Anda di halaman 1dari 14

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH FORKOM 2022

EDUNA : EDUKASI INDONESIA SEBAGAI PENGEMBANGAN KURIKULUM


DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN INDONESIA

DISUSUN OLEH
PUTRI NUR FAUZIAH (E1B019166)
SITI SUBAEAH (E1B020147)

UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2022
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Mutu Pendidikan
2.2. Tinjauan Faktor – Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan Di Indonesia
2.3. Tinjauan Tantangan Peningkatan Mutu
2.4. Tinjuan upaya peningkatan Pendidikan Indoensia
BAB III METODE PENULISAN
3.1. Metode dan Jenis Data Penulisan
3.2. Teknis Analisis Data
3.3. Kerangka Berfikir
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pendidikan Dalam Desain Jalan Yang Komperhenshif Dan Panjang
4.2. Pendidikan Terbuka
4.3. Sumber Daya Pendidikan Exchange
4.4. Pendidikan Berbasis Inovasi Dan Kreatif
4.5. Pendidikan Berbudaya, Komunikatif, Dan Suportif
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN EKSEKUTIF

Eduna : Edukasi Indonesia Sebagai Pengembangan Kurikulum Dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan Indonesia
1
Putri Nur Fauziah, 2 Siti Subaeah
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Mataram

Pendidikan menjadi proses yang ideal untuk membentuk pengetahuan, attitude dan
kemampuan yang dapat menyiapkan setiap manusia dapat produktif, kreatif dan bisa mandiri di
masa depan. Berikut ini adalah artikel berupa usulan ide, kegiatan yang telah dilakukan dan lainnya
yang bersifat terbuka, yang diniatkan untuk di sumbangsih kan bagi negara Indonesia. Peningkatan
mutu pendidikan dalam sistem pendidikan menjadi relevan pendidikan karakter sebagai prioritas
dalam pengembangan sumber daya manusianya. Indonesia yang pernah menggunakan kurikulum
KTSP berubah sejak tahun 2013 dengan kurikulum 2013 yang fokus pada pengembangan karakter
siswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, guru dijadikan panutan bagi pesertanya mengajarinya.
Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data yang terkumpul
diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian. Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis
berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat
deskriptif argumentative. Penulisan dilakukan dengan melihat relevansi dan sinkronisasi antar satu
data/informasi satu dengan data/informasi lain sesuai dengan topik yang dikaji. Selanjutnya,
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan karya tulis. Simpulan didapatkan setelah merujuk
kembali pada rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan. Simpulan yang ditarik
mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran praktis sebagai
rekomendasi selanjutnya.

Kata Kunci: Mutu Pendidikan, Deskriptif argumentative, Kurikulum 2013, KTSP.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda sesuai dengan jenis siswa dari
masing-masing negara. Misalnya Jepang yang dikenal menerapkan sistem pendidikan berbasis
teknologi (Doyon, 2001), Sementara itu, Indonesia telah menggunakan sistem pendidikan
nasional sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, sebagai perwujudan
pembangunan masyarakat menuju manusia yang berkualitas sesuai dengan jawaban tantangan
zaman yang selalu berubah (Wahab, 2010). Sistem pendidikan nasional diselenggarakan secara
terpusat, dimana tujuan pendidikan, bahan dan metode pengajaran, tenaga pengajar. Persyaratan
promosi diatur oleh pemerintah pusat dan berlaku secara nasional (Munirah, 2015). Padahal
masyarakat dikatakan memiliki peran mitra bagi pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan, dalam pelaksanaannya masih ditentukan oleh pemerintah. Contoh Di perguruan
tinggi, mahasiswa Indonesia diberikan pedoman ketat setiap semester serta kursus. Ini tidak
seperti universitas Jerman yang siswa lebih sulit untuk menentukan segala sesuatunya sendiri,
dengan arti siswa dari Jerman diberi kebebasan besar untuk menentukan masa depannya
(Syaifullah, 2014).
Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam sistem pendidikan menjadi relevan pendidikan
karakter sebagai prioritas dalam pengembangan sumber daya manusianya. Indonesia yang
pernah menggunakan kurikulum KTSP berubah sejak tahun 2013 dengan kurikulum 2013 yang
fokus pada pengembangan karakter siswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, guru dijadikan
panutan bagi pesertanya mengajarinya. Karena banyak kekurangan dalam sistem pendidikan di
banyak negara mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pendidikan dengan
penerimaan atau peningkatan sistem pendidikan. Tapi karena Indonesia terlalu banyak
perubahan dalam sistem pendidikan mengakibatkan kebingungan siswa dan tenaga pendidik.
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan. Faktor
terpenting yang mempengaruhi adalah kualitas proses pembelajaran tanpa menciptakan proses
pembelajaran yang kualitatif. Hasil pendidikan juga tidak didukung oleh sistem pengujian dan
evaluasi yang kelembagaan dan mandiri, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dipantau secara
objektif dan teratur. Dari latar belakang diatas maka kami menulis dengan judul Eduna : Edukasi
Indonesia Sebagai Pengembangan Kurikulum Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari mutu pendidikan?


2. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana tantangan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia?

1.3 Manfaat
1. Mengetahui konsep dari mutu pendidikan.
2. Mengetahui penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
3. Mengetahui tantangan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Mutu Pendidikan


Mutu Pendidikan merupakan konsep yang mutlak dan relatif (Usman, 2006: 248). Mutu
Pendidikan yang mutlak adalah kualitas yang memiliki nilai tinggi dan harus dipenuhi, memiliki
standar tinggi dan harus dipenuhi, memiliki standar tinggi, memiliki keistimewaan produk yang
sangat bergengsi. Kualitas relatif bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai alat yang menentukan
atau mengevaluasi layanan, yaitu apakah memenuhi standar yang ditetapkan.
Konsep ini lebih menekankan pada pengejaran dan pencapaian tujuan kurikulum,
sehingga secara umum semakin banyak tujuan kurikulum yang dicapai maka semakin baik
kualitas pendidikan yang dapat diberikan. Sedangkan menurut (Sudrajat, 2005:17), mutu
pendidikan adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi
atau kompetensi akademik dan profesional berdasarkan kompetensi pribadi dan sosial serta
akhlak mulia, yang semuanya merupakan kecakapan hidup. Ditambahkannya, gagasan
pendidikan yang berkualitas mampu menciptakan pribadi yang utuh (Plenary) atau pribadi yang
berkepribadian utuh (Integrated Personality), yang mampu memadukan keimanan, ilmu dan
amal.
Sesuai dengan definisi mutu pendidikan di atas, cukup komplek masalah yang harus
dibenahi terutama sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan, karena melalui
kompetensi guru dan kepala sekolahlah pemerintah berharap dapat meningkatkan mutu
pendidikan walaupun tidak mengesampingkan faktor-faktor lain seperti kurikulum dan sarana
prasarana. Mutu dibidang pendidikan yang di maksud diatas, meliputi mutu input, proses, out
put, dan out come. Input pendidikan dikatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan
bermutu apabila mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Out put dinyatakan bermutu apabila menghasilkan lulusan mempunyai
kemampuan akademik dan non akademik yang tinggi. Out come dinyatakan bermutu apabila
lulusan mempunyai daya saing sehingga cepat terserap oleh dunia usaha dan dunia industri.

4.2 Tinjauan Faktor Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia


Mutu pendidikan disekolah merupakan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan
secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah,
sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar
yang berlaku. Mutu atau keberhasilan pendidikan dilihat dari tiga sisi, yaitu: prestasi, suasana,
dan ekonomi. Dalam hubungan dengan mutu sekolah, banyak masyarakat yang mengatakan
sekolah itu bermutu atau unggul dengan hanya melihat fisik sekolah, dan banyaknya
ekstrakulikuler yang ada di sekolah.
4.3 Tinjuan Tantangan Mutu Pendidikan

Ada tiga komponen penting dalam pendidikan anak yaitu pemerintah, sekolah, dan
masyarakat. Tripartini harusnya berjalan seiring sejalan untuk menciptakan sistem pendidikan
yang bagus. Pemerintah dengan regulasi peraturannya, sekolah sebagai operator di lapangan
dan masyarakat dengan dukungan ketika anak di masyarkat dan keluarga. Fakta dilapangan
memberi gambaran jelas bahwa ketiga komponen ini tidak berjalan beriringan bahkan saling
menyalahkan. Pemerintah dengan program sekolah gratis melalui BOS terlihat lebih besar
dengan program pencitraan di masyarakat bukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
masyarakat lebih mementingkan perencanaan keuangan untuk hal-hal konsumtif daripada dana
pendidikan.

4.4 Tinjauan Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan


Memperkuat Kurikulum, kurikulun adalah instrumen pendidikan yang sangat penting dan
strategis dalam menata pengalaman belajar siswa, dalam meletakkan landasan-landasan
pengetahuan, nilai, keterampilan, dan dalam membentuk atribut kapasitas yang diperlukan
untuk menghadapi perubahan-perubahan sosialyang terjadi. Saat ini, memang telah dilakukan
upaya-upaya untuk semakin meningkatkan relevansi kurikulum dengan melakukan revisi dan
uji coba kurikulum berbasisi kompetensi. Selama ini sekolah terutama guru masih sangat
terbatas dalam melakukan inovasi-inovasi pembelajaran. Disisi lain, upaya untuk memperkuat
kemampuan mengajar telah diupayakan melalui berbagai jenis penataran, pendidikan, ataupun
pelatihan-pelatihan, melalui berbagai kegiatan tersebut dikenalkan pada inovasi-inovasi
pembelajaran. Tetapi dari pengalaman empirik tampaknya upaya-upaya itu belum secara.
Mengoptimalkan fungsi-fungsi tenaga kependidikan serta model-model dan prinsip-prinsip
manajemen modern terutama dalam dunia bisnis untuk kemudian diadopsi dalam dunia
pendidikan. Salah satu model yang diadopsi dalam dunia pendidikan. Salah satu model yang
diadopsi adalah, School Based Management. Dalam rangka desentralisasi di bidang
pendidikan, model ini mulai dikembangkan untuk diterapkan.
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Metode dan Jenis Data Penulisan

Metode penulisan bersifat studi literatur (review). Data/informasi didapatkan dari berbagai
literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari data/informasi yang diperoleh. Literatur yang
digunakan mencakup buku, Peraturan Perundangan-Undangan, makalah seminar, prosiding, jurnal
imiah edisi cetak maupun edisi online, hasil penelitian dan artikel ilmiah yang bersumber dari
internet. Jenis data yang diperoleh variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data yang
terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian. Kemudian dilakukan penyusunan
karya tulis berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara logis dan sistematis.
3.2 Teknis Analisis Data
Teknik analisis data bersifat deskriptif argumentative. Penulisan dilakukan dengan melihat
relevansi dan sinkronisasi antar satu data/informasi satu dengan data/informasi lain sesuai dengan
topik yang dikaji. Selanjutnya, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan karya tulis. Simpulan
didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan.
Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran
praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.
3.3 Kerangka Berfikir

Peningkatan kurikulum
rendah

Mengakibatkan

Kurangnya mutu Sulitnya


Pendidikan mengembangkan
kurikulum yang ada
Memerlukan

Desain pendidikan Sumber Daya


yang Komperenshif Manusia yang inovatif,
dan exchange
kreatif.

Solusi

Edukasi Indonesia
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pendidikan Membutuhkan Desain Dan Peta Jalan yang Komprehensif dan Panjang.

Dibuat tidak sekedar pada periode jabatan presiden misalnya, tapi dibuat sesuai siklus
pendidikan itu sendiri. Jika asumsinya pendidikan formal dimulai dari SD sd perguruan tinggi,
maka minimal peta jalan pendidikan ini dibuat untuk 6+3+3+4=16 tahun. Durasi 16 tahun sebagai
siklus pendidikan harus dirancang dengan menentukan poin akhir yang dicapai. Banyak negara
punya 2 poin yaitu pendidikan keilmuan (science) dan terapan (Vokasi) yang memilik produk akhir
yaitu “ilmuwan” dan ahli terapan. Bagaimana di Indoneia? Menurut saya, 2 skema ini bisa menjadi
track yang baik untuk Indonesia, mengingat existing kita sudah punya jalur formal dan vokasional
yang lumayan kuat. Jika titik akhir sudah, maka diturunkan ke dalam milestone per waktu. Minimal
ada 3 milestone sebelum jadi produt akhir. Selepas pendidikan dasar, selepas pendidikan menengah
dan selepas pendidikan atas. Tiga milestone ini menjadi penting karena jadi potret proses
pendidikan. Kelemahan saat ini, 3 milestone ini dilihat hanya sebatas ujian/skor.

Pendidikan Menengah dibuat dengan desain menjadikan anak didik lebih mandiri, tahu dan
belajar mengambil keputusan dan diberi tanggungjawab. Kurikulum didesain dengan subject
based, dalam hal ini matapelajaran perlu dikenalkan, karena ada konten yang lebih dalam (scientific
based) yang harus disampaikan. Anak didik akan diajak untuk melakukan pendekatan scientific
dalam memformulasikan suatu masalah, membangun cara pemecahan sampai memilih metode
yang tepat. kemudian anak didik akan mencoba mengimplementasikannya dalam kelas praktikum
di lab atau masyarakat untuk melihat bagaimana hasil baik value dan risknya. Pada level ini
sebenarnya anak didik dibuat lebih tahu akan impact yang dihasilkan dari suatu solusi yang dipilih.
Pendidikan menengah mulai memberikan porsi pada vokasional tapi tidak dominan misalnya 20-
30% dari porsi akademik.

Pendidikan Atas dibuat dengan desain menjadikan anak didik sudah mengenal benar
karakteri, kebutuhan dan perkembangan di dunia luar. Kurikulum dibuat dengan 2 pendekatan, kuat
pada ranah scientific dan kuat pada ranah vokasional dengan 2 jalur pendidikan yang berbeda dalam
hal ini SMA dan SMK. dibutuhkan dikembangkan dalam kurikulum. Konten dibuat mendekati
industri dan porsi trial eror dibuat lebih besar. Hasil pendidikan atas ini adalah menghasikan talent
pra-kerja dala artian punya kemandirian untuk berusaha, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keahlian teknis maupun sosial.
Pendidikan Tinggi dibuat dengan desain mencetak dan mewwadahi ecosystem kreatifitas.
Kurikulum pendidikan tinggi seharusnya tidak sangat ketat seperti ini, kurikulum dibuat seperti
“supermarket” terdapat pengetahuan yang bisa dipilih mahasiswa sesuai kebutuhan “menu”
keahlian yang dipelajari, Universitas dibuat fakultas-less, dalm artian mahasiswa bisa ambil
pengetahuan dari fakultas mana saja. Kelulusan ditentukan dengan model capaian credit (mirip
capstone), tidak harus menunggu antrian panjang kelulusan dan sejenisnya. Tugas akhir dibuat
project based sesuai ide yang mereka ingin kembangkan, misalnya ide startup technologi, ide start
up sosial atau yang lainnya.

4.2 Sistem Pendidikan Terbuka

Setiap ujian masuk di setiap jenjang hanya bersifat registrasi bukan seleksi. Model registrasi
dibuat fleksibel, bukan zonasi atau bukan pula pemeringkatan. Model registrasi dibuat dengan
menggunakan parameter kesesuaian profil calon anak didik. Ada mekanisme untuk mendapatkan
profil peserta didik dengan baik dan detail, kemudian ada proses mematchkan antara profil
kepribadian, bakat, demografi yang dapat merekomendasikan seorang anak didik untuk masuk
kesekolah tertentu. Hal ini bisa dijadikan jadi basic untuk setiap jenjang. Sistem kelas pada jenjang
pendidikan dasar, menengah dan atas dibuat dengan model bukan “naik kelas” tapi “naik level”.
Bedanya adalah naik level ini berdasarkan kompetensi yang diperoleh anak didik pada setiap
parameter aktivitas yang dibuat untuk setiap jenjang pendidikan. Guru bersifat menjadi reviewer
dan bertanggungjawab mengarahkan pencapaiannya. sistem semester pada perguruan tinggi juga
diubah ke model credit accomplishement. mahasiswa tidak harus mengikuti semester per semester
tapi terselesaikanya credit matakuliah tertentu langsung bisa mengambil berikutnya. sistem
evaluasi mengakomodasi skor profil pendidikan selama masa mengikuti proses pendidikan. Ujian
bisa dilaksanakan sebagai salah satu komponen tapi tidak dominan bukan untuk kelulusan, tapi
rekomendasi jenjang atau jalur yang bisa diambil oleh anak didik untuk jenjang berikutnya.

4.3 Sumber Daya Pendidikan Exchange.

Manajemen sumber daya pendidikan dalam hal ini tenaga pendidik (guru, dosen) dan tenaga
kependidikan (staff) harus dikelola dengan cara yang berbeda. Baik pendidikan dasar, menengah
dan atas, serta perguruan tinggi memilikli hak sama misalnya diajar oleh seorang profesor, doktor,
master, sarjana dan praktisi. Idenya adalah ada model exchange, seorang profesor di perguruan
tinggi ada kewajiban utama mengajar di perguruan tinggi, tetapi juga ada credit mengajar di jenjang
bawahnya misalnya dalam 1 kota. Saya membayangkan di pendidikan dasar sudah disentuh tangan
dingin profesor akan bagus sekali. sebaliknya, pergurun tinggi juga membuka diri untuk masuknya
pengajar secara credit dr jenjang bawahnya, tentu dengan konteksnya masing-masing. Hal ini akan
menciptakan benang merah yang tebal secara personal dan integratif melihat anak didik sebagai
talent masa depan . Model Exchange ini bisa dilaksanakan juga antar lokasi untuk menciptakan
pemerataan pendidikan baik kualitas dan impactnya. tentu saja dukungan terhadap pengembangan
karir dan pengetahuan tenaga pengajar akan berkembang sejalannya program ini.

4.4 Pendidikan berbasis Inovasi dan Kreativitas

Sudah saatnya mengubah tampakmuka pendidikan dalam hal ini sekolah dan perguruan tinggi
bukan sebagai kumpulan gedung menakutkan dan penuh dengan beban. Diubah menjadi
playground untuk pendidikan dasar, menjadi interaction space bagi pendidikan menengah,
creativity space untuk pendidikan atas, dan working space untuk pendidikan tinggi. Semua kata
kuncinya tinggal dijabarkan dalam bentuk fasilitas, kegiatan dan penguatan komunitas/lingkungan
yang kondusif untuk anak didik.

4.5 Pendidikan yang Berbudaya, Komunikatif dan Supportive

Pendidikan harus menjadikan peserta didiknya merasa nyaman dan didukung lingkungannya.
Sudah saat nya antar jenjang pendidikan kemudian di “bentur”kan dalam bentuk bekerjasama anak
didik, staff pendidik antar jenjang untuk menghasilkan produk-produk pendidikan yang baik, bisa
buku ajar, media belajar dan lainnya. Sarana pendidikan yang baik dan cukup perlu dipikirkan.
Paradigma menyelenggarakan sarana pendidikan dalam artian fisikal harus mulai sedikit diubah,
sekolah bisa menyelenggarakan pendidikan “dimana saja” mau di kantor perusahaan tertentu,
working space, di taman atau tempat lain diperbolehkan untuk mengenalkan lingkungan riel ke
anak didik. Sistem absen diubah menjadi sistem partisipatif, dan mengungulkan pada aspek
kejujuran. pendidikan karakter dikembangkan dengan kebudayaan yang tinggi mengangkat local
wisdom daerahnya masing-masing, Tenaga pengajar harus kekinian, lebih banyak pengajar muda
dan kombinasi senior untuk dekat dengan anak didik. Dokumentasi, pemberian reward dan
punishment penting dilakukan untuk anak didik dan staff pengajar untuk memberikan suatu
stimulus dukungan yang supportive.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pendidikan menjadi proses yang ideal untuk membentuk pengetahuan, attitude dan
kemampuan yang dapat menyiapkan setiap manusia dapat produktif, kreatif dan bisa mandiri di
masa depan. Berikut ini adalah artikel berupa usulan ide, kegiatan yang telah dilakukan dan lainnya
yang bersifat terbuka, yang diniatkan untuk di sumbangsih kan bagi negara Indonesia.
Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin rumit. Salah satu
permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu penididikan
di Indonesia pada setiap jenjang pendidikan. Adapun rendahnya mutu pendidikan di sekolah
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya: Rendahnya saraana fisik sekolah, rendahnya kualitas
guru, rendahnya kesejahteraan guru.

5.2 Saran

Kami selaku penulis karya ilmiah ini mengakui masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, maka dari itu saran dan kritik dari para peneliti akan saya
harapkan guna perbaikan karya tulis berikutnya. Diharap juga kepada para peneliti agar mampu
meneruskan karya tulis ilmiah ini dan menjadikannya lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ace, Suryadi dan H.A.R Tilaar.1994. Analisis Kebijakan Pendidikan.Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Doyon, P. (2001). A review of higher education reform in modern Japan, (Higher Education
Reform in Modern Japan), 443–470

Munirah. (2015). SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita. Sistem
Pendidikan Di Indonesia, 02(36), 233–245.
Sudrajat, Hari.2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Syaifullah. (2014). KONSEP PENDIDIKAN JERMAN DAN AUSTRALIA (Kajian


Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan Indonesia). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2
(Pendidikan Indonesia)260–286.
Uran, L. L. (2018). Evaluasi Implementasi Ktsp Dan Kurikulum 2013 Pada Smk Sekabupaten
Belu, Nusa Tenggara Timur, 22(1), 1–11.
Usman, Husaini.2006. Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahab, R. (2010). Menegakkan Sistem Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila. Menegakkan
Sistem Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila, 1–9

Anda mungkin juga menyukai