Anda di halaman 1dari 6

Laporan Tugas

Pemahaman Dasar Konsep Kurikulum Merdeka

A. A. Identitas

1. Nama Mahasiswa : Christian Turnip


2. NIM : 856092326
3. Nama Sekolah Anda : SD Negeri 165734 ( B )
4. Alamat Sekolah Anda : Jl. Swadaya, Berohol, Kec. Bajenis, Tebing Tinggi
4. Status Anda (Centang) : [ ✔ ] Guru Kelas 2

B. Pendahuluan

1. Latar belakang kurikulum Merdeka

Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15
tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan
konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh
hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah
dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi
COVID-19.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbudristek melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi
khusus (kurikulum darurat) untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada masa
pademi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang menggunakan kurikulum darurat menunjukkan, penggunaan
kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi).
Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan
strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.

Dalam pemulihan pembelajaran, sekarang sekolah diberikan kebebasan menentukan kurikulum yang akan
dipilih:
Tujuan pembuatan makalah :

Makalah ini dibuat untuk meningkatkan para pembaca dalam meningkatkan kualitas
Pembelajaran serta membentuk karakter siswa yang mandiri .

2. Prinsip-Prinsip Kurikulum Merdeka

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara murid, guru, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Prinsip pembelajaran pada Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian


murid, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan murid
yang beragam. Dengan demikian, pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

Contoh:

o Pada awal tahun ajaran, guru berusaha mencari tahu kesiapan belajar murid dan pencapaian
sebelumnya. Misal: melalui dialog dengan murid, sesi diskusi kelompok kecil, tanya jawab,
pengisian survei/angket, dan/atau metode lainnya yang sesuai.
o Guru merancang atau memilih ATP sesuai dengan tahap perkembangan murid, atau mengacu
ke tahap awal. Guru bisa menggunakan atau mengadaptasi contoh tujuan pembelajaran, ATP,
dan modul ajar yang disediakan oleh Kemendikbudristek.

2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas murid menjadi pembelajar
sepanjang hayat.

Contoh:

o Guru mendorong murid untuk melakukan refleksi untuk memahami kekuatan diri dan area
yang perlu dikembangkan.
o Guru senantiasa memberikan umpan balik langsung yang mendorong kemampuan murid
untuk terus belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan.

3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter murid secara holistik.

Contoh:

o Guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi dan untuk membantu
murid mengembangkan kompetensi. Misal: belajar berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis
masalah, dan pembelajaran terdiferensiasi.
o Guru merefleksikan proses dan sikapnya untuk memberi keteladanan dan sumber inspirasi
positif bagi murid.

4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya
murid, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra.

Contoh:

o Guru menyelenggarakan pembelajaran sesuai kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata,
lingkungan, dan budaya yang menarik minat murid.
o Guru merancang pembelajaran interaktif untuk memfasilitasi interaksi yang terencana,
terstruktur, terpadu, dan produktif antara guru dan murid, sesama murid, serta antara murid
dan materi belajar.
5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.

Contoh:

o Guru berupaya untuk mengintegrasikan prinsip kehidupan keberlanjutan (sustainable living)


pada berbagai kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan perilaku yang
menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi. Misal: menggunakan
sumber daya secara bijak (hemat air, listrik, dll.), mengurangi sampah.
o Guru memotivasi murid untuk menyadari bahwa masa depan adalah milik mereka, sehingga
mereka perlu mengambil peran dan tanggung jawab untuk masa depan mereka.

3. K13 (Kurikulum 2013)

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini
merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 (yang
sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) yang telah berlaku selama kurang lebih 6
tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaannya pada tahun 2013 dengan menjadikan
beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diimplementasikan
secara terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas VII
untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah
diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah
sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap,
dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang
dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa
Indonesia, IPS, PPKn, dan sebagainya sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan dengan materi
pembelajaran standar Internasional (seperti PISA dan TIMSS) sehingga pemerintah berharap dapat
menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, nomor 60 tahun 2014 tanggal 11
Desember 2014, pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan dan sekolah-sekolah untuk sementara kembali
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang
sudah melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan pendidikan usia dini, dan satuan pendidikan khusus.
Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama sampai tahun pelajaran 2019/2020.

4. Perbedaan dengan Kurikulum Sebelumnya

Perbedaan antara Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya di Indonesia (K13) Merujuk pada laman
Sistem Informasi Kurikulum Nasional, berikut perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013 di jenjang SD.

1. Kerangka Dasar
a. Kurikulum Merdeka:
 Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar
Nasional Pendidikan.
 Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik.

b. Kurikulum 2013:
 Rancangan landasan utama Kurikulum 2013 adalah tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar
Nasional Pendidikan.

2. Kompetensi yang Dituju

a. Kurikulum Merdeka:
 Capaian pembelajaran yang disusun per fase.
 Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan untuk mencapai, menguatkan, dan meningkatkan kompetensi.
 Fase SD/sederajat terdiri dari: Fase A (setara kelas I dan II SD); Fase B (setara kelas III dan IV SD); Fase C
(Setara kelas V dan VI SD).

b. Kurikulum 2013:
 Kompetensi Dasar (KD) yang berupa lingkup dan urutan (scope & sequence) dikelompokkan pada 4
Kompetensi Inti (KI), yaitu Sikap Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan, Keterampilan.
 KD dinyatakan dalam poin-poin dan diurutkan untuk mencapai KI yang diorganisasikan per-tahun.
 KD pada KI 1 (Sikap Spiritual) dan KI 2 (Sikap Sosial) hanya ada di pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

A. Kesimpulan

Kurikulum Merdeka adalah upaya positif untuk memperbarui sistem pendidikandi Indonesia dengan fokus pada
relevansi, fleksibilitas, dan pengembangan karakter siswa. Ini mencerminkan komitmen untuk mempersiapkan
generasi muda Indonesia untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks. Upaya untuk terus
meningkatkan pelatihan guru dan evaluasi kurikulum adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk menjadikan
Kurikulum Merdeka sukses dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Prof. Dr. Arief Rachman: Seorang
pakar pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Arief Rachman, menyatakan bahwa Kurikulum 2013 adalah langkah yang
penting dalam upaya meningkatkan pendidikan di Indonesia. Ia mendukung pendekatan ini karena memberikan
lebih banyak kebebasan kepada sekolah, guru, dan siswa dalam merancang pembelajaran yang relevan dan
kontekstual. Menurut Djokopranoto: Seorang pendidik dan peneliti pendidikan, Djokopranoto, menyatakan
bahwa
Kurikulum 2013 memberikan peluang yang lebih baik untuk mengembangkan potensi siswa, mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata, dan memperkuat pengembangan karakter.Namun, penting untuk diingat
bahwa pandangan para ahli bisa bervariasi, dan ada juga kritik terhadap Kurikulum Merdeka. Beberapa kritikus
berpendapat bahwa implementasinya belum sempurna, ada tantangan dalam pelatihan guru, dan masih ada
ruang untuk perbaikan. Selain itu, perubahan kurikulum sering kali memerlukan waktu untuk beradaptasi dan
menghasilkan hasil yang nyata. Pemahaman tentang Kurikulum Merdeka juga dapat berubah seiring waktu
dengan perkembangan dalam sistem pendidikan dan penelitian pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk
mengikuti pembaruan dan penelitian terbaru untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
dampak dan efektivitas Kurikulum Merdeka dalam pendidikan Indonesia.
D. Ringkasan temuan utama.

Salah satu implikasi dari pemahaman Kurikulum Merdeka adalah peningkatan fleksibilitas dan adaptabilitas
dalam proses pembelajaran. Dengan pendekatan ini, guru dan siswa memiliki lebih banyak kebebasan dalam
merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan minat siswa. Contoh implikasi dari Kurikulum
Merdeka ialah Pengembangan Pembelajaran yang Kontekstual: Dalam Kurikulum Merdeka, guru memiliki
kebebasan untuk mengaitkan pembelajaran dengan konteks lokal dan kepentingan siswa. Sebagai contoh, di
sebuah sekolah di daerah pedesaan, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih relevan dengan kehidupan
sehari-hari siswa, seperti pertanian atau kerajinan lokal. Ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik,
tetapi juga membantu siswa melihat hubungan antara pelajaran dan dunia nyata. Pengembangan Minat dan
Bakat Siswa: Dengan pendekatan Kurikulum Merdeka, siswa dapat diberikan lebih banyak ruang untuk
mengejar minat dan bakat pribadi mereka. Misalnya, seorang siswa yang berbakat dalam seni dapat lebih fokus
pada pengembangan keterampilan seni mereka, sambil tetap memenuhi persyaratan akademik. Ini membantu
siswa merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan potensi mereka dalam
bidang yang mereka minati. Pemahaman Kurikulum Merdeka berdampak positif dengan memberikan
pendekatan yang lebih relevan dan kontekstual dalam pendidikan. Hal ini membantu siswa merasa lebih terlibat
dalam pembelajaran, meningkatkan minat mereka, dan mempersiapkan mereka dengan lebih baik untuk
menghadapi tuntutan dunia nyata

E. Daftar Pustaka

Kemendikbudristek. 2021. Presentasi Sosialisasi Kurikulum Merdeka. Jakarta:


Kemendikbudristek
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia nomor 22 Tahun 2020 tentang rencana strategis kementerian pendidikan dan kebudayaan Tahun
2020-2024.
Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya:
Kata Pena.
Ningrum, A. S. (2022). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar (Metode
Belajar). Prosiding Pendidikan Dasar, 1, 166–177.

Anda mungkin juga menyukai