Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DASAR DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

Mutu Pendidikan Dan 8 Standart Pendidikan

Universitas Negeri Surabaya


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya,orang
tua kami, serta dosen mata kuliah dasar-dasar menejemen pendidikan kami berkat
bimbingannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat
waktu.
Di tengah-tengah tumpukan tugas yang sangat banyak menurut kami para
mahasiswa baru Unesa, tetapi kami masih bisa menyelesaikannya sebagaimana mestinya.
Karena ini adalah kewajiban yang harus kami penuhi selama mengenyam pendidikan di
bangku perkuliahan.
Meskipun makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya, tentu masih
banyak kekurangan yang terkandung didalamnya. Dengan rendah hati kami mohon maaf
dan dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Surabaya, 18 Februari 2018

Penulis
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa.
Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan
juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pada dunia pendidikan,
hendaknya memperhatikan unsur pendidikan, yang diantaranya: peserta didik, pendidik,
software, manajemen, sarana dan prasarana dan stake holder. Aset yang diperlukan dalam
pendidikan adalah sumber daya manusia yang bekualitas. Sumber daya yang berkualitas
dapat berupa dari siswa, masyarakat, maupun dari pendidik.
Pelaksanaan suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan
konservasi. Inisiasi merupakan fungsi pendidikan untuk memulai suatu perubahan.
Inovasi merupakan wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi berfungsi untuk
menjaga nilai-nilai dasar. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa,
harus dimulai penataan dari segala aspek dalam pendidikan. Salah satu aspek yang
dimaksud adalah manajemen pendidikan.
Tujuan dari pendidikan yang diharapkan adalah menciptakan out come pendidikan yang
berkualitas sesuai dengan harapan dari berbagai pihak. Dalam hal ini, manajemen
pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Manajemen yang bagus dalam
dunia pendidikan di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh warga Indonesia.
Manajemen pendidikan yang bagus dapat diciptakan dan dapat dilaksanakan oleh
manajer pendidikan yang berkualitas. Manajer dalam dunia pendidikan salah satunya
adalah guru. Tugas guru selain mengajar, juga menjadi seorang manajer pendidikan.
Seorang guru harus dapat merencanakan manajemen yang baik. Manajer pendidikan yang
bagus adalah seseorang yang mau merencanakan manajemen pendidikan dimasa yang
akan datang.
Kenyataan yang ada sekarang adalah masih buruknya manajemen pendidikan yang ada.
Buruknya manajemen pendidikan disebabkan oleh berbagai faktor. Para manajer
pendidikan tidak mau merencanakan manajemen dimasa yang akan datang. Para manajer
pendidikan hanya masih berorientasi pada acuan manajemen lama. Masih jarang sekali
yang ingin merencanakan sesuatu yang baru. Hal ini dikarenakan para manajer
pendidikan tidak mau mengambil resiko pada dirinya dan pada pendidikan. Dengan
adanya pandangan yang selalu kebelakang maka manajemen tidak akan maju, tapi malah
mengalami kemunduran. Salah satu faktor utamanya adalah manajemen yang kurang siap
menghadapi masa depan. Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan suatu
manajemen pendidikan dimasa depan, guna mendapatkan hasil pendidikan yang
diharapkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa mutu pendidikan dan 8 standart pendidikan?

2. Apa solusi permasalahan pendidikan?

3. Apa aksentuasi konsep manajemen pendidikan terhadap karakteristik jurusan

4. selingkung FIP Unesa?

C. Tujuan

1. Mengetahui mutu pendidikan dan 8 standart pendidikan,

2. Mengetahui Permasalahan dan solusi permasalahan pendidikan di indonesia,


3. mengetahui aksentuasi konsep manajemen pendidikan terhadap karakteristik
jurusan selingkung FIP Unesa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mutu Pendidikan dan 8 Standar Pendidikan di Indonesia


1. Penjamin Mutu Pendidikan
Dengan penuh semangat dan keberhasilan penerapan konsep penjamin mutu
menyebabkan banyak pengelolaorganisasi, termasuk organisasi pendidikan
menerapkan konsep dan prinsip-prinsip penjaminan mutu tersebut dengan
memodifikasi sesuai kebutuhan. Dalam bidang pendidikan, penjaminan mutu
merupakan cara mengatur semua kegiatan dan sumber daya pendidikan yang
diarahkan pada kepuasan pelanggan. Semua orang yang terlibat di proses
pendidikan melaksanakan tugas dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam
perbaikan layanan pendidikan sehingga dapat memperbaiki layanan pendidikan
yang sesuai atau melebihi harapan pelanggan. Penerapan konsep ini dalam bidang
khususnya perguruan tinggi memerlukan berbagai perubahan. Menurut Herman
(1995), perubahan harus dilakukan dalam tiga tahapan yaitu filsafat, tujuan, dan
proses.
Departement for education and Children’s services (1996), menyarankan agar
penjaminan mutu difokuskan pada proses dan hasil pendidikan, cuttace (dalam
Ali, 2000;31) proses penjaminan mutu harus dilaksanakan dengan berpegang pada
prinsip-prinsip berikut:
a. Mutu bukan hanya menjadi tanggung jawab pemimpin melainkan menjadi
tanggung jawab semua orang dalam organisasi.
b. Melakukan tindakan yang benar pada tahapan pertama berarti mencegah
terjadinya kesalahan. Menunda pekerjaan dapat berakibat fatal bagi seluruh
proses manajemen. Oleh karenanya pencegahan lebih baik dibanding
dengan menanggulangi dan memperbaiki kesalahan.
c. Keberhasilan melaksanakan manajemen pada suatu proses sangan
ditentukan oleh iklim organisasi, yaitu komunikasi dan tim kerja yang
kompak. Dengan komunikasi dan bekerja sama semua orang mengetahui
apa yang seharusnya dikerjakan, bagaimana mengerjakan, kapan waktu
yang tepat, di mana dan dengan siapa setiap orang harus berhubungan.
2. Sistem Penjaminan Mutu pada Perguruan Tinggi
Dewasa ini akreditasi telah dilaksanakan baik pada jenjang perguruan tinggi
maupun pendidikan dasar dan menengah. Pada jenjang pendidikan tinggi
pelaksanaannya lebih intensif. Secara berkala akreditasi telah dilakukan baik
terhadap perguruan tinggi negeri maupun swasta. Pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah, sekolah menengah kejuruan, penjaminan mutu telah berjalan lebih
intensif, terkait dengan tugas menyiapkan tenaga kerja yang berkeahlian dalam
menunjang keberhasilan industri. Adanya kebutuhan global mengenai produk
industri yang berkualitas, mendorong sekolah menengah kejuruan untuk
menyesuaikan diri sesuai dengan standar keahlian yang ditetapkan.
a. Standar Mutu
Standar mutu merupakan kompetensi/kualitas minimum yang dituntut dari
lulusan/PT terkait yang dapat diukur dapat diuraikan menjadi parameter dan
indikator. Dalam siklus peningkatan mutu yang berkelanjutan, standar perlu
dievaluasi dan direvisi/ditingkatkan melalui benchmarking serta berkelanjutan.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Bab IX Pasal 35 dan PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) BAB II pasal 2 hanya menetapkan 8 komponen standar nasional
pendidikan. Dalam pasal-pasalnya dinyatakan bahwa SMP disempurnakan secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
kikal, nasional, dan global. Berarti PT wajib menambah lingkup standar agar dapat
meningkat kualitasnya dan meningkatkan daya saing bangsa.

b. Lingkup Standar
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa PT dapat memilih dan
menetapkan sendiri standar mutu pendidikan perguruan tinggi untuk setiap
kegiatannya. Pemilihan dan penetapan standar itu meliputi sejumlah aspek yang
disebut butir mutu. Dikenal beberapa lingkup standar yang dapat dirujuk oleh PT,
seperti SNP, Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT), Badan
Akreditasi Nasional (BAN) maupun ASEAN University Network Quality
Assurance (AUN-QA). Secara umum, lingkup-lingkup standar tersebut tidak
banyak berbeda satu dengan lainnya karena masih mencangkul aspek-aspek
kegiatan pendidikan.

c. Evaluasi Diri
Evaluasi diri merupakan evaluasi internal pada perguruan tinggi dan program
studi adalah langkah pertama yang hasilnya dapat digunakan untuk berbagai
maksud. Hasil evaluasi diri itu dapat digunakan untuk memutakhirkan data dasar
perguruan tinggi dan program studi dalam bentuk yang komprehensif,
perencanaan dan perbaikan program studi secara berkesinambungan, penjaminan
mutu internal perguruan tinggi dan program studinya, dan untuk mempersiapkan
evaluasi eksternal atau akreditasi.

Evaluasi diri dimaksudkan untuk hal-hal berikut:


a. Penyusunan profil lembaga yang komprehensif dengan data mutakhir
b. Perencanaan dan perbaikan diri secara Sinabung
c. Penjamin mutu internal program studi/lembaga perguruan tinggi
d. Pemberian informasi mengenai perguruan tinggi/program studi kepada
masyarakat dan pihak tertentu yang memerlukannya
e. Persiapan evaluasi eksternal (akreditasi).

3. Karakteristik Mutu Pendidikan.


Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas karakteristik yang
dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu:
a. Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah meliputi :
kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan meyakinkan,
sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap, pelayanan
administratif dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah
menjadi sekolah vaforit
b. Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi
memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.
c. Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan
prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah
tetap bertahan dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
d. Daya tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis
moneter, sekolah masih tetap bertahan
e. Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru
membuat media-media pendidikan yang menarik.
f. Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi nilai-nilai
moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati,
demokrasi, dan menghargai profesionalisme.
g. Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai.
Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan
mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.
h. Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul
dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
i. Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi standar
tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal
j. Konsistensi (concistency) yakni keajengan, konstan dan stabil, misalnya mutu
sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten
dengan perkataanya.
k. Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah
melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal berpakaian.
l. Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan prima.
Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk
mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas.
m. Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan
sekolah.

4. Standar Nasional Pendidikan.


Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimum yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Serta bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. Untuk menjaga konsistensi dari fungsi dan tujuan tersebut,
maka kurikulum, proses pembelajaran, maupun manajerial secara keseluruhan harus
mengacu dan berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan. Adapun delapan standar
pendidikan di Indonesia yaitu sebagai berikut,
a. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
b. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
c. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain
itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

 Kompetensi pedagogik;

 Kompetensi kepribadian;

 Kompetensi profesional; dan

 Kompetensi sosial.

e. Standar Sarana dan Prasarana


Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
f. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh
satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan
oleh Pemerintah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang
berkaitan dengan Standar Pengelolaan adalah permen No 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
g. Standar Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia,dan
modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi:

 Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat

pada gaji,

 Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

 Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,

pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,

pajak, asuransi, dan lain sebagainya


h. Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

 Penilaian hasil belajar oleh pendidik;

 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan

 Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas:

 Penilaian hasil belajar oleh pendidik; dan

 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.

B. Permasalahan Pendidikan di Indonesia


Masalah Mendasar Pendidikan di Indonesia Bagi orang-orang yang
berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan
kita sampai saat ini masih mengalami sakit. Dunia pendidikan yang sakit ini
disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi
manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu. Seringkali pendidikan
tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh
sistem pendidikan yang ada. Masalah pertama adalah bahwa pendidikan,
khususnya di Indonesia, menghasilkan manusia robot. Kami katakan demikian
karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak
seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara
belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi
unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi.
Padahal belajar tidak hanya berfikir, sebab ketika orang sedang belajar, maka
orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan seperti
mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, dan sebagainya. hal yang
disinyalir ialah pendidikan sering kali dipraktekan sebagai sederetan instruksi dari
guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-
gembirkan sebagai pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai. Kita masih
menghadapi sejumlah masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar
sangat penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap
pendidikan selanjutnya.
1. Beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai
berikut,
 Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai
banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan
yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini
identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
 Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan
alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal
penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan
mengembangkan iptek.
 Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui
waktu standart yang sudah ditentukan.
 Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan
relevansi pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga
terdidik yang cenderung terus meningkat. Secara empiris kecenderungan
meningkatnya pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh
perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi oleh pengusaha besar
yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi (padat modal
dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan
tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan pertambahan jumlah lulusan
lembaga pendidikan.
 Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang
menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial,
seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini
pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi landasan akhlak dan
moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta didik
sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi landasan yang kuat
bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke masyarakat. Masalah-
masalah diatas erat kaitanya dengan kendala seperti keadaan geografis,
demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah penduduk yang tersebar
diseluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas.
 Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki
hubungan erat dengan masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja
sistem pendidikan tidak hanya disebabkan oleh adanya kelemahan
menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan, tetapi karena
juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti rendahnya
efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan dan
tata kehidupan masyarakat tidak kondusif yang turut menentukan
rendahnya mutu sistem pendidikan disekolah yang ada gilirannya
menyebabkan rendahnya mutu peserta didik dan lulusannya.
Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan untuk mengatasi berbagai
permasalahan di atas, harus di rumuskan secara spesifik karena fenomena
dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda di seluruh wilayah
Indonesia.

2. Ada empat masalah pokok pendidikan yang telah menjdi kesepakatan nasional
yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:
a) Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pemabangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Khusus untuk pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan
tiap-tiap jenjang memilki fungsinya masing-masing maupun kebijaksanaan
memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan
memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu
ditentukan proyeksikan secara terus menerus dengan seksama.
Khusus melalui jalur pendidikan luar sekolah usaha pemerataan pendidikan
mengalami perkembangan pesat. Ada dua faktor yang menunjang yaitu
perkembangan iptek yang menawarkan berbagai macam alternatif, dan dianutnya
konsep pendidikan sepanjang hidup yang menawarkan berbagai macam alternatif, dan
dianutnya konsep pendidikan sepanjang hidup yang tidak membatasi pendidikan
hanya sampai pada usia tertentu dan tidak terbatas hanya pada penyediaan sekolah.

b) Masalah Mutu Pendidikan.


Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang
bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil
belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optiimal menghasilkan skor ujian
yang baik maka hamper dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini
berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah
pemrosesan pendidikanm. Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang
oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa besar
dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat terkandung kepada
kualittas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen yang mengarah
kepada pencapaian tujuan.
c) Masalah Efisiensi Pendidikan.
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi
yang sebaliknya, efisiensinya.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah,
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan,
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan,
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan,
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga. Masalah ini meliputi
pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga kerja.
d) Masalah Relevansi Pendidikan.
Masalah relevansi pendidikan adalah masalah yang timbul karena tidak sesuainya
sistem pendidikan dengan pembangunan nasional setara kebutuhan perorangan,
keluarga, dan masyarakat, baik dalam jangka pendek, maupun dalam jangka panjang.
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pemabangunan, yaitu masalah-
masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan
kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tenatang kerjaan yang ada
antara lain sebagai berikut:
a) Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya,
b) Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai.
c) Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak
tersedia.
C. Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan
teratasi jika pendidikan:
1) Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: semua warga
negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan,
2) Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: perencanaan, pemrosesan
pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan,
3) Dapat terlaksana secara efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan
rencangan dsan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4) Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendidikan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
langkah-langkah ditempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.

Cara konvesional antara lain:

a) Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.

b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore).

Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.

Cara Inovatif antara lain:

Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau inpact sistem,
sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.

a) SD kecil pada daerah terpencil


b) Sistem guru kunjung

c) SMP terbuka

d) Kejar paket A dan b

e) Belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka

Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki


kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendiidkan bersasaran pada
perbaikkan kualitas komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut.
Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.

Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-
hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:

a) Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.

b) Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.

c) Penyempurnaaan kurikulum

d) Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk

belajar

e) Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran

f) Peniungkatan adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran

g) Kegiatan pengendalian mutu.


D. Aksentuasi konsep manajemen pendidikan sesuai dengan karakteristik masing
masing jurusan selingkup FIP Unesa.

Pada dasarnya setiap stakeholder memiliki kekhasan dalam perencanaan dan


menjalankan aktivitas pendidikannya. Ini dapat didasarkan pada latar belakang, tujuan,
maupun cita, dan harapan institusi itu sendiri. Mengenai aksentuasi manajemen pada tiap
tiap jurusan FIP Unesa, dapat digeneralisasikan berdasarkan karakteristik institusi terkait.
Diantaranya :

1. Pendidikan Luar Sekolah


Pada Pendidikan Luar Sekolah yang menitikberatkan kepada pendidikan di luar
pendidikan formal maka diharapkan para lulusan Pendidikan Luar Sekolah
berwawasan pendidikan secara luas tanpa terbatas pada acuan pendidikan formal.
Maka institusi ini akan mencoba memberikan muatan muatan pendidikan kritis,
andragogi, pedagogi, dan beberapa muatan yang memang dirasa diperlukan pada
kebutuhan masyarakat masa sekarang.

2. Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Pendidikan keguruan Sekolah Dasar jauh menekankan pada prinsip keguruan
formal. Ini disesuaikan pada kondisi kebutuhan pendidikan sekolah dasar. Maka
muatan muatan yang dibutuhkan jelas mengacu pada kebijakan yang dibuat
KEMENDIKBUD serta kebutuhan kebutuhan pendidikan Sekolah Dasar.
Termasuk Kurikulum 13, Kurikulum 13 revisi, juga keahlian-keahlian dasar
keguruan sekolah dasar.

3. Psikologi
Lulusan fakultas satu ini diharapkan mampu menelaah setiap fenomena fenomena
tertentu dengan kacamata psikis, atau kondisi psikis yang ada. Maka dari itu
fakultas ini tentu berkiblat pada ilmu psikologi dan korelasi dengan tindakan
maupun fenomena setelahnya. Muatan yang diberikan tentu seputar ilmu ilmu
psikologi, kejiwaan, hubungan psikis dengan pengambilan keputusan dan lain
sebagainya.

4. Bimbingan Konseling
Bimbingan Konseling memiliki bidang penanggulangan permasalahan
permasalahan hambatan belajar. Tentu muatan yang akan diberikan diharap akan
meningkatkan keahlian-keahlian dalam penyampaian, motivating, dan ilmu-ilmu
tentang kondisi psikis dengan hambatan belajar.

5. Pendidikan Luar Biasa


Pendidikan luar biasa tentu akan bersinggungan langsung dengan masyarakat-
masyarakat yang memiliki kebutuhan luar biasa. Hal ini harus didukung dengan
keahlian-keahlian yang mendukung untuk keberlangsungan pendidikan pada
konteks masyarakat berkebutuhan. Selain itu kebutuhan akan instrumen (alat)
pendidikan pendidikan termasuk perhatian yang perlu dititik beratkan untuk
menjaga eksistensi pendidikan luar biasa.

6. Management Pendidikan
Manajemen pendidikan memerlukan keahlian akan seni merencanakan sebuah
kegiatan maupun aktivitas pendidikan. Maka muatan yang harus dititikberatkan
adalah keahlian merencanakan kegiatan pendidikan. Tidak hanya itu tentu tenaga
pendidik yang dibutuhkan bukan hanya sekedar tenaga pendidik yang khusus.
Serta pemberian bobot tiap tiap mata kuliah yang harus didasarkan pada
kemampuan yang diharapkan untuk menguasai keahlian merencanakan.
7. Teknologi Pendidikan
Teknologi Pendidikan merupakan fakukltas yang diharapkan dapat memberikan
tenaga ahli yang akan men-support jalannya pendidikan. Maka muatan yang
diberikan haruslah didasarkan dengan visinya yang mencetak insan yang mampu
menguasai teknologi dan dimanfaatkan pada kegiatan kegiatan pendidikan. Juga
pembaruan teknologi yang harus terus mengikuti perkembangan guna mencapai
tujuan yang sesuai sebagai lulusan yang mampu memberi kontribusi dimasa yang
akan datang.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa
proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam
organisasi pendidikan yang dilakukan dengan usaha bersama secara efektif dan efisien.,
untuk mendayagunakan semua sumber dan potensi yang ada demi tercapainya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:
1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna (Pakemb)
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya
kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)
4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien
5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen
pendidikan)
6. Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh
manajemennya
7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
8. Meningkatkan citra positif pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud, marzuki. 2012. Manajemen Mutu Perguruan Tinggi. Depok: RajaGrafindo
Persada
11Mahmud Yunus, Terjemah Al-Qur’an Al-Karim, (Bandung : Al-Ma’arif, 1984), h. 493
12 Mujamil Qomar, Op. Cit., h. 251
http://www.sarjanaku.com/2011/09/mutu-pendidikan-pengertian.html
http://mr.mung.web.id/2015/04/8-standar-nasional-pendidikan-menurut.html
http://blogterpercayaku.blogspot.co.id/2015/03/masalah-masalah-pendidikan-di-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai