Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Kurikulum Merdeka Sebagai Upaya Pemerintah Demi

Menyongsong Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0

BOOK CHAPTER 

Disusun Oleh :
Wahyuni Dwi Andriani (220712814021)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PASCASARJANA PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
2023
Penerapan Kurikulum Merdeka Sebagai Upaya Pemerintah Demi
Menyongsong Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0

Program Studi Magister Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang Nomor 5 Malang 65145, Indonesia
E-mail: yunidwiaa@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan kurikulum merdeka demi
menyongsong pengembangan potensi pada siswa di era 5.0. Adapun jenis penelitian yang
digunakan yaitu kualitatif berupa studi literatur. Alat bantu pencarian yang digunakan adalah
harzing’s publish or perish. Selanjutnya,data dianalisis dengan metode tinjauan pustaka
dengan teknik traditional review. Kurikulum merdeka adalah seperangkat program pendidikan
yang telah disusun dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di dalamnya terdapat
komponen yang saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. memberikan kebebasan ke
sekolah, guru dan siswa untuk bebas berinovasi, belajar mandiri dan kreatif, dimana kebebasan ini
dimulai dari guru sebagai penggerak. Suasana belajar yang menyenangkan, mengingat banyak
keluhan orang tua dan siswa terkait pembelajaran yang mengharuskan mencapai nilai ketuntasan
minimum, apalagi selama masa pandemi. Dalam Kurikulum Merdeka tidak ada lagi tuntutan
tercapainya nilai ketuntasan minimal, tetapi menekankan belajar yang berkualitas demi
terwujudnya siswa berkualitas, berkarakter profil pelajar Pancasila, memiliki kompetensi sebagai
sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi tantangan global.
Kata Kunci: Kurikulum Merdeka, Era 5.0, Pengembangan Potensi Siswa

Abstract
This study aims to analyze the implementation of the independent curriculum in order to
meet the potential development of students in the 5.0 era. The type of research used is qualitative
in the form of literature studies. The search tool used is harzing's publish or perish. Furthermore,
the data were analyzed using the literature review method using traditional review techniques. An
independent curriculum is a set of educational programs that have been prepared and
implemented to achieve educational goals in which there are components that are interrelated and
support one another. giving freedom to schools, teachers and students to be free to innovate, learn
independently and creatively, where this freedom starts with the teacher as the driving force. A fun
learning atmosphere, considering the many complaints from parents and students regarding
learning that requires achieving a minimum completeness score, especially during a pandemic. In
the Merdeka Curriculum there is no longer any demand for achieving a minimum completeness
score, but emphasizes quality learning for the realization of quality students, characterized by the
profile of Pancasila students, who have competence as Indonesian human resources ready to face
global challenges.
Keywords: Independent Curriculum, Era 5.0, Development of Student Potential
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan sebuah ruh dalam pendidikan yang harus
dievaluasi secara dinamis, inovatif dan berkala sesuai dengan perkembangan
zaman dan IPTEKS, hal ini merupakan kompetensi yang diperlukan oleh
masyarakat dan pengguna lulusan. Perubahan kurikulum dengan demikian
menjadi keniscayaan. Bahkan perkembangan IPTEKS yang sangat cepat
memungkinkan untuk dunia pendidikan berlama-lama menempati “zona nyaman”
kurikulum yang berlaku. Kebijakan Kurikulum Merdeka yang diluncurkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
diambil sebagai rangka pemulihan pembelajaran. Kurikulum Merdeka ini cukup
berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya karena lebih sederhana dan
mendalam, memberikan “kemerdekaan” bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkannya, serta menghadirkan sistem pembelajaran yang lebih relevan
dan interaktif (Kemendikbud.go.id, 2022)
Hal yang melatarbelakangi diterapkannya Kurikulum Merdeka yakni
kebutuhan peserta didik untuk lebih sering melakukan pengkajian dalam bacaan
sederhana. Secara tidak langsung kurikulum merdeka lebih banyak memberikan
peluang peserta didik untuk melakukan keterampilan dan melakukan analisis
terhadap projek yang harus diselesaikan. Analisis tersebut tak dapat dilakukan
oleh para peserta didik jika tidak ada informasi yang masuk. Informasi sendiri
tentu bisa didapatkan bila para peserta didik gemar membaca. Maka dari itu,
kurikulum merdeka juga merupakan salah satu gerbang bagi peserta didik untuk
lebih banyak membaca dengan tujuan menggali informasi dan memecahkan
solusi. Hal ini juga selaras dengan adanya program AKM yang lebih
menitikberatkan pada kompetensi di sektor literasi dan numerasi.
berdasarkan hasil Programme for International Student Assessment
(PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun memiliki kompetensi
berada di bawa minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan
konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang
signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut
memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok
sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan adanya
pandemi COVID-19. Dalam mengatasi hal tersebut, Kemendikbudristek
melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum
darurat) untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada
masa pademi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang menggunakan kurikulum
darurat menunjukkan, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi
dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi) dikutip dalam
(kemendikbud.go.id).
Pemerintah menrapkan kurikulum merdeka dengan tujuan dapat
mengentaskan peserta didik dari adanya krisis pembelajaran. Krisis pembelajaran
yang dimaksud berkaitan dengan rendahnya minat belajar, faktor ketertinggalan
terhadap materi dan beberapa faktor lain (gurubelajar.id). Sebelum kurikulum
merdeka diterapkan, sekolah tentu mengikuti aturan kedinasan baik dari segi
konten materi yang diajarkan dan target yang harus dicapai selama 2 semester
pembelajaran. Hanya saja, tidak semua peserta didik dapat mencapai target sebab
daya serap belajar berbeda dengan yang lainnya. Maka dari itu, kurikulum
merdeka berusaha memberikan konsep belajar terbaik dimana peserta didik
bahkan dapat menyesuaikan pembelajaran berdasar passion yang mereka miliki.
Kurikulum Merdeka merupakan sebuah gebrakan yang dilakukan
pemerintah untuk membentuk generasi emas yang berpotensi. Salah satu
perangkat pembelajaran yang harus dilengkapi oleh instansi pendidikan adalah
kurikulum (Fatmawati & Yusrizal, 2020). Kurikulum merupakan rancangan
pelajaran, bahan ajar, pengalaman belajar yang sudah diprogramkan terlebih
dahulu. Kurikulum menjadi acuan setiap pendidik dalam menerapkan proses
belajar mengajar. Kurikulum ini dikembangkan sebagai kerangka kurikulum
yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial, pengembangan
karakter dan kompetensi peserta didik. Indonesia merupakan negara yang sudah
beberapa kali melakukan perubahan/revisi terhadap kurikulum (Fatmawati &
Yusrizal, 2021). Hal ini membuktikan Perubahan kurikulum tidak terlepas dari
perkembangan zaman yang sudah serba digital. Sama halnya seperti sekarang ini,
digitalisasi menjadi salah satu tolak ukur kemunculan kurikulum merdeka belajar.
Melihat kondisi yang saat ini sedang terjadi, kurikulum merdeka sudah
banyak diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia baik SMP (Sekolah Menengah
Pertama) maupun SMA (Sekolah Menengah Atas). Namun tak jarang juga
terdapat sekolah yang masih belum mampu untuk menerapkan kurikulum terbaru
ini dari kemenristekdikti. Terdapat berbagai macam faktor salah satunya adalah
kualitas siswa yang belum memadai, terdapat beberapa sekolah yang memiliki
siswa belum mampu untuk belajar secara mandiri. Alasan lainnya sekolah seperti
dipelosok-pelosok daerah belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai
untuk menjunjang penerapan kurikulum merdeka, dimana Sebagian besar proses
pembelajaran menggunakan IPTEKS. Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Penerapan Kurikulum
Merdeka Sebagai Upaya Pemerintah Demi Menyongsong Pengembangan Potensi
Pada Siswa Di Era 5.0”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan Pemerintah mengenai Kurikulum Merdeka dalam
Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0?
2. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Merdeka dalam
Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Menjelaskan kebijakan Pemerintah mengenai Kurikulum
Merdeka dalam Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0
2. Untuk Menjelaskan Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum
Merdeka dalam Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0
D. Kegunaan Penelitian
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu guru sebagai
referensi dalam mendapatkan informasi mengenai kurikulum dalam dunia
pendidikan yang saat ini sedang diterapkan di Indonesia yaitu kurikulum
merdeka.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan siswa mengenai data yang
diperoleh dari penelitian ini tentang penerapan kurikulum merdeka, selain
itu juga dapat membantu siswa untuk mengetahui program apa saja yang
akan ditempuh dalam pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan atau bahan referensi bagi
sekolah dalam penerapan kurikulum merdeka. Serta dapat memberikan
manfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, serta
mengembangkan sumber daya manusia yang dapat mengikuti
perkembangan IPTEK sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
4. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, bahwa
pentingya pemanfaatan aplikasSIHAM berbasis android pada mata
pelajaran PPKn yang dapat diterapkan pada siswa SMP dan dapat
digunakan sebagai referensi dalam pengembangan media pembelajaran
berbasis android.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kurikulum Merdeka
Merdeka Belajar menjadi salah satu program inisiatif Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim yang ingin menciptakan suasana
belajar yang bahagia. Tujuan merdeka belajar adalah agar para pendidik, peserta
didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia. Konsep Merdeka
Belajar merupakan proses pendidikan yang harus Menciptakan suasana-suasana
yang membahagiakan (Syukri, 2020). Merdeka belajar adalah sebuah proses
pembelajaran secara alami untuk mencapai kemerdekaan. Diperlukan belajar
merdeka terlebih dahulu karena bisa jadi masih ada hal-hal yang membelenggu
rasa kemerdekaan, rasa belum merdeka dan ruang gerak yang sempit untuk
merdeka. Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar para pendidik
dan peserta didik untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran
secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tapi
benarbenar inovasi Pendidikan (Prayogo, 2020).
Kurikulum merdeka adalah seperangkat program pendidikan yang telah
disusun dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di dalamnya
terdapat komponen yang saling berkaitan dan mendukung satu sama lain.
memberikan kebebasan ke sekolah, guru dan siswa untuk bebas berinovasi,
belajar mandiri dan kreatif, dimana kebebasan ini dimulai dari guru sebagai
penggerak. Suasana belajar yang menyenangkan, mengingat banyak keluhan
orang tua dan siswa terkait pembelajaran yang mengharuskan mencapai nilai
ketuntasan minimum, apalagi selama masa pandemi.
Dalam Kurikulum Merdeka tidak ada lagi tuntutan tercapainya nilai
ketuntasan minimal, tetapi menekankan belajar yang berkualitas demi
terwujudnya siswa berkualitas, berkarakter profil pelajar Pancasila, memiliki
kompetensi sebagai sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi tantangan
global( Miladiah, dkk., 2023).
Struktur kurikulum merdeka untuk satuan pendidikan sekolah menengah
pertama (SMP) terjadi beberapa perubahan mata pelajaran diantaranya mata
pelajaran informatika sebagai mata pelajaran wajib, mata pelajaran prakarya dan
mata pelajaran seni budaya menjadi mata pelajaran pilihan, alokasi waktu
pembelajaran juga mengalami perubahan dengan berdasar perhitungan pertahun
terbagi atas pembelajaran reguler dan pembelajaran projek. Beberapa perubahan
terkait struktur pembelajaran di SMP data diperoleh dari kemendikbudristek
program merdeka mengajar tahun 2021.
Dalam struktur kurikulum ada beberapa pembelajaran wajib diantaranya
pembelajaran matematika, alokasi waktu tidak mengalami perubahan sebanyak
180 jam pertahun namun dalam pelaksanaan antara kurikulum 2013 dan
kurikulum merdeka mengalami perubahan, kurikulum 2013 merupakan
pembelajaran reguler dan projek menjadi satu kesatuan dilaksanakan tidak melalui
sistem blok, sedangkan kurikulum merdeka dimana pembelajaran projek dan
projek terpisah serta dilaksanakan melalui sistem blok.
B. Pengembangan Potensi
Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan potensi manusia untuk
bangkit dari dunia kebodohan. Di era global seperti ini individu tidak akan
mencapai kehidupannya secara maksimal dan puas tanpa adanya pendidikan.
Kreativitas tidak datang dengan sendirinya, namun perlu dikembangkan sejak dini
(Icai, 2011). Potensi kreatif seorang anak akan aktual dalam bentuk perilaku,
karena adanya rasa aman dan bebas namun tetap saja pada aturan yang berlaku.
Pendapat diatas mempertegas bahwa untuk menjadi orang kreatif dibutuhkan
kecerdasan, namun kecerdasan tidak akan berkembang dengan baik tanpa ada
faktor pendukung lainnya. Dengan kata lain bahwa orang cerdas belum tentu
kreatif, tetapi orang yang kreatif sudah pasti cerdas. Artinya bahwa banyak orang
yang cerdas namun tidak mampu berinovasi, hanya orang yang cerdas kreatiflah
yang bisa berinovasi, dan hal ini dapat terjadi karena adanya berbagai faktor
pendukungnya seperti keluarga, sekolah, lingkungan dan teknologi.
C. Era 5.0
Era 5.0 merupakan konsepsi masyarakat yang sudah melek terhadap
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Beberapa keahlian yang perlu
dikuasai bagi para siswa diantaranya: berpikir kreatif, inovatif, kritis,
keterampilan berkomunikasi dan keterampilan berkolaborasi. Penguatan terhadap
pendidikan karakter juga perlu direalisasikan, hal ini bertujuan untuk membentuk
sifat akhlak (budi pekerti) yang menjadikan akhlak sebagai nilai yang khas.
Pendidikan karakter dilakukan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi
yang tersedia, sehingga tidak hanya akhlak saja yang terbentuk, melainkan
penguasaan keahlian bidang TIK, berpikir kreatif inovatif dapat dicapai oleh siswa
dalam menghadapi era masyarakat 5.0 (Sukarno, 2020).
Salah satu implikasi yang fundamental dari tantangan revolusi industri 5.0
adalah pada elemen pendidikan. Perkembangan teknologi yang begitu cepat dan
masif mengharuskan sektor pendidikan untuk dapat beradaptasi terhadap
digitalisasi sistem pendidikan yang sedang berkembang. Tantangan era revolusi
industri 5.0 perlu dikemas dan dipersiapkan secara matang, sehingga akan selaras
dengan perkembangan zaman, dalam mempersiapkan tantangan era 5.0, proyeksi
kurikulum pendidikan telah menyebutkan beberapa pokok substansi yakni: 1)
pendidikankarakter; 2) kemampuan berpikir secara kritis, kreatif, daninovatif; 3)
kemampuan dalam mengaplikasikan teknologi pada era tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintah Mengenai Kurikulum Merdeka dalam


Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0
Merdeka belajar merupakan bagian dari kebijakan baru yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).
kebijakan kurikulum terkait merdeka belajar harus dilakukan penerobosan
awal terlebih dahulu kepada para pendidik sebelum hal tersebut disampaikan
atau diterapkan kepada peserta didik. Kompetensi guru yang levelnya berada
di level apapun itu, tanpa adanya proses penerjemahan dari kompetensi dasar
yang ada serta erat kaitannya dengan kurikulum maka pembelajaran tidak akan
terjadi.
Terdapat empat pokok kebijakan baru yang dikeluarkan oleh
Kemendikbud RI, yakni:
1. Ujian Nasional (UN) yang akan ditiadakan dan diganti dengan Asesmen
Kompetensi Minimum serta Survei Karakter. Dalam hal ini bahwa
kemampuan menalar dalam literasi dan numerik yang didasari dengan
praktik terbaik tes PISA. Hal ini tentu berbeda dengan UN yang dijadwalkan
akan terlaksana pada akhir. jenjang pendidikan. Namun, Asesmen
dilaksanakan di tingkat kelas IV, VIII, dan XI. Dari sistem penilaian yang
telah dilakukan inovasi ini, tentu memiliki harapan bahwa pada hasilnya
dapat memberi masukan bagi sekolah dalam memperbaiki proses
pembelajaran sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikannya.
2. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) terkait kebijakan ini bahwa
USBN diserahkan seutuhnya pada sekolah masing-masing. Menurut
Kemendikbud, sekolah diberikan keleluasan dalam menentukan penilaian,
baik itu melalui proses portofolio, karya tulis serta bentuk penugasan
lainnya.
3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Nadiem
Makarim mengatakan, RPP cukup dibuat dalam satu halaman tanpa harus
ratusan halaman. Tidak hanya itu, penyederhanaan administrasi diharapkan
para pendidikak mampu mengalihkan kegiatan belajar dengan capaian
meningkatkan kompetensi.
4. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yakni terkait kebijakan PPDB lebih
ditekankan dengan penerapan sistem zonasi, namun tidak termasuk wilayah
3T. Dengan demikian, bahwa peserta didik yang memalui jalur afirmasi dan
prestasi lebih memiliki kesempatan yang banyak dari sistem PPDB.
Pemerintah daerah diberikan kewenangan secara teknis dalam menentukan
daerah zonasi.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Merdeka dalam
Pengembangan Potensi Pada Siswa Di Era 5.0
Pelaksanaan kurikulum merdeka dalam upaya pengembangan potensi siswa
di era 5.0 sangat memanfaatkan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi. Guru dan
siswa dituntut untuk inovatif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Dalam hal
ini kurikulum merdeka memberikan fasilitas kepada siswa untuk menjadi lebih
kreatif dan mandiri dalam mendapatkan informasi atau pengetahuan. Siswa
cenderung diberikan kebebasan dalam mengembangkan potensi yang ada di dalam
diri siswa. Salah satu program pemerintah dalam menyongsong pengembangan
potensi siswa yaitu dengan mengadakan program P5 (Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila). Program P5 memiliki 5 elemen yaitu:
A. Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berahlak Mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak
mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan
pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci
beriman, bertakwa
B. Dimensi Berkebhinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya,
dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga
menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya
baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen
kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya,
kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan
refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
C. Dimensi Bergotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan
untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan
yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari
bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
D. Dimensi Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung
jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari
kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
E. Dimensi Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik
kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen
dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses
berpikir dalam mengambilan keputusan.
F. Dimensi Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang
orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri
dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan
yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan.

KESIMPULAN
Kurikulum merdeka adalah seperangkat program pendidikan yang telah
disusun dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di dalamnya
terdapat komponen yang saling berkaitan dan mendukung satu sama lain.
Kurikulum ini dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel,
sekaligus berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter dan
kompetensi peserta didik. Indonesia merupakan negara yang sudah beberapa kali
melakukan perubahan/revisi terhadap kurikulum. Kebijakan dari kurikulum
merdeka antara lain: (1) Ujian Nasional (UN) yang akan ditiadakan dan diganti
dengan Asesmen Kompetensi Minimum serta Survei Karakter; (2) Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) terkait kebijakan ini bahwa USBN diserahkan
seutuhnya pada sekolah masing-masing; (3) Penyederhanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (4) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB),
yakni terkait kebijakan PPDB lebih ditekankan dengan penerapan sistem zonasi,
namun tidak termasuk wilayah 3T. Program P5 merupakan salah satu program
pemerintah pada kurikulum merdeka. Program p5 memiliki beberapa elemen
yakni: Dimensi beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berahlak
mulia; Dimensi berkebhinnekaan global; Dimensi bergotong royong; Dimensi
mandiri; Dimensi bernalar kritis; Dimensi kreatif.
DAFTAR PUSTAKA

Manalu, J. B., Sitohang, P., & Henrika, N. H. (2022). Pengembangan perangkat


pembelajaran kurikulum merdeka belajar. Prosiding Pendidikan
Dasar, 1(1), 80-86.
Vhalery, R., Setyastanto, A. M., & Leksono, A. W. (2022). Kurikulum Merdeka
Belajar Kampus Merdeka: Sebuah Kajian Literatur. Research and
Development Journal of Education, 8(1), 185-201.
Suryaman, M. (2020, October). Orientasi pengembangan kurikulum merdeka
belajar. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra (pp. 13-28).
Kemendikbud.go.id. Melihat Arah Perubahan Kurikulum di Indonesia.
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/melihat-arah-perubahan-kurikulum-di-
indonesia/
Miladiah, S. S., Sugandi, N., & Sulastini, R. (2023). Analisis Penerapan
Kurikulum Merdeka Di SMP Bina Taruna Kabupaten Bandung. Jurnal
Ilmiah Mandala Education, 9(1).
Kemendikbud. (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang
Merdeka Belajar.
Kemendikbudristek. (2022). Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Di
Satuan Pendidikan.
Masni, H. (2017). Peran pola asuh demokratis orangtua terhadap pengembangan
potensi diri dan kreativitas siswa. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 6(1), 58-74.
Atmoko, T. P. H. (2014). Strategi pengembangan potensi desa wisata Brajan
kabupaten Sleman. Media Wisata, 12(2).
Amaliyah, A., & Rahmat, A. (2021). Pengembangan Potensi Diri Peserta Didik
Melalui Proses Pendidikan. Attadib: Journal of Elementary Education, 5(1),
28-45.
Sukarno, M. (2020, September). Penguatan pendidikan karakter dalam era
masyarakat 5.0. In Prosiding Seminar Nasional Milleneial 5.0 Fakultas
Psikologi Umby.
Inayati, U. (2022, August). Konsep dan Implementasi Kurikulum Merdeka pada
Pembelajaran Abad-21 di SD/MI. In ICIE: International Conference on
Islamic Education (Vol. 2, pp. 293-304).

Anda mungkin juga menyukai