Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya meningkatan mutu pendidikan adalah peran dari guru. Guru sebagai

pendidik merupakan faktor yang sangat penting dalam melakukan proses pembelajaran di

kelas, serta merupakan faktor penentu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah

terutama pada pendidikan tingkat dasar dan menengah. Keterampilan utama dari seorang

guru adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada siswa secara kontinyu, yaitu dengan

meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada

kualitas hasil belajar siswa. Dalam upaya mencapai kualitas tersebut guru diharapkan dapat

melakukan pembelajaran yang didasarkan pada strategi, metode dan teknik pembelajaran

yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa.

Berdasarkan data di SDN 002 Bangun Purba ditemukan bahwa ternyata kualitas

pendidikan tergolong rendah dari apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka

sebagai kepala sekolah yang selanjutnya berperan juga sebagai peneliti akan melakukan

pembinaan kepada guru melalui supervisi klinis, dan tindakan ini sebagai suatu langkah yang

tepat agar peningkatan capaian mutu guru dapat dicapai sesuai dengan program pemerintah.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah yang tertuang dalam

Permendiknas No 13 Tahun 2007 salah satunya adalah kompetensi supervisi klinis.

Sehubungan dengan hal ini maka yang menjadi tugas bagi seorang kepala sekolah sebagai

supervisi klinis ini di antaranya; (1) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan

strategi/metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai

potensi siswa melalui bidang pengembangan di SD/MI atau mata pelajaran di

1
sekolah/madrasah. (2) Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di SD/MI atau mata pelajaran di

sekolah/madrasah. (3) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/

bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi

siswa pada tiap bidang pengembangan di SD/MI atau mata pelajaran di sekolah/madrasah.

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dan pembina dalam meningkatan mutu

pendidikan di SD Negeri 001 Bangun Purba menyadari bahwa tugas ini cukup berat dan

keterampilan yang dibutuhkan cukup kompleks. Bidang pengawasan instruksional

dihadapkan pada kebutuhan yang amat penting dalam membantu guru agar dapat

berkembang dengan pesat dalam pengelolaan kelas. Kompleksitas sekolah memaksa begitu

banyak cara harus disiapkan guru dalam proses pembelajaran. Bayangkan, di masa

mendatang seseorang setelah sarjana baru mendapatkan kualifikasi sebagai pengajar setelah

lulus dari Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian profesi pengawas menjadi lebih

berat dan kompleks dengan tingkat keterampilan yang harus lebih tinggi dari guru yang telah

lulus PPG (Zepeda, 2006). Oleh karena itu, Pengawas bekerja lebih dari sekedar mengamati

guru di dalam kelas; mereka melibatkan guru dalam rentang kegiatan yang lebih luas yang

fokus pada pembelajaran. Kegiatan ini terkait dengan pengembangan profesional dari usaha-

usaha pengawasan.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mencakup: memperkenalkan peer coaching,

penelitian tindakan, pengembangan portofolio pembelajaran, kelompok studi, teman kritis,

dan inisiatif lain yang masuk akal untuk konteks sekolah dasar. Sebagai seorang pengawas

dituntut untuk dapat memberikan pengarahan profesional pada masalah belajar dan

pembelajaran yang terjadi di kelas. Pengawas yang baik dapat membimbing guru untuk

menentukan faktor yang dapat menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran.

2
Terdapat tiga faktor yang dapat membantu keberhasilan proses belajar dan

pembelajaran, yaitu keterampilan dalam mengidentifikasi karakter siswa, karakter materi dan

karakter metode/pendekatan/teknik/strategi pembelajaran. Bila hal ini dilakukan secara

kontinyu oleh para guru dan kepala sekolah maka capaian mutu pendidikan akan dapat

dicapai. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda, ada juga guru yang

tidak berhasil dalam melaksanakan tugas yang diembannya sehingga mutu pendidikan yang

diharapkan pada tujuan sekolah tidak dapat dicapai. Oleh karena itu, tugas dan peran kepala

sekolah berkewajiban membantu melaksanakan pembinaan di sekolah agar capaian mutu

pendidikan dapat dicapai dengan baik dan maksimal.

Sehubungan dengan hal di atas penulis mencoba melakukan Penelitian Tindakan Sekolah

(PTS) dengan judul: “Upaya Meningkatan Kualitas Guru dalam Proses Pembelajaran melalui

Supervisi Klinis di SD Negeri 001 Bangun Purba Tahun Ajaran 2019/2020“.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Proses meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran melalui supervisi

klinis di SD Negeri 001 Bangun Purba pada Tahun Ajaran 2019/2020.

2. Hasil penerapan supervisi klinis dalam upaya meningkatkan kualitas guru dalam

proses pembelajaran di SD Negeri 001 Bangun Purba.

3
C. Rumusan Masalah

Identifikasi masalah di atas penulis batasi pada masalah yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penerapan supervisi klinis kepala sekolah di SD Negeri 001

Bangun Purba untuk meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran Tahun

Ajaran 2019-2020 ?

2. Bagaimana hasil penerapan supervisi klinis dalam upaya meningkatkan kualitas guru

dalam proses pembelajaran di SD Negeri 002 Bangun Purba.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan proses penerapan supervisi klinis di SD Negeri 002 Bangun Purba

untuk meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran Tahun Ajaran

2019/2020.

2. Mendeskripsikan hasil penerapan supervisi klinis di SD Negeri 002 Bangun Purba

untuk meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran Tahun Ajaran

2019/2020.

E. Manfaat Penelitian

Berikut uraian beberapa manfaat penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai bahan refleksi dalam upaya peningkatan capaian kualitas guru melalui

pembinaan supervisi klinis oleh kepala sekolah.

2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan supervisi di

sekolah lain dan khusus di SD Negeri 001 Bangun Purba.

4
3. Dapat memberikan kesempatan kepada kepala sekolah, guru, dan staf/pegawai

tata usaha di sekolah, untuk dapat aktif dalam kegiatan sekolah, terutama dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

4. Dapat memberi kontribusi pada hasanah pengetahuan yang berkaitan dengan

teori kepemimpinan (leadership) terutama manajemen pendidikan.

5. Dapat digunakan untuk referensi bagi penelitian selanjutnya.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Capaian Kualitas Guru Melalui Prestasi Belajar

Peningkatan capaian mutu guru melalui prestasi belajar adalah hasil atau akibat dari

kegiatan belajar. Untuk mengetahui tentang prestasi belajar perlu dijelaskan tentang hakekat

belajar. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

(Slameto,1991). Di mana perubahan itu bersifat kontinyu dan fungsional, terjadi secara

sadar,bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan atau terarah, dan

mencakup seluruh aspek tingkah laku yang selanjutnya dinamakan hasil belajar. Hasil belajar

tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk prestasi belajar, sebagai capaian mutu sekolah.

Menurut Abu Ahmadi (2001), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar di atas, maka dapat didefinisikan tentang

prestasi belajar, yaitu tingkat keberhasilan yang dicapai siswa berupa keterampilan dan

pengetahuan berdasarkan hasil tes atau evaluasi setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.

Sedangkan ketuntasan belajar merupakan hasil belajar siswa yang memenuhi kriteria

standar tertentu. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar bila mencapai ketuntasan indikator

hasil belajar ≥ 65% , dan dari suatu kelas dikatakan tuntas belajar bila dalam kelas telah

mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajar (Depdikbud,1994). Ketuntasan hasil belajar

yang dicapai oleh siswa merupakan suatu upaya peningkatan capaian mutu guru.

6
1. Aspek Aspek Penting yang Dinilai sebagai Hasil Proses Belajar

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh siswa dalam melaksanakan tugas kehidupannya.

Berdasarkan pengertian ini, maka secara garis besar aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian

berbasis kompetensi meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor atau kompetensi

intelektual, emosional (ahlak dan moral), spritual, dan keterampilan. Sejalan dengan hal

tersebut di atas, Benyamin S. Bloom dan (1956), telah mengklasifikasi tujuan pendidikan

yang dikenal dengan Taksonomi Bloom. Bloom mengelompokkan kemampuan manusia ke

dalam tiga aspek (domain), yaitu: (1) Aspek kognitif (cognitive domain), (2) Aspek afektif

(affective domain), dan (3) Aspek psikomotor (psychomotorik domain). Secara lebih rinci,

uraian mengenai ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut.

a) Aspek Kognitif

Aspek kognitif mencakup tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kemampuan berpikir,

yaitu berkenaan dengan pengenalan pengetahuan, perkembangan kemampuan dan

keterampilan intelektual (berpikir). Aspek kognitif terdiri dari enam jenjang yang tersusun

mulai dari kemampuan berpikir yang simpel (rendah, sederhana) menuju pada kemampuan

berpikir yang paling kompleks (tinggi) yang merupakan suatu kontinum. Keenam jenjang

berpikir tersebut seringkali disebut jenjang kognitif yang meliputi; pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b) Aspek Afektif

Daerah afektif adalah daerah atau hal-hal yang berkaitan dengan sikap (attitude)

sebagai manifestasi dari minat (interest), motivasi (motivation), kecemasan (anxiety),

apresiasi perasaan (emotional appretiation), penyesuaian diri (self adjustment), bakat

7
(aptitude), dan semacamnya. Hasil belajar aspek afektif terdiri atas lima kategori sebagai

berikut.

1) Menerima (Reciving), yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar

yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini

termasuk kesadaran, untuk menerima stimulus, keinginan untuk melakukan kontrol dan

seleksi terhadap rangsangan dari luar.

2) Menjawab (Responding), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi

yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketetapan reaksi, kedalaman perasaan, kepuasan

merespon, tanggung jawab dalam memberikan respon terhadap stimulus dari luar yang

datang pada dirinya.

3) Menilai (Valuing) berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap gejala atau stimulus

yang diterimanya. Dalam hal ini termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi (Organizaiton), yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas

nilai yang telah dimilikinya.

5) Internalisasi nilai (Internalized), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah

dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Faktor-faktor afektif yang dapat dinilai dalam kegiatan pembelajaran menurut

Krathwohl (dalam Pratiknyo, 1981 : 8) adalah sebagai berikut:

a. Adanya kesadaran mengenai pengaruh pelajaran tertentu terhadap pelajaran lain, begitu

pula sebaliknya.

b. Kesadaran pentingnya nilai dan peranan ilmu dalam masyarakat.

c. Kesadaran akan keindahan bentuk-bentuk obyek dalam lingkungannya.

8
d. Kesadaran akan pentingnya pelajaran untuk dirinya, baik dalam pembentukan pribadinya

maupun kegunaannya dalam kehidupan seharihari.

e. Kesudian untuk memberikan respond dan memberikan pendapat-pendapat yang baru dalam

diskusi.

f. Kesudian bekerjasama dengan teman-temannya dalam kelas.

g. Kesadaran bahwa pelajaran memberikan keuntungan dan kepuasan dalam pekerjaannya.

h. Keinginan untuk berpendapat dan secara sungguh-sungguh bertanggungjawab pada

kewajibannya.

i. Ada perhatian dan kesediaan untuk berpartisipasi dan aktif dalam pelajaran.

j. Ada perhatian untuk meningkatkan diri (ingin tahu) dalam pelajaran dengan belajar

mandiri.

k. Kebiasaan untuk mengadakan pertemuan dan simulasi.

l. Kebiasaan untuk mengembangkan dirinya dalam bidang pelajaran. Evaluasi-KKPS. 3.

m. Sikap percaya diri sendiri, disiplin pribadi, respek pribadi, inisiatif, kebebasan, dan

perkembangan pada kesadaran untuk mengkritik diri sendiri (introspeksi diri).

c) Aspek Psikomotori

Pengembangan aspek psikomotorik ini dikembangkan oleh Anita Harrow (1972). Ia

mengklasifikasikan tujuan dalam bidang ini mulai dari gerakan sederhana sampai pada

gerakan yang kompleks, yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan keterampilan, dan

gerakan komunikasi. Pada kenyataannya, klasifikasi tersebut tidaklah terpisah satu sama lain,

melainkan bersamaan atau berurutan. Penilaian hasil belajar aspek psikomotorik ini akan

lebih efektif bila dilaksanakan melalui pengamatan (observasi) berupa evaluasi perbuatan dan

lisan daripada evaluasi tertulis. Instrumen yang digunakan untuk mengukur bidang

psikomotorik biasanya berupa format berbentuk tabel (matriks) yang harus diisi, yang berisi

9
rincian aspek yang akan diukur dan skalapenilaiannya. Hasil belajar psikomotoris tampak

dalarn bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan

keterampilan, yakni:

(1) Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

(2) Gerakan fundamental yang dasar.

(3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan

auditif, motoris, dan lain-lain.

(4) Kemampuan fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

(5) Gerakan terampil, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan

yang kompleks.

(6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan

ekspresif dan interpretatif.

(7) Hasil belajar yang dikemukakan di atas berhubungan satu sama lain, bahkan ada

dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenamya dalam

kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.

2. Jenis-jenis Alat dan Teknik Penilaian di Sekolah

Beberapa jenis dan teknik penilaian yang digunakan di sekolah antara lain sebagai

berikut.

(a) Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis,

baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda,

benar-salah, menjodohkan, dan lain-lain. Adapun tes yang jawabannya berupa isian

berbentuk isian singkat dan uraian.

10
(b) Observasi

Observasi, dapat pula disebut pengamatan, adalah teknik penilaian yang dilakukan

dengan menggunakan indera penglihatan secara langsung. Observasi dapat dilakukan secara

formal maupun informal. Observasi formal dilakukan dengan cara menggunakan instrumen

yang sudah dirancang sebelumnya, sedangkan observasi informal dilakukan tanpa

menggunakan instrumen yang dirancang terlebih dahulu. Sasaran observasi dapat

menyangkut aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Dalam hal kepribadian, sasaran

observasi adalah tindakan nyata peserta didik sebagai cerminan aspek sikap (afektif) yang

didasari dengan pengetahuan (kognitif) yang mendasari sikap dan tindakannya.

(c) Penilaian unjuk kerja (Praktik)

Penilaian praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang

menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya, baik diujudkan dalam bentuk

tertulis sehingga disebut tes keterampilan tertulis, ataupun dalam bentuk lain yaitu berupa

kemahiran mengidentifikasi, bersimulasi, ataupun melakukan pekerjaan yang sesungguhnya.

Tes untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang

ditangkap melalui alat indera disebut tes identifikasi. Tes untuk mengukur kemahiran

bersimulasi memperagakan suatu tindakan disebut tes simulasi.

Tes untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya

disebut tes petik kerja atau tes contoh kerja. Tes petik kerja dapat dilakukan dengan sasaran

penilaian berupa kemahiran dalam mendemosntrasikan prosedur, produk yang dihasilkan,

dan dapat pula32keduanya. Tes petik kerja dengan sasaran penguasaan prosedur, atau disebut

tes petik kerja prosedur, dapat dilakukan karena kemahiran yang didemonstrasikan murni

berupa prosedur, dalam arti tidak menghasilkan produk, misalnya kemahiran berpidato,

berdeklamasi, menari, dan menjalankan mesin. Tes petik kerja dapat pula dengan sasaran

kombinasi prosedur dan produk, misalnya kemahiran melakukan pekerjaan pengelasan dan

11
kualitas hasil pengelasan yang diperoleh, kemahiran melakukan pengamatan mikroskopik dan

gambar hasil pengamatan yang diperolehnya.

Tes petik kerja dapat pula sasarannya murni hanya produk karena prosedur tidak perlu

dinilai dengan pertimbangan prosedur harus sudah dikuasai, dapat pula karena tidak ada

prosedur baku yang dapat dinilai, misalnya kemahiran membuat karangan, puisi, dan melukis

abstrak.

B. Kemampuan Guru dalam Pembelajaran

Istilah kemampuan mengajar guru merupakan kemampuan guru dalam menigkatkan

kinerjanya melaksanakan pembelajaran di kelas. Kinerja dapat diterjemahkan dalam

perfomance atau unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap

pekerjaannya pada tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu kinerja yang esensial terhadap

keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi setiap individu perli

diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.

Menurut Fattah (1996) kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari

oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan otivasi dalam menghasilkan suatu pekerjaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang yang

mencerminkan prestasi kerja sebagai ungkapan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menurut Supriadi (1998) kinerja guru akan menjadi lebih baik, bila seorang guru

memiliki lima hal yakni:

1. Mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya

2. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan diajarkan serta cara

mengajarnya kepada siswa

3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi dan

12
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar serta

pengalamannya.

Lebih lanjut Hamalik (2002) kemampuan dasar yang disebut juga kinerja dari seorang

guru teridiri dari: (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan mengelola

program belajar mengajar, (3) kemampuan menglola kelas (4) kemampuan menggunakan

media/sumber belajar, (5) kemampuan menglola interaksi belajar mengajar, (6) mampu

melaksanakan evaluasi belajar siswa.

Kinerja guru sangat terkait dengan efektifitas guru dalam melaksanakan fungsinya

oleh Medley dalam Depdikbud (1984) dijelaskan bahwa efektifitas guru yaitu: (1) memiliki

pribadi kooperatif, daya tarik, penampilan amat besar, pertimbangan dan kepemimpinan, (2)

menguasai metode mengajar yang baik, (3) memiliki tingkah laku yang baik saat mengajar,

dan (4) menguasai berbagai kompetensi dalam mengajar.

Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak kinerja guru

yang kurang memadai, di samping itu guru dituntut dapat mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang terus berkembang pula dengan pesat. Istilah kinerja

berasal dari Matematika yaitu Performance, berarti hasil kena atau unjuk kerja yang dicapai

seseorang atau sekelompok orang/organisasi tertentu. Istilah kinerja dapat diterjemahkan

dalam unjuk kerja, artinya kemampuan yang ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya di

tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat esensial terhadap keberhasilan

suatu pekerjan. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan

tertentu. Kebuituhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedanghkan

tujuannya berfungsi untuk menggerakkan perilaku. Karena itu suatu kinerja yang efektif bagi

setiap individu, perlu disiptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara optimal.

Widyastono (1999) berpendapat bahwa terdapat empat gugus yang erat kaitannya

dengan kinerja guru, yaitu kemampuan (1) merencanakan KBM, (2) melaksanakan KBM, (3)

13
melaksanakan hubungan antar pribadi, dan (4) mengadakan penilaian. Sedangkan Suyud

(2005) mengembangkan kinerja guru profesional meliputi: (1) penguasaan bahan ajar, (2)

pemahaman karakteristik siswa, (3) penguasaan pengelolaan kelas, (4) penguasaan metode

dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi pembelajaran dan (6) kepribadian.

Dari pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kinerja guru dalam

penelitian ini ialah: (1) penguasaan bahan ajar, (2) pemahaman karakteristik, (3) penguasaan

pengeloaan kelas, (4) penguasaan metode dan strategi pembelajaran, (5) penguasaan evaluasi

pembelajaran, dan (6) kepribadian.

C. Tinjauan Tentang Supervisi Klinis

1. Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis yang juga disebut supervisi kelas adalah suatu bentuk bimbingan atau

bantuan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhan guru melalui siklus

yang sistematis untuk meningkatkan proses belajar mengajar (La Sulo, Efffendi, Gojali).

Richard Waller yang dikutip oleh J.l. Bolla (1985:3) mengatakan: “Clinical

Supervision may be defines as supervision focused upon the improvement of instruction by

mean of systematic cycles of planning, observationand intensive intellectual analysis of

actual teaching performances in the interest of rational modification”.

Bantuan supervisor dipusatkan untuk meningkatkan pengajaran, dan siklus yang

sistematis merupakan proses yang terdiri dari kegiatan perencanaan, observasi, dan analisis

rasional yang intesif terhadap unjuk kerja mengajar yang ingin dimodifikasi untuk

dikembangkan. Hoy dan Forsyth (1986:47) menyatakan: “In education the movement away

from traditional supervision has been dramatic; in fact, the strong professional interest in

practices designed to improve teaching classroom perforzance has been described as the

clinical supervision”. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik suatu pengertian, bahwa

14
supervisi klinis merupakan pendekatan supervisi hasil upaya reformasi terhadap supervisi

yang tradisional. Sergiovani dan Starrat, dalam bukunya yang berjudul Supervision Human

Perspectives mengemukakan: “...clinical supervision, which emphasis working with teacher

about teaching in classroom as an activity distinct from general supervision”. (1979: 309).

Sargiovani dan Starrat menegaskan bahwa supervisi klinis berbeda dengan supervisi

umum. Perbedaan itu dikemukakan oleh La Sulo dkk (1995). Sebagai berikut:

Tabel 2. 1. Perbedaan Supervisi Klinis dengan Supervisi Non Klinis


Aspek Supervisi Non Klinis Supervisi Klinis
a. Prakarsa dan Terutama oleh supervisor Diutamakan oleh guru
tanggungjawab
b. Hubungan Hubungan atasan- Hubungan kolegial yang
Supervisor-guru bawahan yang bersifat sederajat dan interaktif
birkratis
c. Sifat Cenderung direktif atau Diajukan oleh guru
supervisi otoriter sesuai dengan
kebutuhannya
d. Sasaran Sama-sama atau sesuai
supervisi dengan keingiunan
supervisor
e. Ruang Umum dan luas Terbatas sesuai dengan
lingkup supervisi kontrak
f. Tujuan Cenderung evaluatif Bimbingan analitik dan
supervisi deskriptif

g. Peran Banyak memberi tahu Banyak bertanya untuk


supervisor dan mengarahkan membantu guru
menganalisis diri
h. Balikan Sama-sama atau atas Dengan analisis dan
kesimpulan supervisor interaksi bersama atas
data observasi sesuai
kontrak
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa supervisi klinis adalah suatu

proses bimbingan oleh supervisor kepada guru secara kolegial dengan tujuan membantu guru

dalam mengungkapkan kemampuan profesionalnya, khususnya untuk kerja mengajarnya di

kelas berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif. Menurut J.l. Bolla

(1985) istilah klinis menunjuk kepada unsur-unsur khusus sebagai berikut: (1) Adanya

hubungan tatap muka antara supervisor dan guru dalam proses supervisi; (2) Proses supervisi

difokuskan pada unjuk kerja mengajar guru di kelas; (3) data unjuk kerja mengajar diperoleh

15
melalui observasi secara cermat; (4) Data dianalisis bersama anatar supervisor dan guru; (5)

Supervisor dan guru bersama-sama menilai dan mengambil kesimpulan unjuk kerja mengajar

guru; (6) Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan atau permintaan guru yang

bersangkutan.

Dari berbagai pendapat analisis dan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa

supervisi klinis adalah supervisi yang memiliki ciri-ciri esensial sebagai berikut: (1)

Bimbingan dari supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi,

sehingga prakarsa dan tanggungjawab pengembangan diri berada di tangan guru; (2)

Hubungan interaksi dalam proses supervisi bersifat kolegial, sehingga intim dan terbuka; (3)

Meskipun unjuk kerja mengajar guru di kelas bersifat luas dan terintegrasi, tetapi sasaran

supervisi terbatas pada apa yang dikontrakkan; (4) Sasaran supervisi diajukan oleh guru,

dikaji dan disepakati bersama dalam kontrak; (5) Proses supervisi klinis melalui tiga tahapan:

pertemuan pendahuluan, observasi kelas, dan pertemuan balikan; (6) Instrumen observasi

ditentukan bersama oleh guru dan supervisor; (7) Balikan yang objektif dan sepesifik

diberikan dengan segera; (8) Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-

sama; (9) Proses supervisi bersiklus.

2. Prinsip Prinsip Supervisi Klinis

Terdapat beberapa prinsip umum yang perlu dijadikan acuan dalam pelaksanaan

supervisi klinis, agar sukses mencapai tujuannya, yakni: (1) Hubungan kolegial;

(2) Demokrasi; (3) Berorientasi pada kebutuhan dan aspirasi guru; (4) Obyektif; (5)

Mengutamakan prarakarsa dan tanggungjawab guru.

a) Prinsip Hubungan Kolegial

Hubungan supervisor dan guru yang kolegial, sederajat dan interaktif membuka

kemungkinan tumbuhnya situasi dan iklim yang kondusif bagi terlaksananya supervisi yang

kreatif dan bersifat dua arah. Hubungan antara dua tenaga profesional di mana yang satu

16
lebih berpengalaman (supervisor) dari yang lain (guru) memungkinkan terjadinya dialog

yang konstruktif dalam suasana yang intim dan keterbukaan. Kepemimpinan supervisor

diterima oleh guru yang bersangkutan dengan rasa ikhlas tanpa adanya paksaan, sehingga

dapat menumbuhkan motivasi guru untuk berupaya meningkatkan kemampuan dan

keterampilan mengajarnya. Supervisor merasa mudah, dalam memberikan bimbingan karena

guru bersikap terbuka.

b) Prinsip Demokrasi

Kepemimpinan supervisor yang demokratis memberi peluang kepada guru untuk

berfikir secara kreatif dan percaya diri serta obyektif rasional dalam mengambil keputusan

pada saat pertemuan pendahuluan maupun pertemuan balikan, dimana guru harus mampu

menganalisis data untuk kerja mengajarnya. Suasana demokratis dapat terwujud apabila

kedua dengan bebas mengemukakan pendapat, tidak mendominasi pembicaraan, terbuka

dalam menyampaikan dan menerima pendapat yang pada akhirnya kedua pihak mampu

menghasilkan keputusan bersama.

c) Prinsip Berorientasi pada Kebutuhan dan Aspirasi Guru

Pada hakekatnya tujuan supervisi adalah membantu guru untuk meningkatkan

kemampuan mengajarnya. Bantuan supervisi dirasakan guru bermanfaat apabila proses

supervisi memusatkan perhatian pada apa yang dibutuhkan oleh guru. Dengan prinsip ini

guru mendorong untuk mampu menganalisis kebutuhan dan aspirasinya dalam usaha

mengembangkan dirinya.

d) Prinsip Obyektif

Supervisor dan guru harus bersikap obyektif dalam mengemukakan pendapat dalam

mengambil keputusan. Oleh karena itu, data hasil observasi yang cermat sangat diperlukan

untuk dianalisis dalam menarik suatu pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang

ibjektif tersebut.

17
e) Prinsip Mengutamakan Prarakarsa dan Tanggungjawab Guru Sendiri

Dalam tahap perencanaan, observasi dan tahap balikan, guru diberi peluang yang

seluas-luasnya untuk mengambil inisiatif dan aktif berpartisipasi dalam berpendapat dan atau

dalam mengambil keputusan. Dengan perlakuan yang sedemikian itu, parakarsa atau inisiatif

dan tanggungjawab untuk mengembangkan kemampuan dirinya sendiri akan berkembang.

Perwujudan prinsip-prinsip tersebut dalam pelaksanaan supervisi klinis membawa

implikasi bagi supervisor maupun guru. Implikasi bagi supervisor antara lain: (1) Supervisor

harus yakin bahwa guru mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dirinya sendiri serta

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi; (2) Supervisor harus bersikap terbuka

dan tanggap terhadap setiap pendapat guru; (3) Supervisor harus mampu dan mau

memperlakukan guru sebagai kolega yang memerlukan bantuan profesional darinya.

Implikasinya terhadap guru antara lain: (1) Guru mempunyai minat dan sikap mampu

dan mau mengambil prakarsa dan tanggungjawab untuk mengembangkan kemampuannya

sendiri; (2) Guru bersikap obyektif dan terbuka dalam menganalisis dan mengevaluasi dirinya

sendiri.

Di samping itu, kedua belah pihak harus memahami konsep dasar dan prosedur

supervisi klinis. Khusus bagi supervisor harus menguasai teknik-teknik supervisi dengan

pendekatan supervisi klinis.

f) Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supevisi klinis dapat dibedakan menjadi: (1) Tujuan umum dan (2) Tujuan

khusus.

(2) Tujuan Umum Supervisi Klinis

Konsep dasar dan prinsip-prinsip supervisi klinis memberi tekanan pada proses

bantuan yang diberikan kepada guru atas dasar kebutuhan yang dirasakan dalam

meningkatkan proses belajar mengajar. Peningkatan kemampuan profesional guru tersebut

18
dimaksudkan untuk menunjang pembaharuan pendidikan serta menanggulangi degradasi

proses pendidikan di sekolah dengan memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar

(proses pembelajaran) di kelas. Peningkatan kualitas mengajar guru di kelas diharapkan dapat

meningkatkan proses belajar siswa, sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah

dapat tercapai secara maksimal. Dengan menerapkan pendekatan supervisi klinis, supervisor

diharapkan mampu membantu guru meningkatkan kemampuan profesional mengajarnya

secara mandiri.

Dengan asumsi bahwa mengajar atau membelajarakan para siswa adalah suatu

kegiatan yang dapat dikendalikan dan dikelola (controllable and manageable), dapat diamati

(observable), dan terdiri atas kompnen-komponen kemampuan dan keterampilan mengajar

yang dapat dipisah-pisahkan dan dilatihkan, maka kegiatan pokok dalam proses suipervisi

klinis pada pertemuan pendahuluan, observasi, dan pertemuan balikan harus mengacu pada

kegiatan belajar mengajar guru. Jadi, tujuan umum supervisi klinis pada ketiga kegiatan

pokoknya adalah memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas.

Dengan demikian pendekatan supervisi klinis merupakan suatu metode peningkatan

kemampuan profesional guru yang diharapkan dapat menunjang upaya peningkatan kualitas

pendidikan.

1. Tujuan Khusus Supervisi Klinis

Tujuan umum supervisi klinis seperti yang tersebut diatas, dapat dirinci ke dalam

tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

(a) Memberi balikan yang objektif kepada guru tentang unjuk kerja mengajarnya di

kelas. Balikan tersebut merupakan cermin guru untuk memahami unjuk kerja

mengajarnya baik yang positif maupun yang negatif, yang diharapkan guru

menyadari kelebihan dan kekurangan unjuk kerja mengajarnya, serta mendorong

19
guru agar berupaya menyempurnakan kekurangannya dan meningkatkan potensi

yang dimiliki;

(b) Membantu guru menganalisis, mendiagnosis dan memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi oleh guru;

(c) Membantu guru mengembangkan keterampilan-keterampilan mengejarnya dan

menerapkan strategi pembelajaran;

(d) Membantu guru mengembangkan sikap positifnya dalam upaya megembangkan

diri secara berkelanjutan dalam karir dan profesinya secara mandiri;

(e) Sebagai dasar untuk menilai kemampuan guru dalam rangka promosi jabatan atau

pekerjaannya.

g) Sasaran Utama Supervisi Klinis

Sasaran utama yang harus menjadi perhatian supervisor baik pada saat guru

mempersiapkan diri sebelum mengajar, pada saat mengajar, dan setelah mengajar adalah

sebagai berikut:

1) Kesadaran dan Kepercayaan Guru akan Dirinya sebagai Tenaga Profesional

Kesadaran guru akan pentingnya sebagai guru, keefektifan kemampuan mengajarnya

keberadaan guru dalam proses belajar-mengajar potensinya dalam mengembangkan diri, dan

sebagainya merupakan faktor yang diharapkan dapat menunjang upaya peningkatan

kemampuan profesional guru. Tanpa mengetahui hal-hal tersebut di atas, kiranya sukar bagi

seorang guru memiliki kemauan dan kemampuan meningkatkan dirinya. Jadi, seorang guru

harus berani melaksanakan self-evaluasi dalam upaya mengetahui keberadaan dirinya.

Kesadaran dan kepercayaan diri muncul melalui berbagai pertanyaan seperti berikut:

(a) Bagaimana keberadaan saya sebagai seorang guru?,

(b) Bagaimana tanggapan dan perasaan siswa terhadap diri saya?,

(c) Apakah siswa dapat mempelajari apa yang saya ajarkan?,

20
(d) seberapa besarkah kemampuan mengajar saya?,

(e) Apakah siswa memperoleh apa yang sebenarnya mereka perlukan?,

(f) Bagaimana saya dapat mengembangkan diri saya sebagai seorang guru?

2) Keterampilan-Keterampilan Dasar Mengajar yang Diperlukan Guru

Disadari atau tidak bahwa dalam kegiatan mengajar guru memerlukan seperangat

keterampilan dasar (generic skills) tertentu yang memungkinkan guru mengajar dengan baik,

efektif dan dapat mencapai tujuan. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

(a) Menggunakan Variasi Mengajar & Stimulus

Keterampilan dalam menggunakan variasi mengajar dan menggunakan stimulus, terdiri dari:

(1) Memberi penguatan (reinforcement);

(2) Variasi gaya interaksi dan pengunaan indera pandang dan dengar (variability);

(3) Menjelaskan (explaining);

(4) Membuka dan menutup pelajaran (introductory, procedures and closure).

(b) Melibatkan siswa dalam proses belajar

Keterampilan melibatkan siswa-siswa dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut:

(1) Bertanya dasar dan bertaya lanjut (basic and advanced questioning),

(2) Memimpin diskusi kelompok kecil (guilding small group discusion),

(3) Mengajar kelompok kecil (small group group instruction);

(4) Mengajar melalui penemuan siswa (discovery learning);

(5) Membantu mengembangkan kreativitas (fostering creativity).

3) Mengelola kelas dan disiplin kelas

21
Keterampilan melibatkan siswa-siswa dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai

berikut:

(a) Bertanya dasar dan bertanya lanjut (basic and advanced questioning),

(b) Memimpin diskusi kelompok kecil (guilding small group discusion),

(c) Mengajar kelompok kecil (small group instruction);

(d) Mengajar berdasarkan perbedaan individu (individualized instruction);

(e) Mengajar melalui penemuan siswa (discovery learning);

(f) Membantu mengembangkan kreativitas (fostering creativity).

4) Mengelola kelas dan disiplin kelas

Keterampilan mengelola kelas dan kedisiplinan kelas, antara lain sebagai berikut:

(a) Tanggap tentang tingkah laku siswa di kelas;

(b) Menanggulangi tingkah laku siswa yang deskriptif dan bersifat mengganggu.

Keterampilan-keterampilan dasar tersebut perlu dikuasai oleh guru, dan justru inilah

yang dibutuhkan oleh guru dalam menunjang keberhasilan tugas mengajar mereka di kelas.

Mereka juga perlu mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dalam hal ini mereka

memerlukan bantuan dari orang lain untuk memahami, mengamati dan menganalisis

kekuatan atau kelemahan tersebut yang dapat dijadikan balikan untuk menanggapi,

menasehati, memberikan dan menanamkan kepercayaan pada diri guru, serta membantu

mengembangkan keterampilannya.

h) Prosedur Supervisi Klinis

1) Proses Supervisi Klinis

Seperti apa yang telah diungkapkan pada bgain terdahulu bahwa supervisi klinis

berlangsung dalam suatu proses yang terdiri atas tiga tahapan, yakni : tahap pertemuan

pendahuluan, tahap observasi, dan tahap pertemuan balikan, yang hasilnya menjadi input

dalam proses supervisi berikutnya. Itulah sebabnya maka proses supervisi klinis disebut juga

22
“siklus supervisi klinis”. Ketiga tahapan proses supervisi klinis tersebut diuraikan secara

singkat sebagai berikut:

2) Pertemuan pendahuluan

Dalam tahap ini, supervisor dan guru bersama-sama merencanakan kegiatan supervisi

yang diinginkan oleh guru. Supervisor memberi kesempatan kepada guru untuk

mengemukakan apa yang menjadi perhatian utamanya, yang selanjutnya dijabarkan ke dalam

bentuk tingkah laku yang dapat diamati dalam setting kegiatan belajar mengajar. Jenis data

mengajar yang akan diobservasi ditentukan sebelumnya. Demikian pula dengan instrumen

observasi dan cara mencatat data-data yang diperlukan disepakati bersama selama proses

belajar mengajar berlangsung. Agar dialog antara supervisor harus dapat menciptakan situasi

interaksi terbuka, kolegial dan demokratis, sehingga dapat menimbulkan kerjasama yang

harmonis.

Secara teknis diperlukan lima langkah utama dalam pertemuan pendahuluan sebagai

berikut:

a) Menciptakan suasana akrab antara supervisor dan guru sebelum langkah-langkah

berikutnya dilaksanakan,

b) Mereview rencana pembelajaran serta tujuan yang ingin dicapai:

c) Mereview komponen keterampilan yang akan dilatih atau hal-hal yang menjadi

keprihatinan guru untuk diperbaiki,

d) Memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan dipergunakan

supervisor dalam mencatat data-data yang diperlukan atau yang menjadi perhatian

utama guru, dan

e) Mengadakan kesepakatan tentang perhatian utama guru serta cara merekamnya

dalam instrumen observasi. Ini merupakan kontrak yang menjadi rambu-rambu

23
daam melaksanakan tuasg masing-masing, dalam menganalisis data dan mengambil

kesimpulan.

3) Tahap Observasi

Dalam tahap observasi ini, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas

seperti yang telah direncanakan, sementara itu supervisor mengamati atau mengobservasi

kegiatan guru yang sedang mengajar sambil mencatat data tentang perilaku mengajar guru

yang diperlukan pada instrumen observasi secara cermat dan objektif seperti kesepakatan

pada tahap pertemuan pendahuluan. Supervisor juga dapat mencatat perilaku siswa dan

perilaku interaksi guru-siswa sebagai data pelengkap.

4) Tahap Pertemuan Balikan

Sebelum diadakan pertemuan balikan, supervisor dapat mengadakan analisis

pendahuluan terhadap data-data hasil observasi sebagai bahan pembicaraan dalam tahap

pertemuan balikan. Pertemuan ini segera dilaksanakan agar supervisor tidak lupa tentang apa

yang diamati, dan guru bersama-sama menganalisis data hasil observasi. Guru diharapkan

mampu menginterpretasikan perilaku mengajarnya sendiri, serta mampu mengevaluasi

dirinya sendiri di bawah bimbingan supervisor. Kesadaran guru tentang dirinya sendiri akan

menumbuhkan sikap percaya diri dan motivasi diri untuk berupaya meningkatkan

kemampuan profesionalnya secara mandiri. Langkah-langkah utama dalam tahap ini adalah

sebagai berikut:

a) Supervisor menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru atas

pengalaman mengajar yang baru dilaksanakan, serta memberi penguatan

(reinforcement)

b) Supervisor dan guru bersama-sama mereview rencana pembelajaran dan

tujuannya

24
c) Supervisor bersama guru mereview kontraknya, (target pelatihan dan

keprihatinan utama guru

d) Supervisor menanyakan jalannya proses pembelajaran yang berkaitan dengan

kotraknya

e) Supervisor menunjukkan data hasil observasi dan mempersilahkan untuk

menganalisis serta menginterpretasikan sendiri dengan bimbingan supervisor:

f) Supervisor menanyakan pendapat dan perasaan guru setelah melihat rekaman

data observasi

g) Guru diharapkan dapat menyimpulkan sendiri hasilnya dalam mencapai

target latihan dan apa yang telah terjadi sehubungan dengan keprihatinan

utamanya

h) Dengan memberikan dorongan kepada guru, suypervisor mengadakan

kesepakatan menindaklanjuti kegiatan supervisi beriktnya.

i) Latihan Mengajar Terbimbing

Dalam tahap ini guru berlatih untuk menerapkan keterampilan mengajar dan non

mengajar secara terintegrasi dan utuh dalam situasi mengajar yang sebebnarnya di bawah

bimbingan intensif guru senior atau Pengawas (Suparno Anah, S, dkk. 1993: 40).

Dalam latihan ini adalah latihan mengajar yang melibatkan seluruh supervisi yang

langsung berhubungan dengan guru, yaitu guru pembimbing, Pengawas serta guru

senior/guru inti. Pada tahap ini bimbingan mencakup hal-hal:

(1) Mengembangkan materi pelajaran, termasuk medianya

(2) Menyusun persiapan mengajar

(3) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar

(4) memberikan bimbingan belajar kepada murid

(5) Melaksanakan tuags administrasi

25
(6) Melaksanakan tugas ko dan ekstrakurikuler.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan masalah penelitian, kajian teori tentang peningkatan kerja guru melalui

supervisi klinis yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan

hipotesis sebagai berikut: Penerapan supervisi klinis di SD Negeri 001 Bangun Purba

dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran Tahun Ajaran 2019/2020.

BAB III

METODE PENELITIAN

26
A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Guru SD Negeri 002 Bangun Purba Kabupaten

Rokan Hulu yang merupakan tempat peneliti bertugas menjadi kepala sekolah tahun

pelajaran 2019/2020. Adapun data responden guru di SD Negeri 002 Bangun Purba adalah 20

orang.

B. Latar Penelitian

1. Penelitian Tindakan Sekolah akan dilakukan pada SD Negeri 002 Bangun Purba

tahun ajaran 2019/2020.

2. Penelitian Tindakan Sekolah dilakukan pada guru melalui supervisi klinis untuk

meningkatkan mutu guru dalam proses belajar mengajar di SD Negeri 002 Bangun

Purba.

C. Rancangan Penelitian

1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus

2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester ganjil tahun pelajaran 2019 -2020.

3. Penelitian dilakukan selama enam minggu efektif mulai tanggal 5 Agustus sampai

dengan 28 September 2019.

4. Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a)

perencanaan,(2) tindakan,(3) pengamatan,(4) refleksi.

5.

Rancangan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) menurut Kemmis dan Mc.Taggar

(Depdiknas, 2000) adalah seperti gambar berikut:

Plan

Reflective
Action / Observation

27
Siklus I

Recived Plan

Reflective
Action / Obesrvation

Siklus II

Recived Plan

Reflective
Action / Observation

Siklus III

Recived Plan

Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Sekolah

1. Rencana (Plan): adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.

2. Tindakan (Action): adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / kepala sekolah sebagai

upaya perbaikan,peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

3. Observasi (Observation): adalah mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan

yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

4. Refleksi (Reflection): adalah peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas

hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai keriteria.

5. Revisi (Recived Plan): adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti melakukan

revisi terhadap rencana awal.

28
D. Varibel Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan sekolah ini variabel yang akan diteliti adalah

peningkatan mutu guru melalui supervisi klinis di SD Negeri 001 Bangun Purba. Variabel

tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :

Variabel Harapan : Peningkatan mutu guru dalam proses belajar

mengajar di SD Negeri 002 Bangun Purba

Variabel Tindakan : Penerapan Supervisi klinis.

Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :

1. Kemampuan meningkatkan mutu guru dalam proses belajar mengajar

2. Kemampuan meningkatkan mutu guru dalam perencaan dan pelaksanaan

pembelajaran di sekolah

3. Kemampuan menguasai materi pembinaan oleh kepala sekolah

4. Kemampuan meningkatkan mutu guru dala proses belajar mengajar melalui

bimbingan dan pembinaan kepala sekolah.

Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :

1. Tingkat kualitas perencanaan

2. Kualitas perangkat observasi

3. Kualitas operasional tindakan

29
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan

5. Kesesuaian materi pembinaan dan bimbingan yang diberikan

6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pelatihan berkelanjutan

7. Kemampuan meningkatkan mutu guru melalui supervisi klinis..

E Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data :

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :

1 Guru : Diperoleh data tentang peningkatan mutu guru


dalam proses belajar mengajar di sekolah.
2 Kepala
Sekolah : Diperoleh data tentang penerapan supervisi klinis.

2. Teknik Pengumpulan Data :

Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan

angket.

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah

berhasil apabila terjadi peningkatan mutu guru mencapai 85% guru (sekolah yang

diteliti) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75 .Jika peningkatan tersebut

dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan

karena tindakan sekolah yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan

dalam manajemen berbasis sekolah atau MBS.

30
G. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah;

1. Kuantitatif

Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan mutu guru

dalam proses belajar mengajar melalui supervisi klinis dengan menggunakan

prosentase (%).

2. Kualitatif

Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian

secara; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.

H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

TABEL 3.2
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Bulan
Agustus September
No Uraian Kegiatan Keterangan
2019 2019
1 2 3 1 2 3
1 Persiapan dan Koordinasi X
2 SIKLUS I
a. Perencanaan X
b. Tindakan X
c. Observasi X
d. Evaluasi X
3 SIKLUS II
a. Perencanaan X
b. Tindakan X
c. Observasi X
d. Evaluasi X
4 SIKLUS III
a. Perencanaan X
b. Tindakan X
c. Observasi X
d. Evaluasi X
5 ANALISIS DATA X

31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Perencanaan Tindakan

Penelitian ini menggunakan model pembinaan melalui supervisi klinis. Tujuan yang

diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembinaan kepala sekolah melalui supervisi

klinis ini adalah peningkatan mutu guru dalam proses belajar mengajar. Agar tercapai tujuan

di atas, peneliti yang bertindak sebagai kepala sekolah dengan melakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

a) Menyusun instrumen pembinaan

b) Menyusun Instrumen Monitoring

c) Sosialisasi kepada guru

d) Melaksanakan tindakan dalam pembinaan

e) Melakukan refleksi

f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasar refleksi siklus pertama

32
g) Melaksanakan pembinaan pada siklus kedua

h) Melakukan Observasi

i) Melakukan refleksi pada siklus kedua

j) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua

k) Melaksanakan pembinaan pada siklus ketiga

l) Melakukan Observasi

m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga

n) Menyusun laporan

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri dari enam kali

pertemuan.

Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60 menit. Siklus pertama

dilaksanakan pada tanggal 5-17 Agustus 2019 dan siklus kedua pada tanggal 26 Agustus - 7

September 2019 dan siklus ketiga pada tanggal 16-28 September 2019. Penelitian tindakan

sekolah ini dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berikut hasil

pembinaan kepala sekolah melalui supervisi klinis per siklus sebagai berikut ;

A. SIKLUS 1

a) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana

pembinaan, soal tes formatif 1 dan alat-alat pembinaan lain yang mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan lembar observasi peningkatan mutu guru dalam proses belajar mengajar dengan

melalui pembinaan supervisi klinis.

b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

33
Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 s.d 17

Agustus 20119 di SD Negeri 001 Bangun Purba tahun ajaran 2019-2020. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana

pembinaan yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan pembelajaran. Pada akhir proses pembinaan guru diberi penilaian formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru dalam meningkatkan mutu guru

dalam proses belajar mengajar sesuai dengan yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Kepala Sekolah melalui Supervisi Klinis pada Siklus I
Keterangan :

Keterangan
No Nama Guru Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Masdauli, S. Pd 75 √
2 Povi Erianti, S. Pd 70 √
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 70 √
4 Netti Nauli, S.Pd 75 √
5 Marsinem, S.Pd 75 √
6 Syafril, S.Pd 70 √
7 Arnisah, S.Pd 75 √
8 Dian Safitra, S.Pd 75 √
9 Masdarina, S.Pdi 70 √
10 Lindawati 64 √
11 Reskina, A.Ma 60 √
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 55 √
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 63 √
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 60 √
16 Mardiaseh, S.Pd 60 √
17 Irma Daulay, S.Pd 62 √
18 Nurjannah, A.Ma 55 √
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 60 √
20 Ella Safitri, S.Si 55 √
Jumlah Total 1.249 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
Skor Maksimum Kelompok 2.000 - -
34
Jumlah Guru yang tuntas : 9 Orang

Jumlah Guru yang belum tuntas : 11 Orang

Kelompok (Sekolah) : Belum Tuntas

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan pembinaan yang dilakukan oleh

kepala sekolah melalui supervisi klinis diperoleh nilai rata-rata peningkatan mutu guru

adalah 45% atau baru 9 dari 20 orang guru sudah tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pada siklus pertama secara kelompok (sekolah) belum meningkat mutunya dalam proses

belajar mengajar, karena yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 45% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena

banyak guru yang belum memahami dan merasa baru dengan supervisi klinis sehingga

mereka belum dapat memahaminya dengan baik.

c) Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai

berikut:

(1) Kepala sekolah masih kurang teliti dalam melakukan pembinaan di sekolah

(2) Kepala sekolah masih kurang baik dalam pemanfaat waktu

(3) Kepala sekolah Sekolah masih kurang konsentrasi dalam melakukan

pembinaan, karena ada tugas lain yang harus dikerjakan.

d) Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu

adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1) Kepala sekolah perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru diajak untuk terlibat

langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

35
2) Kepala sekolah perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.

3) Kepala sekolah harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi guru

sehingga mutunya dalam proses belajar mengajar lebih meningkat.

B. SIKLUS II

a) Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana

pembinaan yang kedua, soal penilaian formatif 2 dan alat-alat pembinaan lain yang

mendukung.

b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembinaan supervisi klinis untuk siklus II dilaksanakan pada

tanggal 26 Agustus s.d 7 September 2019 di SDN 001 Bangun Purba tahun ajaran 2019-2020.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Kepala sekolah. Adapun proses pembinaan mengacu

pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Penelitian tindakan sekolah ini

dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembinaan dan skenario pembinaan ,serta

kegiatan pembinaan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif II dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat capaian mutu guru dalam proses belajar mengajar di kelas yang menjadi

tugasnya. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut.

36
Tabel 4.2
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Kepala Sekolah melalui Supervisi Klinis Pada Siklus
II

Keterangan
No Nama Guru Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Masdauli, S. Pd 80 √
2 Povi Erianti, S. Pd 75 √
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 78 √
4 Netti Nauli, S.Pd 80 √
5 Marsinem, S.Pd 79 √
6 Syafril, S.Pd 77 √
7 Arnisah, S.Pd 79 √
8 Dian Safitra, S.Pd 80 √
9 Masdarina, S.Pdi 75 √
10 Lindawati 80 √
11 Reskina, A.Ma 60 √
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 55 √
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 75 √
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 65 √
16 Mardiaseh, S.Pd 60 √
17 Irma Daulay, S.Pd 75 √
18 Nurjannah, A.Ma 55 √
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 65 √
20 Ella Safitri, S.Si 55 √
Jumlah Total 1.348 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
Skor Maksimum Kelompok 2.000 - -
Keterangan :

Jumlah Guru yang tuntas : 14 Orang

Jumlah Guru yang belum tuntas : 6 Orang

Kelompok ( Sekolah ) : Belum Tuntas

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata peningkatan mutu guru adalah 70% dan

peningkatan mutu mencapai 70 % atau sudah 14 orang dari 20 orang guru yang sudah tuntas

dalam meningkatkan mutunya. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini peningkatan

mutu guru dalam proses belajar mengajar telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari

37
siklus I. Adanya peningkatan ini karena setelah kepala sekolah menginformasikan bahwa

setiap akhir pembinaan akan diadakan penilaian sehingga pada pertemuan berikutnya guru

lebih termotivasi untuk meningkatkan mutunya dalam proses pembelajarn. Selain itu guru

juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan oleh kepala sekolah dalam

melakukan pembinaan supervisi klinis.

c) Refleksi

Dalam pelaksanaan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Memotivasi guru dalam meningkatkan mutunya.

2) Membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

d) Revisi Pelaksanaaan

Pelaksanaan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.

Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara lain:

1) Kepala sekolah dalam memberikan pembinaan hendaknya dapat membuat

guru termotivasi dalam membuat program dan rencana sekolah.

2) Kepala sekolah harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada perasaan

takut/malu dalam diri guru terutama dalam bertanya tentang masalah yang

dihadapi oleh sekolah.

3) Kepala sekolah harus lebih sabar dalam melakukan pembinan kepada guru

terutama dalam merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep.

4) Kepala sekolah harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembinaan dapat berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan.

5) Kepala sekolah sebaiknya menambah lebih banyak contoh-contoh program

pembelajaran dan penilaian dengan format format yang sudah distandardisasi

38
oleh Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal ini Lembaga Penjaminan

Mutu Pendidikan (LPMP) baik di Tingkat Provinsi maupun tingkat Pusat.

C.SIKLUS III

a) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari

rencana pembinaan 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pembinaan lainnya yang mendukung.

b) Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 16

s.d 28 September 2019 di SD Negeri 002 Bangun Purba tahun ajaran 2019-2020 dengan

jumlah 20 orang guru. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai kepala sekolah. Adapun

proses pembinaaan mengacu pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada

siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus

III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar

mengajar berlangsung.

Pada akhir proses pembinaan guru diberi penilaian formatif III dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat mutu guru dalam melaksanakan tugasnya yang telah dilakukan.

Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3
Tabel Distribusi Nilai Pembinaan Kepala Sekolah melalui Supervisi Klinis pada Siklus
III

39
Keterangan
No Nama Guru Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Masdauli, S. Pd 95 √
2 Povi Erianti, S. Pd 90 √
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 83 √
4 Netti Nauli, S.Pd 85 √
5 Marsinem, S.Pd 90 √
6 Syafril, S.Pd 85 √
7 Arnisah, S.Pd 85 √
8 Dian Safitra, S.Pd 90 √
9 Masdarina, S.Pdi 90 √
10 Lindawati 85 √
11 Reskina, A.Ma 90 √
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 80 √
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 85 √
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 85 √
16 Mardiaseh, S.Pd 80 √
17 Irma Daulay, S.Pd 90 √
18 Nurjannah, A.Ma 85 √
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 80 √
20 Ella Safitri, S.Si 80 √
Jumlah Total 1.633 - -
Skor Maksimum Individu 100 - -
Skor Maksimum Kelompok 2.000 - -
Keterangan :

Jumlah Guru yang tuntas : 20 Orang

Jumlah Guru yang belum tuntas : - Orang

Kelompok ( Sekolah ) : Sudah tuntas

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 100% dan 20

orang guru sudah mencapai ketuntasan dalam meningkatkan mutunya dalam proses belajar

mengajar. Maka secara kelompok ketuntasan telah mencapai 100 % ( termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya

peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan

kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan pembinaan melalui supervisi klinis sehingga

guru menjadi lebih memahami tugasnya sehingga dapat meningkatkan mutu dalam proses

40
belajar mengajar di kelas. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama

dari guru dengan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya masing masing.

c) Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih

kurang baik dalam proses pembinaan melalui supervisi klinis. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

(1) Selama proses pembinaan kepala sekolah telah melaksanakan semua pembinaan

dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi

persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif selama proses

pembinaan berlangsung.

(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan

peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

(4) Hasil pembinaan guru oleh kepala sekolah melalui supervisi klinis pada siklus

III mencapai ketuntasan.

d) Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III kepala sekolah telah melaksanakan pembinaan dengan baik dan dilihat

dari peningkatan capaian mutu guru, pelaksanaan pembinaan sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan

agar pada pelaksanaan pembinaan selanjutnya baik melalui supervisi klinis maupun supervisi

klinis dapat meningkatkan capaian mutu guru sehingga tujuan pembinaan sebagai upaya

meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai.

B. Analisis Hasil Kegiatan

41
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, siklus II dan siklus III menunjukkan hasil

sebagai berikut.

Tabel 4.4 Analisis Hasil Tes Tentang Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu
Guru dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Klinis
No Nama Guru Siklus I Siklus II Siklus III
1 Masdauli, S. Pd 75 80 95
2 Povi Erianti, S. Pd 70 75 90
3 Mai hendra, S.Pdi, SD 70 78 83
4 Netti Nauli, S.Pd 75 80 85
5 Marsinem, S.Pd 75 79 90
6 Syafril, S.Pd 70 77 85
7 Arnisah, S.Pd 75 79 85
8 Dian Safitra, S.Pd 75 80 90
9 Masdarina, S.Pdi 70 75 90
10 Lindawati 64 80 85
11 Reskina, A.Ma 60 60 90
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi 55 55 80
14 Gurbas Saleh, S.Pdi 63 75 85
15 Lutfi Efensi, S.Pdi 60 65 85
16 Mardiaseh, S.Pd 60 60 80
17 Irma Daulay, S.Pd 62 75 90
18 Nurjannah, A.Ma 55 55 85
19 Andes Gumansos Nasution, S.Pd 60 65 80
20 Ella Safitri, S.Si 55 55 80
Jumlah Total 1.249 1.348 1.633
Skor Maksimum Individu 100
Skor Maksimum Kelompok 2000

42
Analisis Data Deskriptif Kuantitatif

1. Pencapaian Peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran sebelum diberi

tindakan oleh kepala sekolah.

= 1.249 x 100% = 62,45%


2.000

2. Pencapaian peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran setelah diberi tindakan

melalui supervisi klinis oleh oleh kepala sekolah.

= 1.348 x 100% = 67.4%


2.000
3. Pencapaian peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran setelah diberi tindakan

melalui supervisi klinis oleh kepala sekolah

= 1.633 x 100% = 81.65%


2.000

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa;

A. Terjadi peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran setelah diberi

pembinaan melalui supervisi klinis yaitu peningkatan dari 62,45% menjadi 67,4%

ada kenaikan sebesar = 4,95%

B. Dari sebelum pembinaan (siklus 1) dan setelah pembinaan oleh kepala sekolah

sampai dengan (siklus 3) 62,45% menjadi 67,4%, dan dari (siklus 2) ke (siklus

3) juga ada peningkatan sebanyak 81,65% - 67,4% = 14,25%.

C. Rata – rata peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran mulai dari sebelum

diberi pembinaan sampai selesai melaksanaan pembinaan siklus III naik dari 45%

menjadi 100%.

Refleksi dan Temuan

43
Berdasarkan pelaksanaan pembinaan yang telah dilakukan kepala sekolah

kepada para guru melalui pembinaan Supervisi Klinis maka hasil observasi nilai, dapat

dikatakan sebagai berikut :

a. Siklus pertama kegiatan pembinaan belum berhasil karena dalam pembinaan kepala

sekolah, masih terlihat guru belum begitu antusias karena mereka masih

menganggap pembinaan kepala sekolah tersebut merupakan tugas baru yang

diembannya;

b. Pembinaan yang dilakukan melalui supervisi klinis, dalam hal peningkatan mutu

guru dalam proses pembelajaran belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak

tuntas.

c. Mungkin karena proses pembinaan yang menggunakan supervisi klinis yang baru

mereka laksanakan sehingga guru merasa kaku dalam menerapkannya.

d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan

kedua dan ketiga proses pembinaan kepala sekolah berjalan baik, semua guru aktif

dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, semua guru antusias untuk

mengikutinya.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Ketuntasan Hasil Pembinaan Kepada Guru.

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui supervisi klinis

memiliki dampak positif dalam meningkatkan mutu guru dalam proses pembelajaran, hal ini

dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman guru dan terhadap pembinaan yang

disampaikan kepala sekolah (mutu guru dalam proses pembelajaran meningkat dari siklus I,

II, dan III), yaitu masing-masing 62,45%; 67,4%; 81,6%. Pada siklus III capaian mutu guru

dalam proses pembelajaran secara kelompok dikatakan tuntas (100 % tuntas).

44
2. Kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru dalam proses

pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam meningkatkan mutu guru

dalam proses pembelajaran pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak

positif terhadap capaian mutu guru, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-

rata guru pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Kepala Sekolah dalam Pembinaan melalui Supervisi Klinis

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru, yang paling dominan dalam

kegiatan supervisi klinis adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan kepala sekolah, dan diskusi antar guru dan kepala

sekolah. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas kepala sekolah selama pembinaan telah melaksanakan

langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi klinis dengan baik. Hal ini terlihat dari

aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membuat dan merencanakan program

sekolah, melaksanakan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana presentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan mutu guru dalam proses

pembelajaran, melalui pembinaan supervisi klinis hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada

pertemuan pertama dari 20 orang guru yang ada pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata-

rata mencapai 62,45% meningkat menjadi 67,4% dan pada siklus 3 meningkat menjadi

81,6% .

Dari analisis data di atas bahwa pembinaan guru oleh kepala sekolah melalui supervisi

klinis efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan capaian mutu guru, yang berarti proses

pembinaan kepala sekolah lebih berhasil dan dapat meningkatkan mutu guru dalam proses

pembelajaran, khususnya SD Negeri 001 Bangun Purba, oleh karena itu diharapkan kepada

45
para kepala sekolah dapat melaksanakan pembinaan melalui supervisi klinis secara

berkelanjutan.

Berdasarkan Permen No 12 Tahun 2007 tentang kompetensi guru dan kepala sekolah,

dan dapat membuat rencana kerja kerja sekolah, serta dapat mengorganisasikan sekolah ke

arah perubahan yang diinginkan mencapai 80% ketercapaiannya, maka supervisi klinis

tersebut dikatakan efektif. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan di atas dapat

diterima.

46
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembinaan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu guru dalam proses

pembelajaran melalui supervisi klinis menunjukan peningkatan pada setiap siklus.

2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa guru dapat meningkatkan

mutu guru dalam proses pembelajaran, dengan baik dalam setiap aspek.

3. Peningkatan mutu guru dalam proses pembelajaran oleh kepala sekolah melalui

supervisi klinis ini menunjukan peningkatan pada setiap siklus.

4. Aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui supervisi klinis

bermanfaat dan dapat membantu meningkatkan mutu guru dalam proses

pembelajaran, untuk lebih muda memahami konsep peran dan fungsi guru sehingga

kinerja guru dapat meningkat, dengan demikian capaian mutu guru dapat

ditingkatkan.

B. Saran

47
Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang mengembangkan alat

ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat menggambarkan peningkatan capaian mutu

guru dengan baik sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

1. Pembinaan kepala sekolah melalui supervisi klinis dalam upaya meningkatkan

capaian mutu guru diperlukan perhatian penuh dan disiplin yang tinggi pada setiap

langkah pembinaan, dan perencanaan yang matang misalnya dalam pengalokasian

waktu dan pemilihan konsep yang sesuai.

2. Kepada guru diharapkan selalu mengikuti perkembangan zaman, terutama dengan

membaca hasil karya para ahli sehingga tidak ketinggalan dengan daerah lain, dalam

meningkatkan mutu pendidikan, sebagai tanggung jawab bersama memajukan

pendidikan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Acheson, K. A., & Gall, M. D. (1997). Techniques in the clinical supervisionof the teachers:
Preservice and inservice applications (4th ed.). White Palins, NY: Longman.

Arends Richard I. (2007). Learning to Teach. Seventh edition. New York:


McGraw Hill Companies.

Bellon, J. J., & Bellon,E. C. (1982). Classroom supervision and instructional


improvement : A synergetic process (2nd ed.). Dubuque, IA: Kendall/Hunt.

Blumberg, A. (1980). Supervisiors and teachers : A private cold war (2nd ed.). Berkeley ,
CA : McCutchan.

Cogan , M. (1937). Clinical supervision. Boston : Houghton-Mifflin.

Costa, A. L., & Garmston, R. J. (1994). Cognitive coaching: A foundation for renaissance
schools. Norwood, MA: Christopher-Gordon.

Depdiknas RI,2003 Undang Undang No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta :


depdiknas

____________,2005 Undang No 14 Tentang Guru dan Dosen.Jakarta : depiknas.

Dirjen PMPTK,2007.Peraturan Menteri No 12 Tentang Standar Kompetensi Kepala


Sekolah.Jakarta: Dirjen PMTK Depdiknas.

Dirjen PMPTK,2011.Bahan Belajar Mandiri Kelompok Kerja Kepala Sekolah.Dimensi


Supervisi klinis.Jakarta : Dirjen PMTK depdiknas.

Glatthorn, A. A. (1990). Supervisory leadership: Introdution to instructional supervision.


New York: HarperCollins.

Glatthorn A. A. (1984). Differentiated supervision. Alexandria, V A: Association for


Supervision and Curriculum.

Glickman, C. D. (1990). Supervision of instruction: A developmet approach (2nd ed.).


Boston: Allyn and Bacon. Supervisi Klinis-KKPS 3
5
Glickman, C. D. (1981). Developmental supervision : Altenative practices for helping
teachers. New York: Holt, Rinehart and Winston.

49
Goldhammer, R. (1969). Clinical supervision: Special methods for the supervision of
teachers. New York: Hlot, Rinehart and Winston.

Harris, B. M. (1975). Supervisory behavior in education (2nded.). Englewood Cliffs, NJ:


Prentice-Hall.

Pajak, E. F. (1993). Approaches to clinical supervision: Alternatives for improving


instruction. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Pidarta, Made . 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori. Jakarta : Rineka Cipta

________. 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.


Jakarta : Rineka Cipta

________, 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. M, 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya

Sergiovanni, T. J., & Starratt, R. J. (1998). Supervision: A re-definition (6th ed.). Boston:
McGraw-Hill.

Unruh, A., & Turner, H. E. (1970). Supervision for change and innovation. Boston:
Houghton-Mifflin.

50
Lampiran 1.

Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran (PP)


SD Negeri 001 Bangun Purba Tahun Ajaran 2019/2020

1. Nama Guru : …………………………………………………


2. NIP/NIK : …………………………………………………
3. Sekolah (tempat) : …………………………………………………
4. Waktu (penilaian) : …………………………………………………
5.Tanggal(penilaian) : …………………………………………………

Petunjuk :
Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada
kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik

NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR

I PRAPEMBELAJARAN
1. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 45
2. Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 45

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN


A. Penguasaan materi pelajaran
3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5
4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 1 2 3 4 5
5. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki
1 2 3 4 5
belajar
6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 5

B. Pendekatan/strategi pembelajaran
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan)
1 2 3 4 5
yang akan dicapai
8. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5

51
NO INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI SKOR
9. Menguasai kelas 1 2 3 4 5
10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 5
11. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
1 2 3 4 5
kebiasaan positif
12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
1 2 3 4 5
direncanakan

C. Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran


13. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4 5
14. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 5
15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4 5

D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa


16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 1 2 3 4 5
17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 1 2 3 4 5
18. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar 1 2 3 4 5

E. Penilaian proses dan hasil belajar


19. Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 5
20. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) 1 2 3 4 5

F. Penggunaan bahasa
21. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar 1 2 3 4 5
22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5

III PENUTUP
23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
1 2 3 4 5
siswa
24. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
1 2 3 4 5
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Total Skor

Bangun Purba, 5 Agustus 2019


Penilai, Kepala Sekolah

EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005

52
Lampiran 2.

Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran (PP)


SD Negeri 002 Bangun Purba Tahun Ajaran 2019/2020

Nama Guru :___________________________


Nip :___________________________
Pangkat/Golongan :___________________________
Bidang Studi yang diajarkan :___________________________

Petunjuk :
Berilah penilaian kompetensi kepribadian dan sosial guru, dengan cara melingkari angka
pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik/sangat rendah
2 = tidak baik/rendah
3 = kurang baik/kurang tinggi
4 = baik/tinggi
5 = sangat baik/sangat tingi

No. Aspek yang dinilai Skor


1. Ketaatan dalam menjalankan ajaran agama (rajin menjalankan 1 2 3 4 5
ajaran agama yang dianut, misal: orang muslim rajin menjalankan
sholat, orang Kristiani rajin ke gereja, dll.)
2. Tanggung jawab (sanggup menyelesaikan tugas sesuai dengan 1 2 3 4 5
ketentuan, misal: melaksanakan pembelajaran dengan baik dan
sesuai jadwal)
3. Kejujuran (menyampaikan sesuatu apa adanya, misal: ijin tidak 1 2 3 4 5
masuk atau tidak mengajar dengan Lenangguar an yang sebenarnya)
4. Kedisiplinan (kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, misal 1 2 3 4 5
mulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal)
5. Keteladanan (menjadi contoh atau rujukan dalam sikap dan perilaku 1 2 3 4 5
bagi orang lain, misal: menjadi teladan bagi sejewat dan peserta
didik dalam tutur kata, berpakaian, dll.)
6. Etos kerja (komitmen dan semangat dalam melaksanakan tugas, 1 2 3 4 5

53
No. Aspek yang dinilai Skor
misal yang memiliki etos kerja tinggi, bersemangat melaksanakan
dan mentaati kaidah-kaidah dalam tugas)
7. Inovasi dan Kreativitas (kemampuan dan kemauan untuk 1 2 3 4 5
mengadakan pembaharuan melalui olah pikirnya, misal selalu
berusaha menggunakan alam sekitar dan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya dalam proses pembelajaran di kelas)
8. Kemampuan menerima kritik dan saran (perilaku dalam merespon 1 2 3 4 5
kritik dan saran dari orang lain, misal mendapat kritik tidak marah
dan akomodatif terhadap saran orang lain)
9. Kemampuan berkomunikasi (dapat menyampaikan ide-idenya 1 2 3 4 5
dengan bahasa yang baik dan dapat dipahami oleh sasaran, misal:
dalam keseharian dapat berkomunikasi secara baik dengan sejawat)
10. Kemampuan bekerjasama 1 2 3 4 5
Skor Total ............

Bangun Purba, 5 Agustus 2019


Penilai, Kepala Sekolah

EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005

Lampiran 3.

Penilaian Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran


( Skala Nilai 1 – 4 )

Nama Guru : ..............................................................


Mata Pelajaran : ..............................................................

54
Pokok Materi : ..............................................................
Kelas/Semester : ..............................................................

No Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nilai *)


1 Tujuan Pembelajaran
a. Standar Kompetensi
a. Indikator
b. Ranah Tujuan (komprehenship)
c. Sesuai dengan Kurikulum
2 Bahan Belajar/Materi Pelajaran
a. Bahan belajar mengacu/sesuai dengan tujuan
b. Bahan belajar disusun secara sistematis
c. Menggunakan bahan belajar sesuai dengan kurikulum
d. Memberi Pengayaan
3 Strategi/Metode Pembelajaran
a. Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan
b. Pemilihan metode disesuaikan dengan materi
c. Penentuan langkah-langkah proses pembelajaran
berdasarkan metode yang digunakan
d. Penataan alokasi waktu proses pembelajaran sesuai
dengan pro-porsi.
e. Penetapan metode berdasarkan pertimbangan
kemampuan siswa.
f. Memberi pengayaan
4 Media Pembelajaran
a. Media disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
b. Media disesuaikan dengan materi pembelajaran
c. Media disesuaikan dengan kondisi kelas
d. Media disesuaikan dengan jenis evaluasi
e. Media disesuaikan dengan kemampuan guru
f. Media disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa
5 Evaluasi
a. Evaluasi mengacu pada tujuan
b. Mencantumkan bentuk evaluasi
c. Mencantumkan jenis evaluasi
d. Disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia
e. Evaluasi disesuaikan dengan kaidah evaluasi
Total Nilai
Nilai RPP (R)
*) Skala Nilai 0 – 4

Bangun Purba, 5 Agustus 2019


Penilai, Kepala Sekolah

55
EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005

Kriteria Penilaian:
Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak

Lampiran 4.

ASPEK YANG DIAMATI DALAM PENILAIAN KUALITAS GURU

Petunjuk Umum
Berilah tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan catatlah hal-
hal yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada kolom keterangan.
1. Tidak ada (0-25)
2. Kurang baik (26-50)
3. Cukup (51-75)
4. Baik (76-100)
5. Sangat baik (101-125)
LEMBAR OBSERVASI

No Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 Keterangan


A. Perencanaan Proses
pembelajaran.
Apakah guru:
Menyusun Silabus
1 Identitas mata pelajaran
atau tema pelajaran
2 Standar Kompetensi
3 Kompetensi Dasar
4 Materi pembelajaran
5 Kegiatan pembelajaran
6 Indikator pencapaian
kompetensi
7 Penilaian
8 Alokasi waktu
9 Sumber belajar
B. Menyusun RPP
Komponen-komponen:
10 Identitas mata pelajaran

56
11 Standar kompetensi
12 Kompetensi Dasar
13 Indikator pencapaian
kompetensi
14 Tujuan Pembelajaran
15 Materi Ajar
16 Alokasi Waktu
17 Metode Pembelajaran
18 Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan
b) Inti
c) Penutup
19 Penilaian hasil belajar
20 Sumber belajar
C. Pelaksanaan Proses
21 Pembelajaran
22 1. Persyaratan pelaksanaan
proses pembelajaran
23 2. Pelaksanaan Pembelajaran
D. Penilaian Hasil Belajar
24 E. Pengawasan Proses
25 Pembelajaran

Bangun Purba, 5 Agustus 2019


Kepala Sekolah

EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005

Lampiran 5.
DAFTAR HADIR GURU PADA KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
DI SD NEGERI 001 BANGUN PURBA

57
Penelitian Tindakan Sekolah
No Nama Guru
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Masdauli, S. Pd
2 Povi Erianti, S. Pd
3 Mai hendra, S.Pdi, SD
4 Netti Nauli, S.Pd
5 Marsinem, S.Pd
6 Syafril, S.Pd
7 Arnisah, S.Pd
8 Dian Safitra, S.Pd
9 Masdarina, S.Pdi
10 Lindawati
11 Reskina, A.Ma
13 Karoni Ohira Purba, S.Pdi
14 Gurbas Saleh, S.Pdi
15 Lutfi Efensi, S.Pdi
16 Mardiaseh, S.Pd
17 Irma Daulay, S.Pd
18 Nurjannah, A.Ma
19 Andes Gumansos Nasution,
S.Pd
20 Ella Safitri, S.Si
Bangun Purba, 5 Agustus 2019
Peneliti

EDISON, S.Pd.
NIP. 19671228 199203 1 005

58
Lampiran 6.

DOKUMENTASI

59
Gambar 1. Kepala Sekolah sedang Memberikan Pembinaan
Kepada Guru melalui Supervisi Klinis

60
Gambar 2. Para Guru sedang Berdiskusi dalam Menyusun
Administrasi Pembelajaran dan Kepala Sekolah
Memberikan Pembinaan

61
Gambar 3. Kepala Sekolah sedang Mengamati Guru saat
Pembelajaran Berlangsung

62

Anda mungkin juga menyukai