PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sudah merupakan pendapat umum bahwa kemakmuran suatu bangsa berkaitan erat
dengan kualitas atau mutu pendidikan bangsa yang bersangkutan. Bahakan lebih spesifik lagi,
bangsa-bangsa yang berhasil mencapai kemakmuran dan kesejahteraan dewasa ini adalah
bangsa-bangsa yang melaksanakan pembangunan berdasarkan strategi pengembangan
sumber daya insan. Artinya, melaksanakan pembangunan nasional dengan menekankan pada
pembangunan
pendidikan
guna
pengembangan
kualitas
sumber
daya
manusia.
ii.
iii.
Indonesia
Memahami hakikat mutu pendidikan di Indonesia
Menjelaskan apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu
iv.
v.
vi.
pendidikan di Indonesia
Menjelaskan peningkatan mutu di Indonesia
Memahami strategi intruksional dalam proses pendidikan
Menjelaskan dimensi-dimensi kompetensi guru
BAB II
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Pendidikan Nasional
Di dalam Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I pasal
1 ayat (2) disebutkan: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
Pernyataan ini mengandung arti bahwa semua aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan
nasional akan mencerminkan aktivitas yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945 dan
berakar pada kebudayaan Indonesia. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud di sini
adalah tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal,
nonformal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan negara Indonesia.2
proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karean itu rendahnya mutu input dapat diukur
dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu
input tersebut.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu
yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses tersebut disebut input, sedang sesuatu
hasil dari proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (sekolah), proses yang
dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan
catatan bahwa proses belajar mengajar memilki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan
dengan proses-proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta
pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan
secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangan
(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahawa peserta didik
tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, tetapi pengetahuan
tesebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar cara belajar
(mampu mengembangkan dirinya).
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat
dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi
sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan
akademik, berupa nilai ulangan umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba
akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
olahraga, kesenian, keterampilan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu
sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti
misalnya perencanaaan, pelaksanan, dan pengawasan.
Hasil pendidik dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan
ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan
tertentu. Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai peserta didik.
Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperolah
siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. 3
pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS,
pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang
muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai
taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403
PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen
sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).
2.3.4 Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.
Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga
Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk
anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini
termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah
yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat
pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan
kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
2.3.5 Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0
sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan
kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%,
14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan
3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga
menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil
pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang
funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia
kerja.
2.3.6 Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali
tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai
Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa
mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus
murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?
Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya
memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan
pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari
tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi
Pemerintah untuk cuci tangan.4
dengan baik di luar negeri bisa seratus persen juga berhasil di Indonesia, semua itu
membutuhkan tahapan, namun dengan kerangka yang jelas dan tidak dibebani oleh proyek
yang demi kepentingan sesaat atau golongan. Meningkatkan profesionalisme guru dan
pendidik merupakan salah satu elemen dasar bagaimana kita dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.5
2.4.1 Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Pendidik
Kurikulum dan paduan manajemen sekolah sebaik apapun tidak akan berarti jika
tidak ditangani oleh guru profesional. Karena itu tuntutan terhadap profesionalisme
guru yang sering dilontarkan masyarakat dunia usaha/industri, legislatif, dan
pemerintah adalah hal yang wajar untuk disikapi secara arif dan bijaksana.
Konsep tentang guru profesional ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang
wawasan dan kebijaksanaan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian
pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan,
manajemen pengolaan kelas/sekolah, serta teknologi informasi dan komunikasi.
Sebagian besar tentang indikator itu sudah diperoleh di LPTK antara lain IKIP,
FKIP, dan STKIP non-refreshing.
Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah.
Faktor-faktor internal seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi
kebutuhan fisiologis dan profesi masih dianggap sebagai faktor determinan.
Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat
karena ketidakmampuan guru secara finansial dalam pengembangan SDM melalui
peningkatan jenjang pendidikan.6
5 Drs. Faturrahman, m. MPd.,dkk, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Prestasi Pustaka
Publisher, 2012) hlm.37
10
kesempatan
berupa
pengalaman
secara
langsung,
11
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat, guru tidak
lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak
sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi.
Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas
pada penguasaan prinsip mengajar seperti yang telah diuraikan diatas.
Bertitik tolak dari pendapat para ahli tersebut diatas, maka yang dimaksud Kompetensi
Profesionalisme Guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidangnya sehingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang
guru dengan hasil yang baik.7
12
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini
pembelajaran
berlangsung,
yang
mencakup:
merumuskan
tujuan,
13
14
mampu
15
kepribadian
yang
sangat
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang
guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut digugu
(ditaati
nasehat/ucapan/perintahnya)
dan
ditiru
(di
contoh
sikap
dan
16
pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki
apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan
dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan
kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka,
berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson
sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru,
mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai
guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2)
pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh
seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto
(1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki
kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan
patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru
tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.
3. Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah
berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru
profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam
bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa
tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher
Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan
dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,
psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran
atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan
metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan
media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan
program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu
menumbuhkan motivasi peserta didik. Johnson sebagaimana dikutip Anwar
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan
17
akademik.Pengembangan
profesi
meliputi
(1)
mengikuti
informasi
perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2)
mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai
model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran,
(6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9)
melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat
guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti
pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti
kegiatan pengembangan kurikulum.Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami
visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3)
memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah,
(5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil
belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar
sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur
pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan
sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas,
kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan
materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3)
kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan
landasan pendidikan.
18
4. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan
Dosen kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali
peserta
didik,
dan
masyarakat
sekitar.
Surya
(2003:138)
19
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1. Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin rumit, bertambah
banyak dan komplek. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang berarti.
2. Rendahnya mutu pendidikan di sekolah disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
a. Rendahnya sarana fisik sekolah
b. Rendahnya kualitas guru
c. Rendahnya kesejahteraan guru
d. Kurangnya kesempatan pemerataan pendidikan
e. Redahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
f. Mahalnya biaya pendidikan
3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sendiri dapat dibenahi salah
satunya yaitu meningkatkan profesionalisme pendidik atau guru berdasarkan
kompetensi yang harus dimiliki.
3.2
Saran
1. Disarankan kepada pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat
mengubah pola fikir mereka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, khusunya
dalam hal komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
2. Disarankan juga dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, agar mutu
guru yang paling diutamakan. Sehubungan dengan hal ini maka disarankan kepada
pemerintah agar senantiasa memberikan fasilitas untuk peningkatan mutu guru yang
sudah ada dan melakukan seleksi ketat terhadap pengangkatan guru baru.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Upaya Guru Sebagai Peningkat Mutu
Pendidikan
20
Depdiknas. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1. Koonsep Dasar.
Jakarta: Depdiknas.
Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Publisher
H, Oemar. 2004. Pendidikan Guru. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 1997. Ilmu pendidikan teoritis dan praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Satori, Djaman. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
21