Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing :

Erlinda Nofasari S.Pd., M.Pd.

Oleh :

IVAN MUHAMMAD IRAWAN ( 050629584 )

UNIT PENDIDIKAN BELAJAR JARAK JAUH BANDUNG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TERBUKA

NOVEMBER 2023
PENDAHULUAN

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dalam interaksinya antara individu atau instansi. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar
yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan. HAM dapat dirumuskan sebagai sebuah
hak yang melekat pada kodrat hidup sebagai manusia, hak ini dimiliki oleh manusia semata-
mata ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka HAM itu
tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau negara lain. Masalah
HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi
daripada era sebelumnya.

Pada era modern ini, pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat dirasakan sangat
mengalami perubahan yang cepat. Salah satu ciri yang paling berdampak dari masa ini adalah
berkembang pesatnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang juga didukung oleh munculnya
semangat globalisasi. Sebagaimana dikatakan oleh Anthony Giddens, globalisasi merupakan
sebuah proses yang kompleks, tidak hanya digerakkan oleh suatu kekuatan tertentu,
melainkan oleh banyak kekuatan, seperti budaya, teknologi, politik maupun ekonomi.

Globalisasi politik antara lain berupa gerakan tentang Hak Asasi Manusia (HAM),
Selanjutnya dalam tulisan ini disingkat HAM. Globalisasi menyebabkan kencangnya
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, seiring dengan kemajuan yang telah dicapai
melalui teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia dalam posisi
borderless (sebuah dunia tanpa batas atau sekat). Globalisasi menciptakan dunia tanpa sekat
pembatas, menerobos dan meniadakan aspek geografis, menyatukan belahan dunia dalam
satu ruang. Akibat globalisasi memberikan pengaruh yang luar biasa bagi dinamika
kehidupan masyarakatnya, baik bidang ekonomi, politik, sosial, pertahanan keamanan,
budaya, tidak terkecuali dalam pengaturan tatanan nilai (hukum) yang diberlakukan untuk
mewujudkan rasa tertib dalam masyarakat, dan tidak terbantahkan adanya pengaruh dari
kondisi keterbukaan tatanan dunia.

Pengaruh globalisasi dalam bidang Hak Asasi Manusia (HAM), menjadi tantangan
terbesar Indonesia di era globalisasi ini adalah potensi terjadinya pelanggaran tentang hak hak
kemanusiaan meliputi hak ekonomi, sosial, dan budaya yang besar, baik karena kesengajaan,
karena pembiaran, maupun karena dimediasi, tindakan sengaja bisa terjadi jika pemerintah
dan pemerintah daerah dalam kerangka desentralisasi secara sengaja membiarkan rakyatnya
tidak memperoleh hak-hak dasarnya untuk hidup dan melangsungkan kehidupan sehingga
tetap miskin, terbelakang, tidak sehat, dan tidak berpendidikan (Suparman Marzuki,
2010:466).

Era globalisasi yang dapat menimbulkan permasalahan pelanggaran- pelanggaran Hak


Asasi Manusia di atas tentu akan menghambat tujuan negara, dalam bidang hukum perlu
pengaturan yang lebih tepat mengenai hak asasi manusia melipti hak ekonomi, sosial dan
budaya melalui pembangunan hukum hak asasi manusia yang lebih baik.
KAJIAN PUSTAKA

1. Globalisasi sebagai suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa


ke dalam suatu sistem ekonomi global yang muncul karena adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan adanya akal yang dimiliki manusia membuat ilmu
pengetahuan terus mengalami kemajuan.
Dalam pandangan Scholte, bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan
dengan globalisasi, yaitu:
a. Internasionalisasi
b. Liberalisasi
c. Universalisasi
d. Westernisasi
e. Hubungan Transplanetari dan Suprateritorialitas
2. Hak Asasi Manusia (HAM) pada era globalisasi yang secara normatif tertuang
pada Pasal 1 ayat 1 Undang Undang NO. 39, yang menyatakan bahwa HAM
adalah hak dasar manusia, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa,
merupakan hak natural, dan oleh karena itu HAM tidak dapat dicabut oleh
manusia lain sesama mahluk hidup.
Ada beberapa pendapat dari para Ahli tentang pengertian Hak Asasi Manusia
(HAM), seperti pendapat dari :
a. Menurut Prof Darji Darmodiharjo, Hak asasi manusia adalah dasar atau hak-
hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. Hak-hak asasi tersebut menjadi dasar dari hak dan kewajiban lain
yang dimiliki manusia tersebut.
b. Menurut Prof Koentjoro Poerbo Pranoto, Hak asasi manusia menurut
Koentoro Poerbo Pranoto adalah hak yang bersifat asasi atau hak-hak yang
dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya
sehingga bersifat suci.
c. Menurut Miriam Budiarjo, Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki
manusia yang telah diperoleh dan di bawahnya bersamaan dengan
kelahirannya dalam kehidupan masyarakat. Hak itu dimiliki tanpa perbedaan
atas dasar bangsa, agama, ras, dan jenis kelamin karena hak itu bersifat
universal
3. Upaya yang dilakukan pemeritah guna menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di
era globalisasi agar HAM makin dihormati dan diakui oleh masyarakat dan
pemerintah.
4. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh manusia dalam menikmati HAM
di era globalisasi ini menjadikan HAM dirasa dianggap bukan sesuatu yang
kurang berarti keberadaanya.
5. Upaya bersama yang bersumber dari semua pihak untuk mengatasi tantangan dan
permasalahan HAM di era globalisasi ini.
6. Kesimpulan mengenai Hak Asasi Manusia yang dipengaruhi era globalisasi yang
kian bertumbuh pesat.
PEMBAHASAN

Sistem Globalisasi

Globalisasi adalah sebagai suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa


ke dalam suatu sistem ekonomi global. Globalisasi juga membuat lalu lintas sumber daya
antar negara meningkat. Berpindahnya produksi komoditas labor intensif dari negara maju ke
negara berkembang akan meningkatkan perekonomian. Globalisasi muncul karena adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan adanya akal yang dimiliki manusia membuat ilmu
pengetahuan terus mengalami kemajuan.

Dalam pandangan Scholte, bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan dengan
globalisasi, yaitu:

a. Internasionalisasi
Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini
masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun
menjadi semakin tergantung satu sama lain.
b. Liberalisasi
Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar negara, misalnya
hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
c. Universalisasi
Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun
immaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman
seluruh dunia.
d. Westernisasi
Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
e. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitasi
Arti dari hubungan transplanetari dan suprateritorialitas ini berbeda dengan keempat
definisi di atas. Pada keempat definisi pertama, masing-masinga negara masih
mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian tentang hubungan transplanetari
dan suprateritorialitasi ini dunia global memiliki status ontology sendiri, bukan
sekadar gabungan negara-negara.

Globalisasi sering menyebabkan adanya pihak yang merugi dan pihak yang beruntung.
Karena hal inilah Hak Asasi Manusia (HAM) mulai terkena dampak dari globalisasi tesebut,
terutama pada pihak yang merugi. Kehidupan dalam bidang ekonomi sangatlah berpengaruh
bagi masyarakat, banyak sekali oknum-oknum yang tidak memikirkan rakyat maupun hak
asasi manusia (HAM) demi kepuasan dan kepentingan pribadinya.

Di kehidupan pemerintahan yang kurang tertata ini banyak sekali bantuan- bantuan
yang tidak tersalurkan kepada rakyat yang membutuhkan. Perampasaan hak asasi manusia
(HAM) seperti inilah yang saat ini mulai marak terjadi, apa yang seharusnya menjadi hak
masyarakat yang membutuhkan, akan tetapi berhenti dan habis ditangan oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab.
Hak Asasi Manusia (HAM) Pada Era Globalisasi

Secara normatif, definisi Hak Asasi Manusia (HAM) di Idonesia dapat ditemukan
dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang Undaang NO. 39 “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.” Dari pasal tersebut, dapat diartikan bahwa HAM adalah hak dasar
manusia, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, merupakan hak natural, dan oleh
karena itu HAM tidak dapat dicabut oleh manusia lain sesama mahluk hidup.

Adapun pendapat tentang Hak Asasi Manusiaa (HAM) menurut para ahli adalah
sebagai berikut.

a. Prof Darji Darmodiharjo


Hak asasi manusia adalah dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak
lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak asasi tersebut menjadi
dasar dari hak dan kewajiban lain yang dimiliki manusia tersebut.
b. Prof Koentjoro Poerbo Pranoto
Hak asasi manusia menurut Koentoro Poerbo Pranoto adalah hak yang bersifat
asasi atau hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat
dipisahkan dari hakikatnya sehingga bersifat suci.
c. Miriam Budiarjo
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan di
bawahnya bersamaan dengan kelahirannya dalam kehidupan masyarakat. Hak itu
dimiliki tanpa perbedaan atas dasar bangsa, agama, ras, dan jenis kelamin karena
hak itu bersifat universal.

Indonesia adalah salah satu negara yang memberikan prioritas yang besar terhadap
hak-hak warga negaranya. Pengakuan tentang hak asasi manusia tersebut bahkan dinyatakan
pada bagian paling awal dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Hal besar lainnya adalah bahwa pengakuan bangsa Indonesia tentang
hak asasi manusia tersebut bahkan mendahului pengakuan universal atas hak asasi manusia
yang dilakukan oleh PBB pada tahun 1948. Kenyataan ini menunjukkan bahwa hak asasi
manusia bagi bangsa Indonesia adalah salah satu hal fundamental yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengakuan atas hak asasi manusia tersebut
sekaligus merupakan bentuk kesadaran bangsa Indonesia akan arti pentingnya negara
melindungi hak-hak warga negaranya. Dengan diakuinya hak asasi manusia di dalam UUD
NRI Tahun 1945 menunjukkan bahwa negara Indonesia menjadikan hak asasi manusia
sebagai prioritas.

Pada tahun 1948, tepatnya tanggal 10 Desember 1948 terbentuk suatu kesepakatan
umum dari masyarakat internasional untuk menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia.
Kesepakatan umum itu adalah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) atau
disebut juga Universal Declaration of Human Rights (UDHR) yang memuat pasal-pasal yang
berkaitan dengan Hak Asasi Manusia.
Era globalisasi yang ditandai dengan makin biasnya batas-batas budaya dan nasionalitas,
hampir disetiap negara baik negara maju maupun negara berkembang mulai tertarik untuk
memahami dan mempelajari tentang arti pentingnya keterlibatan HAM dalam berbagai aspek
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan bermasyarakat termasuk di negara
Indonesia hal ini terlihat dalam Rencana Pembangunan Hukum Nasional yang
mengagendakan adanya bidang HAM.

Globalisasi menjadi kekuatan baru yang berpengaruh terhadap kehidupan. manusia,


bahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam tradisi ketimuran (termasuk Indonesia) semakin
memudar, globalisasi membawa nilai-nilai liberalisme membuat nilai-nilai keilmuan bangsa
Indonesia merasa tak punya jati diri lagi, sebut saja beberapa penormaan hukum dalam
bentuk peraturan perundang-undangan bidang ekonomi yang tidak mengindahkan lagi nilai-
nilai Pancasila. Keberpihakan peraturan perundang-undangan pada nilai- nilai liberalisme
tersebut dapat dipandang sebagai penyebab krisis multi dimensi, khususnya dalam
pengembangan teori dan ilmu hukum, krisis yang berkaitan dengan hukum adalah
melemahnya sendi- sendi nilai hukum budaya bangsa yang terkandung dalam Pancasila dan
tentunya nilai-nilai kearifan lokal.

Arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa pengaruh yang begitu besar bagi
terbukanya koridor pembaharuan hukum dan penegakan HAM, terlebih lagi dalam
mewujudkan civil society atau masyarakat madani. Penggunaan istilah masyarakat madani
dalam ranah masyarakat yang demokratis lebih memiliki makna dalam. terlebih lagi dalam
mengangkat harkat dan martabat manusia. Selain itu, civil society sangat penting artinya
dalam menggambarkan mendeskripsikan penegakan HAM di Indonesia.

Penegakan HAM menjadi arah bagi pembangunan sebagaimana disebutkan dalam UU


No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (tahun 2005-
2025). "Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaharuan hukum dengan tetap
memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai
upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan hukum, penegakan hukum dan HAM,
kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan keadilan, kebenaran, ketertiban,
dan kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan negara yang makin tertib dan teratur
sehingga penyelenggaraan pembangunan nasional akan makin lancar.

Menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di era globalisasi memerlukan upaya yang
dianggap serius dari berbagaai pihak. Upaya penegakan HAM adalah seluruh tindakan yang
dilakukan dengan tujuan membuat HAM makin dihormati dan diakui oleh masyarakat dan
pemerintah. berikut upaya yang dilakukan untuk menegakkan HAM di era globalisasi antara
lain.

a. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia


Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993.
Keberadaan Komnas HAM selanjutnya diatur Undang-Undang RI nomor 39 tahun
1999 pasal 75 sampai dengan pasal 99.
Komnas HAM merupakan satu di antara lembaga penegakan HAM mandiri setingkat
lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM.
b. Pembentukan Instrumen HAM
Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakan
HAM. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-
lembaga penegak hak asas manusia, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) dan Pengadilan HAM.
c. Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
26 tahun 2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran
HAM berat yang diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia, baik perseorangan
maupun masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum, keadilan
dan perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.

Meskipun HAM telah diakui dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum nasional dan
internasional, masih banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh manusia dalam
menikmati HAM di era globalisasi ini. Beberapa tantangan dan permasalahan tersebut antara
lain:

a. Pelanggaran HAM yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, seperti genosida,
etnis bersih, terorisme, perang saudara, pengungsi, perdagangan manusia, penyiksaan,
diskriminasi, dan sebagainya.
b. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang menyebabkan sebagian besar manusia tidak
dapat memenuhi hak-hak dasarnya, seperti hak atas pangan, sandang, papan,
pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.
c. Kerusakan lingkungan hidup yang mengancam hak manusia untuk hidup dalam
lingkungan yang baik dan sehat, seperti pemanasan global, perubahan iklim, polusi
udara, air, dan tanah, kehilangan keanekaragaman hayati, dan sebagainya.
d. Konflik antara HAM dengan nilai-nilai budaya, agama, atau tradisi tertentu yang
berbeda-beda di setiap negara atau masyarakat. Misalnya, isu-isu seperti hak asasi
perempuan, hak asasi anak, hak asasi minoritas seksual dan gender, hak asasi
penduduk asli, dan sebagainya.
e. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menghargai dan menghormati
HAM serta menuntut pertanggungjawaban negara atau pihak-pihak yang melanggar
HAM.

Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya bersama dari semua pihak untuk mengatasi
tantangan dan permasalahan HAM di era globalisasi ini. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan antara lain.

a. Meningkatkan kerjasama antar negara dan lembaga internasional dalam menegakkan


hukum dan sanksi bagi pelaku pelanggaran HAM serta memberikan bantuan
kemanusiaan bagi korban pelanggaran HAM.
b. Mendorong pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar manusia tanpa merusak lingkungan hidup dan mengabaikan hak-hak
generasi mendatang.
c. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya HAM dan cara-cara untuk melindungi
dan memajukan HAM melalui media massa, kurikulum pendidikan, kampanye sosial,
diskusi publik, dan sebagainya.
d. Membangun dialog dan toleransi antara berbagai kelompok masyarakat yang
memiliki perbedaan budaya, agama, atau tradisi dalam rangka menghormati
keragaman dan menghindari konflik.
e. Meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat sipil dalam berpartisipasi aktif
dalam proses pengambilan keputusan publik yang berkaitan dengan HAM serta
melakukan pengawasan dan advokasi terhadap kinerja negara atau pihak-pihak lain
yang berkaitan dengan HAM.

Pemerintah melaksanakan pemenuhan hak asasi manusia, dan Dewan Perwakilan Rakyat
memberikan pengawasan terhadap jalannya HAM. Selain itu misalnya lembaga yang
mengawal dan berkontribusi terhadap pembangunan hukum HAM adalah lembaga kekuasaan
kehakiman (terutama Mahkamah Konstitusi). Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal
konstitusionalisme dan lembaga yang memberikan perlindungan HAM dari kerugian-
kerugian konstitusional yang diakibatkan oleh lahirnya undang- undang yang melanggar atau
bertentangan dengan HAM yang berlaku universal dan dijamin oleh Pancasila, contoh konkrit
adalah pembatalan Undang- undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dinilai oleh
Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 yang di dalamnya
mengandung ketidakpastian hukum.

Pada intinya bahwa Indonesia sebagai negara hukum demokratis dan negara demokrasi
berdasarkan hukum menjadikan hukum sebagai the supreme (panduan tertinggi), sebagai
perwujudan tersebut lembaga-lembaga negara dengan sistem checks and balances mampu
mengemban pengakuan dan perlindungan HAM. Selain itu juga yang terpenting adalah
partisipasi masyarakat secara menyeluruh, pemerintah dan masyarakat harus sinergis dan
menjalin kemiteraan komprehensif untuk mewujudkan pengakuan, perlindungan dan
pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM).

Pembangunan hukum dapat dilakukan dengan mengimplementasikan nilai- nilai


Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam peraturan perundang- undangan organik,
sehingga dapat diimplementasikan secara langsung oleh pemerintah. Selain itu, dalam
pembangunan hukum Hak Msasi Manusia perlu ada mekanisme pemenuhan atau penuntutan
hak jika Hak Asasi Manusia tidak dipenuhi oleh negara, terkait dengan pemenuhan
diperlukan upaya sinergis antar lembaga negara dan masyarakat.
PENUTUP

Kesimpulan

Pengaruh perkembangan globalisasi terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) sangat kuat,
terjadi pergeseran nilai dan norma yang melandasi dan mengatur hak asasi manusia terutama
di Indonesia, namun dengan adanya globalisasi sekat pembatas nilai-nilai tersebut menjadi
hilang, ada nilai yang tetap bertahan dan ada nilai-nilai yang kemudian bergeser. Solusi yang
tepat adalah melakukan penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di era globalisasi serta
pembangunan hukum hak asasi manusia dalam berbagai bidang merupakan hak asasi yang
harus di lindungi, dihormati dan dipenuhi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sebagai penyelenggara otonomi daerah.

Era globalisasi membawa tantangan dan peluang sehubungan dengan hak asasi manusia.
Penting bagi kita untuk bekerja bersama untuk memastikan bahwa hak asasi manusia
dihormati dan dilindungi di seluruh dunia dalam konteks globalisasi yang terus berkembang.
Dengan demikian, kita dapat mencapai dunia yang lebih adil dan manusiawi untuk
menciptakan tatanan terhadap nilai dan norma terhadap Hak Asasi manusia yang lebih baik.

Saran

Pengaruh perkembangan globalisasi terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi


tantangan baru bagi berbagai negara di dunia, perlu adanya pemahaman dan penegakkan
lebih lanjut tentang pentingnya penerapan Hak Asasi Manusia di era globalisasi ini, seperti
dengan membentuk Komnas Hak Asasi Manusia, Instrumen Hak Asasi Manusia serta
pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia. Tetapi dibalik semua itu pengaaruh
perkembangan globalisasi juga membawa hal positif seperti dengan adanya pengembangan
penguatan supremasi hukum yang dapat membantu tatanan terhadap nilai dan norma Hak
Asasi Manusia menjadi lebih baik.

Pada saat pembuatan artikel, saya sebagai penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya sebagai penulis mengharapkan
kritik dan sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Lasiyo. Reno Wikandaru., dan Hastangka. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan


MKDU4111. Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai