PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan bukanlah hal yang asing terdengar bagi masayarakat. Juga semua telah
sepakat bahwa pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Tapi dalam kenyataan kita sering
lupa bahwa pendidikan saat ini khususnya dari kualitasnya tidak sebagus negara-negara lain.
Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan dan tantangan yang semakin besar. Maka
lembaga pendidikan mengupayakan beberapa cara untuk meningkatkan lulusan yang
berkualitas. Segala keberhasilan pun tidak lepas dari segala kondisi. Untuk mencapai
keberhasilan meningkatkan mutu pendidikan maka saya membuat makalah ini yang berjudul
“Mutu Pendidikan dan Upaya Peningkatannya” yang akan membahas upaya-upaya apa saja
yang akan dilakukan untuk memberbaiki pendidikan di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana cara meningkatan mutu pendidikan di Indonesia?
b. Bagaimana menghasilkan mutu pendidikan di Indonesia?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
a. Mengetahui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia perlu di tingkatkan agar siswa dapat lebih
maju dan tidak tertinggal oleh negara-negara lainnya.
b. Mengetahui strategi apa yang harus kita terapkan saat berlangsungnya pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Upaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, upaya adalah ikhtiar atau untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dsb. Dengan demikian maka upaya
adalah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencari solusi dari permasalah
yang sedang maupun akan dihadapi.
2. Peningkatan
Memiliki kata dasar tingkat ditambah dengan imbuhan pe-an, sehingga berubah menjadi
peningkatan yang berupa kata benda dengan arti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,
kegiatan dsb)
3. Mutu
Mutu adalah (ukuran) baik buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian,
kecerdasan dsb).
4. Pendidikan
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan sehari-hari yang kompleks dan musykil. Dalam Pidato
Landasan Pendidikan, Analisis Keilmuan, Teorisasi dan Praktek Pendidikan, Prof. Dr.
Mohammad Dimyati dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang 1996.
1. Sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat
pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru
profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang
berkualitas. Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan
tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang
diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen disebut sertifikat pendidik. Pendidik yang dimaksud di
sini adalah guru dan dosen. Proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru disebut sertifikasi
guru dan untuk dosen disebut sertifikasi dosen.
a. Tujuan Sertifikasi :
1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
3. Meningkatkan martabat guru
4. Meningkatkan profesionalitas guru
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007
tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.
2. Akreditasi
Akreditasi sekolah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah dan atau lembaga
mandiri yang berwenang untuk menentukan kelayakan program dan atau satuan pendidikan
pada jalur pendidikan formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.,
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan
dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen
dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
Alasan kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah bahwa setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan
yang bermutu, maka setiap satuan atau program pendidikan harus memenuhi atau melampaui
standar yang dilakukan melalui kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/program
pendidikan.
3. Standarisasi
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan
terdiri dari :
• Standar Kompetensi Lulusan
• Standar Isi
• Standar Proses
• Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
• Standar Sarana dan Prasarana
• Standar Pengelolaan
• Standar Pembiayaan Pendidikan
• Standar Penilaian Pendidikan
5.Alih Tugas Profesi dan Rekrutmen Guru Untuk Menggantikan Guru atau Pendidik yang Dialaih
Tugaskan ke Prfesi Lain.
Upaya ini merupakan konsekuensi bagi para pendidik yang tidak memenuhi standar
kompetensi yang harus dialih tugaskan kee profesi lain. Pengalihan tersebut dengan syarat:
Mereka telah diberi kesempatan untuk mengikuti diklat dan pembinaan secara
intensif tapi menunjukkan perubahan yng signitifikan.
Guru tersebut memang tidak menunjukkan adanya perubahan kompetensi dan juga
tidak ada indikasi positif untuk meningkatkan kompetensinya.
Jika syarat telah dilakukan, maka mereka harus rela dan pantas untuk dialih tugaskan ke tugas
yang lain dan sesuai, semisal tenaga administrasi, atau kalau perlu dipensiun dinikan.
D. UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN OLEH GURU
Guru yang baik selalu mengetahui bahwa ukuran tunggal tidak cocok utuk semuanya,dan
bahkan mereka sering dipaksa menggunakan strategi-strategi mendidik yang hanya mencakup
suatu lingkup sempit atas tinkat-tingkat kemampuan, minat dan kesiapan para siswa mereka.
Pendekatan mengajar terkadang mengabaikan antusisme para siswa yang cerdas dan
menyebabkan frustasi para siswa untuk belajar dan yang membutuhkan perhatian khusus.
Tenaga pendidik yang luar biasa akan memberikan strategi-strateginya sendiri dalam proses
belajar mengajar dengan teknik-teknik yang membri inspirasi kepada pelajar yang berbakat.
Strategi dan teknik tersebut diantaranya adalah mengembangkan profil siswa dengan cara :
Para pelanggan layanan pendidikan terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat
kelompok (Sallis, 1993). Mereka itu adalah pertama yang belajar, bisa merupakan
mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer (primary
external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari
lembaga tersebut.
Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu
orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut sebagai
pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang
Ketiga bersifat tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat
pengguna output pendidikan (tertiary external customers).
Selain itu, yang keempat, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan
lainnya yaitu yang berasal dari intern lembaga; mereka itu adalah para guru/dosen/tutor dan
tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal
customers).
Walaupun para guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan
tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika
dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk
maju, karena semakin maju dan berkualitas dari suatu lembaga pendidikan mereka akan
diuntungkan, baik kebanggaan maupun finansial. Seperti disebut diatas bahwa program
peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan
pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan
dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi
acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.
Potensi perkembangan, dan keaktifan murid tentu saja merupakan yang paling utama dalam
peningkatan mutu pendidikan. Perkembangan fisik yang baik, baik jasmani maupun otak,
menentukan kemajuannya. Demikian pula dengan lainnya, misalnya bakat, perkembangan
mental, emosional, pibadi, sosial, sikap mental, nilai-nilai, minat, pengertian, umur, dan
kesehatan; kesemuanya akan mempengaruhi hasil belajar dan mutu seseorang. Untuk itu, maka
perhatian terhadap paserta didik menjadi sangat penting.
Guru merupakan salah satu unsur terpenting dalam pendidikan. Baik buruknya kualitas
pendidikan sangat ditentukan oleh standar kualitas guru. Oleh karena itu, guru perlu
meningkatkan kompetensinya seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Ada empat kompetensi yang harus dipenuhi guru, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial.
Lantas bagaimana dengan standar kompetensi guru di Indonesia, apakah sudah memenuhi
empat kompetensi di atas? Fakta di lapangan menunjukkan kompetensi guru masih perlu
ditingkatkan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya manusia
Pendidikan Kebudayaan (BPSDMPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Syahwal Gultom
(2013). Uji kompetensi guru dalam tiga tahun terakhir menunjukkan hasil standarisasi masih
perlu untuk ditingkatkan untuk mencapai target standar pelayanan pendidikan untuk
kompetensi guru.
Tentu harus ada langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi guru.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyadari hal ini dan mengantisipasinya dengan
membuat pemetaan standar kompetensi guru di Indonesia. Berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi guru sudah dilakukan, termasuk pelatihan mengajar yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman seperti pemanfaatan teknologi.
Peningkatkan sarana belajar mengajar juga menjadi faktor penting dalam peningkatan
kompetensi guru. Bukan pemandangan aneh bila guru menggunakan perlengkapan multimedia
dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. Hal ini akan meningkatkan k ompetensi
profesional guru yang akan berimbas positif terhadap peningkatakan kualitas siswa didik.
Plan
Meletakkan Standar, sasaran serta proses yang dibutuhkan untuk memberikan hasil yang sesuai
dengan spesifikasi. Melakukan
Do
Check
Memantau dan mengevaluasi proses/ standar dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi dan
melaporkan hasilnya.
Act
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga meninjau
seluruh langkah dan memodifikasi proses/standar untuk memperbaikinya sebelum
implementasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sahabat guru-id yang berbahagia, Evaluasi diri sekolah ialah proses yang mengikutsertakan
semua pemangku kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP).
Melalui EDS kekuatan dan kemajuan sekolah dapat diketahui dan aspek-aspek yang
memerlukan peningkatan dapat diidentifikasi. Proses evaluasi diri sekolah merupakan siklus,
yang dimulai dengan pembentukan TPS, pelatihan penggunaan Instrumen, pelaksanaan EDS di
sekolah dan penggunaan alhasil sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.
TPS mengumpulkan gosip dari banyak sekali sumber untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan
indikator-indikator yang dirumuskan dalam Instrumen. Kegiatan ini melibatkan semua pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah untuk memperoleh gosip dan pendapat dari seluruh
pemangku kepentingan sekolah.
EDS juga akan melihat visi dan misi sekolah. Apabila sekolah belum memiliki visi dan misi, maka
diharapkan acara ini akan memacu sekolah membuat atau memperbaiki visi dan misi dalam
mencapai kinerja sekolah yang diinginkan. Hasil EDS digunakan sebagai materi untuk
menetapkan aspek yang menjadi prioritas dalam rencana peningkatan dan pengembangan
sekolah pada RPS/RKS dan RAPBS/RKAS.
Laporan hasil EDS digunakan oleh Pengawas untuk kepentingan Monitoring Sekolah oleh
Pemerintah Daerah (MSPD) sebagai materi penyusunan perencanaan pendidikan pada tingkat
kabupaten/kota.
Seberapa baik kinerja sekolah? Dengan EDS akan diperoleh gosip mengenai pengelolaan
sekolah yang telah memenuhi SNP untuk digunakan sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan
RAPBS/RKAS.
Bagaimana mengetahui kinerja sekolah sesungguhnya? Dengan EDS akan diperoleh gosip
perihal kinerja sekolah yang bergotong-royong dan gosip tersebut diverifikasi dengan bukti-
bukti fisik yang sesuai.
Bagaimana memperbaiki kinerja sekolah? Sekolah menggunakan gosip yang dikumpulkan
dalam EDS untuk menetapkan apa yang menjadi prioritas bagi peningkatan sekolah dan
digunakan untuk mempersiapkan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. jangan lupa unduh juga aplikasi
penyusunan EDS-RKS-RKAS Berbasis SPM dan SNP Kemdikbud
Adapun manfaat yang bisa sekolah peroleh dari acara EDS ini ialah Sekolah bisa :
Instrumen EDS terdiri dari 8 (delapan) bab sesuai dengan 8 SNP. Setiap bab terdiri atas :
Serangkaian pertanyaan terkait dengan SNP sebagai dasar bagi sekolah dalam
memperoleh gosip kinerjanya yang bersifat kualitatif.
Setiap standar bisa terdiri dari beberapa aspek yang menunjukkan gambaran lebih
menyeluruh .
Setiap aspek dari standar terdiri dari 4 tingkat pencapaian : tingkat pencapaian 1
berarti kurang, 2 berarti sedang, 3 berarti baik, dan 4 berarti amat baik.
Tiap tingkatan pencapaian mempunyai beberapa indikator.
Pada bab final dari aspek setiap standar, terdapat halaman rekapitulasi untuk
menuliskan hasil penilaian pencapaian yang diperoleh. Halaman rekapitulasi ini
terdiri dari bukti fisik yang menguatkan akreditasi atas tingkat pencapaian, deskripsi
umum temuan yang diperoleh untuk menilai aspek tersebut, dan penentuan tingkat
pencapaian kinerja sekolah.
Sejumlah pertanyaan terkait dengan 8 SNP yang paling akrab hubungannya dengan
mutu pembelajaran dan aspek-aspek yang perlu dikembangkan bagi keperluan
penyusunan rencana peningkatan sekolah.
Tingkat pencapaian pada tiap Standar dalam Instrumen ini dapat digunakan sekolah
untuk menilai kinerjanya pada standar tertentu.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang
terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk
meningkatkan mutu Pendidikan Dasar dan Menengah secara sistematis, terencana dan
berkelanjutan.
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah bertujuan menjamin pemenuhan
standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara sistemik, holistik, dan
berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara
mandiri.
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas dua komponen yaitu
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME).
Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan
dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan pendidikan;
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal yaitu sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga standarisasi pendidikan;
Dalam implementasinya sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah ditunjang
oleh Sistem Informasi Penjaminan Mutu pendidikan dasar dan menengah, seperti terlihat pada
Gambar 1.
Dalam implementasinya, sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah mengikuti
siklus kegiatan sesuai dengan komponen masing masing. Siklus sistem penjaminan mutu
internal terdiri atas :
1. Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan;
2. Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah;
3. Pelaksanaan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun proses
pembelajaran;
4. Monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan;
5. Penetapan standar baru dan penyusunan strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi.
Sistem Penjaminan Mutu Internal seperti digambarkan pada Gambar 2., merupakan suatu siklus
yang kontinu yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu
pendidikan berkelanjutan serta terbangunnya budaya mutu pendidikan di sekolah. Dalam
menjalankan penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan merupakan upaya
terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku kepentingan di sekolah yang meliputi Kepala
Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan/Tata Usaha, dan bekerja sama dengan komite
sekolah.
Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah dibagi menjadi lima tahapan yaitu: i) pemetaan
mutu; penyusunan rencana peningkatan mutu; ii) implementasi rencana peningkatan mutu; iii)
evaluasi/audit internal; dan v) penetapan standar mutu pendidikan. Guna mengetahui capaian
sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan SPMI yang pertama kali,
langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemetaan mutu dengan menggunakan
dokumen evaluasi diri yang di dalamnya termasuk instrumen evaluasi diri dengan mengacu
kepada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai standar minimal dalam penyelenggaraan
pendidikan. Hasil pemetaan mutu selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi,
misi dan kebijakan sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil pemetaan mutu pendidikan yang telah dicapai (sebagai baseline) selanjutnya
dilakukan langkah kedua yaitu penyusunan rencana peningkatan mutu pendidikan yang
dituangkan dalam dokumen perencanaan, pengembangan sekolah dan rencana aksi.
Selanjutnya rencana pemenuhan tersebut dilanjutkan dengan langkah ketiga yaitu
implementasi rencana peningkatan mutu selama periode tertentu (semester atau tahun
ajaran). Setelah perencanaan dan pengembangan sekolah tersebut diimplementasikan selama
periode tertentu, dilakukan langkah keempat yaitu evaluasi/ audit secara internal untuk
memastikan bahwa pelaksanaan peningkatan mutu berjalan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Laporan dari hasil evaluasi adalah; (i) pemenuhan 8 SNP, dan (ii) hasil implementasi
dari rencana aksi. Dari hasil evaluasi/audit kemudian dilakukan langkah kelima yaitu penetapan
standar mutu baru yang lebih tinggi apabila capaian sekolah telah memenuhi minimal sesuai
SNP. Dengan demikian penerapan sistem penjaminan mutu bukanlah hanya ditujukan untuk
meningkatkan mutu sesuai pada SNP namun mendorong terciptanya budaya mutu pendidikan
dimana semua komponen di sekolah memiliki jiwa pembelajar dan selalu mengembangkan diri
sesuai dengan perkembangan jaman. Siklus pemenuhan mutu pada setiap sekolah adalah
seperti disajikan pada Gambar.3.
Guna melaksanakan sistem penjaminan mutu internal, sekolah membentuk Tim Penjaminan
Mutu Pendidikan Sekolah. Secara organisasi, posisi dari Tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah adalah seperti disajikan pada Gambar 4.
Agar tidak terjadi tumpang-tindih peranan antara kelembagaan sekolah yang dipimpin oleh
Kepala Sekolah dengan kelembagaan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah, dilakukan
pembagian peranan sebagai berikut:
Tugas Sekolah :
Hasil dari Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah terjadinya peningkatan mutu pendidikan
pada level sekolah dari waktu ke waktu seperti yang terlihat pada Gambar 5. Skor tersebut
adalah untuk setiap standar dari 8 SNP yang telah ditetapkan. Keberhasilan SPMI di setiap
satuan pendidikan ditunjukkan oleh peningkatan skor dari setiap standar setiap kali dilakukan
penilaian. Namun demikian, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, tidak harus
dipaksakan menaikkan skor seluruh 8 standar pada periode yang sama.
Gambar 5. Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di Setiap Satuan
Pendidikan
Untuk melakukan Sistem Penjaminan mutu Pendidikan internal Sekolah bisa melakukan
workshop dengan mengkaji
A. Standar Nasional Pendidikan
1. Menjelaskan tujan pendidikan nasional Indonesia sebagai akar dari standar nasional
pendidikan
2. Menemukenali prinsip-prinsip dari penyelenggaraan pendidikan dari peraturan perundang-
undangan yang ada.
3. Menggali mutu pendidikan sesuai standar nasional pendidikan.
4. Menyepakati untuk mencapai pendidikan Indonesia yang bermutu diperlukan acuan yang
tepat
5. Menguraikan komponen dan indikator standar nasional pendidikan di Indonesia
Bahan Bacaan Untuk Pembahasan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
adalah Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Bab 2
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dan Bab 5 Sistem Informasi Penjaminan Mutu
Pendidikan
Dalam mengkaji Sistem Penjaminan Mutu Internal Satuan Pendidikan ada lima hal pokok yang
perlu dipelajari, yaitu:
Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Bab 3 Sistem
Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 2 Angka 2.2 Sistem
Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan dan Angka 2.4 Ukuran Keberhasilan Penjaminan
Mutu pada Satuan Pendidikan
2. Pemetaan Mutu Satuan Pendidikan; tujuan agar terampil melakukan Pemetaan mutu/EDS.
Bahan Bacaanya adalah: Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan
Bab 4 Pemetaan Mutu Pendidikan
3. Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu; tujuan agar mampu menyusun rencana
pemenuhan mutu berdasarkan hasil EDS. bahan Bacaanya adalah: Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 5 Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu
4. Pelaksanaan Pemenuhan MutuBahan ; Tujuannya adalah menjelaskan mekanisme
pemenuhan mutu satuan pendidikan dan menggambarkan teknik dalam membangun
partisipasi dalam menyusun dokumen implementasi. Bahan Bacaannya adalah
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 2 Angka 2.3 Tim
Penjaminan Mutu pada Satuan Pendidikan.
Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu oleh Satuan Pendidikan Bab 6 Implementasi
Pemenuhan Mutu
Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Bab 3 Angka
3.6 Organisasi Sistem Penjaminan Mutu Internal
Pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah mengacu pada standar
sesuai peraturan yang berlaku. Acuan utama sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). SNP adalah standar minimal yang
ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan yang harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan dan semua pemangku kepentingan dalam mengelola danmenyelenggarakan
pendidikan, yang terdiri atas:
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas dua komponen besar
yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal. Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam
satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan pendidikan. Sedangkan
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) adalah sistem penjaminan mutu yang dijalankan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan akreditasi dan badan standar. Sistem ini diatur
dalam peraturan mentreti pendidikan dan kebudayaan No 28 tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah dan dijelaskan pada Pedoman Umum
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.
Gambar 1. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
Satuan pendidikan berperan dalam melaksanakan sistem yang terdiri atas organisasi, kebijakan,
dan proses yang terkait dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan untuk menjamin
terwujudnya pendidikan yang bermutu dalam rangka memenuhi atau melampaui SNP. Sistem
tersebut memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut.
Untuk melakukan Penjaminan Mutu Pendidikan disatuan Pendidikan ditnjukkan pada Gambar
2.
Gamb
ar 2. Siklus Penjaminan Mutu Pada Satuan Pendidikan
Langkah penjaminan mutu dalam siklus terdiri atas:
1. Penetapan Standar
Memiliki standar mutu sebagai landasan dalam melaksanakan penjaminan mutu
pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, SNP adalah kriteria minimal
dalam menyelenggarakan pendidikan. Satuan Pendidikan dapat menetapkan standar di atas
SNP apabila penyelenggaraan pendidikan telah memenuhi seluruh kriteria dalam SNP.
2. Pemetaan Mutu
Memetakan mutu pendidikan pada satuan pendidikan berdasarkan standar mutu yang
telah ditetapkan melalui kegiatan evaluasi diri yang menghasilkan peta mutu (capaian
standar), masalah yang dihadapi dan rekomendasi;
3. Penyusunan Rencana Pemenuhan
Membuat perencanaan pemenuhan mutu berdasarkan hasil pemetaan mutu, dokumen
kebijakan pendidikan pada level nasional, daerah dan satuan pendidikan serta rencana
strategis pengembangan satuan pendidikan. Hasil perencanaan dituangkan dalam dokumen
perencanaan satuan pendidikan serta rencana aksi kegiatan;
4. Pelaksanaan Pemenuhan Mutu
Melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan pendidikan dan kegiatan
proses pembelajaran sesuai hasil perencanaan sehingga standar dapat tercapai;
5. Evaluasi/Audit Mutu
melakukan pengendalian terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang disusun untuk menjamin kepastian terjadinya
peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Seluruh langkah dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh satuan pendidikan dalam
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan dengan melibatkan pemangku kepentingan.
Seluruh langkah penjaminan mutu pada satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam satu atau
lebih siklus akan menghasilkan rapor hasil implementasi sistem penjaminan mutu.
Gambar 3. Rapor Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu
Fokus pelaksanaan penjaminan mutu pada satuan pendidikan adalah adanya peningkatan mutu
pada satuan pendidikan secara berkelanjutan. Perubahan peningkatan yang terjadi iilustrasikan
dalam bentuk tangga seperti yang tersaji pada Gambar 3. Posisi awal tangga
menggambarkan kondisi mutu satuan pendidikan saat awal pelaksanaan siklus penjaminan
mutu. Pelaksanaan siklus penjaminan mutu secara
berkelanjutan mendorong satuan pendidikan untuk menaiki anak tangga.
Pembagian tugas dalam sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 2.1. Satuan pendidikan dalam melaksanakan tugas pada sistem penjaminan
mutu pendidikan dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Tim Penjaminan Mutu
Pendidikan Daerah (TPMPD) yang dibentuk oleh pemerintah daerah.
Gambar 5. Pembagian Tugas dalam Sistem Penjaminan Mutu Pada Satuan Pendidikan
Ukuran keberhasilan penjaminan mutu oleh satuan pendidikan terdiri dari indikator keluaran
(output), hasil (outcome) dan dampak.
Catatan Penting
Harap menjadi perhatian pada Siklus SPMI sesuai Juklak PMP tahun 2017 dibanding tahun
2016. Semula dimulai dari tahap Pemetaan mutu, Sekarang dimulai dari Penetapan Standar.
Struktur TPMPS semula tidak memuat garis koordinasi atau komando, Sekarang sudah
dilengkapi garis koordinasi atau komando, untuk mempermudah siapa melakukan Apa.