PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai akar yang panjang dan sama
panjangnya dengan sejarah umat manusia itu sendiri. Penindasan terhadap
individu, kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainya ataupun
Negara dengan Negara lainnya tidak terlepas dari pelanggaran HAM.
Kesadaran perlunya perlindungan HAM ini biasanya terjadi setelah
munculnya konflik dan perang yang membawa bencana kemanusiaan. Oleh
karena itu, selepas Perang Dunia II, tepatnya tanggal 10 Desember 1948
dideklarasikan pernyataan dunia tentang HAM (declaration of human rights).
Penegakan HAM Merupakan matarantai yang tak terputus dari prinsip
demokrasi, kedaulatan rakyat dan Negara hukum. Tanpa ada penghargaan
terhadap HAM mustahil penegakan terhadap pemerintahan yang demokratis
dan berkedaulatan rakyat dapat terwujud.
Dengan
demikian,
HAM
menjadi
pentingnya
dalam
kehidupan
ketatanegaraan suatu Negara karena merupakan sarana etis dan hukum untuk
melindungi individu, kelompok dan golongan yang lemah terhadap
kekuasaan-kekuasaan raksasa dalam masyarakat modern. Dengan kata lain,
HAM menjadi penting bukan karena diatur ataupun diberikan oleh suatu
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Makna, hakikat, dan perkembangan pemikiran Hak Asasi Manusia.
2. Nilai-nilai Hak Asasi Manusia.
3. Pelanggaran, pengadilan dan penegakkan Hak Asasi Manusia.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui makna, hakikat, dan perkembangan pemikiran Hak Asasi
Manusia.
2. Mengetahui nilai-nilai Hak Asasi Manusia.
3. Mengetahui Pelanggaran, pengadilan dan penegakkan Hak Asasi Manusia.
BAB II
ISI
Kegiatan Belajar 1
Makna, Hakikat dan Perkembangan
Pemikiran Hak Asasi manusia
A. Makna dan Hakikat HAM
HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia,dan tanpa hak-hak
itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. HAM adalah hak-hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahiran di dalam kehidupan masyarakat. Hak asasi bersifat umum karena
diyakini bahwa beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan bangsa, ras,
agama/jenis kelamin. HAM bersifat supralegal, artinya tidak tergantung
adanya suatu negara/ UUD maupun kekuasaan pemerintah bahkan memiliki
kewenangan lebih tinggi karena HAM dimiliki manusia bukan karena
kemurahan/pemberian negara melainkan karena berasal dari smber yang lebih
tinggi.
Disebut HAM karena melekat pada eksistensi manusia yang bersifat
universal, merata dan tidak dapat dialihkan karena hakikat HAM merupakan
upaya menjaga eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban serta kesembangan antara
kepentingan perseorangan dan kepentingan umum. Begitu juga upaya
menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewjiban dan
tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur pemerintahan
baik sipil maupun militer) dan negara.
Pada awalnya deklarasi ini hanya mengikat secara formal dan moral
anggota PBB, tetapi sejak thn 1957 dilengkapi dengan 3 perjanjian sbb:
1. International covenant on economic, social and culturalrights.
2. International convenant on civil and political rights
3. Optional protocol to the international convenant on civil and political
rights.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM, dapat ditarik kesimpulan tentang
ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul social dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM.
B. Perkembangan Pemikiran HAM
Dalam perkembangannya, pemikiran mengenai HAM mengalami pasang
surut sejalan dengan sejarah peradaban manusia terutama dalam ikatan
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasang surut HAM ini,
sebenarnya mulai muncul setelah manusia mulai memikirkan tentang dirinya
dalam lingkungan alam semesta. Pemikiran mengenai HAM ini mulai
mencapai titik paling rendah setelah dikemukakan konsep kedaulatan Tuhan
yang di dunia ini dilakukan oleh seorang raja ataupun Paus. Inilah salah satu
puncak kegagalan dunia barat dalam menghargai harkat dan mertabat
manusia.
Dalam sejarah HAM, pengalaman dunia barat telah memberikan tonggaktonggak sejarah yang sangat penting dalam perkembangan HAM pada tahun
1215, misalnya perjuangan para bangsawan Inggris berhasil mencatat Magna
Charta yang membatasi kekuasaan raja John. Perjalanan HAM mempunyai
sejarah yang panjang, diperjuangkan oleh umat manusia akibat adanya
yang
dilakukan
adalah
pembangunan
yang
c. Partisipasi rakyat
Soal partisipasi rakyat ini adalah suatu persoalan hak asasi yang
sangat mendesak untuk terus diperjuangkan baik dalam dunia politik
maupun dalam persoalan publik lainnya.
d. Hak-hak budaya
Di beberapa masyarakat menunjukkan tidak dihormatinya hak-hak
budaya. Adanya upaya dan kebijakan penyeragaman budaya oleh
Negara merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi berbudaya
karena mengarah ke penghapusan kemajemukan budaya yang menjadi
identitas kekayaan suatu komunitas warga dan bangsa.
e. Hak keadilan sosial
Keadilan sosial tidak saja berhenti dengan naiknya pendapatan per
kapita, tetapi justru baru berhenti pada saat tatanan sosial yang tidak
adil dijungkirbalikkan dan diganti dengan tatanan sosial yang
berkeadilan.
1. Hak Asasi dalam Islam
Isu pelaksanaan HAM tidak lepas dari perhatian umat islam karena
mayoritas negara-negara islam yang merupakan bagian negara dunia
ketiga yang banyak merasakan ketidakadilan perlakuan negara-negara
barat dengan atas nama HAM dan demokrasi. Dari segi tujuan, ajaran
islam tentang HAM mempunyai persamaan dengan yang terdapat dalam
UUD 1945 dan deklarasi sedunia tentang HAM, baik yang dikeluarkan
pada 10 Desember 1948 maupun 1966.
2. HAM di Indonesia
Hak asasi Indonesia dimasukkan dalam UUD 1945 meskipun tidak
secara rinci. Hal ini disebabkan ada dua pandangan pemikiran yang
berbeda, yaitu Prof: Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno di satu sisi dan Drs.
Mohamad Hatta di sisi lain. Soepomo mendukung gagasan tentang negara
integral.
ditingkatkan
langkah-langkah
untuk
mengembangkan
menegakkan secara serasi hak dan kewajiban asasi warga negara dalam
rangka mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
3. HAM dalam Amademen 1945
Sejak diberlakukan kembali UUD 1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli
1959, praktis secara yuridis UUD 1945 belum pernah mengalami
perubahan. Meski dalam praktik keetatanegaraan sejatinya sudah
mengalami perubahan berulangkali. Perubahan yang terjadi sebenarnya
hanya bermakna penafsiran artinya pelaksanaan UUD 1945 yang dalam
kurun waktu demokrasi terpimpin dan demokrasi Pancasila harus
diletakkan secara murni dan konsekuen ternyata hanya sebatas retorika
politik dari pemegang kekuasaan di masing-masing era tersebut. Praktik
ketatanegaraan justru jauh dari nilai-nilai demokrasi dan penghargaan
terhadap HAM sebagaimana digariskan oleh UUD 1945.
Gerakan reformasi yang digulirkan mahasiswa sejak permulaan tahun
1998 ternyata telah mengubah peta kekuasaan dan sistem ketatanegaraan
Indonesia. Terkait dengan hal ini, kesakralan UUD 1945 yang pernah
dicanangkan oleh rezim kekuasaan di Indonesia mulai diganggu gugat.
Dengan kondisi yang demikian maka terjadi paradigma baru dalam
wacana politik dan ketatanegaraan Indonesia yaitu dengan lebih membuka
diri untuk mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi pemerintahan dan
penghargaan terhadap HAM.
Di Indonesia, HAM diatur secara formal dalam sistem hukum
nasional. Dalam amandeman 1945 HAM dituangkan dalam BAB X
(warga negara dan penduduk), BAB X.A dan BAB XI. Tentu saja tidak
hanya BAB dan pasal tersebut yang berkaitan dengan HAM, tetapi juga
pasal lainnya, seperti agama, pendidikan, dan kebudayaan dan
perekonomian sangat berkaitan dengan HAM. Lebih dari itu telah ada UU
No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
peradilan HAM.
9
memajukan
diri
dalam
10
memilih
pendidikan
dan
pengajaran,
memilih
serta
utuh sebagai
manusia yang
bermartabat.
11
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapapun.
k. Pasal 28 I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah HAM yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersikap
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatrif itu
3. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan HAM
adalah tanggung jawab negara terutama pemerintah.
5. Untuk menegakkan dan melindungi HAM dengan prinsip negara
hukum yang demokratis maka pelaksanaan HAM dijamin, diatur
dan dituangkan dalam peraturan per UU.
l. Pasal 28 J
1. Setiap orang wajib menghormati ham oranglain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasanya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dalam UU dengan
maksud
semata-mata
untuk
menjamin
pengakuan
serta
12
13
14
Kegiatan Belajar 2
Nilai - Nilai Hak Asasi manusia
A. Antara Nilai Universal dan Kontekstual
Budaya merupakan suatu ungkapan yang bermakna ganda. Distu sisi bisa
diartikan sebagai perilaku manusia dalam menaggapi suatu fenomena
kehidupan kemasyarakatan, sedangkan disisi lain dapat diartikan sebagai hasil
cipta, karsa dan karya manusia guna mengekspresikan dirinya dalam ikatan
hidup masyarakat, bangsa maupun negara. Kedua arti tersebut pada
hakikatnya tetap bermuara pada keberadaan manusia itu sendiri sebagai
makhluk individu maupun makhluk sosial.
Dalam wacana kebudayaan, sering muncul stereotype yang mencoba
melakukan dikotomi antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur. Barat
dianggap memiliki budaya yang bersifat individualistik sedangkan timur
menekankan budaya komunalitas dan kebersamaan dalam ikatan kehidupan
masyarakat. Budaya timur menganggap bahwa harkat dan martabat manusia
akan semakin bernilai jiak ada keselarasan, keharmonisan dan keseimbangan
antara kepentingan individu dan kelompok. Wacana kebudayaan semacam ini
akan sangat berpengaruh terhadap implementasi HAM secara kontekstual
artinya penerapan HAM memiliki korelasi positif dengan kontekstualitas
budaya dari suatau masyarakat negara.
Wacana mengenai kontekstualitas budaya dalam pelaksanaan HAM
pernah dimunculkan oleh soepono pada saat menyampaikan pidato pada
tanggal 31 mei 1945 dihadapan sidang BPUPKI. Beliau mengemukakan
bahwa dalam konsep negara integralistik, prinsip-prinsip mendasar HAM itu
tidak akan cocok untuk diterapkan karena mengambil nilai-nilai budaya barat
yang individualis. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dengan adanya jaminan
terhadap HAM justru mencerminkan sikap keraguan, ketidakpercayaan dan
curiga terhadap kekuasaan.
Tuduhan bahwa HAM itu adalah konsepsi individualistis menurut Frans
Magnis Suseno berdasarkan dua pertimbangan, yaiu sebagai berikut.
15
tersebut
menunjukkan
bahwa
dalam
perkembangan
16
akan dapat dipergunakan secara efektif dan menjadi landasan ettik dalam
pergaulan manusia jika struktur kehidupan masyarakat barat maupun timur
sudah tidak memberikan tempat bagi terjaminnya hak-hak individu yang
ada didalamnya.
Dua dimensi inilah yang memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan ideide HAM di dalam komunitas kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh sebab itu dengan adanya dua dimensi tersebut, perdebatan mengenai
pelaksanaan ide-ide HAM yang selalu diletakkan dalam konteks budaya, suku,
ras maupun agama sudah tidak mempunyai tempat lagi atau tidak relevan
dalam wacana publik masyarakat modern.
Wacana atau perdebatan tentang nilai-nilai HAM apakah universal (artinya
nilai-nilai HAM berlaku umum disemua negara) atau partikular (artinya nilainilai HAM pada suatu negara sangat kontekstual, yaitu mempunyai
kekhususan dan tidak berlaku untuk setiap negara karena ada keterkaitan
dengan nilai nilai kultural yang tumbuh dan berkembang pada suatu negara )
tidak berlanjut. Berkaitan dengan nilai nilai HAM paling tidak ada tiga teori
yang dapat dijadikan kerangka analis, yaitu teori realitas ( realistic theory ),
teori relativisme kultural ( cultural relativism theory ) dan teori radikal
universalisme ( radical universalisme ).
Teori realitas mendasari pandangannya pada asumsi adanya sifat manusia
yang menekankan Self interest dan egoisme dalam dunia seperti bertindak
anarkis. Dalam situasi anarkis, setiap saling mementingkan dirinya sendiri
sehingga menimbulkan chaos dan tindakan tidak manusiawi diantara individu
dalam memperjuangkan egoisme dan self interest-nya. Dengan demikian,
dalam siruasi anarkis prinsip universalitas moral yang dimiliki setiap individu
tidak dapat berlaku dan berfungsi. Untuk mengatasi situasi demikian negara
harus mengambil tindakan berdasarkan power dan security yang dimiliki
dalam rangka menjaga kepentingan nasional dan keharmonisan sosial
dibenarkan. Tindakan yang dilakukan negara seperti tersebut tidak masuk
dalam kategori tindakan pelanggaran HAM oleh negara.
Sementara itu teori relativitas kultural berpandangan bahwa nilai nilai
moral dan budaya bersifat partikular ( khusus ). Hal ini berarti bahwa nilai
17
nilai moral HAM bersifat lokal dan spesifik sehingga berlaku khusus pada
suatu negara. Dalam kaitan dengan penerapan HAM, menurut teori ini ada
tiga model penerapan HAM, yaitu :
1. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak sipil, hak politik dan
hak pemilikan pribadi;
2. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak ekonomi dan hak
sosial;
3. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak penentuan nasib sendiri
( self determination ) dan pembangunan ekonomi.
Model pertama banyak dilakukan oleh negara negara yang tergolong
dnia maju, model kedua banyak diterapkan didunia berkembang dan untuk
model ketiga banyak diterapkan di dunia terbelakang. Selanjutnya, teori
radikal universalitas berpandangan bahwa semua nilai termasuk nilai nilai
HAM adalah bersifat universal dan bisa dimodifikasi untuk menyesuaikan
adanya perbedaan budaya dan sejarah suatu negara. Kelompok radikal
universalitas menganggap ada satu paket pemahaman mengenai HAM bahwa
nilai nilai HAM berlaku sama disemua tempat dan sembarang waktu serta
dapat diterapkan pada masyarakat yang mempunyai latar belakang budaya dan
sejarah yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman dan pengakuan terhadap
nilai nilai HAM berlaku sama dan universal di semua negara dan bangsa.
Dalam kaitannya dengan ketiga teori tentang nilai nilai HAM itu dua
arus pemikiran atau pandangan yang saling tarik menarik dapat melihat
relativitas nilai nilai HAM, yaitu Strong relativist dan weak relativist. Strong
relativist beranggapan bahwa nilai HAM dan nilai lainnya secara prinsip
ditentukan oleh budaya dan lingkungan tertentu, sedang universalitas nilai
HAM hanya menjadi pengontrol dari nilai nilai HAM yang didasari oleh
budaya lokal atau lingkungan yang spesifik. Berdasarkan pandangan ini diakui
adanya nilai nilai HAM lokal ( partikular ) dan nilai nilai HAM universal.
Sementara Weak relativist memberi penekanan bahwa nilai nilai HAM
bersifat universal dan sulit untuk dimodifikasi berdasarkan pertimbangan
budaya tertentu. Berdasarkan pandangan ini nampak tidak adanya pengakuan
terhadap nilai nilai HAM lokal melainkan hanya mengakui adanya nilai
HAM universal.
18
yang sah.
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara
Hak untuk mendapat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan mengeluarkan
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
pendapat
Hak untuk berapat dan berkumpul
Hak untuk mendapatkan jaminan sosial
Hak untuk mendapatkan pekerjaan
Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan
keilmuan
2.
3.
prinsip - prinsip :
1) Berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga;
2) Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama;
3) Membela mereka yang teraniaya;
4) Menghormati kebebasan beragama;
5) Saling menasehati.
Pasal pasal yang berkaitan dengan HAM dalam deklarasi Kairo :
19
a.
b.
c.
d.
e.
2)
3)
4)
f.
g.
h.
Hak
memperoleh
pendidikan
dan
berperan
serta
dalam
20
i.
j.
k.
l.
m. Hak milik pribadi (Pasal 15 ayat a b). Pasal ini berdasarkan pada :
1). Surat Al Baqarah ayat 29
2). Surat An Nissa ayat 29
n.
o.
4.
Hak personal, hak legal, hak sipil dan hak politik yang terdapat
dalam Pasal 3 sampai 21 dalam DUHAM memuat :
1. Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi
2. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan
3. Hak bebas dari penyiksaan atau perilakuan maupun hukuman yang
kejam, tak berperikemanusiaan ataupun merendahkan derajat
kemanusiaan
4. Hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja secara pribadi
5. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif
6. Hak bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang
sewenang-wenang
7. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak
8. Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah
9. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap
kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat
10. Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik
11. Hak atas perlindungan Hukum terhadap serangan semacam itu
12. Hak bergerak
13. Hak memperoleh suaka
14. Hak atas satu kebangsaan
15. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga
16. Hak untuk mempunyai hak memiliki
17. Hak bebas berfikir, berkesadaran dan beragama
18. Hak bebas berfikir, dan menyatakan pendapat
19. Hak untuk berhimpun dan berserikat
20. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintah dan hak atas akses
yang sama terhadaaaap pelayanan masyarakat.
Hak ekonomi, sosial dan budaya berdasarkan pada pernyataan
DUHAM menyangkut hal-hal yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kesejahteraan
hak atas pendidikan
hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari
masyarakat.
22
8.
9.
23
11.
12.
HAM yang sangat berat selama PD II. Selama penjajahan Japan (1942-1945)
rakyat Indonesia sangat menderita, dengan pelanggaran HAM yang berat,
antara lain kekejaman Polisi Militer Japan, Pengiriman dengan Paksa ribuan
tenaga kerja (Romusha) ke Birna dan Thailand dan pengerahan wanita
penghibur bagi tentara wanita.
17.
18.
2.
tahun 1998
Kejahatan terhadap integritas orang, antara lain :
a. Arbritori arrset and dendemtion (komunis) pada tahun 1965-1971
b. Arbritori arrset and dendemtion (Peristiwa malari) tahun 1971-1977
c. Penghilangan orang (Timor Timur) pada tahun 1977-1982
d. Penembakan misterius pada tahun 1982-1983
e. Peristiwa 27 juli yaitu penyerbuan, perusakan dan pembunuhan pada
dilanggar
Kebijakan kemerdekaan berpendapat dilanggar
Kebijakan dari lembaga Ekstra-Yudisial yang mencampuri fungsi
kehakiman
Tindak kekerasan terhadap hak sosial ekonomi dan budaya, antara lain
berikut :
a. pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat adat
b. Pelanggaran terhadap hak lingkungan hidup
c. Pemiskinan secara struktural
d. Proses pemiskinan
19.
makhluk ciptaan Tuhan YME, baik sebagai makhluk individu maupun sosial.
Oleh sebab itu, Pelanggaran HAM dapat dikategorikan merupakan
antara perbuatan seorang atau kelompok orang maupun aparat negara yang
menafikan HAM dimasukkan dalam kategori pelanggaran terhaadap HAM.
Berkaitan dengan sifat istimewa ini maka UU ini juga memberikan upaya
hukum yang istimewa yaitu dengan cara slass action.
22.
sekelompok orang yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah
dilanggar dapat mengajukan laporan dan pengaduan lisan atau tertulis pada
Komnas HAM.
23.
24.
pelanggaran
HAM
yang
berat.
Ketentuan
semacam
ini
2.
3.
4.
1.
2.
3.
anggota kelompok.
Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
4.
5.
dalam kelompok.
Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
29.
pembunuhan.
Pemusnahan.
Perbudakan.
Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
Perampasan kemerdekaan yang melanggar ketentuan pokok hukum
6.
7.
internasional.
Penyiksaan.
Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-
8.
Memperhatikan
pelanggaran-pelanggaran
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa sifat struktural dari pelanggaran HAM juga dapat dilihat
dari pelaku pelanggaran HAM.
31.
saksi juga mendapat perhatian di mana korban dan saksi berhak atas
perlindungan fisik dan metal dari ancaman, gangguan, teror dan kekerasan.
Perlindungan tersebut wajib dilakukan oleh aparat penegak hukum dan aparat
keamanan secara cuma-Cuma. Sebagai konsekuensi dari pelanggaran HAM
maka para korban dan ahli warisnya dapat memperoleh kompensasi, restitusi
Oleh karena itu, pelanggaran HAM dapat terjadi dalam dua cara,
34.
keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk senantiasa berbuat yang benar,
menegakkan hak dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk
masyarakat. Setiap anggota masyarakat hendaknya memiliki pola pikir, pola
sikap dan pola tindak yang sama tentang apa yang patut atau tidak patut
dilakukan atau dikerjakan atau meninggalkan hal-hal tercela. Perasaan ini
harus tumbuh dan berkembang serta terpelihara sampai meningkat menjadi
kesadaran hukum.
36.
terdorong untuk melakukan hal-hal posotof dan pantas. Apabila kondisi ini
ditumbuhkan dalam masyarakat, akan tercipta kedaulatan hukum yang dapat
melahirkan negara hukum. Kedaulatan Hukum atau negara hukum dimaksud
bukan dalam arti formal saja, tetapi sekaligus dalam arti materil yaitu
masyarakat sendiri dengan suara batinya atau dengan kesadaran mematuhi
hukum dalam realitas hidup sehari-hari.
37.
Bagaimaimana
dengan
di
Indonesia
Jika
kita
tidak
42.
HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia yang telah
Dalam kaitan dengan teori nilai HAM, ada dua arus pemikiran
yang saling tarik menarik yang dapat melekat relativitas nilai-nilai HAM,
yaitu strong relativist dan weak relativist.
50.
baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi Negara terhadap hak
asasi individu lain tanpa ada dasar atau landasan yuridis dan alas an
rasional yang menjadi pijakan.
53. Pelanggaran HAM dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
57. Maka dari itu kita perlu kesadaran rasa kemanusiaan yang tinggi,
aparat hukum yang bersih, yang tidak sewenang-wenang, sanksi yang tegas
bagi para pelanggar HAM, serta penanaman nilai-nilai keagamaan pada
masyarakat Indonesia.
58. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.
59. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.