Anda di halaman 1dari 5

RISET INDEPENDEN MATA KULIAH

TELAAH DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


TENTANG ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
SEKOLAH PENGGERAK
DI SDI RUTOSORO

Lentania Tandy Reo1), Sofia Ari2), Kristina Vesviranda Uta3),


Maria Jama Nuna4), Bonevantura Goan5)
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Citra Bakti Ngada
lentaniatandy@gmail.com1), sofiaari486@gmail.com2),
kristinavesvirandauta@gmail.com3), mariajama@gmail.com4),
bonevanturagoan@gmail.com5)
Abstrak

Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu


hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu mengembangkan dan meningkatkan
kualitas hidupnya sendiri, serta berkontribusi secara bermakna dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas masyarakat dan bangsanya. Pengembangan kurikulum  tidak
dapat  lepas  dari  berbagai  aspek  yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem
nilai yaitu moral, keagamaan, politik, budaya,  dan  sosial,  proses  pengembangan, 
kebutuhan  peserta  didik,  kebutuhan masyarakat  maupun  arah  program  pendidikan.
Merdeka belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan,
dan merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta
mahasiswa diberikan  kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai. Prinsip
merdeka belajar diharapkan dapat mempercepat proses reformasi pendidikan di
Indonesia yang selama ini dianggap perlahan layu.

Kata Kunci: Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Merdeka Beajar

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup
dengan baik dalam masyarakatnya, mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitas
hidupnya sendiri, serta berkontribusi secara bermakna dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas masyarakat dan bangsanya (Nanang, 2000: 1). Pengembangan
kurikulum  tidak dapat  lepas  dari  berbagai  aspek  yang mempengaruhinya, seperti cara
berpikir, sistem nilai yaitu moral, keagamaan, politik, budaya,  dan  sosial,  proses 
pengembangan,  kebutuhan  peserta  didik,  kebutuhan masyarakat  maupun  arah 
program  pendidikan. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara nasional. Model-model pengembangan kurikulum
adalah sebagai berikut: Model Administratif, Model Pendekatan Grass Roots, Model
Demonstrasi, Model Beauchamp, Model Roger’s, Model Pemecahan Masalah dan Taba’s
Inverted Model. Adapun prosedur dalam pengembangan kurikulum meliputi perencanaan
kurikulum, pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan kontrol kurikulum.
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam menciptakan berbagai
desain pembelajaran, baik berupa strategi, metode dan berkaitan dengan administratif atau
desain implementasi pembelajarannya. Seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin canggih, menjadi tugas yang sangat berat bagi pendidik untuk mensukseskan dari
tujuan suatu pembelajaran. Begitupun dengan peserta didik menjadi tugas yang pokok
dalam memahami dan mempelajari materi yang diajarkan, untuk dapat menjadi generasi
muda yang cerdas. Sebagai negara yang terus berinovasi dalam pengembangan dalam
mendesain suatupembelajaran, Indonesia setidaknya telah mengalami lebih dari sepuluh
kali perubahan kurikulum yang memengaruhi gaya suatu pembelajaran tersebut sejak awal
kemerdekaan. Mulai dari Rentjana Pembelajaran 1947 hingga yang baru saja hangat
diperbincangkan, yakni “Merdeka Belajar.” Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah komando Nadiem Makarim
menambahkan fakta bahwa dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun saja Indonesia telah
melakukan pembaharuan kurikulum sebanyak 3 kali. Hal tersebut tak lain yaitu untuk
menjawab kebutuhan Indonesia yang berubah sesuai kemajuan zaman dalam
mensukseskan dari suatu tujuan pembelajaran, baik strategi, metode atau yang sifatnya
administratif atau desain implementasi pembelajarannya. Merdeka Belajar adalah program
kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadiem
membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya, penelitian Programme
for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada
peserta didik Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang
matematika dan literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara. Menyikapi hal
itu, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum, meliputi
literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi bukan hanya mengukur kemampuan
membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep
dibaliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi
penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep numerik dalam
kehidupan nyata. Satu aspek sisanya, yakni Survei Karakter, bukanlah sebuah tes,
melainkan pencarian sejauh mana penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama, dan Pancasila
yang telah dipraktekkan oleh peserta didik. Selain dari pada program kebijakan yaitu
merdeka belajar, guru pun harus menghadapi tantangan pada abad-21 yang sangat
kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang kompeten serta mampu
menghadapi tantangan pendidikan secara global.
Implementasi kurikulum yang sukses, dihasilkan dari perencanaan hati-hati dan
memperharikan dua hal penting yaitu  mengkomunikasikan rencana implementasi dan
adanya dukungan semua sumber daya dalam implementasi tersebut. Kurikulum Merdeka
adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan
lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat
ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta
didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan
berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak
diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat
pada konten mata pelajaran.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum Merdeka
Merdeka belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga
pendidikan, dan merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang
berbelit serta mahasiswa diberikan  kebebasan untuk memilih bidang yang mereka
sukai. Menurut Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Program
Kampus Merdeka Merdeka Belajar (MBKM) merupakan bagian dari kebijakan
Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia yang memberikan kesempaatan bagi mahasiswa/i untuk
mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja
sebagai persiapan karier masa depan. Adanya konsep belajar merdeka tentunya
bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk belajar diluar
kampus. Konsep tersebut terus dikembangkangkan oleh Kemendikbud sebagai upaya
untuk mendapatkan calon pemimpin masa depan yang berkualitas. Merdeka Belajar
merupakan slogan pendidikan yang saat ini sedang digegerkan oleh Mendikbud.
Prinsip merdeka belajar diharapkan dapat mempercepat proses reformasi
pendidikan di Indonesia yang selama ini dianggap perlahan layu. Medikbud bahkan
menggagas istilah deregulasi pendidikan karena regulasi pendidikan selama ini
dinilai menghambat proses pencapaian reformasi pendidikan bermuara pada kualitas
dan mutu pendidikan di Indonesia. Digitalisasi pendidikan merupakan potensi
pembelajaran secara optimal dapat dilakukan melalui kurikulum. Seiring berjalannya
waktu pendidikan pun semakin berkembang dan beberapa kali telah mengalami
perubahan kurikulum.
2. Hal Esensial Kurikulum Merdeka Di Jenjang Sekolah Dasar
Hal-hal esensial kurikulum merdeka di jenjang Sekolah Dasar sebagai berikut:
1. Penguatan kompetensi yang mendasar dan pemahaman logistik.
 Untuk memahami lingkungan sekitar, mata pelajaran IPA dan IPS
digabungkan sebagai mata pelajaran Imlu Pengetahuan Alam dan Sosial
(IPAS).
 Integrasi computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika dan IPAS.
 Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan.
2. Pembelajaran berbasis projek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila
dilakukan minimal 2 kali dalam satu tahun ajaran.
Fase kurikulum merdeka SD/sederajat terdiri dari:
 Fase A (umumnya setara dengan kelas I dan II SD)
 Fase B (umumnya setara dengan kelas III dan IV SD)
 Fase C (umumnya setara dengan kelas V dan VI SD)
Fase A merupakan periode pengembangan dan penguatan kemampuan literasi
dan numerasi dasar. Oleh karena itu, jumlah mata pelajaran dasar yang perlu
diajarkan di Fase A tidak sebanyak di Fase B dan Fase Ilmu Pengetahuan Alam
dan Sosial (IPAS) belum menjadi mata pelajaran wajib di Fase A. Muatan mata
pelajaran tersebut mulai menjadi wajib untuk diajarkan sejak masuk di awal Fase
B (Kelas III). Mata Pelajaran IPAS merupakan mata pelajaran yang ditujukan
untuk membangun kemampuan dasar untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan
(Sains), baik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) maupun Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).
Struktur kurikulum merdeka SD dibagi menjadi dua kegiatan pembelajaran
utama, yaitu pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Pembelajaran
kurikulum merdeka SD akan menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai
tahap capaian peserta didik. Pembelajaran intrakurikuler akan dilakukan sekitar
70-80 persen dari jam pelajaran dan kokurikuler melalui projek penguatan profil
pelajar Pancasila sekitar 20-30 persen jam pelajaran. Untuk penilain setiap siswa,
tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembejalaran kurikulum merdeka SD akan menggunakan ontoh-contoh
modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek penguatan profil pelajar
Pancasila, contoh kurikulum operasional satuan pendidikan.
3. Dasar Hukum Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
1. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022:
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan
merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil pembelajarannya
pada akhir jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk Kurikulum 2013,
Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.
2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022:
Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah. Standar isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup
materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup materi merupakan
bahan kajian dalam muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan: 1) muatan
wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) konsep keilmuan;
dan 3) jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Standar isi menjadi acuan untuk
Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.
3. Permendikbudristek No. 56 Tahun 2022: 
Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.
Memuat tiga opsi kurikulum yang dapat digunakan di satuan pendidikan dalam
rangka pemulihan pembelajaran beserta struktur Kurikulum Merdeka, aturan terkait
pembelajaran dan asesmen, serta beban kerja guru. 
4. Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022: 
Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian
Pembelajaran untuk semua jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum
Merdeka. 
5. Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022: 
Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum
Merdeka. Memuat penjelasan dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar Pancasila
yang dapat digunakan terutama untuk projek penguatan pelajar Pancasila.

PENUTUP

Merdeka belajar adalah memeberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga


pendidikan, dan merdeka dari birokratisasi , dosen dibebaskan dari birokrasi yang
berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka
sukai. Sesuai hasil observasi yang dilakukan di SD Rutosoro, banyak keluhan guru
tentang kurikulum merdeka belajar, dalam hal belajar, alasannya karena di jenjang
SD belum bisa untuk melakukan kurikulum saat ini dengan baik, karena di tingkat
SD tidak terlepas oleh bimbingan guru setiap jam mata pelajaran. Oleh karena itu
kurikulum merdeka belajar seharusnya dijalankan selain dari tingkat SD.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai