Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sudah merupakan pendapat umum bahwa kemakmuran suatu bangsa berkaitan erat
dengan kualitas atau mutu pendidikan bangsa yang bersangkutan. Bahakan lebih spesifik lagi,
bangsa-bangsa yang berhasil mencapai kemakmuran dan kesejahteraan dewasa ini adalah
bangsa-bangsa yang melaksanakan pembangunan berdasarkan strategi pengembangan
sumber daya insan. Artinya, melaksanakan pembangunan nasional dengan menekankan pada
pembangunan

pendidikan

guna

pengembangan

kualitas

sumber

daya

manusia.

Pengembangan sumber daya manusia, dari aspek pendidikan berarti mengembangkan


pendidikan baik aspek kuantitas maupun kualitas. Peningkatan mutu pendidikan melalui
standarisasi dan profesionalisasi yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman
berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem
pendidikan.
Sistem pendidikan guru sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional merupakan
faktor kunci dan memiliki peran yang sangat strategis. Pada hakikatnya, penyelenggaraan dan
keberhasilan proses pendidikan pada semua jenjang dan semua satuan pendidikan ditentukan
oleh faktor guru, di samping perlunya unsur-unsur penunjang lainnya. Kualitas kemampuan
guru yang rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan, begitu pula sebaliknya.1

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Tujuan Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia ?
2. Apa Hakikat Mutu Pendidikan Nasional ?
3. Apa Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan Nasional ?
4. Bagaimana Peran Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ?
5. Bagaimana Upaya Guru Untuk Membangun Mutu Pendidikan ?

1 Prof.DR. Oemar H., Pendidikan Guru (Jakarta:PT. Bumi Aksara,2004), hlm.5


Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari makalah ini yaitu :
i.

Menjelaskan sekilas tentang bagaimana tujuan pendidikan dan pengajaran di

ii.
iii.

Indonesia
Memahami hakikat mutu pendidikan di Indonesia
Menjelaskan apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu

iv.
v.
vi.

pendidikan di Indonesia
Menjelaskan peningkatan mutu di Indonesia
Memahami strategi intruksional dalam proses pendidikan
Menjelaskan dimensi-dimensi kompetensi guru

BAB II
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Pendidikan Nasional
Di dalam Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I pasal
1 ayat (2) disebutkan: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
Pernyataan ini mengandung arti bahwa semua aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan
nasional akan mencerminkan aktivitas yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945 dan
berakar pada kebudayaan Indonesia. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud di sini
adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal,
nonformal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan negara Indonesia.2

2.2 Hakikat Mutu Pendidikan Nasional


Secara umum, mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang dan jasa yang menunjukkan kemamapuannya dalam memuasakan kebutuhan
yang diharapakan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup
input, proses, dan output pendidikan (Depdiknas, 2001).
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak
serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber daya
meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan dan siswa)
dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya). Input
perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan,
deskripsi tugas, rencana dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan
sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar
2 Drs. M. Ngalim Purwanto,MP., Ilmu pendidikan teoritis dan praktis (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya,1997), hlm.36
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karean itu rendahnya mutu input dapat diukur
dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu
input tersebut.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu
yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses tersebut disebut input, sedang sesuatu
hasil dari proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (sekolah), proses yang
dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan
catatan bahwa proses belajar mengajar memilki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan
dengan proses-proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta
pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan
secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangan
(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahawa peserta didik
tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, tetapi pengetahuan
tesebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar cara belajar
(mampu mengembangkan dirinya).
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat
dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi
sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

akademik, berupa nilai ulangan umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba
akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
olahraga, kesenian, keterampilan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu
sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti
misalnya perencanaaan, pelaksanan, dan pengawasan.
Hasil pendidik dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan
ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan
tertentu. Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai peserta didik.
Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperolah
siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. 3

2.3 Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan Nasional


Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada hakekatnya adalah
akumulasi dari penyebab rendahnya mutu pendidikan di sekolah. Banyak hal yang
menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Berikut ini akan dipaparkan pula secara
khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
2.3.1 Rendahnya kualitas sarana fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang
tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.
2.3.2 Rendahnya kualitas guru
3 Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1.
Koonsep Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum


memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana
disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak
mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di
berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri)
dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA
65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49%
(negeri) dan 58,26% (swasta).
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan
pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,
sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah
juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
2.3.3 Rendahnya kesejahteraan guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen
Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan
serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar
Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp
10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa
melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les

Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu


Pendidikan

pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS,
pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang
muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai
taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403
PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen
sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).
2.3.4 Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.
Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga
Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk
anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini
termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah
yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan
kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
2.3.5 Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0
sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan
kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%,
14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga
menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil
pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang
funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia
kerja.
2.3.6 Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali
tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai
Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa
mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus
murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?
Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya
memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan
pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari
tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi
Pemerintah untuk cuci tangan.4

4 Drs. Faturrahman, m. MPd.,dkk, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Prestasi


Pustaka Publisher, 2012) hlm.184
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

2.4 Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional


Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak pakar
pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi
kemerosotan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan memasukkan ilmiah ahli itu, pemerintah
tak berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai.
Masukkan ilmiah yang disampaikan para ahli negara-negara yang berhasil
menerapkannya, seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selendia Baru dan Singapura
selalu memunculkan konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan diadaptasi. Karena berbagai
macam latar yang berbeda. Situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita tentunya
tidak homogen dengan negara-negara yang diteladani. Malahan, konsep yang di impor itu
terkesan dijadikan sebagai proyek yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau
kelompok tertentu. Artinya, proyek bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.
Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan,
namun masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya
adalah usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain;
Proyek Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan,
Proyek Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan Imbal Swadaya
(BIS), Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan
Langsung (DBL), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan Bantuan Khusus Murid (BKM).
Dengan memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah
telah banyak menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan.
Upaya pemerintah yang begitu mahal belum menunjukkan hasil mengembirakan. Ada
yang berpendapat mungkin manajemen yang kurang tepat dan ada pula yang mengatakan
bahwa pemerintah kurang konsisten dengan upaya yang dijalankan. Karena itu, kembali pada
apa yang kita sebut sebagai kekayaan lokal, bahwa tidak sepenuhnya apa yang dipraktikkan
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

dengan baik di luar negeri bisa seratus persen juga berhasil di Indonesia, semua itu
membutuhkan tahapan, namun dengan kerangka yang jelas dan tidak dibebani oleh proyek
yang demi kepentingan sesaat atau golongan. Meningkatkan profesionalisme guru dan
pendidik merupakan salah satu elemen dasar bagaimana kita dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.5
2.4.1 Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Pendidik
Kurikulum dan paduan manajemen sekolah sebaik apapun tidak akan berarti jika
tidak ditangani oleh guru profesional. Karena itu tuntutan terhadap profesionalisme
guru yang sering dilontarkan masyarakat dunia usaha/industri, legislatif, dan
pemerintah adalah hal yang wajar untuk disikapi secara arif dan bijaksana.
Konsep tentang guru profesional ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang
wawasan dan kebijaksanaan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian
pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan,
manajemen pengolaan kelas/sekolah, serta teknologi informasi dan komunikasi.
Sebagian besar tentang indikator itu sudah diperoleh di LPTK antara lain IKIP,
FKIP, dan STKIP non-refreshing.
Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah.
Faktor-faktor internal seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi
kebutuhan fisiologis dan profesi masih dianggap sebagai faktor determinan.
Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat
karena ketidakmampuan guru secara finansial dalam pengembangan SDM melalui
peningkatan jenjang pendidikan.6
5 Drs. Faturrahman, m. MPd.,dkk, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Prestasi Pustaka
Publisher, 2012) hlm.37

6 Drs. Faturrahman, m. MPd.,dkk, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Prestasi


Pustaka Publisher, 2012) hlm.39
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

10

2.4.2 Guru yang Profesional


Guru adalah komponen penting dalam pendidikan. Di pundaknya siswa
menggantungkan harapan terhadap pelajaran yang diajarkannya. Maka sebab itu,
sebagai seorang guru perlu mengetahui dan menerapkan beberapa prinsip mengajar
agar seorang guru dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai
berikut :
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi mata
pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber
belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam
berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan
penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta
didik menjadi mudah dalam memahami pelajarannya yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru
dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta
didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata
pelajaran dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan

kesempatan

berupa

pengalaman

secara

langsung,

mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.


8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan
sosial, baik dalam kelas maupun diluar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual
agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
10. Guru juga dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan
hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta menggunakan
hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan
perbaikan dan pengembangan.
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

11

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat, guru tidak
lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi.
Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas
pada penguasaan prinsip mengajar seperti yang telah diuraikan diatas.
Bertitik tolak dari pendapat para ahli tersebut diatas, maka yang dimaksud Kompetensi
Profesionalisme Guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidangnya sehingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang
guru dengan hasil yang baik.7

2.5 Strategi Intruksional Dalam Proses Pendidikan


Strategi intruksional adalah metode dan prosedur yang perlu ditempuh oleh guru dan siswa
dalam mengembangkan proses belajar. Karena itu, strategi intruksional pada hakikatnya sama
dengan strategi belajar. Suatu strategi intruksional harus memenuhi krikteria sebagaimana
dikemukakan oleh Robert L. Ebel (ed.), dalam bukunya Encyclopedia of Educational
Research yang dikutip oleh R.L. Gilstrap dan W.R. Martin (1975), sebagai berikut.
Pattern of teacher behavior that are recurrent, applicable to various subject matters.
Characteristic of more than one teacher, and relevant to learning.
Perlu ditekankan, bahwa penguasaan strategi intruksional oleh guru profesional bukan
hanya terletak pada segi kognitif, tetapi juga dalam segi keterampilan psikomotoris. Seorang
guru dinilai telah menguasai strategi intruksional jika ia telah memiliki kompetensi dalam
strategi bersangkutan, yang dapat diamati berdasarkan demonstrasi dalam suasana pengajaran
di kelas secara aktual. 8 Dan adapun kompetensi bagi para guru yakni sebagai berikut.
2.5.1 Dimensi-dimensi Kompetensi Guru
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10
ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.
7 Drs. Faturrahman, m. MPd.,dkk, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Prestasi
Pustaka Publisher, 2012) hlm.101
8 Prof.DR. Oemar H., Pendidikan Guru (Jakarta:PT. Bumi Aksara,2004), hlm 121122
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

12

1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini

dapat dilihat dari kemampuan

merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau


mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran menurut Joni (1984:12),
kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1)
merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4)
merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan
penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.Depdiknas (2004:9)
mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1) mampu
mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir
materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu
menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun
perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu
mengalokasikan waktu. Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar
mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa
selama

pembelajaran

berlangsung,

yang

mencakup:

merumuskan

tujuan,

menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar,


memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian
penguasaan tujuan.
Kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap
pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di
tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar
sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan
atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan,
apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa
belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping
pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

13

kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar,


penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan
menilai hasil belajar siswa.
Yutmini (1992:13) mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus di
miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan:
(1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai
dengan tujuan pelajaran,
(2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran,
(3) berkomunikasi dengan siswa,
(4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan
(5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.Hal serupa dikemukakan oleh
Harahap (1982:32) yang menyatakan, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan: (1) memotivasi
siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran, (2) mengarahkan
tujuan pengajaran, (3) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan
dengan tujuan pengajaran, (4) melakukan pemantapan belajar, (5) menggunakan
alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar, (6) melaksanakan layanan
bimbingan penyuluhan, (7) memperbaiki program belajar mengajar, dan (8)
melaksanakan hasil penilaian belajar.Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran
harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat
dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus
dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam
mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis,
menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa.Depdiknas (2004:9)
mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi (1)
membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4)
menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6)
memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara
komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11)
melaksanakan penilaian, dan (12) menggunakan waktu. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan
dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

14

perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya


melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana
yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar,Menurut
Sutisna (1993:212), penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk
mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun
dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik
organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksudmaksud yang telah ditetapkan.Commite dalam Wirawan (2002:22) menjelaskan,
evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia,
evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan,
sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan.Tujuan utama
melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa,
sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan.
Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan
bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar
siswa.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta
didik, meliputi (1) mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran,
(2) mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, (3) mampu memperbaiki
soal yang tidak valid, (4) mampu memeriksa jawab, (5) mampu mengklasifikasi
hasil-hasil penilaian, (6) mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian, (7)
mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian, (8)

mampu

menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian, (9) mampu mengidentifikasi


tingkat variasi hasil penilaian, (10) mampu menyimpulkan dari hasil penilaian
secara jelas dan logis, (11) mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian,
(12) mengklasifikasi kemampuan siswa, (13) mampu mengidentifikasi kebutuhan
tindak lanjut hasil penilaian, (14) mampu melaksanakan tindak lanjut, (15) mampu
mengevaluasi hasil tindak lanjut, dan (16) mampu menganalisis hasil evaluasi
program tindak lanjut hasil penilaian.Berdasarkan uraian di atas kompetensi
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

15

pedagogik tercermin dari indikator (1) kemampuan merencanakan program belajar


mengajar, (2) kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar
mengajar, dan (3) kemampuan melakukan penilaian.
2. Kompetensi Pribadi
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik

kepribadian

yang

sangat

berpengaruh

terhadap

keberhasilan

pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang
guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut digugu
(ditaati

nasehat/ucapan/perintahnya)

dan

ditiru

(di

contoh

sikap

dan

perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan


belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)
menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan
guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan
keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan
kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai
dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya
keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya
tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan
pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Surya (2003:138) menyebut
kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi
seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi
personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat
(2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education,
mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat
baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3)
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

16

pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki
apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan
dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan
kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka,
berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson
sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru,
mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai
guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2)
pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh
seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto
(1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki
kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan
patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru
tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.
3. Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah
berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru
profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam
bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa
tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher
Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan
dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,
psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran
atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan
metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan
media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan
program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu
menumbuhkan motivasi peserta didik. Johnson sebagaimana dikutip Anwar
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

17

(2004:63) mengemukakan kemampuan profesional mencakup (1) penguasaan


pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsepkonsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan
penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3)
penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi profesional mengharuskan guru
memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi)
yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik,
maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses
belajar mengajar.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional
meliputi (1) pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan
kajian

akademik.Pengembangan

profesi

meliputi

(1)

mengikuti

informasi

perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2)
mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai
model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran,
(6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9)
melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat
guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti
pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti
kegiatan pengembangan kurikulum.Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami
visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3)
memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah,
(5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil
belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar
sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur
pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan
sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas,
kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan
materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3)
kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan
landasan pendidikan.

Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu


Pendidikan

18

4. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan
Dosen kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali

peserta

didik,

dan

masyarakat

sekitar.

Surya

(2003:138)

mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh


seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi
sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut
for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya
atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat
dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan
peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi (1) aspek normatif
kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada
bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal
ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya,
(2) pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang
menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan sosial
mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Arikunto
(1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki
kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala
sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian
di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru dengan
siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan
kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan
masyarakat.9
9 Djaman Satori, dkk., Profesi Keguruan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009)
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

19

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1. Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin rumit, bertambah
banyak dan komplek. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang berarti.
2. Rendahnya mutu pendidikan di sekolah disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
a. Rendahnya sarana fisik sekolah
b. Rendahnya kualitas guru
c. Rendahnya kesejahteraan guru
d. Kurangnya kesempatan pemerataan pendidikan
e. Redahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
f. Mahalnya biaya pendidikan
3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sendiri dapat dibenahi salah
satunya yaitu meningkatkan profesionalisme pendidik atau guru berdasarkan
kompetensi yang harus dimiliki.

3.2

Saran
1. Disarankan kepada pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat
mengubah pola fikir mereka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khusunya
dalam hal komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
2. Disarankan juga dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, agar mutu
guru yang paling diutamakan. Sehubungan dengan hal ini maka disarankan kepada
pemerintah agar senantiasa memberikan fasilitas untuk peningkatan mutu guru yang
sudah ada dan melakukan seleksi ketat terhadap pengangkatan guru baru.

DAFTAR PUSTAKA
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan

20

Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1. Koonsep Dasar.
Jakarta: Depdiknas.
Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Publisher
H, Oemar. 2004. Pendidikan Guru. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 1997. Ilmu pendidikan teoritis dan praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Satori, Djaman. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka

Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu


Pendidikan

21

Anda mungkin juga menyukai