupun dalam bentuk lain yaitu berupa
Tes untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang
ditangkap melalui alat indera disebut tes identifikasi. Tes untuk mengukur kemahiran
disebut tes petik kerja atau tes contoh kerja. Tes petik kerja dapat dilakukan dengan sasaran
dan dapat pula32keduanya. Tes petik kerja dengan sasaran penguasaan prosedur, atau disebut
tes petik kerja prosedur, dapat dilakukan karena kemahiran yang didemonstrasikan murni
berupa prosedur, dalam arti tidak menghasilkan produk, misalnya kemahiran berpidato,
berdeklamasi, menari, dan menjalankan mesin. Tes petik kerja dapat pula dengan sasaran
kombinasi prosedur dan produk, misalnya kemahiran melakukan pekerjaan pengelasan dan
11
kualitas hasil pengelasan yang diperoleh, kemahiran melakukan pengamatan mikroskopik dan
Tes petik kerja dapat pula sasarannya murni hanya produk karena prosedur tidak perlu
dinilai dengan pertimbangan prosedur harus sudah dikuasai, dapat pula karena tidak ada
prosedur baku yang dapat dinilai, misalnya kemahiran membuat karangan, puisi, dan melukis
abstrak.
perfomance atau unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap
pekerjaannya pada tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap
keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu perli
Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari
oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan otivasi dalam menghasilkan suatu pekerjaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang yang
Menurut Supriadi (1998) kinerja guru akan menjadi lebih baik, bila seorang guru
2. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan diajarkan serta cara
3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi dan
12
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar serta
pengalamannya.
Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga kinerja dari seorang
guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan mengelola
program belajar mengajar, (3) kemampuan menglola kelas (4) kemampuan menggunakan
media/sumber belajar, (5) kemampuan menglola interaksi belajar mengajar, (6) mampu
Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam melaksanakan fungsinya
oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa efektifitas guru yaitu: (1) memiliki
pribadi kooperatif, daya tarik, penampilan amat besar, pertimbangan dan kepemimpinan, (2)
menguasai metode mengajar yang baik, (3) memiliki tingkah laku yang baik saat mengajar,
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak kinerja guru
yang kurang memadai, di samping itu guru dituntut dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang terus berkembang pula dengan pesat. Istilah kinerja
berasal dari Matematika yaitu Performance, berarti hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai
dalam unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya di
tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat esensial terhadap keberhasilan
suatu pekerjan. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan
tujuannya berfungsi untuk menggerakkan perilaku. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi
setiap individu, perlu disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.
Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat kaitannya
dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2) melaksanakan KBM, (3)
13
melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4) mengadakan penilaian. Sedangkan Suyud
(2005) mengembangkan kinerja guru profesional meliputi: (1) penguasaan bahan ajar, (2)
pemahaman karakteristik siswa, (3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode
dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran dan (6) kepribadian.
Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam
penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik, (3) penguasaan
pengeloaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi
Supervisi klinis yang juga disebut supervisi kelas adalah suatu bentuk bimbingan atau
bantuan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhan guru melalui siklus
yang sistematis untuk meningkatkan proses belajar mengajar (La Sulo, Efffendi, Gojali).
Richard Waller yang dikutip oleh J.l. Bolla (1985:3) mengatakan: “Clinical
sistematis merupakan proses yang terdiri dari kegiatan perencanaan, observasi, dan analisis
rasional yang intesif terhadap unjuk kerja mengajar yang ingin dimodifikasi untuk
dikembangkan. Hoy dan Forsyth (1986:47) menyatakan: “In education the movement away
from traditional supervision has been dramatic; in fact, the strong professional interest in
practices designed to improve teaching classroom perforzance has been described as the
clinical supervision”. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik suatu pengertian, bahwa
14
supervisi klinis merupakan pendekatan supervisi hasil upaya reformasi terhadap supervisi
yang tradisional. Sergiovani dan Starrat, dalam bukunya yang berjudul Supervision Human
about teaching in classroom as an activity distinct from general supervision”. (1979: 309).
Sargiovani dan Starrat menegaskan bahwa supervisi klinis berbeda dengan supervisi
umum. Perbedaan itu dikemukakan oleh La Sulo dkk (1995). Sebagai berikut:
proses bimbingan oleh supervisor kepada guru secara kolegial dengan tujuan membantu guru
kelas berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif. Menurut J.l. Bolla
(1985) istilah klinis menunjuk kepada unsur-unsur khusus sebagai berikut: (1) Adanya
hubungan tatap muka antara supervisor dan guru dalam proses supervisi; (2) Proses supervisi
difokuskan pada unjuk kerja mengajar guru di kelas; (3) data unjuk kerja mengajar diperoleh
15
melalui observasi secara cermat; (4) Data dianalisis bersama anatar supervisor dan guru; (5)
Supervisor dan guru bersama-sama menilai dan mengambil kesimpulan unjuk kerja mengajar
guru; (6) Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan atau permintaan guru yang
bersangkutan.
Dari berbagai pendapat analisis dan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa
supervisi klinis adalah supervisi yang memiliki ciri-ciri esensial sebagai berikut: (1)
Bimbingan dari supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi,
sehingga prakarsa dan tanggungjawab pengembangan diri berada di tangan guru; (2)
Hubungan interaksi dalam proses supervisi bersifat kolegial, sehingga intim dan terbuka; (3)
Meskipun unjuk kerja mengajar guru di kelas bersifat luas dan terintegrasi, tetapi sasaran
supervisi terbatas pada apa yang dikontrakkan; (4) Sasaran supervisi diajukan oleh guru,
dikaji dan disepakati bersama dalam kontrak; (5) Proses supervisi klinis melalui tiga tahapan:
pertemuan pendahuluan, observasi kelas, dan pertemuan balikan; (6) Instrumen observasi
ditentukan bersama oleh guru dan supervisor; (7) Balikan yang objektif dan sepesifik
diberikan dengan segera; (8) Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-
Terdapat beberapa prinsip umum yang perlu dijadikan acuan dalam pelaksanaan
supervisi klinis, agar sukses mencapai tujuannya, yakni: (1) Hubungan kolegial;
(2) Demokrasi; (3) Berorientasi pada kebutuhan dan aspirasi guru; (4) Obyektif; (5)
Hubungan supervisor dan guru yang kolegial, sederajat dan interaktif membuka
kemungkinan tumbuhnya situasi dan iklim yang kondusif bagi terlaksananya supervisi yang
kreatif dan bersifat dua arah. Hubungan antara dua tenaga profesional di mana yang satu
16
lebih berpengalaman (supervisor) dari yang lain (guru) memungkinkan terjadinya dialog
yang konstruktif dalam suasana yang intim dan keterbukaan. Kepemimpinan supervisor
diterima oleh guru yang bersangkutan dengan rasa ikhlas tanpa adanya paksaan, sehingga
b) Prinsip Demokrasi
berfikir secara kreatif dan percaya diri serta obyektif rasional dalam mengambil keputusan
pada saat pertemuan pendahuluan maupun pertemuan balikan, dimana guru harus mampu
menganalisis data untuk kerja mengajarnya. Suasana demokratis dapat terwujud apabila
dalam menyampaikan dan menerima pendapat yang pada akhirnya kedua pihak mampu
supervisi memusatkan perhatian pada apa yang dibutuhkan oleh guru. Dengan prinsip ini
guru mendorong untuk mampu menganalisis kebutuhan dan aspirasinya dalam usaha
mengembangkan dirinya.
d) Prinsip Obyektif
Supervisor dan guru harus bersikap obyektif dalam mengemukakan pendapat dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu, data hasil observasi yang cermat sangat diperlukan
untuk dianalisis dalam menarik suatu pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang
ibjektif tersebut.
17
e) Prinsip Mengutamakan Prarakarsa dan Tanggungjawab Guru Sendiri
Dalam tahap perencanaan, observasi dan tahap balikan, guru diberi peluang yang
seluas-luasnya untuk mengambil inisiatif dan aktif berpartisipasi dalam berpendapat dan atau
dalam mengambil keputusan. Dengan perlakuan yang sedemikian itu, parakarsa atau inisiatif
implikasi bagi supervisor maupun guru. Implikasi bagi supervisor antara lain: (1) Supervisor
harus yakin bahwa guru mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dirinya sendiri serta
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi; (2) Supervisor harus bersikap terbuka
dan tanggap terhadap setiap pendapat guru; (3) Supervisor harus mampu dan mau
Implikasinya terhadap guru antara lain: (1) Guru mempunyai minat dan sikap mampu
sendiri; (2) Guru bersikap obyektif dan terbuka dalam menganalisis dan mengevaluasi dirinya
sendiri.
Di samping itu, kedua belah pihak harus memahami konsep dasar dan prosedur
supervisi klinis. Khusus bagi supervisor harus menguasai teknik-teknik supervisi dengan
Tujuan supevisi klinis dapat dibedakan menjadi: (1) Tujuan umum dan (2) Tujuan
khusus.
Konsep dasar dan prinsip-prinsip supervisi klinis memberi tekanan pada proses
bantuan yang diberikan kepada guru atas dasar kebutuhan yang dirasakan dalam
18
dimaksudkan untuk menunjang pembaharuan pendidikan serta menanggulangi degradasi
proses pendidikan di sekolah dengan memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
(proses pembelajaran) di kelas. Peningkatan kualitas mengajar guru di kelas diharapkan dapat
meningkatkan proses belajar siswa, sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah
dapat tercapai secara maksimal. Dengan menerapkan pendekatan supervisi klinis, supervisor
secara mandiri.
Dengan asumsi bahwa mengajar atau membelajarakan para siswa adalah suatu
kegiatan yang dapat dikendalikan dan dikelola (controllable and manageable), dapat diamati
yang dapat dipisah-pisahkan dan dilatihkan, maka kegiatan pokok dalam proses suipervisi
klinis pada pertemuan pendahuluan, observasi, dan pertemuan balikan harus mengacu pada
kegiatan belajar mengajar guru. Jadi, tujuan umum supervisi klinis pada ketiga kegiatan
kemampuan profesional guru yang diharapkan dapat menunjang upaya peningkatan kualitas
pendidikan.
Tujuan umum supervisi klinis seperti yang tersebut diatas, dapat dirinci ke dalam
(a) Memberi balikan yang objektif kepada guru tentang unjuk kerja mengajarnya di
kelas. Balikan tersebut merupakan cermin guru untuk memahami unjuk kerja
mengajarnya baik yang positif maupun yang negatif, yang diharapkan guru
19
guru agar berupaya menyempurnakan kekurangannya dan meningkatkan potensi
yang dimiliki;
(e) Sebagai dasar untuk menilai kemampuan guru dalam rangka promosi jabatan atau
pekerjaannya.
Sasaran utama yang harus menjadi perhatian supervisor baik pada saat guru
mempersiapkan diri sebelum mengajar, pada saat mengajar, dan setelah mengajar adalah
sebagai berikut:
keberadaan guru dalam proses belajar-mengajar potensinya dalam mengembangkan diri, dan
kemampuan profesional guru. Tanpa mengetahui hal-hal tersebut di atas, kiranya sukar bagi
seorang guru memiliki kemauan dan kemampuan meningkatkan dirinya. Jadi, seorang guru
Kesadaran dan kepercayaan diri muncul melalui berbagai pertanyaan seperti berikut:
20
(d) seberapa besarkah kemampuan mengajar saya?,
(f) Bagaimana saya dapat mengembangkan diri saya sebagai seorang guru?
Disadari atau tidak bahwa dalam kegiatan mengajar guru memerlukan seperangat
keterampilan dasar (generic skills) tertentu yang memungkinkan guru mengajar dengan baik,
Keterampilan dalam menggunakan variasi mengajar dan menggunakan stimulus, terdiri dari:
(2) Variasi gaya interaksi dan pengunaan indera pandang dan dengar (variability);
Keterampilan melibatkan siswa-siswa dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
(1) Bertanya dasar dan bertaya lanjut (basic and advanced questioning),
21
Keterampilan melibatkan siswa-siswa dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai
berikut:
(a) Bertanya dasar dan bertanya lanjut (basic and advanced questioning),
Keterampilan mengelola kelas dan kedisiplinan kelas, antara lain sebagai berikut:
(b) Menanggulangi tingkah laku siswa yang deskriptif dan bersifat mengganggu.
Keterampilan-keterampilan dasar tersebut perlu dikuasai oleh guru, dan justru inilah
yang dibutuhkan oleh guru dalam menunjang keberhasilan tugas mengajar mereka di kelas.
Mereka juga perlu mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dalam hal ini mereka
memerlukan bantuan dari orang lain untuk memahami, mengamati dan menganalisis
kekuatan atau kelemahan tersebut yang dapat dijadikan balikan untuk menanggapi,
menasehati, memberikan dan menanamkan kepercayaan pada diri guru, serta membantu
mengembangkan keterampilannya.
Seperti apa yang telah diungkapkan pada bgain terdahulu bahwa supervisi klinis
berlangsung dalam suatu proses yang terdiri atas tiga tahapan, yakni : tahap pertemuan
pendahuluan, tahap observasi, dan tahap pertemuan balikan, yang hasilnya menjadi input
dalam proses supervisi berikutnya. Itulah sebabnya maka proses supervisi klinis disebut juga
22
“siklus supervisi klinis”. Ketiga tahapan proses supervisi klinis tersebut diuraikan secara
2) Pertemuan pendahuluan
Dalam tahap ini, supervisor dan guru bersama-sama merencanakan kegiatan supervisi
yang diinginkan oleh guru. Supervisor memberi kesempatan kepada guru untuk
mengemukakan apa yang menjadi perhatian utamanya, yang selanjutnya dijabarkan ke dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diamati dalam setting kegiatan belajar mengajar. Jenis data
mengajar yang akan diobservasi ditentukan sebelumnya. Demikian pula dengan instrumen
observasi dan cara mencatat data-data yang diperlukan disepakati bersama selama proses
belajar mengajar berlangsung. Agar dialog antara supervisor harus dapat menciptakan situasi
interaksi terbuka, kolegial dan demokratis, sehingga dapat menimbulkan kerjasama yang
harmonis.
Secara teknis diperlukan lima langkah utama dalam pertemuan pendahuluan sebagai
berikut:
berikutnya dilaksanakan,
c) Mereview komponen keterampilan yang akan dilatih atau hal-hal yang menjadi
supervisor dalam mencatat data-data yang diperlukan atau yang menjadi perhatian
23
daam melaksanakan tuasg masing-masing, dalam menganalisis data dan mengambil
kesimpulan.
3) Tahap Observasi
Dalam tahap observasi ini, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
seperti yang telah direncanakan, sementara itu supervisor mengamati atau mengobservasi
kegiatan guru yang sedang mengajar sambil mencatat data tentang perilaku mengajar guru
yang diperlukan pada instrumen observasi secara cermat dan objektif seperti kesepakatan
pada tahap pertemuan pendahuluan. Supervisor juga dapat mencatat perilaku siswa dan
pendahuluan terhadap data-data hasil observasi sebagai bahan pembicaraan dalam tahap
pertemuan balikan. Pertemuan ini segera dilaksanakan agar supervisor tidak lupa tentang apa
yang diamati, dan guru bersama-sama menganalisis data hasil observasi. Guru diharapkan
dirinya sendiri di bawah bimbingan supervisor. Kesadaran guru tentang dirinya sendiri akan
menumbuhkan sikap percaya diri dan motivasi diri untuk berupaya meningkatkan
kemampuan profesionalnya secara mandiri. Langkah-langkah utama dalam tahap ini adalah
sebagai berikut:
a) Supervisor menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru atas
(reinforcement)
tujuannya
24
c) Supervisor bersama guru mereview kontraknya, (target pelatihan dan
kotraknya
data observasi
target latihan dan apa yang telah terjadi sehubungan dengan keprihatinan
utamanya
Dalam tahap ini guru berlatih untuk menerapkan keterampilan mengajar dan non
mengajar secara terintegrasi dan utuh dalam situasi mengajar yang sebebnarnya di bawah
bimbingan intensif guru senior atau Pengawas (Suparno Anah, S, dkk. 1993: 40).
Dalam latihan ini adalah latihan mengajar yang melibatkan seluruh supervisi yang
langsung berhubungan dengan guru, yaitu guru pembimbing, Pengawas serta guru
25
(6) Melaksanakan tugas ko dan ekstrakurikuler.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan masalah penelitian, kajian teori tentang peningkatan kerja guru melalui
supervisi klinis yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan
hipotesis sebagai berikut: Penerapan supervisi klinis di SD Negeri 001 Bangun Purba
dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran Tahun Ajaran 2019/2020.
BAB III
METODE PENELITIAN
26
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Guru SD Negeri 002 Bangun Purba Kabupaten
Rokan Hulu yang merupakan tempat peneliti bertugas menjadi kepala sekolah tahun
pelajaran 2019/2020. Adapun data responden guru di SD Negeri 002 Bangun Purba adalah 20
orang.
B. Latar Penelitian
1. Penelitian Tindakan Sekolah akan dilakukan pada SD Negeri 002 Bangun Purba
2. Penelitian Tindakan Sekolah dilakukan pada guru melalui supervisi klinis untuk
meningkatkan mutu guru dalam proses belajar mengajar di SD Negeri 002 Bangun
Purba.
C. Rancangan Penelitian
3. Penelitian dilakukan selama enam minggu efektif mulai tanggal 5 Agustus sampai
4. Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a)
5.
Plan
Reflective
Action / Observation
27
Siklus I
Recived Plan
Reflective
Action / Obesrvation
Siklus II
Recived Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus III
Recived Plan
1. Rencana (Plan): adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
2. Tindakan (Action): adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / kepala sekolah sebagai
3. Observasi (Observation): adalah mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan
5. Revisi (Recived Plan): adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti melakukan
28
D. Varibel Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan sekolah ini variabel yang akan diteliti adalah
peningkatan mutu guru melalui supervisi klinis di SD Negeri 001 Bangun Purba. Variabel
Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :
pembelajaran di sekolah
29
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan
angket.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah
berhasil apabila terjadi peningkatan mutu guru mencapai 85% guru (sekolah yang
diteliti) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75 .Jika peningkatan tersebut
dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan
karena tindakan sekolah yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan
30
G. Teknik Analisis Data
1. Kuantitatif
Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan mutu guru
prosentase (%).
2. Kualitatif
Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian
TABEL 3.2
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Bulan
Agustus September
No Uraian Kegiatan Keterangan
2019 2019
1 2 3 1 2 3
1 Persiapan dan Koordinasi X
2 SIKLUS I
a. Perencanaan X
b. Tindakan X
c. Observasi X
d. Evaluasi X
3 SIKLUS II
a. Perencanaan X
b. Tindakan X
c. Observasi X
d. Evaluasi X
4 SIKLUS III
a. Perencanaan X
b. Tindakan X
c. Observasi X
d. Evaluasi X
5 ANALISIS DATA X
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan model pembinaan melalui supervisi klinis. Tujuan yang
diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembinaan kepala sekolah melalui supervisi
klinis ini adalah peningkatan mutu guru dalam proses belajar mengajar. Agar tercapai tujuan
di atas, peneliti yang bertindak sebagai kepala sekolah dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
e) Melakukan refleksi
f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasar refleksi siklus pertama
32
g) Melaksanakan pembinaan pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
j) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua
l) Melakukan Observasi
n) Menyusun laporan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri dari enam kali
pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60 menit. Siklus pertama
dilaksanakan pada tanggal 5-17 Agustus 2019 dan siklus kedua pada tanggal 26 Agustus - 7
September 2019 dan siklus ketiga pada tanggal 16-28 September 2019. Penelitian tindakan
sekolah ini dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berikut hasil
pembinaan kepala sekolah melalui supervisi klinis per siklus sebagai berikut ;
A. SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana
pembinaan, soal tes formatif 1 dan alat-alat pembinaan lain yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi peningkatan mutu guru dalam proses belajar mengajar dengan
33
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 s.d 17
Agustus 20119 di SD Negeri 001 Bangun Purba tahun ajaran 2019-2020. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir proses pembinaan guru diberi penilaian formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru dalam meningkatkan mutu guru
dalam proses belajar mengajar sesuai dengan yang telah dilakukan. Adapun data hasil
Tabel 4.1
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Kepala Sekolah melalui Supervisi Klinis pada Siklus I
Keterangan :
Keterangan
No Nama Guru Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Masdauli, S. Pd 75 √
2 Povi Erianti, S. Pd 70 √
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 70 √
4 Netti Nauli, S.Pd 75 √
5 Marsinem, S.Pd 75 √
6 Syafril, S.Pd 70 √
7 Arnisah, S.Pd 75 √
8 Dian Safitra, S.Pd 75 √
9 Masdarina, S.Pdi 70 √
10 Lindawati 64 √
11 Reskina, A.Ma 60 √
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 55 √
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 63 √
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 60 √
16 Mardiaseh, S.Pd 60 √
17 Irma Daulay, S.Pd 62 √
18 Nurjannah, A.Ma 55 √
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 60 √
20 Ella Safitri, S.Si 55 √
Jumlah Total 1.249 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
Skor Maksimum Kelompok 2.000 - -
34
Jumlah Guru yang tuntas : 9 Orang
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan yang dilakukan oleh
kepala sekolah melalui supervisi klinis diperoleh nilai rata-rata peningkatan mutu guru
adalah 45% atau baru 9 dari 20 orang guru sudah tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara kelompok (sekolah) belum meningkat mutunya dalam proses
belajar mengajar, karena yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 45% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena
banyak guru yang belum memahami dan merasa baru dengan supervisi klinis sehingga
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
(1) Kepala sekolah masih kurang teliti dalam melakukan pembinaan di sekolah
d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu
1) Kepala sekolah perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas
35
2) Kepala sekolah perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
3) Kepala sekolah harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi guru
B. SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana
pembinaan yang kedua, soal penilaian formatif 2 dan alat-alat pembinaan lain yang
mendukung.
tanggal 26 Agustus s.d 7 September 2019 di SDN 001 Bangun Purba tahun ajaran 2019-2020.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Kepala sekolah. Adapun proses pembinaan mengacu
pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Penelitian tindakan sekolah ini
dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembinaan dan skenario pembinaan ,serta
Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat capaian mutu guru dalam proses belajar mengajar di kelas yang menjadi
tugasnya. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada
36
Tabel 4.2
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Kepala Sekolah melalui Supervisi Klinis Pada Siklus
II
Keterangan
No Nama Guru Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Masdauli, S. Pd 80 √
2 Povi Erianti, S. Pd 75 √
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 78 √
4 Netti Nauli, S.Pd 80 √
5 Marsinem, S.Pd 79 √
6 Syafril, S.Pd 77 √
7 Arnisah, S.Pd 79 √
8 Dian Safitra, S.Pd 80 √
9 Masdarina, S.Pdi 75 √
10 Lindawati 80 √
11 Reskina, A.Ma 60 √
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 55 √
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 75 √
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 65 √
16 Mardiaseh, S.Pd 60 √
17 Irma Daulay, S.Pd 75 √
18 Nurjannah, A.Ma 55 √
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 65 √
20 Ella Safitri, S.Si 55 √
Jumlah Total 1.348 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
Skor Maksimum Kelompok 2.000 - -
Keterangan :
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata peningkatan mutu guru adalah 70% dan
peningkatan mutu mencapai 70 % atau sudah 14 orang dari 20 orang guru yang sudah tuntas
dalam meningkatkan mutunya. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini peningkatan
mutu guru dalam proses belajar mengajar telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari
37
siklus I. Adanya peningkatan ini karena setelah kepala sekolah menginformasikan bahwa
setiap akhir pembinaan akan diadakan penilaian sehingga pada pertemuan berikutnya guru
lebih termotivasi untuk meningkatkan mutunya dalam proses pembelajarn. Selain itu guru
juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh kepala sekolah dalam
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara lain:
2) Kepala sekolah harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada perasaan
takut/malu dalam diri guru terutama dalam bertanya tentang masalah yang
3) Kepala sekolah harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada guru
38
oleh Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal ini Lembaga Penjaminan
C.SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari
rencana pembinaan 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pembinaan lainnya yang mendukung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 16
s.d 28 September 2019 di SD Negeri 002 Bangun Purba tahun ajaran 2019-2020 dengan
jumlah 20 orang guru. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun
proses pembinaaan mengacu pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada
siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus
mengajar berlangsung.
Pada akhir proses pembinaan guru diberi penilaian formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat mutu guru dalam melaksanakan tugasnya yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III
Tabel 4.3
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Kepala Sekolah melalui Supervisi Klinis pada Siklus
III
39
Keterangan
No Nama Guru Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Masdauli, S. Pd 95 √
2 Povi Erianti, S. Pd 90 √
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 83 √
4 Netti Nauli, S.Pd 85 √
5 Marsinem, S.Pd 90 √
6 Syafril, S.Pd 85 √
7 Arnisah, S.Pd 85 √
8 Dian Safitra, S.Pd 90 √
9 Masdarina, S.Pdi 90 √
10 Lindawati 85 √
11 Reskina, A.Ma 90 √
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 80 √
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 85 √
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 85 √
16 Mardiaseh, S.Pd 80 √
17 Irma Daulay, S.Pd 90 √
18 Nurjannah, A.Ma 85 √
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 80 √
20 Ella Safitri, S.Si 80 √
Jumlah Total 1.633 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
Skor Maksimum Kelompok 2.000 - -
Keterangan :
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 100% dan 20
orang guru sudah mencapai ketuntasan dalam meningkatkan mutunya dalam proses belajar
mengajar. Maka secara kelompok ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan pembinaan melalui supervisi klinis sehingga
guru menjadi lebih memahami tugasnya sehingga dapat meningkatkan mutu dalam proses
40
belajar mengajar di kelas. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama
dari guru dengan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya masing masing.
c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses pembinaan melalui supervisi klinis. Dari data-data yang telah
(1) Selama proses pembinaan kepala sekolah telah melaksanakan semua pembinaan
dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif selama proses
pembinaan berlangsung.
(4) Hasil pembinaan guru oleh kepala sekolah melalui supervisi klinis pada siklus
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III kepala sekolah telah melaksanakan pembinaan dengan baik dan dilihat
dari peningkatan capaian mutu guru, pelaksanaan pembinaan sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya baik melalui supervisi klinis maupun supervisi
klinis dapat meningkatkan capaian mutu guru sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya
41
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, siklus II dan siklus III menunjukkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4.4 Analisis Hasil Tes Tentang Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu
Guru dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis
No Nama Guru Siklus I Siklus II Siklus III
1 Masdauli, S. Pd 75 80 95
2 Povi Erianti, S. Pd 70 75 90
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 70 78 83
4 Netti Nauli, S.Pd 75 80 85
5 Marsinem, S.Pd 75 79 90
6 Syafril, S.Pd 70 77 85
7 Arnisah, S.Pd 75 79 85
8 Dian Safitra, S.Pd 75 80 90
9 Masdarina, S.Pdi 70 75 90
10 Lindawati 64 80 85
11 Reskina, A.Ma 60 60 90
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 55 55 80
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 63 75 85
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 60 65 85
16 Mardiaseh, S.Pd 60 60 80
17 Irma Daulay, S.Pd 62 75 90
18 Nurjannah, A.Ma 55 55 85
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 60 65 80
20 Ella Safitri, S.Si 55 55 80
Jumlah Total 1.249 1.348 1.633
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 2000
42
Analisis Data Deskriptif Kuantitatif
2. Pencapaian peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran setelah diberi tindakan
pembinaan melalui supervisi klinis yaitu peningkatan dari 62,45% menjadi 67,4%
B. Dari sebelum pembinaan (siklus 1) dan setelah pembinaan oleh kepala sekolah
sampai dengan (siklus 3) 62,45% menjadi 67,4%, dan dari (siklus 2) ke (siklus
C. Rata – rata peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran mulai dari sebelum
diberi pembinaan sampai selesai melaksanaan pembinaan siklus III naik dari 45%
menjadi 100%.
43
Berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang telah dilakukan kepala sekolah
kepada para guru melalui pembinaan Supervisi Klinis maka hasil observasi nilai, dapat
a. Siklus pertama kegiatan pembinaan belum berhasil karena dalam pembinaan kepala
sekolah, masih terlihat guru belum begitu antusias karena mereka masih
diembannya;
b. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi klinis, dalam hal peningkatan mutu
guru dalam proses pembelajaran belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak
tuntas.
c. Mungkin karena proses pembinaan yang menggunakan supervisi klinis yang baru
d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan
kedua dan ketiga proses pembinaan kepala sekolah berjalan baik, semua guru aktif
dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, semua guru antusias untuk
mengikutinya.
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui supervisi klinis
memiliki dampak positif dalam meningkatkan mutu guru dalam proses pembelajaran, hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman guru dan terhadap pembinaan yang
disampaikan kepala sekolah (mutu guru dalam proses pembelajaran meningkat dari siklus I,
II, dan III), yaitu masing-masing 62,45%; 67,4%; 81,6%. Pada siklus III capaian mutu guru
44
2. Kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru dalam proses
pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam meningkatkan mutu guru
dalam proses pembelajaran pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak
positif terhadap capaian mutu guru, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru, yang paling dominan dalam
mendengarkan/memperhatikan penjelasan kepala sekolah, dan diskusi antar guru dan kepala
sekolah. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif.
langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi klinis dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membuat dan merencanakan program
pembelajaran, melalui pembinaan supervisi klinis hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada
pertemuan pertama dari 20 orang guru yang ada pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata-
rata mencapai 62,45% meningkat menjadi 67,4% dan pada siklus 3 meningkat menjadi
81,6% .
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan guru oleh kepala sekolah melalui supervisi
klinis efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan capaian mutu guru, yang berarti proses
pembinaan kepala sekolah lebih berhasil dan dapat meningkatkan mutu guru dalam proses
pembelajaran, khususnya SD Negeri 001 Bangun Purba, oleh karena itu diharapkan kepada
45
para kepala sekolah dapat melaksanakan pembinaan melalui supervisi klinis secara
berkelanjutan.
Berdasarkan Permen No 12 Tahun 2007 tentang kompetensi guru dan kepala sekolah,
dan dapat membuat rencana kerja kerja sekolah, serta dapat mengorganisasikan sekolah ke
arah perubahan yang diinginkan mencapai 80% ketercapaiannya, maka supervisi klinis
tersebut dikatakan efektif. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan di atas dapat
diterima.
46
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembinaan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu guru dalam proses
mutu guru dalam proses pembelajaran, dengan baik dalam setiap aspek.
3. Peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran oleh kepala sekolah melalui
pembelajaran, untuk lebih muda memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga
kinerja guru dapat meningkat, dengan demikian capaian mutu guru dapat
ditingkatkan.
B. Saran
47
Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang mengembangkan alat
ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat menggambarkan peningkatan capaian mutu
capaian mutu guru diperlukan perhatian penuh dan disiplin yang tinggi pada setiap
membaca hasil karya para ahli sehingga tidak ketinggalan dengan daerah lain, dalam
pendidikan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Acheson, K. A., & Gall, M. D. (1997). Techniques in the clinical supervisionof the teachers:
Preservice and inservice applications (4th ed.). White Palins, NY: Longman.
Blumberg, A. (1980). Supervisiors and teachers : A private cold war (2nd ed.). Berkeley ,
CA : McCutchan.
Costa, A. L., & Garmston, R. J. (1994). Cognitive coaching: A foundation for renaissance
schools. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
49
Goldhammer, R. (1969). Clinical supervision: Special methods for the supervision of
teachers. New York: Hlot, Rinehart and Winston.
Purwanto, Ngalim. M, 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya
Sergiovanni, T. J., & Starratt, R. J. (1998). Supervision: A re-definition (6th ed.). Boston:
McGraw-Hill.
Unruh, A., & Turner, H. E. (1970). Supervision for change and innovation. Boston:
Houghton-Mifflin.
50
Lampiran 1.
Petunjuk :
Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada
kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
I PRAPEMBELAJARAN
1. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 45
2. Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 45
B. Pendekatan/strategi pembelajaran
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
1 2 3 4 5
yang akan dicapai
8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5
51
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
9. Menguasai kelas 1 2 3 4 5
10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 5
11. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
1 2 3 4 5
kebiasaan positif
12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
1 2 3 4 5
direncanakan
F. Penggunaan bahasa
21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar 1 2 3 4 5
22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5
III PENUTUP
23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
1 2 3 4 5
siswa
24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
1 2 3 4 5
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Total Skor
EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005
52
Lampiran 2.
Petunjuk :
Berilah penilaian kompetensi kepribadian dan sosial guru, dengan cara melingkari angka
pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik/sangat rendah
2 = tidak baik/rendah
3 = kurang baik/kurang tinggi
4 = baik/tinggi
5 = sangat baik/sangat tingi
53
No. Aspek yang dinilai Skor
misal yang memiliki etos kerja tinggi, bersemangat melaksanakan
dan mentaati kaidah-kaidah dalam tugas)
7. Inovasi dan Kreativitas (kemampuan dan kemauan untuk 1 2 3 4 5
mengadakan pembaharuan melalui olah pikirnya, misal selalu
berusaha menggunakan alam sekitar dan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya dalam proses pembelajaran di kelas)
8. Kemampuan menerima kritik dan saran (perilaku dalam merespon 1 2 3 4 5
kritik dan saran dari orang lain, misal mendapat kritik tidak marah
dan akomodatif terhadap saran orang lain)
9. Kemampuan berkomunikasi (dapat menyampaikan ide-idenya 1 2 3 4 5
dengan bahasa yang baik dan dapat dipahami oleh sasaran, misal:
dalam keseharian dapat berkomunikasi secara baik dengan sejawat)
10. Kemampuan bekerjasama 1 2 3 4 5
Skor Total ............
EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005
Lampiran 3.
54
Pokok Materi : ..............................................................
Kelas/Semester : ..............................................................
55
EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005
Kriteria Penilaian:
Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
Lampiran 4.
Petunjuk Umum
Berilah tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan catatlah hal-
hal yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada kolom keterangan.
1. Tidak ada (0-25)
2. Kurang baik (26-50)
3. Cukup (51-75)
4. Baik (76-100)
5. Sangat baik (101-125)
LEMBAR OBSERVASI
56
11 Standar kompetensi
12 Kompetensi Dasar
13 Indikator pencapaian
kompetensi
14 Tujuan Pembelajaran
15 Materi Ajar
16 Alokasi Waktu
17 Metode Pembelajaran
18 Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan
b) Inti
c) Penutup
19 Penilaian hasil belajar
20 Sumber belajar
C. Pelaksanaan Proses
21 Pembelajaran
22 1. Persyaratan pelaksanaan
proses pembelajaran
23 2. Pelaksanaan Pembelajaran
D. Penilaian Hasil Belajar
24 E. Pengawasan Proses
25 Pembelajaran
EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005
Lampiran 5.
DAFTAR HADIR GURU PADA KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
DI SD NEGERI 001 BANGUN PURBA
57
Penelitian Tindakan Sekolah
No Nama Guru
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Masdauli, S. Pd
2 Povi Erianti, S. Pd
3 Mai hendra, S.Pdi, SD
4 Netti Nauli, S.Pd
5 Marsinem, S.Pd
6 Syafril, S.Pd
7 Arnisah, S.Pd
8 Dian Safitra, S.Pd
9 Masdarina, S.Pdi
10 Lindawati
11 Reskina, A.Ma
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi
14 Gurbas Saleh, S.Pdi
15 Lutfi Efensi, S.Pdi
16 Mardiaseh, S.Pd
17 Irma Daulay, S.Pd
18 Nurjannah, A.Ma
19 Andes Gumansos Nasution,
S.Pd
20 Ella Safitri, S.Si
Bangun Purba, 5 Agustus 2019
Peneliti
EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005
58
Lampiran 6.
DOKUMENTASI
59
Gambar 1. Kepala Sekolah sedang Memberikan Pembinaan
Kepada Guru melalui Supervisi Klinis
60
Gambar 2. Para Guru sedang Berdiskusi dalam Menyusun
Administrasi Pembelajaran dan Kepala Sekolah
Memberikan Pembinaan
61
Gambar 3. Kepala Sekolah sedang Mengamati Guru saat
Pembelajaran Berlangsung
62