Anda di halaman 1dari 11

HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI ERA GLOBALISASI

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Alfinaufal Malinda Ratuqanitan


NIM : 051101007
Prodi : 54-Manajemen

UNIVERSITAS TERBUKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cianjur, 12 November 2023

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, kita tengah berada di era globalisasi. Teknologi memberikan kemudahan di era
yang serba canggih ini. Akses pun terbuka lebar mulai dari informasi sampai mobilisasi. Hal ini
tentu memberikan kemudahan bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri. Namun,
globalisasi bagai dua mata pisau. Di satu sisi memberikan dampak positif dan di satu sisi
memberikan dampak negatif. Di satu sisi memberikan kemudahan dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Tetapi, di sisi lain memberikan keburukan baik dalam kesehatan ataupun hubungan
sosial dengan orang lain. Era globalisasi sendiri dapat berdampak pada beberapa aspek, seperti
adanya perkembangan pada dunia teknologi, hubungan internasional, perdagangan, dan salah
satunya pada Hak Asasi Manusia (HAM).

Pembicaraan tentang Hak Asasi Manusia (HAM) tidak terlepas dari adanya
pengakuan terhadap adanya hukum alam (natural law) yang merupakan cikal bakal
munculnya Hukum HAM. Menurut G.Singer sebagaimana yang dikutip oleh Dede Rosyada
menyatakan, bahwa “hukum alam merupakan suatu konsep dari prinsip-prinsip umum moral
dan sistem keadilan dan berlaku untuk seluruh umat manusia” (Dede, 2003). Hak asasi
manusia adalah hak yang bersifat dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh manusia, seperti hak
hidup, hak berbicara, dan hak mendapat perlindungan. Oleh karena sifatnya yang dasar dan
pokok ini maka hak asasi manusia sering dianggap sebagai hak yang tidak dapat dicabut atau
dihilangkan.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
a) Bagaimana hubungan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan Era Globalisasi?
b) Apa saja golongan dari Hak Asasi Manusia (HAM)?
1.3 Tujuan
a) Untuk Mengetahui hubungan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan Era Globalisasi?
b) Untuk mengetahui golongan dari Hak Asasi Manusia (HAM)?
1.4 Manfaat
Sebagai sumber informasi mengenai peranan Hak Asasi Manusia (HAM) di era Globalisasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hak Asasi Manusia (HAM)
Definisi dari Hak Asasi Manusia (HAM) menurut John Locke adalah hak yang dibawa
sejak lahir dan secara kodrati melekat pada setiap manusia. Hak sifatnya tidak dapat diganggu
gugat atau mutlak. Hak merupakan pemberian Tuhan kepada manusia mencakup persamaan dan
kebebasan yang sempurna. Hak bukan pemberian manusia atau lembaga kekuasaan. Hak
berfungsi untuk mempertahankan hidup dan harta benda yang dimilikinya.

Definisi lain dari Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki setiap insan untuk
mengembangkan dirinya. Hak tersebut bersifat mutlak atau tidak dapat diganggu gugat. Austin
Ranney Hak asasi manusia adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas dalam
konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah (Baehr, 1998).

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 HAM diartikan sebagai seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena
itu, HAM wajib dihormati dan dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan semua orang demi melindungi harkat dan martabatnya.

Asal – usul gagasan mengenai HAM sebagaimana disebut terdahulu bersumber dari teori
hak kodrati (natural rights theory). Teori kodrati mengenai hak itu bermula dari teori hukum
kodrati (natural law theory). Pada perkembangannya melawan kekuasaan muncul gerakan
pembaharuan (Renaissance) yang mengharapkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi yang
menghormati orang perorang. Gerakan pembaharuan diteruskan dari aliran hukum kodrat yang
dicetuskan oleh Thomas Aquinas dan Grotius yang menegaskan bahwa setiap orang dalam
kehidupan ditentukan oleh Tuhan, namun semua orang apapun statusnya tunduk pada otoritas
Tuhan. Berarti, bukan hanya kekuasaan Raja saja yang dibatasi oleh aturan-aturan Ilahiah tetapi
semua manusia dianugerahi identitas individual yang unik, yang terpisah dari negara dimana ia
memiliki hak kodrati yang menyatakan bahwa setiap individu adalah makhluk otonom (Roma,
2009).
Penggolongan HAM dapat dibedakan dalam beberapa aspek, antara lain, yaitu:

1. Hak individu yang merupakan hak-hak yang dimiliki masing-masing orang.

2. Hak kolektif, yakni masyarakat yang hanya dapat dinikmati bersama orang lain, seperti hak
penentuan nasib sendiri, hak memperoleh ganti rugi bagi kebebasan yang dilanggar.

3. Hak sipil dan politik (dimuat dalam international covenant on civil and political rights dan
terdiri dari 27 pasal), antara lain memuat hak-hak yang telah ada dalam perundang-undangan
Indonesia seperti:

a) Hak atas penentuan nasib sendiri, hak memperoleh ganti rugi bagi yang kebebasannya
dilanggar;

b) Hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan
berpikir, berkeyakinan dan beragama;

c) Hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk menikmati hak sipil dan hak
politik, hak seseorang untuk diberi tahu alasan-alasan pada saat penangkapan persamaan
hak dan tanggung jawab antara suami-istri, hak atas kebebasan berekspresi.

4. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (dimuat dalam international covenant on economic,
social, and cultural rights dan terdiri dari 13 pasal) antara lain memuat hak untuk
menikmati kebebasan dari rasa ketakutan dan kemiskinan, larangan atas diskriminasi ras,
warna kulit, jenis kelamin, agama, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan untuk
menikmati ekonomi, sosial, dan budaya; hak untuk mendapatkan pekerjaan; hak untuk
memperoleh upah yang adil bagi buruh laki-laki dan perempuan; hak untuk membentuk
serikat tani (buruh, hak untuk mogok, hak atas pendidikan, hak untuk bebas dan
kelaparan.

2.2. Era Globalisasi


Globalisasi adalah proses di mana hilangnya batasan atau sekat pemisah antarnegara,
sehingga saling menyatu dan terhubung satu sama lain. Proses globalisasi mencakup berbagai
bidang. Mulai dari politik, sosial, dan budaya hingga ekonomi serta pendidikan. Waters
mendefinisikan globalisasi dari sudut pandang yang berbeda. Dia mengatakan bahwa globalisasi
merupakan sebuah proses sosial, dimana batas geografis tidak penting terhadap kondisi sosial
budaya, yang akhirnya menjelma ke dalam kesadaran seseorang (Waters, 1995). Definisi ini
hampir sama dengan apa yang dimaksudkan oleh Giddens (1990). Dimana, globalisasi adalah
adanya saling ketergantungan antara satu bangsa dengan bangsa lain, antara satu manusia dengan
manusia lain melalui perdagangan, perjalanaan, pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi yang
luas sehingga batas-batas negara menjadi semakin sempit. Pengertian globalisasi seperti ini juga
telah disampaikan oleh beberapa ahli yang mengatakan bahwa globalisasi adalah proses individu,
kelompok, masyarakat dan negara yang saling berinteraksi, terkait, tergantung, dan saling
mempengaruhi antara satu sama lain, yang melintasi batas negara.

Tomlinson (1999), mendefinisikan globalisasi sebagai suatu penyusutan jarak yang


ditempuh dan pengurangan waktu yang diambil dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-
hari, baik secara fisik (seperti perjalanan melalui udara) atau secara perwakilan (seperti
penghataran informasi dan gambar menggunakan media elektronik), untuk menyebrangi mereka.
Globalisasi dapat juga didefenisikan sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan kegiatan
ekonomi lintas batas nasional dan regional. Ini diperlihatkan melalui pergerakan barang,
informasi, jasa, modal dan tenaga kerja melalui perdagangan dan investasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan Jurnal 1: PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI ERA
GLOBALISASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Perbawati, 2015)
Islam memiliki seperangkat ajaran universal yang mengatur hubungan kemanusiaan baik
untuk kalangan sesama umat Islam maupun antara umat Islam dengan kelompok-kelompok
agama dan negara-negara lain. Nilai-nilai Islam mampu menjawab berbagai persoalan
kemanusiaan terutama yang menyangkut hubungan antar umat beragama, antar bangsa, dan antar
peradaban. Sebagai agama rahmatan lil ’âlamin (rahmat bagi semesta alam) Islam mendukung
setiap upaya yang ditujukan untuk menjaga harkat dan martabat manusia, baik secara
perseorangan, kelompok maupun totalitas.
Semua hak asasi manusia adalah universal, tidak dapat dipisahkan, saling tergantung dan
saling terkait. Masyarakat internasional secara umum harus memperlakukan hak asasi manusia di
seluruh dunia secara adil dan berimbang, dengan menggunakan dasar dan penegakan yang sama.
Sementara kekhususan nasional dan regional serta berbagai latar belakang sejarah, budaya dan
agama adalah sesuatu yang penting dan terus menjadi pertimbangan, adalah tugas semua negara,
apapun sistem politik, ekonomi dan budayanya, untuk memajukan dan melingungi hak asasi
manusia dan kebebasan asasi. Selain hak tersebut di atas terdapat prinsip-prinsip hukum Islam
yang harus diwujudkan, yakni keadilan, rahmah (kasihsayang), hikmah (kebijaksanaan), dan
kemaslahatan, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan
alam.
3.2. Pembahasan Jurnal 2: Perjuangan Panjang Hak Asasi ManusiaKaum Buruh di Era
Globalisasi (Febrianto, 2023)
Buruh adalah kelompok masyarakat mayoritas yang jumlahnya puluhan bahkan
ratusan juta. Mere ka menjadi penggerak ekonomi di banyak negara di dunia, akan
tetapi masih banyak kaum buruh belum mendapatkan ketidakadilan. Upaya kaum buruh
sebagai manusia tidak pernah lepas dari perjuangan panjang selama berabad-abad, yang
mendorong rasa kemanusiaan dan keadilan sebagai manusia. Globalisasi telah membawa
dampak yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat dunia pada kehidupan politik, sosial,
ekonomi dan budaya. Di balik globalisasi akan membawa dua dampak yaitu ada peluang
dan tantangan serta ancaman bagi kaum buruh pada kehidupan sehari-harinya.
Permasalahan dan kerentanan yang dihadapi para buruh dan petani di Indonesia,
kian berlapis dan belum menemukan titik akhir. Sementara peran Pemerintah dalam
melindungi hak-hak dasar bu-ruh dari eksploitasi dan ketidakadilan masih be-lum bisa
menyelesaikan akar permasalahan. Sejak tahun 2020 terjadi penurunan kesejahteraan dan
prekarias pekerjaan sehingga hilangnya kepastian atas pekerjaan sebagai hak dasar akibat
disahkan-nya Undang Undang Omnibus Law Cipta Kerja. Upaya pemerintah untuk
mendatangkan investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan sangatlah di-paksakan karena
terikat oleh beberapa perjanjian dagang tingkat internasional seperti dengan WTO, MEA,
Indonesia-EFTA, EU sebagai dampak lanju-tan dari globalisasi.

Perjuangan kaum buruh seabad yang lalu masih terus relevan hari ini, dan selama
eksploitasi pada kaum buruh masih ada. Perjuangan ini akan terus berlanjut demi
terpenuhinya hak-hak buruh atas kepastian pekerjaan, upah layak dan jaminan sosial yang
layak agar buruh dan keluarganya bisa hidup layak serta bisa terus menjadi pengerak
perekono-mian negara. Buruh terus berjuang lewat jalur kon-situsi dengan mendaftarkan uji
formil dan uji mate-riil Undang Undang No 6 tahun 2023 tentang Cipta Kerja ke Mahkamah
Konstitusi (MK). Mahkamah Konsitusi adalah benteng terakhir para buruh dan petani
untuk mendapatkan keadilan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Era Globalisasi memiliki banyak pengaruh terhadap perkembangan HAM dalam bidang
ekonomi, sosial, dan budaya. Disisi lain globalisasi juga bisa mengikis berbagai budaya yang
sudah melekat pada setiap negara. Maka dari itu perlu dilakukan pembentukan hukum yang
sangat kuat sebagai benteng hukum HAM dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya, karena hak
tersebut sangat perlu dilindungi, dihormati, dan dipenuhi oleh pemangku kebijakan dan
pemerintah.

4.2. Saran
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai topik Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi
dengan pendekatan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Baehr, Peter R. 1998. Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar Negeri. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Dede Rosyada, dkk. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Prenada Media.
Jakarta Timur. hlm. 202.
Febrianto, R. 2023. Perjuangan Panjang Hak Asasi ManusiaKaum Buruh di Era Globalisasi. Jurnal
Dekontruksi, Vol. 09, No.03, Tahun 2023.
Giddens, A. 1990. The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity Press
Perbawati, C. 2015. PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Universitas Lampung. AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 4,
Desember 2015.
Roma, K Smith et al. 2009. Hukum HAM. Yogyakarta : Pusham UII. hlm. 12
Tomlinson, J. 1999. Globalization and Culture. Cambridge. Polity Press.
Undang-undang Hak Asasi Manusia atau Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Waters, M. 1995. Globalization. 2nd Edition. Taylor and Francis Group. London.

Anda mungkin juga menyukai