Anda di halaman 1dari 10

Implementasi Hak Asasi Manusia dalam Kehidupan Kontekstual

pada Era Hyper Globalization

Wahyuni Dwi Andriani, S.Pd


Magister Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
e-mail: yunidwiaa@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Hak Asasi Manusia (HAM)
dalam kehidupan kontekstual pada era hyper globalization. Adapun jenis penelitian yang
digunakan yaitu kualitatif berupa studi literatur. Alat bantu pencarian yang digunakan adalah
harzing’s publish or perish. Selanjutnya,data dianalisis dengan metode tinjauan pustaka
dengan teknik traditional review. Hak asasi manusia merupakan hak kodrati yang dimiliki oleh
setiap manusia sejak berada dalam kandungan yang bersifat universal, artinya tidak dibatasi
perbedaan suku, agama, ras, negara, dan warna kulit tertentu. Sehingga dalam hal ini hak asasi
manusia sangat dilindungi melalui Lembaga-lembaga penegakkan hukum. Namun pada Era Hyper
Globalization saat ini implementasi dalam kehidupan kontekstual banyak sekali terjadi
pelanggaran HAM yang mudah dilakukan akibat kemajuan teknologi yang semakin canggih.
Selain itu tantangan bagi lembaga penegakka HAM di Indonesia juga semakin tinggi salah satu
contohnya didominasi oleh kekuasaan yang dapat menimbulkan kepincangan hukum. Upaya yang
dilakukan untuk menjamin Hak Asasi Manusia yaitu dengan lembaga perlindungan HAM yang
juga dibantu oleh masyarakat, sehingga dapat meminimalisir pelanggaran HAM.
Kata Kunci : Implementasi HAM, Lembaga Perlindungan HAM, Era Hyper Globalisasi

Abstract
This study aims to analyze the implementation of Human Rights (HAM) in contextual life
in the era of hyper globalization. The method used is a qualitative method in the form of a
literature study. The search tool used is harzing's publish or perish. Furthermore, the data were
analyzed using the literature review method using traditional review techniques. Human rights are
natural rights that are owned by every human being since they are in the womb which are
universal, meaning they are not limited by differences in ethnicity, religion, race, country, and
certain skin colors. So that in this case human rights are highly protected through law enforcement
agencies. However, in the current era of hyper-globalization, in contextual life there are many
violations of human rights that are easy to commit due to increasingly sophisticated technological
advances. Apart from that, the challenges for human rights enforcement agencies in Indonesia are
also getting higher, one example is dominated by power which can lead to legal imbalances.
Efforts are being made to guarantee human rights, namely with human rights protection
institutions which are also assisted by the community, so as to minimize human rights violations.
Keywords: Human Rights Implementation, Human Rights Protection Agency, Hyper Globalization
Era

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial dimana segala kehidupannya
memerlukan bantuan dari manusia yang lainnya. Manusia sejak lahir sampai
masuk liang kubur selalu membutuhkan kehadiran orang lain selain
dirinya artinya manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan
orang lain. Jika manusia tidak berhubungan atau berinteraksi dengan
sesama manusia lainnya, maka orang tersebut belum bisa dikatakan manusia.
Dalam hubungan sesame manusia terdapat model dan kualitasnya yang
berbeda. Fakta ini memberikan kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia
dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan sekitar, ada
hubungan secara vertical (hubungan dengan Tuhan) dan secara horizontal
(hubungan dengan sesame manusia, alam sekitar, dan makhluk lainnya).
Hak asasi manusia merupakan upaya untuk menghormati, menghargai, dan
melindungi martabat manusia. Dengan menghormati hak asasi manusia, orang
dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam hidup mereka. Seperti yang kita
ketahui, hak asasi manusia yang melekat pada diri manusia sejak dalam
kandungan hingga lahir ini merupakan anugrah dari Tuhan. Hak asasi manusia
meliputi hak untuk hidup, hak milik dan kebebasan. Hak asasi manusia adalah
hak-hak dasar atau fundamental yang melekat pada semua orang dan berkaitan
erat dengan harkat dan martabat pribadi manusia (Yasin, 2009)
Hubungan antara manusia satu dengan manusia lainya pada akhirnya
menimbulkan sebuah interaksi. Interaksi tersebut yang mengakibatkan muncul
aturan-aturan yang harus dipenuhi manusia serta membutuhkan norma-norma
dalam pengaturannya (Listia, 2015). Terdapat norrma-norma sosial sebagai
patokan untuk bertingkah laku bagi manusia di kelompoknya, salah satunya
adalah Hak Asasi Manusia (HAM). Karena hak asasi manusia bersifat universal,
maka berlaku untuk semua orang tanpa diskriminasi berdasarkan  ras, agama,
suku atau kebangsaan (etnis). Namun pada kenyataannya kita melihat hak asasi
manusia semakin maju di negeri ini. Masih banyak lagi bentuk pelanggaran HAM
yang sering kita hadapi yang dikaitkan dengan perbedaan-perbedaan.
Sebagai negara yang menganut ideologi Pancasila diharapkan mampu
menjalankan hak asasi manusia dengan baik sesuai dengan sifat dasar idealisme
tersebut. Menurut ideologi Pancasila, hak asasi semua orang Indonesia pada
dasarnya bebas, tetapi kebebasannya dibatasi oleh hak asasi orang lain. Oleh
karena itu, bahkan jika Anda memiliki kebebasan, Anda harus bertanggung jawab
atas kebebasan itu, dan harus menghormati dan tidak melanggar hak asasi
manusia orang lain. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia
mempunyai komitmen untuk menjamin terpenuhinya hak anak dan perlindungan
anak yang merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana tercantum
dalam konstitusi yang tidak lain memberi makna bahwa masa depan anak
Indonesia yang sejahtera, berkualitas dan terlindungi (Sudrajat, 2011: 112-113).
Namun kenyataannya masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menyadari hal ini.
Terlebih lagi pada era hyper globalization dimana banyak budaya asing yang
masuk ke Indonesia, serta perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang semakin canggih menjadi tidak lagi terbatas pada akhirnya
menimbulkan mudah sekali orang malakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Pelanggaran hak asasi manusia pada era teknologi yang semakin canggih
ini memiliki pengaruh yang cukup besar. Pelanggaran tidak hanya dilakukan pada
dunia nyata namun pada dunia maya pun sangat mudah untuk melakukan
pelanggaran hak asasi manusia. Mudahnya mencari atau mendapatkan informasi
melalui internet menimbulkan banyak sekali hal negatif yang terjadi contohnya
marak berita hoaks yang tersebar tanpa ada sumber yang jelas dan konkrit. Selain
itu terjadi degradasi moral yang disebabkan oleh kemajuan TIK sehingga
menimbulkan sifat individualistik, contoh lain yaitu akses untuk pornografi dan
kejahatan seksual sulit dibendung. Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan maka peneliti tertarik mengambil judul “Implementasi Hak Asasi
Manusia dalam Kehidupan Kontekstual pada Era Hyper Globalization” untuk
mengetahui bagaimana implementasi hak asasi manusia yang sedang terjadi saat
ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi Hak Asasi Manusia dalam kehidupan sehari-hari?
2. Apa saja tantangan lembaga penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia saat
ini?
3. Bagaimana solusi dalam penanganan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia?
C. Tujuan
1. Menjelaskan mengenai implementasi Hak Asasi Manusia dalam kehidupan
sehari-hari?
2. Menjelaskan tantangan lembaga penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
saat ini?
3. Menjelaskan bagaimana solusi dalam penanganan kasus pelanggaran HAM?

BAB II
Kajian Teori
A. Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia dalam Bahasa Prancis disebut “Droit L’Homme” yang
artinya hak-hak manusia dan dalam Bahasa Inggris disebut “ Human Right”.
Sedangkan Meriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik yang
dikutip dalam (Santoso, 2016) menyatakan bahwa: “Hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dasar dari semua hak asasi ialah
bahwa manusia memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan harkat dan
cita-citanya”.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar atau kewarganegaraan yang dimiliki
oleh setiap manusia sejak dalam kandungan secara kodrat yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga tidak dapat dirampas, dicabut
keberadaannya dan wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang yang berlandaskan hukum (Hidayat, 2016).
Sehingga dalam hal itu negara Indonesia memiliki kewajiban untuk melindungi
hak asasi manusia kepada setiap masyarakat. Meskipun setiap orang terlahir
dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang
berbeda-beda, ia tetap mempunyai hak-hak tersebut, itulah yang disebut dengan
universal (Smith, Asplund & Marzuki, 2008).
Hak Asasi Manusia (HAM) juga tidak dapat dicabut (inalienable), dimana
artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh seseorang tidak akan
membuat berhenti menjadi manusia dan karena demikian tetap memiliki hak-hak
tersebut. Dengan kata lain, hak-hak itu melekat pada dirinya sebagai makhluk
insani.

B. Hyper Globalization
Hyper globalization berasal dari kata “hyper” yang memiliki makna sesuatu
yang berlebihan. Sedangkan “globalization” berasal dari kata global yang berarti
dunia dan lization yang artinya proses. Dengan begitu, globalisasi secara bahasa
diartikan sebagai suatu proses yang mendunia antarsesama manusia saling terbuka
dan bergantung satu sama lain tanpa batas waktu maupun jarak. Globalisasi
merupakan istilah sebagai dampak dari ekstrimnya sekuritisasi, dimana
penunjukkan ancaman menjadi tidak lagi terbatas secara spasial dan temporal
(Listya, 2011). Maka dengan demikian globalisasi memiliki arti proses perubahan
yang mendunia tidak terbatas ruang dan waktu.
Fenomena globalisasi muncul disebabkan oleh kemajuan kehidupan
manusia di mana hal ini ditandai dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi yang pesat sehingga hal tersebut dapat mengubah dunia
secara mendasar.
Fenomena globalisasi muncul disebabkan oleh kemajuan kehidupan
manusia di mana hal ini ditandai dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi yang pesat sehingga hal tersebut dapat mengubah dunia
secara mendasar.
Fenomena hyper globalization muncul disebabkan oleh kemajuan kehidupan
manusia yang mana ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat sehingga mengalami perubahan struktural. Fenomena hyper
globalization menembus batas-batas sehingga mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan manusia, inilah yang menjadi tantangan bagi kehidupan manusia saat
ini, dimana negara secara tradisional sudah tidak relevan dan berganti ke
teknologi yang lebih canggih dan fungsional

BAB III
PEMBAHASAN
A. Implementasi Hak Asasi Manusia dalam kehidupan sehari-hari
Berbagai produk hukum diharapkan dapat memperbaiki situasi HAM di
Indonesia, khususnya hak-hak sipil dan politik. Secara khusus tertuang pada pasal
28A-28J UUD 1945, UU MPR  Hak Asasi Manusia No. XVII/MPR/1998, UU
Pers, UU HAM (UU No. 39/1999), UU Pemilu, UU Partai Politik, UU Otonomi
Daerah (Syafriani, 2022). Secara politik, orang Indonesia  menikmati kebebasan
politik yang luas namun tetapsaja diatur oleh aturan-aturan kebebasan. Terdapat
empat kebebasan dasar tersebut antara lain adalah kebebasan berekspresi dan
berkomunikasi, kebebasan berkumpul, kebebasan berserikat, dan kebebasan
berpartisipasi dalam pemerintahan.
Membahas mengenai hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari terdapat
beberapa hal yang dibahas menganai implementasi Hak Asasi Manusia (HAM)
dalam kehidupan Kontekstual, antara lain:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap HAM
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang saat ini terjadi di Indonesia
terjadi karena beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya pengetahuan dan
pemahaman masyarakat mengenai HAM. Pengetahuan ini dapat menjadi basis
yang fundamental bagi setiap manusia untuk berinteraksi satu sama lain, dan
memungkinkan terbentuknya peradaban yang memanusiakan manusia. Hal ini
berhubungan dengan nilai-nilai HAM yang menjaga martabat manusia untuk
saling menghormati saat hidup berdampingan secara damai, setara, tanpa
memandang latar belakang etnis, gender, ras, maupun kelas, dan mengedepankan
nilai-nilai kemanusiaan sebagai sesama manusia. 
Kesadaran diri seseorang terhadap seperangkat hak dan kewajibannya sebagai
manusia, dapat dilihat sebagai hasil dari proses pemahaman yang berlangsung
selama hidupnya. Proses di mana seseorang menemukan pengetahuan tentang
HAM sangatlah penting, karena berhubungan dengan pengetahuan seseorang
untuk memahami haknya dan juga hak orang lain. Kurangnya pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran akan Hak Asasi Manusia dapat menimbulkan
pelanggaran hak asasi manusia. Hak asasi manusia akan berjalan dengan baik
apabila setiap manusia menyadari bahwa ada orang lain yang mempunyai hak
yang sama dengan dirinya (Nabila, 2022)
2. Degradasi moral yang mengakibatkan banyak terjadi pelanggaran HAM
Degradasi berarti kemunduran, kemerosotan atau penurunan dari suatu hal
yang baik menjadi buruk, sedangkan moral adalah akhlak atau budi pekerti yang
baik didalam masyarakat.jadi dapat diartikan bahwa terjadi kemunduran atau
kemerotosan akhlak yang baik di dalam masyarakat menjadi buruk. Dalam hal ini
di kehidupan sehari-hari banyak terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang,
termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-undang dan tidak mendapatkan penyelesaian hukum
yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

B. Tantangan lembaga penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia


1. Hilangnya Hak Asasi Manusia (HAM) dipengaruhi oleh kekuasan
Penyalahgunaan kekuasaan dari pemerintah atau penguasa rentan
menimbulkan pelanggaran HAM. Kekuasaan yang dimiliki digunakan untuk
membatasi bahkan menghilangkan hak asasi orang lain. Seperti penyalahgunaan
kekuasaan seorang polisi terhadap warga dengan melakukan tindakan kekerasan
yang tidak dilakukan berdasarkan prosedur yang berlaku.
2. Penyalahgunaan Teknologi yang tidak diimbangi dengan edukasi
Penggunaan teknologi yang salah dapat memicu tindakan pelanggaran HAM.
Di era digital seperti saat ini, tindakan pelanggaran HAM menjadi semakin rentan
karena terbuka luasnya akses terhadap internet oleh semua kalangan. Akses
internet dan teknologi yang semakin mudah jika tidak dibarengi dengan edukasi
maka pelanggaran HAM akan semakin tinggi, seperti pencurian dan
penyalahgunaan data informasi seseorang, pembobolan elektronik, dan sabotase.

3. Kurang tegasnya lembaga penegakkan HAM dalam menangani sebuah


kasus pelanggaran HAM
Sistem hukum yang lemah dan tidak tegas melanggengkan pelanggaran HAM
karena pelaku tidak mendapatkan hukuman yang adil, sehingga tidak ada rasa
kapok atau takut mengulangi pelanggaran HAM di kemudian hari. Pada era hyper
globalization saat ini banyak sekali kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
anak-anak dibawah usia 17 Tahun. Dengan tidak adanya undang-undang
mengenai hukuman dan tindak pidana menimbulkan banyak sekali pelaku yang
tidak jera akibat tingkah lakunya yang melanggar HAM. Ini menjadi salah satu
tantangan bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyikapi hal tersebut.

C. Solusi dalam penanganan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia


Penanganan kasus HAM di Indonesia pada era Hyper Globalization adalah
dengan cara melakukan perlindungan dan penegakkan HAM oleh Lembaga yang
dibentuk oleh pemerintah maupun organisasi masyarakt, antara lain:
1. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI
Dalam kementerian hukum dan HAM terdapat Direktorat Jenderal Peraturan
Perlindungan HAM yang mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perlindungan HAM.
2. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM pada awalnya dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 50
Tahun 1993 untuk melaksanakan fungsi pengkajian dan penelitian, penyuluhan,
pemantauan dan mediasi.
3. Pengadilan Hak Asasi Manusia
Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada dilingkungan
peradilan umum yang menangani kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat.
Pengadilan HAM ini ditetapkan dengan UU nomor 26 tahun 2000.
4. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan
Komisi ini dibentuik berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun
1998 untuk menangani kasus pelanggaran HAM terhadap perempuan.
5. Komisi Nasional Perlindungan Anak

Komisi ini dibentuk pada tanggal 26 Oktober 1998 sebagai organisasi


independen di bidang pemenuhan dan perlindungan hak anak di Indonesia.
6. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Komisi ini dibentuk berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2004 yang tugasnya
memberikan alternatif penyelesaian pelanggaran HAM berat di luar pengadilan
HAM dan sebagai mediasi antara pelaku dengan korban pelanggaran HAM berat.

Di samping lembaga penegakkan HAM yang dibentuk oleh pemerintah,


masyarakat juga mendirikan berbagai lembaga HAM dalam bentuk LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) yang dikenal dengan nama LSM Prodemokrasi
dan HAM. Adapun yang termasuk LSM ini antara lain:
1. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)
2. Komisi untuk orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
3. Lembaga Study dan Advokasi Masyarakat (Elsam)
4. Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI).

KESIMPULAN
Hak asasi manusia merupakan hak dasar atau kewarganegaraan yang
dimiliki oleh setiap manusia sejak dalam kandungan secara kodrat yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga tidak dapat dirampas, dicabut
keberadaannya dan wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang yang berlandaskan hukum. Hak Asasi
Manusia dalam Kehidupan Kontekstual pada Era Hyper Globalization yang
terjadi saat ini terdapat 2 hal yang dikaji oleh peneliti. Pertama adalah kurangnya
pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai HAM, Kurangnya
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan Hak Asasi Manusia dapat
menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia. Hak asasi manusia akan berjalan
dengan baik apabila setiap manusia menyadari bahwa ada orang lain yang
mempunyai hak yang sama dengan dirinya.
Kedua, kemunduran atau kemerotosan akhlak yang baik di dalam
masyarakat menjadi buruk. Dalam hal ini di kehidupan sehari-hari banyak terjadi
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Tantangan lembaga penegakkan Hak Asasi
Manusia di Indonesia antara lain: 1) Hilangnya Hak Asasi Manusia (HAM)
dipengaruhi oleh kekuasan; 2) Penyalahgunaan Teknologi yang tidak diimbangi
dengan edukasi; 3) Kurang tegasnya lembaga penegakkan HAM dalam
menangani sebuah kasus pelanggaran HAM.

DAFTAR PUSTAKA
Aswandi, B., & Roisah, K. (2019). Negara hukum dan demokrasi pancasila dalam
kaitannya dengan hak asasi manusia (HAM). Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, 1(1), 128-145.
Listia, W. N. (2015). Anak sebagai makhluk sosial. Jurnal Bunga Rampai Usia
Emas, 1(1), 14-23.
Implementasi HAM dalam Kehidupan Sehari-hari Halaman 1 - Kompasiana.com
Listya, A. K. (2011). Sekuritisasi Sektor Sosial dan Konflik Identitas: Hyper-
Securitization. Universitas Indonesia.
Yasin, J. (2009). Hak Azasi Manusia Dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara
Dalam Hukum Positif Indonesia. Bandung Islamic University.
SYAFRIANI, E. (2022). Implementasi Kebebasan Berekspresi Pada Media Sosial
Berdasarkan Konsep Negara Hukum (Doctoral dissertation).
Hidayat, E. (2016). Perlindungan hak asasi manusia dalam negara hukum
indonesia. ASAS, 8(2).
Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta). Pusat Studi Hak Asasi Manusia
(PUSHAM), Smith, R. K., Asplund, K. D., & Marzuki, S. (2008). Hukum
hak asasi manusia. Pusat Studi Hak Asasi Manusia, Universitas Islam
Indonesia (PUSHAM UII).
Santoso, M. B. (2016). LGBT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Share: Social
Work Journal, 6(2), 220.
Hidayat, M. S. (2012). Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. INSANIA:
Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 17(2).
Asy’ari, R., Dienaputra, R. D., Nugraha, A., Tahir, R., Rakhman, C. U., & Putra,
R. R. (2021). Kajian konsep ekowisata berbasis masyarakat dalam
menunjang pengembangan pariwisata: Sebuah studi literatur. Pariwisata
Budaya: Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 6(1), 9-19.
Putrayasa, I. B., & Sudiana, I. N. (2021). Membentuk Karakter Anak Melalui
Habituasi Dongeng Pada Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah
Bahasa Dan Sastra, 8(2), 68-77.

Anda mungkin juga menyukai