Anda di halaman 1dari 13

KONSEP KURIKULUM MERDEKA

OLEH

KELOMPOK VII

1. Adelina Manes (2101050021)


2. Betrix M. C. J Lomi Rohi (2101050004)
3. Frenty Anthonya Oematan (2101050081)
4. Roberto Carlos Karu (2101050098)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVRSITAS NUSA CENDANA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu amanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) yaitu bahwa Pemerintah Negara Indonesia harus
dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah dengan cara meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataanya
pada setiap wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sejak tahun 2009 Pemerintah Republik Indonesia telah berkomitmen untuk
meningkatkan anggaran di bidang Pendidikan, peningkatan ini dilakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan di Indonesia.
Peningkatan anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD, diantaranya dalam
bentuk bantuan operasional sekolah (BOS), sertifikasi guru dan peningkatan
kesejahteraannya, standarisasi dan akreditasi sekolah serta berbagai kebijakan
lainnya. Pemerintah juga berkomitmen melakukan kegiatan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, mulai dari ketersediaan sarana dan
prasarana sampai pada guru-guru yang berkualitas. (Jurnal Studi Manajemen
Pendidikan, Vol. 1, No. 02, 2017). Pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki
perannya masingmasing. Sagala (2011:83) mengungkapkan adanya dukungan
pendidikan dari pemerintah pusat kaitannya dengan standarisasi, dukungan
pendidikan dari pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota kaitanya dengan
pelayanan anggaran dan fasilitas sekolah.
Hasil survei dan penelitian menunjukkan bahwa, berbagai indicator
keberhasilan pendidikan di Indonesia terutama kualitas hasil belajar siswa belum
menampakkan hasil yang menggembirakan. Berbagai pengukuran menunjukkan
tidak terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang signifikan. Dari hasil tes PISA
selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan
tahun 2018, peserta didik Indonesia menunjukkan adanya stagnan dan bahkan
penurunan prestasi. Untuk bidang matematika, misalnya, Indonesia berperingkat 72
dari 78 negara yang berpartisipasi dalam PISA. Hasil yang kurang lebih sama
ditunjukkan untuk tes sains dan membaca. Nilai tes PISA Indonesia juga
memperlihatkan tren stagnan. Contohnya, selisih nilai matematika peserta didik
Indonesia dengan negara-negara OECD sebesar 139 poin pada tahun 2000. Selisih
nilai itu berkurang menjadi 115 poin pada tahun 2018. Harus diakui masih banyak
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peringkat dan nilai Indonesia.
Berdasarkan hasil survei non akademik, seperti pendidikan sikap dan perilaku,
data yang dimiliki Kemendikbudristek juga menunjukkan perlunya perbaikan.
Dalam hal perundungan (bullying) dan kerangka pikir kemajuan (growth mindset),
peserta didik Indonesia memiliki kerangka piker kemajuan rendah, karena mereka
tidak melihat perlunya memajukan diri mereka dalam segi akademis. (sumber dari
OECD 2019).
Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) menggambarkan rendahnya kompetensi
dasar dan ketimpangan yang tinggi. Indonesia telah berhasil meningkatkan secara
signifikan akses (angka partisipasi), terutama pada jenjang pendidikan dasar.
Namun data berbagai survei nasional dan internasional, serta trend skor Ujian
Nasional (data dari Kemendikbudristek) mengindikasikan bahwa dalam 15-20
tahun terakhir, hasil belajar tidak mengalami peningkatan. Ketertinggalan
pembelajaran mempunyai indikasi di antaranya ketika peserta didik kesulitan untuk
memahami kompetensi yang dipelajari sebelumnya, juga ketika mereka tidak
mampu menuntaskan pembelajaran di jenjang kelas, atau ketika peserta didik
mempunyai kompleksitas permasalahan karena tidak mampu menguasai
pembelajaran di setiap jenjang. Adapun ketimpangan dikarenakan peserta didik
tidak mempunyai akses terhadap: (1) perangkat digital; (2) guru adaptif dan
berkemampuan IT yang mencukupi; (3) kondisi finansial; dan (3) orangtua yang
aktif memberikan dukungan (The SMERU Research Institute, 2020).
Kehadiran Pandemi COVID-19, semakin memperparah krisis pembelajaran yang
memang sebelumnya sudah terjadi di Indonesia. Selama 2 tahun Pandemi COVID-
19, telah terjadi peningkatan kehilangan pembelajaran (loss learning) yang
signifikan ditinjau dari pencapaian kompetensi literasi dan numerasi siswa.
Indonesia bukan hanya berjuang dalam menghadapi
learning loss dan learning gap akibat pandemi. Studi INOVASI dan Puslitjak (2020)
menunjukkan risiko yang lebih besar dari semakin melebarnya kesenjangan
pembelajaran ini. Menurut studi tersebut, “pembelajaran selama COVID-19
memiliki dampak yang lebih besar pada beberapa kelompok siswa, di mana siswa
yang berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi lebih rendah lebih
berisiko tidak terdaftar lagi atau tidak lagi berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbudristek melakukan penyederhanaan
kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat) untuk memitigasi
ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada masa pademi. Hasilnya, dari
31,5% sekolah yang menggunakan kurikulum darurat menunjukkan, penggunaan
kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan
86% (numerasi).

Untuk mendukung visi pendidikan Indonesia, dan sebagai bagian dari upaya
pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai
kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel,
sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi
peserta didik

Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan


pembelajaran adalah:

Fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam,


Waktu lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karakter
melalui belajar kelompok seputar konteks nyata (Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila)
Capaian pembelajaran per fase dan jam pelajaran yang fleksibel
mendorong pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan
kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan.
Memberikan fleksibilitas bagi pendidik dan dukungan perangkat ajar serta
materi pelatihan untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan
melaksanakan pembelajaran berkualitas.
Mengedepankan gotong royong dengan seluruh pihak untuk mendukung
implementasi Kurikulum Merdeka.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PILAR-PILAR KONSEP KURIKULUM MERDEKA


Kurikulum Merdeka adalah pendekatan kurikulum yang berfokus pada
pembelajaran berbasis kompetensi, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan peserta
didik serta perkembangan zaman. Pilar-pilar konsep Kurikulum Merdeka adalah:
1. Kompetensi Utama: Menekankan pengembangan kompetensi peserta didik secara
holistik, termasuk kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Pembelajaran Aktif: Mengedepankan pembelajaran yang melibatkan peserta didik
secara aktif, memungkinkan mereka untuk belajar dari pengalaman langsung dan
berinteraksi dengan konten pembelajaran.
3. Kontekstual dan Relevan: Menyesuaikan materi pembelajaran dengan konteks
lokal, kebutuhan peserta didik, serta tuntutan zaman untuk memastikan relevansi
pembelajaran dengan kehidupan nyata.
4. Inovatif dan Kreatif: Mendorong kreativitas dan inovasi peserta didik dalam
memecahkan masalah dan mengembangkan solusi baru.
5. Inklusif dan Berkeadilan: Memastikan akses yang adil dan kesempatan yang sama
bagi semua peserta didik, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau
kebutuhan khusus.
6. Berbasis Teknologi: Memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk memperluas
akses, meningkatkan efektivitas pembelajaran, dan mempersiapkan peserta didik
menghadapi tantangan masa depan.
7. Pengembangan Karakter: Membentuk karakter peserta didik yang berintegritas,
bertanggung jawab, dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat.
8. Pembelajaran Seumur Hidup: Menggalakkan sikap belajar sepanjang hayat dan
kesiapan peserta didik untuk terus belajar dan beradaptasi dalam berbagai situasi.

Dengan membangun pada pilar-pilar ini, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk


menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
berkembang secara optimal dan siap menghadapi tantangan masa depan.
B. FOKUS DAN PRIORITAS

Fokus dan prioritas konsep Kurikulum Merdeka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Mengembangkan kompetensi peserta didik


secara menyeluruh, termasuk kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga mereka
siap menghadapi tuntutan dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
2. Kreativitas dan Inovasi: Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
kreativitas dan kemampuan inovasi dalam memecahkan masalah, menghadapi
perubahan, dan menciptakan solusi baru.
3. Pembelajaran Aktif dan Kolaboratif: Mendorong pembelajaran yang melibatkan
peserta didik secara aktif, baik secara individu maupun dalam kerja kelompok, serta
mempromosikan kolaborasi antar siswa dan dengan guru.
4. Kontekstual dan Relevan: Menyesuaikan kurikulum dengan konteks lokal dan
kebutuhan peserta didik, sehingga materi pembelajaran memiliki relevansi
langsung dengan kehidupan mereka.
5. Pengembangan Karakter: Memperkuat pembentukan karakter peserta didik
dengan nilai-nilai moral yang kuat, seperti integritas, tanggung jawab, kejujuran,
dan rasa empati.
6. Inklusif dan Berkeadilan: Memastikan akses yang adil dan kesempatan yang
sama bagi semua peserta didik, serta memberdayakan mereka yang memiliki
kebutuhan khusus atau dari latar belakang yang kurang mendukung.
7. Pembelajaran Berkelanjutan: Mendorong sikap belajar sepanjang hayat dan
kesiapan untuk menghadapi perubahan, dengan memberikan keterampilan dan
pengetahuan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Dengan fokus pada konsep-konsep ini, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk


menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, relevan, dan memberdayakan,
sehingga setiap peserta didik dapat mencapai potensi maksimalnya.
C. STRUKTUR KURIKULUM
Struktur Kurikulum Merdeka didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1. Kerangka Kompetensi: Menetapkan kerangka kerja yang jelas untuk


mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dalam setiap tingkat
pendidikan.
2. Pembagian Mata Pelajaran: Mengorganisir mata pelajaran menjadi unit-unit
pembelajaran yang terintegrasi, dengan mempertimbangkan keterkaitan
antarbidang studi dan kebutuhan pengembangan kompetensi peserta didik.
3. Kurikulum Terbuka dan Fleksibel: Memberikan ruang bagi sekolah atau lembaga
pendidikan untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal, minat siswa,
dan perkembangan zaman.
4. Pendekatan Interdisipliner: Mendorong integrasi berbagai disiplin ilmu dalam
pembelajaran untuk menghasilkan pemahaman yang holistik dan kontekstual.
5. Pembelajaran Berbasis Proyek: Menyelenggarakan pembelajaran melalui
proyek-proyek yang menantang dan relevan dengan kehidupan nyata,
memungkinkan peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan dalam konteks praktis.
6. Evaluasi Berbasis Kompetensi: Mengukur pencapaian peserta didik berdasarkan
pada pengembangan kompetensi yang ditetapkan, dengan menggunakan beragam
metode evaluasi yang menggambarkan kemajuan mereka secara menyeluruh.
7. Pembelajaran Berbasis Teknologi: Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai sarana untuk mendukung proses pembelajaran, memperluas
akses terhadap sumber belajar, dan meningkatkan efektivitas pengajaran.
8. Pengembangan Profesional Guru: Memberikan dukungan dan pelatihan kepada
guru untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan efektif, termasuk
pemahaman tentang pendekatan pembelajaran yang relevan dan penggunaan
teknologi dalam pengajaran.

Melalui struktur ini, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menciptakan lingkungan


pembelajaran yang dinamis, inklusif, dan relevan, sehingga memungkinkan peserta
didik untuk berkembang secara optimal sesuai dengan potensi mereka.
D. IMPLEMENTASI DISEKOLAH
Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah memerlukan pendekatan yang
terencana dan terkoordinasi. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil
untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolah:

1. Pemahaman Konsep: Memastikan semua pihak terlibat memahami konsep dan


prinsip dasar Kurikulum Merdeka, termasuk kepala sekolah, guru, staf administrasi,
siswa, dan orang tua.
2. Penyusunan Rencana Implementasi: Mengembangkan rencana implementasi
yang mencakup tujuan, strategi, dan jadwal pelaksanaan Kurikulum Merdeka di
sekolah. Rencana ini harus memperhitungkan sumber daya yang tersedia dan
kebutuhan spesifik sekolah.
3. Pelatihan dan Pengembangan Profesional: Memberikan pelatihan dan pembinaan
kepada guru dan staf sekolah tentang pendekatan pembelajaran baru yang terkait
dengan Kurikulum Merdeka, serta kemampuan teknologi yang diperlukan.
4. Pengembangan Kurikulum Lokal: Mengadaptasi Kurikulum Merdeka ke dalam
konteks lokal sekolah, termasuk memilih dan menyesuaikan materi pembelajaran,
memilih metode pengajaran yang sesuai, dan menentukan penilaian yang relevan.
5. Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk mendukung
pembelajaran, baik dalam menyediakan akses terhadap sumber belajar maupun
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang interaktif dan berbasis proyek.
6. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan pemantauan terus-menerus terhadap
pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sekolah, termasuk evaluasi terhadap kemajuan
peserta didik, efektivitas pengajaran, dan perubahan yang perlu dilakukan.
7. Kolaborasi dengan Stakeholder: Melibatkan orang tua, siswa, komunitas lokal,
dan pihak terkait lainnya dalam proses implementasi Kurikulum Merdeka, serta
membangun kemitraan yang kuat untuk mendukung kesuksesannya.
8. Komitmen Kepemimpinan: Memastikan dukungan yang kuat dari kepala sekolah
dan pengelola sekolah dalam mendorong dan memfasilitasi implementasi
Kurikulum Merdeka, serta memberikan arahan dan dukungan yang diperlukan
kepada staf sekolah.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan dengan dukungan yang tepat dari semua
pihak terkait, implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dapat menjadi sukses
dan memberikan manfaat yang besar bagi pembelajaran peserta didik.
E. TANTANGAN DAN PELUANG
Tantangan dan peluang Kurikulum Merdeka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

 Tantangan:
1. Implementasi yang Konsisten: Memastikan konsistensi implementasi Kurikulum
Merdeka di seluruh tingkat pendidikan dan di berbagai lembaga pendidikan,
mengingat perbedaan konteks dan sumber daya yang tersedia.
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Membutuhkan investasi yang signifikan
dalam pengembangan profesional guru dan tenaga pendidik lainnya agar mereka
mampu mengimplementasikan pendekatan pembelajaran baru yang sesuai dengan
Kurikulum Merdeka.
3. Kesiapan Infrastruktur: Memastikan tersedianya infrastruktur pendukung,
termasuk akses internet yang luas dan perangkat teknologi, untuk mendukung
pembelajaran berbasis teknologi dan akses terhadap sumber belajar yang relevan.
4. Evaluasi dan Pemantauan: Menyusun sistem evaluasi yang efektif untuk
mengukur pencapaian peserta didik berdasarkan pada kompetensi yang diharapkan,
serta memantau implementasi Kurikulum Merdeka secara keseluruhan.
5. Keterlibatan Stakeholder: Melibatkan berbagai pihak, termasuk guru, orang tua,
siswa, dan komunitas lokal, dalam proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi
Kurikulum Merdeka untuk memastikan keberhasilannya.

 Peluang:

1. Pengembangan Kreativitas dan Inovasi: Memberikan kesempatan bagi peserta


didik untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi mereka melalui pendekatan
pembelajaran yang lebih terbuka dan berbasis proyek.
2. Peningkatan Relevansi Pembelajaran: Meningkatkan relevansi materi
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan kebutuhan pasar kerja, sehingga
mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif
dan berdaya saing.
3. Peningkatan Akses dan Inklusivitas: Memungkinkan akses yang lebih luas
terhadap pendidikan yang berkualitas bagi semua lapisan masyarakat, termasuk
mereka yang sebelumnya terpinggirkan atau kurang mendapat kesempatan.
4. Pemberdayaan Komunitas Lokal: Mendorong partisipasi aktif komunitas lokal
dalam pengembangan dan implementasi Kurikulum Merdeka, sehingga
pembelajaran lebih terkait dengan konteks sosial, budaya, dan ekonomi mereka.
5. Peningkatan Kualitas Pembelajaran: Memberikan kesempatan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan teknologi, pembelajaran
berbasis bukti, dan pengembangan sumber daya manusia yang terampil dan
terdidik.

Dengan memperhatikan tantangan ini sebagai peluang untuk perbaikan, Kurikulum


Merdeka dapat menjadi landasan untuk transformasi pendidikan yang lebih inklusif,
relevan, dan berdaya saing.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kurikulum Merdeka adalah pendekatan kurikulum yang berfokus pada
pembelajaran berbasis kompetensi, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan peserta
didik dan perkembangan zaman. Pilar-pilar konsep Kurikulum Merdeka adalah:
Kompetensi Utama: Menekan pengembangan kompetensi peserta didik secara
holistik, aktif, kontekstual, relevant, inovasi, inklusif, teknologi, karakter, seumur
hidup, dan pembelajaran seumur hidup.

Fokus dan prioritas konsep Kurikulum Merdeka dapat diuraikan sebagai berikut:
Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Mengembangkan kompetensi peserta didik
secara menyeluruh, kreativitas dan inovasi, pembelajaran Aktif dan Kolaboratif,
kontekstual dan relevan, karakter, inklusif dan berkeadilan, berkelanjutan, dan
pembelajaran Berkelanjutan.

Struktur Kurikulum Merdeka didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: Kerangka


Kompetensi: Menetapkan kerangka kerja untuk mengidentifikasi kompetensi yang
harus dimiliki peserta didik dalam setiap tingkat pendidikan; Pembagian Mata
Pelajaran: Mengorganisir mata pelajaran untuk mempertimbangkan keterkaitan
antarbidang studi dan kebutuhan pengembangan kompetensi peserta didik;
Kurikulum Terbuka dan Fleksibel: Memberikan ruang bagi sekolah atau lembaga
pendidikan untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal, minat siswa,
dan perkembangan zaman; Pendekatan Interdisipliner: Mendorong integrasi
berbagi disiplin ilmu dalam pembelajaran untuk menghasilkan pemahaman yang
holistik dan kontekstual; Pembelajaran Berbasis Proyek: Menyelenggarakan
pembelajaran melalui proyek yang menantang dan relevan dengan kehidupan
nyata, memungkinkan peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan dalam konteks praktis.

Anda mungkin juga menyukai