Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi di era Revolusi 5.0 ini adalah sebagai bentuk penyempurnaan era 4.0.
Banyak bermunculan teknologi baru yang diciptakan oleh berbagai pakar, menjadi tolak
ukur jauhnya perkembangan digitalisasi di zaman modern sebagai bentuk Revolusi
Industri. Selain Revolusi Industri 5.0, adapun Society 5.0 yaitu salah satu istilah yang
muncul seiring dengan berjalannya waktu. Konsep Society 5.0 tidak berbeda jauh dengan
konsep Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Hanya saja konsep Society lebih fokus
pada konteks terhadap manusia. Jika revolusi industri menggunakan AI, dan kecerdasan
buatan sebagai komponen utamanya maka Society 5.0 menggunakan teknologi modern
dengan mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.

Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada


sebelumnya. Dimana seperti kita ketahui, Society 1.0 adalah pada saat manusia masih
berada di era berburu dan mengenal tulisan, Society 2.0 adalah era pertanian dimana
manusia sudah mengenal bercocok tanam, Society 3.0 adalah era industri yaitu ketika
manusia sudah mulai menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari, Society
4.0 adalah era manusia sudah mengenal komputer hingga internet dan Society 5.0 era
dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan hanya
digunakan untuk sekedar berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.

Dalam upaya mempertahankan eksistensi negara pada era Society 5.0 dimana
komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui
perkembangan teknologi, pencapaian tujuan umum seperti mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara, melakukan tindakan terbaik bagi bangsa,
menjaga identitas serta integritas bangsa dan negara, dengan tetap berlandaskan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945, kerap digambarkan sebagai suatu hal yang selalu dilakukan
dalam bentuk fisik harus segera diubah tentunya menyesuaikan perkembangan teknologi
tersebut. Karena pada kenyataannya, gagasan atau ide untuk mempertahankan eksistensi
Negara melalui upaya bela Negara sendiri juga dapat dilakukan secara virtual atau digital.
Namun dalam perkembangan yang baik ini juga menimbulkan masalah baru bagi
generasi milenial, salah satunya adalah hak-hak yang seharusnya didapatkan sebagai
makhluk hidup, manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi hal yang langka di zaman
ini. Pada nyatanya berkembangnya Revolusi Industri masih belum bisa mengatasi
persoalan yang kerap muncul. Hak Asasi Manusia dianggap remeh oleh berbagai pihak,
banyak faktor yang dapat dirumuskan dari permasalahan ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan berbagai
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) di era globalisasi?


2. Tantangan apa saja yang dihadapi sehingga dapat mengancam HAM di
era globalisasi?
3. Mengapa kelunturan HAM dapat terjadi di era globalisasi saat ini?
4. Upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dan generasi muda
sebagai penggerak dalam perubahan berdemokrasi memperjuangkan HAM
di era globalisasi?

1.3 Manfaat Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, adapun manfaat dari penulisan
artikel “Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi”, yaitu:

1. Mepaparkan pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM) di era globalisasi


2. Menemukan tantangan yang menjadi ancaman bagi nilai HAM di
Indonesia pada era globalisasi
3. Mengetauhi penyebab kelunturan HAM yang terjadi di Indonesia pada era
globalisasi
4. Menelaah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan generasi muda
dalam berdemokrasi memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) di era
globalisasi

1.4 Tujuan Artikel


1. Menelaah doktrin konsepsi Hak Asasi Manusia (HAM) di era globalisasi
2. Melihat bagaimana nilai HAM ketika dipadukan dengan revolusi industr
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kajian mengenai “Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi” telah banyak oleh
beberapa peneliti dan para ahli. Kajian yang sudah ditelaah dapat memberikan pemikiran
baru bagi umum. Aspek yang diteliti juga mencerminkan hal-hal yang bervariasi atau
melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berbagai disiplin ilmu.

(Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum, 2019) memberikan materi sejarah globalisasi
hingga perubahan globlisasi bagi subjek hukum internasional. Pengaruh globalisasi
mengakibatkan pergeseran konsep State Centrism ke Human Centerism yang
mengakibatkan perubahan kewajiban tanggung jawab di bidang Hak Asasi Manusia.

(I Made Suwandana Putra, 2022) Globalisasi merupakan suatu konsep yang


menggunakan frasa dasar yakni “the globe” dalam tatanan bahasa Inggris atau “lamonde”
dalam tatanan bahasa Perancis, yang memiliki pengertian bumi, pada bhuana raya ini.
Oleh karenanya “globalisasi” dalam tatanan bahasa Indonesia atau “globalization” dalam
tatanan bahasa Inggris atau “mondialisation” dalam tatanan bahasa Perancis secara netral
bahasawi bisa kita artikan menjadi cara untuk mengaktualkan seluruhnya satu bhuana
raya ini, satu bumi.

(I Made Suwandana Putra, 2022) menganalisis bahwa di tengah derasnya globalisasi


yang kian dinamis menimbulkan hubungan terhadap kekerasan seksual yakni dampak
yang luar biasa khususnya dampak negatif bagi perempuan dan anak. Dengan adanya
globalisasi yang dinamis menimbulkan peluang terjadinya kekerasan seksual semakin
leluasa dan lenggang. Misalnya saja, sebagaimana dilansir melalui United Nations
Women16 diprediksi setidaknya ditemukan tiga puluh lima persen perempuan di muka
bumi ini sudah menghadapi kekerasan verbal, psikis maupun kekerasan seksual secara
langsung semasa hidupnya.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

Hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman perilaku,


melindumgi kebebasan, kekebalan, serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam
menjadi harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar
yang dimiliki manusia sebagai fitrah, sehingga tidak satupun makhluk mengintervensinya
apalagi mencabutnya.

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang
manusia. Hak asasi manusia berlaku kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja,
sehingga sifatnya universal.

Secara istilah HAM dapat dirumuskan dengan beberapa pendapat, di antaranya HAM
adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya. Menurut
pendapat Jan Materson, dari komisi HAM PBB, dalam Teaching Human Rights, United
Nations, sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Secara filsafati dapat
dipahami bahwa HAM adalah hak yang melekat atau inherent pada diri manusia, yang
berasal dari Tuhan sejak manusia itu lahir. Sebagai makhluk Tuhan, manusia memiliki
derajat luhur yang dilengkapi dengan budi dan nurani. Secara objektif dapat dikemukakan
bahwa HAM adalah kewenangan pokok yang melekat pada manusia, sehingga harus
diakui dan dihormati oleh negara. Hak dan kewajiban fundamental manusia itu berakar
pada idea Sang Pencipta. Manusia memperoleh hak-haknya itu langsung dari Tuhan
menurut kodratnya (scundum suam naturan).
Berbagai tantangan baru yang dihadapi oleh lembaga-lembaga yang berperan dalam
pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM); ada pula Generasi Muda yang ikut andil dalam
pergerakan secara digitalisasi di era revolusi industri (Globalisasi). Beberapa Beberapa
tantangan dan permasalahan tersebut antara lain:

 Pelanggaran HAM yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, seperti


genosida, etnis bersih, terorisme, perang saudara, pengungsi, perdagangan
manusia, penyiksaan, diskriminasi, dan sebagainya.

 Ketimpangan sosial dan ekonomi yang menyebabkan sebagian besar manusia


tidak dapat memenuhi hak-hak dasarnya, seperti hak atas pangan, sandang,
papan, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

 Kerusakan lingkungan hidup yang mengancam hak manusia untuk hidup dalam
lingkungan yang baik dan sehat, seperti pemanasan global, perubahan iklim,
polusi udara, air, dan tanah, kehilangan keanekaragaman hayati, dan sebagainya.

 Konflik antara HAM dengan nilai-nilai budaya, agama, atau tradisi tertentu yang
berbeda-beda di setiap negara atau masyarakat. Misalnya, isu-isu seperti hak
asasi perempuan, hak asasi anak, hak asasi minoritas seksual dan gender, hak
asasi penduduk asli, dan sebagainya.

 Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menghargai dan


menghormati HAM serta menuntut pertanggungjawaban negara atau pihak-
pihak yang melanggar HAM.

Era globalisasi yang ditandai dengan makin biasnya batas-batas budaya dan
nasionalitas, hampir disetiap negara baik negara maju maupun negara berkembang mulai
tertarik untuk memahami tentang arti pentingnya keterlibatan HAM dalam berbagai aspek
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan bermasyarakat termasuk di
negara Indonesia hal ini terlihat dalam Rencana pembangunan hukum nasional yang
mengagendakan adanya bidang HAM. Arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah
membawa pengaruh bagi terbukanya koridor pembaharuan hukum dan penegakan HAM,
terlebih lagi dalam mewujudkan civil society atau masyarakat madani. Penggunaan istilah
-masyarakat madani dalam ranah masyarakat yang demokratis lebih memiliki makna
dalam, terlebih lagi dalam mengangkat harkat dan martabat manusia. Selain itu, civil
society sangat penting artinya dalam menggambarkan mendeskripsikan penegakan HAM
di Indonesia. Isu tentang HAM di Indonesia sebenarnya bukan hal yang baru karena
sesungguhnya masalah HAM sudah di singgung oleh para founding father Indonesia,
walaupun tidak disebutkan secara eksplisit yakni di dalam alinea 1 Pembukaan UUD
1945, akan tetapi penghargaan terhadap HAM yang sudah dicanangkan oleh para
founding father di Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya, sering dengan
perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam 3 orde, yaitu orde lama, orde baru, dan orde
Reformasi.

Era Globalisasi merupakan sebuah keadaan sebagai konsekuensi dari transformasi


global yang menjadikan dunia dalam kondisi compresed serta terjadi intensifikasi
kesadaran terhadap dunia sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dampak yang paling jelas
muncul kepermukaan adalah pengaruh nilai liberalisasi yang begitu besar dalam muatan
yang diatur melalui ketentuan hukum perundang-undangan, bahkan sering kali globalisasi
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, padahal dalam konteks ke Indonesia bahwa hak
asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan budaya harus mengacu dan merujuk pada
Pancasila, faktanya hal ini ditandai dengan memudarnya implementasi nilai-nilai
Pancasila dalam penyelenggaraan hukum (pembentukan, penemuan, dan penerapan
hukum terkait hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan politik) (Endang Sutrisno,
2007:115).

Globalisasi merupakan kekuatan baru yang berpengaruh terhadap kehidupan


manusia, bahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam tradisi ketimuran (termasuk Indonesia)
semakin memudar, globalisasi membawa nilai-nilai liberalisme membuat nilai-nilai
keilmuan bangsa Indonesia merasa tak punya jati diri lagi, sebut saja beberapa penormaan
hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan bidang ekonomi yang tidak
mengindahkan lagi nilai-nilai Pancasila. Keberpihakan peraturan perundang-undangan
pada nilai- nilai liberalisme tersebut dapat dipandang sebagai penyebab krisis multi
dimensi, khususnya dalam pengembangan teori dan ilmu hukum Keadaan tersebut yang
seharusnya dijadikan "cermin berbenah diri" penyelenggaraan hukum, dan setidaknya
upaya yang dilakukan dalam merespon perubahan/ pergeseran nilai, sebab jika tidak
dilakukan, maka hukum hanya sekedar "teks-teks mati" yang tidak dapat
diimplementasikan dengan baik, hal ini jelas menjadi permasalahan bagi pembangunan
hukum ekonomi di Indonesia di era globalisasi. Dalam bahasa Arnold Toynbee bahwa
telah terjadi ketimpangan sangat besar antara sains dan teknologi yang melaju sedemikian
pesat dengan kearifan moral bangsa yang sama sekali tidak berkembang atau kalau boleh
dikatakan justru malah mengalami kemunduran (Anthon F. Susanto, 2010:1). Globalisasi
sebagaimana yang dikemukakan oleh David C.Korten telah menyebabkan peran politis
pemerintah menjadi jauh berkurang, saat ini yang jauh lebih berkuasa adalah jaringan
yang berpusat pada ekonomi global, yang didominasi oleh perdagangan antar perusahaan
dan hubungan antar pribadi.

Bagi Indonesia, sangat tidak mungkin melawan arus globalisasi yang tengah
berlangsung secara akseleratif, hal ini disebabkan: 1) Indonesia berada dalam posisi yang
kurang menguntungkan yang disebabkan oleh lemahnya sumber daya manusia dalam
penguasaan teknologi dan buruknya birokrasi investasi; 2) pada saat bersamaan setelah
Indonesia meratifikasi WTO, maka peranan pemerintah dalam kehidupan ekonomi
semakin tereduksi secara sigifikan. Meski globalisasi, yang pada dasarnya merupakan
proses perubahan yang sangat cepat di semua lini kehidupan dan munculnya kompetisi
yang sangat kejam, telah menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat lemah, tetapi
masih ada celah- celah yang dapat digunakan untuk memperkuat diri, yakni pemerintah
Indonesia harus dapat membangun kekuatan internal yang dimilikinya.

Dalam pandangan Anis Ibrahim bahwa pemerintah Indonesia harus berupaya


melakukan barrier to entry yang bisa diciptakan melalui: 1) membangun nasionalisme
konsumen yang tinggi untuk mencintai produk dalam negeri; 2) mondorong dan
menfasilitasi agar sumber daya manusia yang dimiliki dapat menguasai teknologi; 3)
memperkuat asosiasi-asosiasi ahli untuk melindungi kepentingan profesi; 4) memperkuat
market ekonomi dalam negeri untuk memasarkan produk lokal; 5) melakukan
pembaharuan hukum yang dapat memproteksi semua itu tanpa melanggar kesepakatan
global yang sudah ditandatangani Indonesia (Anis Ibrahim, 2007:97-98).

Pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya untuk menegakkan HAM. Upaya
pemerintah ini harus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia agar berjalan maksimal.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menegakkan dan melindungi HAM di
antaranya: 1) Memasukkan HAM ke dalam UUD 1945 dan melakukan penyesuaian
terhadap pasal-pasal yang berkaitan dengan penegakan HAM; 2) Menerbitkan berbagai
peraturan perundang-undangan sebagai instrumen nasional HAM; 3) Membentuk Komisi
Nasional HAM dan Pengadilan HAM, serta lembaga-lembaga lain yang berwenang
dalam penegakan HAM; 5) Menyelesaikan berbagai pelanggaran HAM dengan menyeret
para pelakunya ke pengadilan HAM.
BAB IV
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan hak asasi manusia bidang ekonomi,


sosial dan budaya sangat kuat, terjadi pergeseran nilai dan norma yang melandasi dan
mengatur hak asasi manusia diberbagai negara, namun dengan adanya globalisasi sekat
pembatas nilai-nilai tersebut menjadi hilang, ada nilai yang tetap survive dan ada nilai-
nilai yang kemudian bergeser. Solusi yang tepat adalah melakukan pembangunn hukum
hak asasi manusia dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya (HESB) merupakan hak
asasi yang harus di lindungi, dihormati dan dipenuhi oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (penyelenggara otonomi daerah.

2.2 Saran
Seharusnya pembangunan hukum dapat dilakukan dengan mengimplementasikan
nilai- nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam peraturan perundang-
undangan organik, sehingga dapat diimplementasikan secara langsung oleh pemerintah.
Selain itu, dalam pembangunan hukum hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial, dan
budaya perlu ada mekanisme pemenuhan atau penuntutan hak jika hak ekonomi, sosial
dan budaya tidak dipenuhi oleh negara, terkait dengan pemenuhan diperlukan upaya
sinergis antar lembaga negara dan masyarakat. Globalisasi bukan menjadi penghambat
majunya perkembangan nilai Hak Asasi Manusia, justru disaring dan dapat dijadikan
inovasi dalam revolusi bidang kemanusiaan bagi Indonesia di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Keuangan RI (29 Maret 2023) Memahami Bela Negara di Era Society 5.0.
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/lubuksikaping/id/data-publikasi/artikel/3100-
memahami-bela-negara-di-era-society-5-0.html. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Universitas Islam An Nur Lampung (18 September 2023) Hak Asasi Manusia: Sejarah,
Jenis, dan Tantangan di Era Globalisasi. An-nur.ac.id. https://an-nur.ac.id/blog/hak-
asasi-manusia-sejarah-jenis-lembaga-dan-tantangan-di-era-globalisasi.html.

Candra Perbawati (4 Desember 2015) Penegakkan Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi
Dalam Prespektif Hukum Islam. ..\Downloads\57268-ID-none.pdf. Media.neliti.com

I Made Suwandana Putra (2002) PENEGAKAN HAK ASASI PEREMPUAN PADA


ERA GLOBALISASI DI INDONESIA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
(KONVENSI CEDAW)...\Downloads\89756-1021-313140-1-10-20221105.pdf.

Erlina B (2 Juli 2022) PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERKEMBANGAN


HAK ASASI MANUSIA BIDANG EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA (HESB) DI
INDONESIA...\Downloads\26687-ID-pengaruh-globalisasi-terhadap-perkembangan-
hak-asasi-manusia-bidang-ekonomi-sosi.pdf. Media.neliti.com

Anda mungkin juga menyukai