Anda di halaman 1dari 19

1

SERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN


MUTU PENDIDIKAN

A. Latar Belakang

Indonesia telah sepakat untuk turut serta, memasuki babak baru yang
dikenal dengan globalisas. Indonesia memasuki globalisasi sejak dimulainya
Asean Free Trade Area (AFTA) pada Januari 2003 dan berlanjut dengan
Free Trade Area (FTA) Asean-China yang berlaku pada tanggal 1 Januari
2010. Saat ini Indonesia juga bersiap untuk memasuki ASEAN Economic
Community (AEC) yang merupakan integrasi regional negara ASEAN,
dengan tujuan meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan
dipasar dunia, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan,
serta meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota Asean. AEC
disepakati pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura Novemer 2007 silam.
KTT ini menghasilkan AEC Blueprint, sebagai acuan negara anggota
dalam mengimplementasikan koitmen AEC yang ditargetkan tercapai pada
tahun 2015.
Globalisasi membuka peluang bagi kita untuk berkiprah didunia
dimanapun kita kehendaki, pada sisi lain “rumah kita Indonesia” menjadi
terbuka bagi bangsa-bangsa lain. Dengan demikian globalisasi
menimbulkan persaingan pada berbagai bidang, bukan hanya pada bidang
ekonomi tetapi hampir pada semua sektor dan sendi kehidupan, termasuk
dalam bidang pendidikan.

1
2

Prof. Muhammad Ali menyatakan “ kunci kemenangan suatu negara


dalam kompetisi era global adalah kemampuannya mengelola dan
memberdayakan SDM dalam menguasai sains dan teknologi.
(http://beritapendidikan.com.15-01-2014), pada sisi lain kemampuan
mengelola dan memberdayakan SDM di Indonesia tampaknya masih belum
seperti yang diharapkan, hal ini dapat kita lihat dari hasil penelitian badan-
badan dunia seperti United Nation Development Program (UNDP), United
Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) dan
Wordl Economic Forum. Ketiga badan dunia tersebut menempatkan
Indonesia pada posisi yang rendah untuk Indeks Pengembangan Manusia,
Education development index (EDI) dan peringkat daya saing. Peringkat yang
rendah ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah
Organisasi memerlukan keunggulan untuk tetap dapat bertahan
diindustri dimana ia berada, demikian juga organisasi pendidikan
memerlukan kinerja unggul untuk dapat bertahan dan bersaing. Kinerja
organisasi akan ditentukan oleh kinerja sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi. Dalam organisasi pendidikan, sumber daya manusia
yang utama adalah guru dan dosen.
Komponen esensial dalam sistem pendidikan di sekolah/perguruan
tinggi adalah Guru dan Dosen, Peranan, tugas, dan tanggungjawab mereka
sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia
yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran,
dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan guru dan dosen
yang profesional.
3

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,


dinyatakan guru dan dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat (Bab 1 Pasal 1 ayat 2). Sementara itu,
profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah
komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru dapat dilihat dari
kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang
layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya
28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri
65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan
program sertifikasi. Dengan adanya program sertifikasi, pemerintah
berharap kinerja guru/dosen akan meningkat dan pada gilirannya mutu
pendidikan nasional akan meningkat pula.

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang akan menjadi
fokus pembahasan dalam tulisan ini, adalah apakah upaya pemerintah
melaksanakan program sertifikasi merupakan jawaban untuk peningkatan
mutu pendidikan

C. Pembahasan.

1. Mutu Pendidikan Nasional


4

Mutu pendidikan nasional yang tercermin dalam kompetensi lulusan


satuan-satuan pendidian dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti
proses, isi, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
Mutu pendidikan dicerminkan oleh kompetensi lulusan yang
dipengaruhi oleh kualitas proses dan isi pendidikan. Pencapaian kompetensi
lulusan yang memenuhi standar harus didukung oleh isi dan proses
pendidikan yang juga memenuhi standar. Perwujudan proses pendidikan
yang berkualitas dipengaruhi oleh kinerja pendidik dan tenaga kependidikan,
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, kualitas pengelolaan,
ketersediaan dana, dan sistem penilaian yang valid, obyektif dan tegas. Oleh
karena itu perwujudan pendidikan nasional yang bermutu harus didukung
oleh isi dan proses pendidikan yang memenuhi standar, pendidik dan tenaga
kependidikan yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi
agar berkinerja optimal, serta sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan yang memenuhi standar.
Kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya guru, selain
ditentukan oleh kualifikasi akademik dan kompetensi juga ditentukan oleh
kesejahteraan, karena kesejahteraan yang memadai akan memberi motivasi
kepada guru agar melakukan tugas profesionalnya secara sungguh-sungguh.
Kesungguhan seorang guru dalam melaksanakan tugas
profesionalnya akan sangat menentukan perwujudan pendidikan nasional
yang bermutu, karena selain berfungsi sebagai pengelola kegiatan
pembelajaran, guru juga berfungsi sebagai pembimbing kegiatan belajar
peserta didik dan sekaligus sebagai teladan bagi peserta didiknya, baik di
kelas maupun di lingkungan sekolah.
Selain ditentukan oleh kinerja guru, upaya peningkatan mutu
pendidikan nasional juga akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan penilaian
yang valid, obyektif dan tegas, baik penilaian oleh guru dan satuan
5

pendidikan maupun penilaian oleh pemerintah. Khusus penilaian oleh guru


dan satuan pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam
peningkatan mutu pendidikan, karena selain bertujuan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan, juga bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dalam rangka memelihara kontinuitas proses belajar peserta
didik.
Jika kita mencermati UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, jelas bahwa undang-undang tersebut berintikan peningkatan
kesejateraan guru yang ditandai oleh adanya tunjangan khusus, tunjangan
fungsional dan tunjangan profesi pendidik. Namun harus disadari bahwa
peningkatan kesejahteraan guru yang diamanatkan undang-undamg ini
bukan merupakan tujuan, tetapi lebih sebagai instrumen untuk meningkatkan
kinerja guru agar berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan
nasional. Peningkatan kesejahteraan bagi guru yang telah memenuhi standar
kualifikasi akademik dan kompetensi akan berfungsi meningkatkan kinerja,
tetapi peningkatan kesejahteraan bagi guru yang kualifikasi akademik dan
kompetensinya belum memenuhi standar sulit diharapkan untuk berdampak
terhadap peningkatan kinerja sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu,
khusus untuk tunjangan profesi pendidik hanya akan diterima oleh guru
profesional yang ditandai dengan kepemilikan sertifikat profesi guru melalui
program sertifikasi.

2. Apakah Yang dimaksudkan dengan Sertifikasi Guru ?


Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan
sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.
6

UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mewajibkan guru
memiliki kualifikasi akademik, kompetesi, dan sertifikat pendidik. Kualifikasi
akademik guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (S1/D-IV). Kompetensi
guru sebagaimana dimaksud dalam UU GD Pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sertifikat pendidik diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan baik kualifikasi akademik
maupun kompetensi.
Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi
dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara
berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru yaitu berupa
pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang
memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku untuk semua guru,
baik guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun guru yang
berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta).

3. Apakah lulusan LPTK tidak profesional sebagai Guru ?


Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dikenal oleh
masyarakat sebagai lembaga yang menghasilkan guru. Lulusan LPTK
dianugrahi gelar Sarjana Pendidikan (S.pd), asumsi masyarakat mereka
pastilah seorang guru yang profesional. Namun pada kenyataan hal tersebut
belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini ditandai oleh adanya lulusan
LPTK yang belum Memiliki kualitas sebagai seorang guru yang profesional.
Kemudian menjadi sorotan masyarakat adalah kenapa lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK) dapat menghasilkan tenaga kependidikan yang
kurang bermutu dan tidak menghasilkan guru yang handal dan profesional.
7

Salah satu penyebabnya adalah adanya anggapan bahwa lulusan


LPTK (S.Pd) yang mengajar otomatis adalah guru yang professional,
anggapan ini kurang tepat sebab SPd. adalah gelar akademik, bukan gelar
profesi. (M Nuh, Mendikbud, 12/2/2014). Lebih lanjut M.Nuh menyatakan, hal
ini sama dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) yang belum
menunjukkan kualifikasi seseorang sebagai dokter, begitu juga halnya
dengan sarjana farmasi, tidak identik dengan apoteker.
Dengan demikan lulusan LPTK wajib memiliki sertifikat untuk dapat
mengajar secara profesional

4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru


Beberapa landasan hukum untuk penyelenggaraan sertifikasi guru ini
adalah sebagai berikut :
1. UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional :
a. Pasal 42 ayat (1), Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
b. Pasal 43 ayat (2), Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi.
2. UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
a. Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
8

3. Peraturan Mendiknas RI No 18 Tahun 2007 : Tentang Sertifikasi Bagi


Guru Dalam Jabatan
4. Keputusan Mendiknas Nomor 057/O/2007 tentang Penetapan Perguruan
Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan yang sedang dalam
proses perubahan Kepmendiknas yang baru

4. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru


Terdapat setidaknya tiga tujuan sertifikasi guru yaitu untuk :
(1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
(2) peningkatan proses dan mutu hasil pendidikan, dan
(3) peningkatan profesionalitas guru.
Adapun manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut:
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang
dapat merusak citra profesi guru.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional.
c. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
d. Meningkatkan kesejahateraan guru.

5. Apakah Sertifikasi Menjamin Peningkatan Kualitas Guru ?


Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai suatu
tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari
semua fihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas.
Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar,
bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai kualitas.

6. Sertifikasi Guru Dengan Penilaian Portofolio


9

Pelaksanaan sertifikasi guru dimulai pada tahun 2007 berdasarkan


Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru
dalam Jabatan Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar
profesional guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji
kompetensi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio.
Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman
profeisonal guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang
mendeskripsikan (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3)
pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5)
penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya
pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9)
pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio ini menimbulkan
polemik. Banyak pengamat pendidikan yang menyangsikan keefektifan
pelaksanaan sertifikasi dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada
yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tak
akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan kinerja guru, apalagi
dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian
portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan mutu
pendidikan nasional terasa akan menjadi kenyataan bila dibandingkan
dengan pelaksanaan sertifikasi di beberapa negara maju, khusunya dalam
bidang pendidikan. Hasil studi Educational Testing Service (ETS) yang
dilakukan di delapan negara menunjukkan bahwa pola-pola pembinaan
profsesionalisme guru di negara-negara tersebut dilakukan dengan sangat
ketat (Samami dkk., 2006:34).
10

Sebagai contoh, Amerika Serikat dan Inggris yang menerapkan


sertifikasi secara ketat bagi calon guru yang baru lulus dari perguruan tinggi.
Di kedua negara tersebut, setiap orang yang ingin menjadi guru harus
mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi mengajar. Ujian untuk memperoleh
lisensi tersebut terdiri dari tiga praksis, yaitu tes keterampilan akademik yang
dikenakan pada saat seseorang masuk program penyiapan guru, penilaian
terhadap penguasaan materi ajar yang diterapkan pada saat yang
bersangkutan mengikuti ujian lisensi, dan penilaian performance di kelas
yang diterapkan pada tahun pertama mengajar.Mereka yang memiliki lisensi
mengajarlah yang berhak menjadi guru.

7. Sertifikasi Guru melalui PLPG


Melengkapi dan menyempurnakan sertifikasi dengan portofolio,
pemerintah mejalankan program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
(PLPG) yang merupakan pola sertifikasi dalam bentuk pelatihan yang
diselenggarakan oleh Rayon LPTK untuk memfasilitasi terpenuhinya standar
kompetensi guru peserta sertifikasi.
Beban belajar PLPG adalah 90 jam pembelajaran dengan waktu 10
hari dan dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan dan workshop. PLPG
menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM) dengan meminimalkan ceramah. Perkuliahan
dilaksanakan untuk penguatan materi bidang studi, model-model
pembelajaran, dan karya ilmiah. Workshop dilaksanakan untuk
mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran serta menulis
karya ilmiah. Pada akhir PLPG dilaksanakan uji kompetensi.
Peserta sertifikasi pola PLPG adalah guru yang bertugas sebagai guru
kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor,
serta guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang
memilih: (1) sertifikasi pola PLPG, (2) pola PF yang berstatus tidak mencapai
11

passing grade penilaian portofolio atau tidak lulus verifikasi portofolio


(TLVPF), dan (3) PSPL yang berstatus tidak memenuhi persyaratan (TMP)
tetapi lulus Uji Kompetensi Awal (UKA).

8. Sertifikasi Guru melalui PPG


Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan yang selanjutnya
disebut Program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan
untuk mempersiapkan lulusan S-1 Kependidikan dan S-1 / D-IV Non
Kependidikan agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan
standar nasional pendidikan (Permendiknas No. 8 Tahun 2009 tentang PPG).
Dari pengertian ini jelas bahwa PPG lebih diarahkan untuk para sarjana
profesional untuk bisa memiliki sertifikat pendidik agar bisa menjadi guru dan
tenaga pengajar lainnya sesuai yang disyaratkan oleh pemerintah. PPG juga
dapat di ikuti oleh guru dalam jabatan dengan persyaratan tertentu. Secara
rinci yang dapat menjadi calon peserta program PPG adalah ;
 S- 1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang
akan ditempuh;
 S- 1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi
yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
 S- 1/ D- IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan
profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
 S- 1/ D- IV Non Kependidikan yang serumpun dengan program
pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
 S- 1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan
menempuh matrikulasi.
Ada dua tujuan dari program PPG yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum program PPG adalah Menghasilkan guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan fungsi pendidikan nasional , yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
12

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,


dan memiliki kemampuan mewujudkan tujuan bangsa, dan memiliki
kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan khusus
PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam
merencanakan, melaksanakan, menilai pembelajaran, menindaklanjuti hasil
penilaian, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik, serta
melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan.

9. Perbedaan program PLPG dan PPG


Pada dasarnya program PPG dan PLPG) sama-sama merupakan
program untuk meningkatkan kualitas dalam kompetensi guru di bidangnya
masing-masing sehingga menjadi tenaga yang profesional yang dibuktikan
dengan mendapat sertifikat sebagai pendidik (sertifikasi).
Perbedaan diantara keduanya adalah PLPG hanya dapat diikuti oleh
guru dalam jabatan yang statusnya sebagai guru PNS maupun guru tetap
yayasan (GTY). Sedangkan PPG dapat diikuti oleh guru pra jabatan, yaitu
mereka yang telah mengajar sebagai guru namun belum memiliki status
sebagai PNS maupun GTY. Perbedaan lain adalah pada PLPG, guru hanya
membutuhkan 100 jam tatap muka selama 10 hari. Sementara program PPG
akan ditempuh selama dua semester. Kecuali, guru PAUD, TK dan SD PPG
hanya butuh satu semester. Dengan program PPG ini diharapkan kompetensi
dan profesionalisme guru benar-benar lebih terjamin dibandingkan melalui
PLPG yang pelaksanaannya tak sampai dua minggu,
Secara penuh program PPG baru akan diselenggaeakan pada tahun
2015, hal ni berarti pada tahun 2015 PPG akan menjadi satu-satunya
program untuk mendapatkan sertifikasi. Program PPG yang saat ini srdang
berlangsung adalah program PPG-SM3T. Program ini ditujukan bagi mereka
13

yang telah mengikuti Program Sarjana Mengajar di Daerah Terluar,


Terdepan, dan Tertinggal (SM3T) yang dilaksanakan selama satu tahun. .

D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut;
 Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan komitmen pemerintah, dalam hal
ini Departemen Pendidikan Nasional, untuk mengimplementasikan amanat
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
 Keberhasilan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan secara nasional, juga menjadi harapan nyata bagi
pembangunan pendidikan, dan pembangunan guru yang profesional
menuju pembangunan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”.
 Program sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga
pendidik dan kesejahteraannya yang berujung pada peningkatan kualitas
pendidikan secara berkelanjutan. Keberhasilan pelaksanaan sertifikasi
guru sangat bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan
upaya sungguh-sungguh dari segenap unsur pelaksana program.
 Program pelaksanaan sertifikasi telah dimulai sejak tahun 2007 yaitu
pemberian sertifikat dengan uji kompetensi melalui portofolio. Program ini
menimbulkan polemik dan dirasakan kurang bermanfaat untuk
meningkatkan profesionalisme guru karena guru tidak mendapat
tambahan pengetahuan dan keterampilan baru,
 Program sertifikasi berikutnya dilakukan melalui program Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG). Pada program ini peserta yang merupakan
guru dalam jabatan diberikan pelatihan selama 100 jam dalam 10 hari
Pada akhir PLPG dilaksanakan uji kompetensi. Program ini dirasakan
lebih bermanfaat dibandingkan dengan sertifikasi melalui portofolio
14

 Program sertifikasi berikutnya dilakukan melalui program Pendidikan


Profesi Guru (PPG). PPG bersifat lebih terbuka karena ditujukan bagi
sarjana kependidikan maupun non kependidikan yang ingin menjadi guru,
Program ini berlangsung selama dua semester atau satu tahun. Pada
semester pertama peserta mengikuti perkuliah dan pada semester dua
peserta diharuskan untuk praktek mengajar pada sekolah-sekolah yang
menjadi mitra.

E. Saran-saran
Berdasarkan program sertifikasi guru yang telah berjalan maka
tampaknya PPG akan menjadi bentuk akhir yang akan dijalankan
pemerintah dalam kerangka sertifikasi guru, beberapa saran penulis
sampaikan sebagai berikut;
 Perlu dirancang secara hati-hati pola pembiayaan untuk ptogram PPG ini,
karena program ini akan berjalan selama satu tahun, diharapkan peserta
tidak/sesedikit mungkin memikul beban biaya. Perlu di ingat program
sertifikasi pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru,
maka jangan sampai program ini malah akan menurunkan tingkat
kesejahteraan mereka
 Perlu di perhatikan efek psikologis program ini bagi sarjana lulusan LPTK.
Minat menjadi guru saat ini memang mulai berkembang, terbukti dari
banyaknya lulusan SMA yang ingin masuk LPTK agar dapat menjadi
guru, maka jangan sampai minat tersebut kembali meredup, saran kami
untuk sarjana kependidikan program PPG cukup ditempuh dalam waktu
satu semester (6 bulan)
 Perlu diperjelas status lulusan PPG, apakah mereka otomatis menjadi
pegawai negeri sipil (PNS) sehingga program PPG juga berfungsi sebagai
progam pra jabatan.
15

Daftar Isi

Hal

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

A Latar Belakang 1

B Permasalahan 3

C Pembahasan

1. Mutu Pendidikan Nasional 3

2. Apakah Yang dimaksudkan dengan Sertifikasi Guru ? 5

3. Apakah lulusan LPTK tidak profesional sebagai Guru ? 6

4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru 7

5. Apakah Sertifikasi Menjamin Peningkatan Kualitas Guru ? 8

6. Sertifikasi Guru Dengan Penilaian Portofolio 8

7. Sertifikasi Guru melalui PLPG 10

8. Sertifikasi Guru melalui PPG 10

9. Perbedaan program PLPG dan PPG 12

D Kesimpulan 12

E Saran-saran 14
16

DAFTAR PUSTAKA 15

Daftar Pustaka

Ali Idrus, 2006, Analisis kebijakan sertifikasi guru dan dosen, makalah tidak
dipublikasikan, FKIP Universitas Jambi.
BSNP. Standar Kualiifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta, BSNP
2007
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tenaga pendidik dan Dosen. Jakarta
: Depdiknas.
Ditjend PMPTK dan World Bank, The Teacher Certification Impact
Evaluation, Preliminery Base Line Survay Result Jakarta, Ditjend
PMPTK 2010
Djauzak, Ahmad, Peningkatan Mutu Pendsdikan Sebagai Sarana
Pembangunan Bangsa, Jakarta: Balai Pustaka, 2004
Sutjipto, 2005 Standarisasi Pengembangan Dan Pelayanan Pendidikan
Tenaga Kependidikan, makalah seminar FIP/JIP se Indonesia, Bukit
Tinggi september 2005.
17

………. (http://nasional.sindonews.com/sertifikasi-guru-hanya-lewat-ppg)
……….. http://www.biosanjaya.com/2013/03/ppg-sertifikasi
………. ttp://edukasi.kompas.com/read/2013/10/21/1851014/Lewat.SMT
Semangat.Mengabdi.Membangun.Negeri.

MAKALAH

SERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN


MUTU PENDIDIKAN

Corry Yohana1

1
Dosen FE UNJ
18

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2014

Abstrak
Saat ini, Indonesia seperti halnya negara lain tidak dapat melepaskan
atau menutup diri dari negara lain. Situasi ini kita kenal dengan istilah
globalisasi. Globalisasi membuka peluang Indonesia untuk berkiprah didunia
dimanapun kita kehendaki, pada sisi lain “rumah kita Indonesia” menjadi
terbuka bagi bangsa-bangsa lain. Dengan demikian globalisasi menimbulkan
persaingan pada berbagai bidang, bukan hanya pada bidang ekonomi tetapi
hampir pada semua sektor dan sendi kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan.
Kunci kemenangan suatu negara dalam kompetisi era global adalah
kemampuannya mengelola dan memberdayakan SDM dalam menguasai
sains dan teknologi. Untuk memberdayakan SDM diperlukan pendidikan yang
berkualitas. Sementara pendidikan di Indonesia berdasarkan penelitian
badan-badan dunia seperti UNDP, UNESCO) dan WEF menempatkan
Indonesia pada posisi yang rendah, yang berarti juga mutu pendidikan
Indonesia yang rendah.
Komponen esensial dalam sistem pendidikan di sekolah adalah Guru,
hal ini berarti peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peningkatan
mutu guru dan kesejahteraan mereka. Salah satu bentuk upaya pemerintah
untuk menngkatkan mutu guru dan kesejahteraan mereka adalah dengan
pemberian sertifikasi yang akan menjadi suatu bukti bahwa guru tersebut
professional dan berhak untuk mendapat tunjangan atas profesionalitas
mereka.
Tulisan ini mencoba mengetengahkan upaya-upaya pemerintah
meningkatkan mutu pendidikan melalui sertifikasi..
19

Abstract
Currently, Indonesia as well as other countries can not detach or shut
down from another country. The situation we are familiar with the term
globalization. Globalization opened up opportunities Indonesia to take part in
the world wherever we want, on the other side "of our home Indonesia" be
open to other nations. Thus globalization raises competition in various fields,
not only in economics but in nearly all sectors and walks of life, including in
the field of education
The key to the victory of a country in the era of global competition is its
ability to manage and empowering human resources in science and
technology to master. To empowering human resources, required quality
education. While education in Indonesia, research based international
agencies such as UNDP, UNESCO) and the WEF ranks Indonesia is low,
which means also the low quality of education in Indonesia.
Essential component in the education system in schools is teacher,
this means improving the quality of education is inseparable from improving
the quality of teachers and their welfare. One form of government efforts for
scaling up the quality of teachers and their welfare is by providing of
certification that will be a proof that the professional teacher and is entitled to
receive the allowance for their professionalism.
This paper attempts to set forth the government's efforts to improve the
quality of education through certification.

Anda mungkin juga menyukai