Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENGENAL DAN MEMAHAMI FIQH HAK ASASI MANUSIA DAN


FIQH DEMOKRASI

DISUSUN OLEH :

Nama : Nur Fitri Sarumpaet

Nim : 220204110029
Prodi : Ilmu Alqur’An Dan Tapsir

Dosen Pengampu : M. Anas Kholish, M.Hi

Mata Kuliah : Ilmu Fiqih

PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS SYARIAH

UIN MAUANA MALIK IBRAHIM MALANG

NOVEMBER 2022
ABSTRAK

Hak Asasi Manusia (HAM) telah dideklarasikan pada tahun 1948 oleh Sidang Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). HAM menjadi acuan dunia internasional dan mempengaruhi
semua aspek hubungan dan hukum internasional kontemporer. Namun demikian, penafsiran dan
penerapakan HAM dalam lingkup nasional tidaklah semulus penerimaannya. Benturan antara
budaya dan hukum lokal dengan HAM yang bersifat universal seringkali tidak dapat dielakkan.
Hukum Islam adalah produk dari Syari’at Islam yang diterapkan secara resmi hampir di berbagai
negara muslim yang sekaligus merupakan anggota PBB.
Apakah ada benturan antara hukum internasional hak asasi manusia dan hukum Islam
lalu bagaimana penyelesaiannya. Ini merupakan pertanyaan yang harus dijawab dengan tuntas
dalam perspektif keduanya. Pendekatan Dialogis memberikan jawaban yang cukup memuaskan.
Melalui doktrin “Marjin Apresiasi” di satu pihak dan mashlahah di pihak lain, keduanya adalah
pintu masuk bagi yang lain untuk saling membuka ruang dialog guna mencapai pemahaman
bersama hak asasi manusia. Dampak positif bagi hukum Islam adalah fikih seperti menemukan
ruhnya kembali dan mashlahah tidak hanya menjadi jargon belaka.

Kata Kunci: Hukum Internasional, Hak Asasi Manusia, Islam

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta
ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta
keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Karena Rahmat dan hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ” Mengenal Dan Memahami Fiqh Hak Asasi Manusia
Dan Fiqh Demokrasi” ini sebagai tugas dari mata kuliah Studi Fiqih tepat pada waktunya. Saya
berterima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami, dan
juga telah memberikan banyak bimbingan dan arahan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya.
Saya juga sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang pembuaan
laporan makalah ini. Untuk itu saya meminta maaf atas kekurangan tersebut, saya juga sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya laporan yang
lebih baik untuk kedepannya.

Malang, 17 November 2022

Nur Fitri Sarumpaet


Nim. 220204110029

2
MENGENAL DAN MEMAHAMI FIQH HAK ASASI MANUSIA DAN
FIQH DEMOKRASI

A. Pengertian HAM
Hak asasi manusia adalah hak manusia yang paling mendasar dan melekat padanya
dimanapun ia berada. Tampa adanya hak ini berarti berkuranglah harakatnya sebagai manusia
yang wajar hak asasi manusia adalah suatu tuntunan yang secara moral dapat di pertanggung
jawabkan. Suatu hal yang sewajarnya mendapat perlindungan hukum. Hak asasi dalam Islam
berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Dalam Islam seluruh hak
asasi merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.
Oleh karena itu, negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi tersebut,
melainkan juga mempunyai kewajiban untuk melindungi dan menjAamin hak-hak tersebut. Ide
mengenai hak asasi manusia timbul pada abad ke-17 dan ke-18, sebagai reaksi terhadap
keabsolutan raja-raja dan kaum feodal di zaman itu terhadap rakyat yang mereka perintah atau
manusia yang mereka pekerjakan, yaitu masyarakat lapisan bawah. Masyarakat lapisan bawah
ini tidak mempunyai hak-hak, mereka diperlakukan sewenang-wenang sebagai budak yang
dimiliki.
Sebagai reaksi terhadap keadaan tersebut, timbul gagasan supaya masyarakat lapisan
bawah tersebut diangkat derajatnya dari kedudukannya sebagai budak menjadi sama dengan
masyarakat kelas atas, karena pada dasarnya mereka adalah manusia juga. Oleh karena itu,
muncullah ide untuk menegakkan HAM, dengan konsep bahwa semua manusia itu sama,
semuanya merdeka dan bersaudara, tidak ada yang berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah,
dengan demikian tidak ada lagi budak.

B. Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia


HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak-hak itu manusia tidak
dapat hidup layak sebagai manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut
diperoleh bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat
(Tilaar, H.A.R. 2001). 1HAM menurut para ahli : HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung

1
Tilaar, H.A.R. 2001. Dimensi-dimensi dan HAM pada Kurikulum Persekolahan Indonesia. Bandung : PT Alumni.
3
oleh tuhan sebagai hak yang kodrat. HAM adalah sejumlah hak yang seakan-akan berakar dalam
tabiat setiap oknum pribadi manusia justru kemanusiaannya yang tak dapat dicabut oleh siapapun
juga, karena bila dicaabut hilang juga kemanusiaannya. Soenarko (2000) merumuskan hak-hak
dasar ialah hak-hak manusia yang pokok dan tak dapat dikurangi oleh siapapun juga dalam
negara yang sopan. Ruang lingkup HAM meliputi :2
1. Hak pribadi, hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan dan lain-lain.
2. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada, kebebasan sipil dan
politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan
Beberapa hal yang harus di lakukan dalam ruang lingkup, diantaranya :
1. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain sebagainya.
2. Hak milik pribadi dalam kelompok sosial di mana ia ikut serta.
3. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan.
4. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu, Hak Asasi Manusia mencakup hak sipil dan politik, seperti hak untuk
hidup, kebebasan dan kebebasan berekspresi. Selain itu, ada juga hak sosial, budaya dan
ekonomi, termasuk hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan, hak atas pangan, hak untuk
bekerja dan hak atas pendidikan.
1. Makna Hak Asasi Manusia
Dua nilai kunci menjadi dasar konsep hak asasi manusia. Yang pertama adalah “martabat
manusia” dan yang kedua adalah “persamaan”. Hak asasi manusia sebenarnya adalah definisi
(percobaan) dari standar dasar yang diperlukan untuk kehidupan yang bermartabat. Universalitas
mereka berasal dari keyakinan bahwa orang harus diperlakukan sama. Kedua nilai kunci ini
hampir tidak kontroversial. Itulah sebabnya hak asasi manusia didukung oleh hampir semua
budaya dan agama di dunia. Orang-orang pada umumnya setuju bahwa kekuasaan negara atau
sekelompok individu tertentu tidak boleh tidak terbatas atau sewenang-wenang. Tujuannya harus
menjadi yurisdiksi yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan semua individu dalam suatu
negara.
Hak asasi manusia memiliki beberapa karakteristik khusus yaitu :

2
Soenarko. 2000. Hak-Hak Asasi Manusia Konstitutionalisme: Hubungan Antara Masyarakat dan Negara, dalam
Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya. Jakarta: Penerbit Djambatan.
4
1. Hak asasi manusia tidak dapat dicabut: anda tidak dapat kehilangan hak-hak ini, sama
seperti anda berhenti menjadi manusia.
2. Hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan: tidak ada yang dapat mengambil hak karena
hak tersebut “kurang penting” atau “tidak esensial”.
3. Hak Asasi Manusia saling bergantung: bersama-sama hak asasi manusia membentuk
struktur yang saling melengkapi. Misalnya, kesempatan anda untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan lokal secara langsung bergantung pada hak anda atas kebebasan
berekspresi, untuk berserikat, atas pendidikan, dan bahkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
4. Hak Asasi Manusia adalah cerminan dari kebutuhan dasar hidup. Tanpa hak asasi
manusia seseorang tidak dapat menjalani kehidupan yang bermartabat. Melanggar hak
asasi seseorang berarti memperlakukan orang tersebut seolah-olah dia bukan manusia.
Mempromosikan Hak Asasi Manusia berarti menuntut agar martabat manusia semua
orang dihormati.
5. Dalam menuntut hak-hak ini, setiap orang juga memikul tanggung jawab: menghormati
hak orang lain dan mendukung serta melindungi mereka yang haknya dilanggar atau
ditolak. Dengan mengambil tanggung jawab ini anda menunjukkan solidaritas dengan
semua orang lain.
2. Kerangka Hak Asasi Manusia
Setelah masa penjajahan dan Perang Dunia II, muncul suara-suara di seluruh dunia tentang
standar Hak Asasi Manusia untuk memperkuat perdamaian internasional dan melindungi warga
sipil dari pelecehan oleh pemerintah. Suara-suara ini memainkan peran penting dalam pendirian
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1945. Sejak diadopsi pada tahun 1948, Deklarasi
Universal telah menjadi dasar bagi dua puluh perjanjian utama Hak Asasi Manusia. Bersama-
sama ini membentuk kerangka HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa 3.
Perjanjian hak asasi manusia utama Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah diantaranya :
1. Konvensi tentang Pencegahan dan Hukuman Genosida, 1948.
2. Konvensi Internasional tentang Status Pengungsi, 1951.
3. Konvensi Perbudakan, 1926, dilengkapi dengan Protokol, 1953.
3
Soenarko. 2000. Hak-Hak Asasi Manusia Konstitutionalisme: Hubungan Antara Masyarakat dan Negara, dalam
Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya. Jakarta: Penerbit Djambatan.

5
4. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, 1965
5. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, 1966.
6. Konvensi tentang Ketidakterlakuan Batasan Hukum terhadap Kejahatan Perang dan
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, 1968.
7. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, 1979.

C. Hukum Fiqih Tentang Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai oleh semua orang sesuai dengan
kondisi yang manusiawi. Hak Asasi Manusia ini selalu dipandang sebagai sesuatu yang
mendasar, fundamental dan penting. Oleh karena itu, banyak pendapat yang mengatakan bahwa
Hak Asasi Manusia itu adalah “kekuasaan dan keamanan” yang dimiliki oleh setiap individu.
Oleh karena itu, didalam hukum fiqih ini dapat dibagikan dalam hukum diantaranya (Na’im,
Abdullah Ahmed, 1997) 4 :
1. Konsep Hak Asasi Dalam Hukum Islam
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan
manusia,lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah
makhluk bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai
hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau
egaliter, tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya
kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab
itu sendiri.
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan
danpenghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam memandang semua
manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati
seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : “Hai
manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang

4
An-Na’im, Abdullah Ahmed, Dekonstruksi Syari’ah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi
Manusia, Dan Hubungan Internasional Dalam Islam, Ter. Ahmad Suaedy Dan Amiruddin Arrani
(Yogyakarta: Lkis, 1997).
6
paling mulia di antara kaum adalah yang paling takwa.”Sedangkan kebebasan merupakan elemen
penting dari ajaran Islam. Kehadiran Islam memberikan jaminan pada kebebasan manusia agar
terhindar dari kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama, politik dan
ideologi.
Namun demikian, pemberian kebebasan terhadap manusia bukan berarti mereka dapat
menggunakan kebebasan tersebut mutlah, tetapi dalam kebebasan tersebut terkandung hak dan
kepentingan orang lain yang harus dihormati juga. Mengenai penghormatan terhadap sesama
manusia, dalam Islam seluruh ras kebangsaan mendapat kehormatan yang sama. Dasar
persamaan tersebut sebenarnya merupakan manifestasi dari wujud kemuliaan manusia yang
sangat manusiawi. Sebenarnya citra kehormatan tersebut terletak pada ketunggalan kemanusiaan,
bukan pada superioritas individual dan ras kesukuan. Kehormatan diterapkan secara global
melalui solidaritas persamaan secara mutlak. Semua adalah keturunan Adam, jika Adam tercipta
dari tanah, dan mendapat kehormatan di sisi Allah, maka seluruh anak cucunya pun
mendapatkan kehormatan yang sama, tanpa terkecuali.
1. Pengaturan Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Islam
Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam memberikan penghargaan yang
tinggi terhadap hak asasi manusia. Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama bagi umat islam
telah meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran
mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam Al-Qur’an, antara lain, yaitu (Na’im, Abdullah Ahmed, 1997) : 5
1. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu,
Al-Qur’an juga berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat.
2. Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat tentang ciptaan dan makhluk-
makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat
ayat 13.
3. Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang
berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan dalam berbuat adil.

5
An-Na’im, Abdullah Ahmed, Dekonstruksi Syari’ah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi
Manusia, Dan Hubungan Internasional Dalam Islam, Ter. Ahmad Suaedy Dan Amiruddin Arrani
(Yogyakarta: Lkis, 1997).
7
4. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa
untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya
yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.
Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW telah memberikan tuntunan
dan contoh dalam penegakkan dan perlindungan terhadap HAM. Hal ini misalnya terlihat dalam
perintah Nabi yang menyuruh untuk memelihara hak-hak manusia dan hak-hak kemuliaan,
walaupun terhadap orang yang berbeda agama, melalui sabda beliau : “Barang siapa yang
menzalimi seseorang mu’ahid (seorang yang telah dilindungi oleh perjanjian damai) atau
mengurangi haknya atau membebaninya di luar batas kesanggupannya atau mengambil sesuatu
dari padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku lawannya di hari kiamat.
2. Perlindungan Islam Terhadap Hak Asasi Manusia
Adapun hak asasi manusia yang dilindungi hukum islam, diantaranya (Ahman, Farzlur,
2010) 6 :
a. Hak Hidup
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang merupakan karunia dari
Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum islam terhadap hak hidup manusia dapat dilihat
dari ketentuan-ketentuan syari’ah yang melinudngi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa
manusia, melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri. Membunuh
adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan balasan neraka, sebagaimana firman Allah
dalam Surat Al-Nisa’ ayat 93 yang artinya sebagai berikut : “Dan barang siapa membunuh
seorang muslim dengan sengaja maka balasannya adalahjahannam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka atasnya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang berat”.
Setiap tindakan pembunuhan atau pun perbuatan yang membahayakan orang lain mesti
memiliki korelasi, secara langsung maupun tidak , dengan keutuhan hidup di muka bumi.
Pembunuhan terhadap satu orang saja, sama artinya dengan pembunuhan terhadap seluruh
manusia, sebaliknya memelihara kehidupan satu orang saja berarti memelihara kehidupan
manusia seluruhnya, sebagaimana terlihat dalam firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 32,
yang berarti : “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain atau bukan membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia

6
Ahman, Farzlur, Islam, Ter, Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 2010).

8
telah membunuh seluruh manusia. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua manusia.
Adanya ketentuan qishash merupakan konsekuensi dari larangan membunuh. Qishash
dalah sanksi hukum mengenai kejahatan terhadap diri dan jiwa orang lain. Qishash ini
diwajibkan oleh Allah sebagai tindakan pencegahan, untuk memelihara kelangsungan hidup
umat manusia yang adil, aman dan tenteram. Pengaturan mengenai qishash ini tertuang dalam
Surat AL-Baqarah ayat 178, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada
kamu qishash dalam perkara pembunuhan; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya
dengan hamba sahaya, dan perempuan dengan perempuan”.
b. Hak Kebebasan Beragama
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM, termasuk di dalmnya
kebebasan menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras
adanya pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah menganut agama lain. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat AL-Baqarah ayat 256, yang artinya : “Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang salah.
Kemerdekaan beragama terwujud dalam bentuk-bentuk yang meliputi antara lain 7:
1. Pertama, tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu atau
paksaan untuk menanggalkan suatu agama yang diyakinan
2. Islam memberikan kekuasaan kepada orang-orang Non-Islam (Ahli Kitab) untuk
melakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban atau apa saja yang dibolehkan, asal
tidak bertentangan dengan hukum Islam.
3. Islam menjaga kehormatan Ahli Kitab, bahkan lebih dari itu mereka diberi kemerdekaan
untuk mengadakan perdebatan dan bertukar pikiran serta pendapat dalam batasan-
batasan etika perdebatan serta menjauhkan kekerasan dan paksaan.
Islam telah memberikan respon positif terhadap kebebasan beragama yang tercermin
larangan memaki sembahan penganut agama lain, meskipun menurut pandangan Islam hal itu
termasuk syirik atau menyekutukan Allah, sebagaimana dikatakan dalam Surat Al-An’am ayat
108, yang artinya : “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah

7
Ahman, Farzlur, Islam, Ter, Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 2010).

9
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan”.
c. Hak Atas Keadilan
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan disiplin mutlak untuk
menegakkan kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun Sunnah
yang mengajak untuk menegakkan keadilan, di antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat 90,
yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan”.
Keadilan adalah hak setiap manusia dan menjadi dasar bagi setiap hubungan individu. Oleh
karena itu, merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah,
dan menjadi kewajiban bagi para pemimpin atau penguasa untuk menegakkan keadilan dan
memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi warganya.
d. Hak Persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak di antara manusia tanpa
memndang warna kulit, ras atau kebangsaan, melainkan menjadikannya realitas yang penting. Ini
berarti bahwa pembagian umat manusia ke dalam bangsa-bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok
dan suku-suku adalah demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras atau suku
dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang berasal dari ras atau suku lain. Al-Qur’an
menjelaskan idealisasinya tentang persamaan manusia dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang
artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu laki-laki dan perempuan, dan Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling takwa”.
Adanya pengakuan terhadap persamaan dalam Islam juga mencakup persamaan kedudukan
di depan hukum. Islam memberikan kepada umatnya hak atas kedudukan yang sama di hadapan
hukum, artinya setiap orang mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang sama. Dengan
demikian, setiap orang juga harus diperlakukan dan diberikan sanksi yang sama dalam
menjalankan suatu ketentuan hukum8.
e. Hak Mendapatkan Pendidikan

8
Ahman, Farzlur, Islam, Ter, Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 2010).

10
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Setiap orang
berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan kesanggupan alaminya. Dalam Islam,
mendapatkan pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban bagi
setiap manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh
Bukhari : (menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim) Pentingnya pendidikan ini,
karena melalui pendidikan orang akan menyadari harga dirinya dan martabatnya sebagai
manusia, dengan pendidikan dapat membuka akal pikiran manusia terhadap kenyataan hidup
dalam alam semesta ini dan terhadap hubungan manusia dengan Tuhan-nya dan hubungan
manusia dengan sesama manusia, dan dengan pendidikan pula orang dapat menyadari dan
memperjuangkan hak-haknya.
f. Hak Kebebasan Berpendapat
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan pendapatnya dalam
batas-batas yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak seorangpun
diperbolehkan menyebarkan fitnah dan berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan
mencemarkan nama baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah mengemukakan
ide atau gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sejak semula,
kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat telah dikenal dalam Islam. Sudah merupakan
tradisi di kalangan sahabat untuk bertanya kepada Nabi SAW tentang beberapa masalah
berkenaan dengan perintah Allah yang diwahyukan kepadanya.
Apabila Nabi saw menyatakan bahwa dirinya tidak mendapat petunjuk dari Allah, maka
para sahabat boleh menyatakan pendapatnya denagn bebas. Hal ini misalnya terlihat dalam
peristiwa pearng Badar, di mana Nabi SAW memilih suatu tempat khusus yang dianggapnya
pantas untuk menyerang musuh, namun sahabat menyarankan mengambil tempat lain, dan Nabi
SAW menyetujuinya, karena tempat tersebut lebih strategis.

D. Pengertian Demokrasi Dalam Hak Asasi Manusia


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.demokrasi
merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban

11
manusia di seluruh penjuru dunia (Poerbopranoto, Mr. Koetjoro, 1953 )9. HAM dan demokrasi
juga dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan mencapai
harkat kemanusiaannya, sebab hingga saat ini hanya konsepsi HAM dan demokrasilah yang
terbukti paling mengakui dan menjamin harkat kemanusiaan.
Oleh karena itu , Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan seperangkat
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin
derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang kemudian disebut dengan hak asasi manusia,
yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai manusia yang merupakan karunia Sang
Pencipta. Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan hak-hak yang sama,
maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan hal utama dalam interaksi sosial. Namun
kenyataan menunjukan bahwa manusia selalu hidup dalam komunitas sosial untuk dapat
menjaga derajat kemanusiaan dan mencapai tujuannya. Hal ini tidak mungkin dapat dilakukan
secara individual. Akibatnya, muncul struktur sosial. Dibutuhkan kekuasaan untuk menjalankan
organisasi sosial tersebut.
Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi
negara hukum. Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum,
bukan manusia(Muzaffar, Cahndra, 1993)10. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan
norma hukum yang berpuncak pada konstitusi. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah negara
hukum menghendaki adanya supremasi konstitusi. Supremasi konstitusi disamping merupakan
konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena
konstitusi adalah wujud perjanjian sosial tertinggi.
1. Perkembangan Demokrasi
Sejak awal abad ke-20, gelombang aspirasi ke arah kebebasan dan kemerdekaan umat
manusia dari penindasan penjajahan meningkat tajam dan terbuka dengan menggunakan pisau
demokrasi dan hak asasi manusia sebagai instrumen perjuangan yang efektif dan membebaskan.
Puncak perjuangan kemanusiaan itu telah menghasilkan perubahan yang sangat luas dan
mendasar pada pertengahan abad ke-20 dengan munculnya gelombang dekolonisasi di seluruh
dunia dan menghasilkan berdiri dan terbentuknya negara-negara baru yang merdeka dan

9
Poerbopranoto, Mr. Koetjoro (1953) Hak-Hak Manusia dan Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia,
Groningen/Jakarta: J.B. Wolters.
10
Muzaffar, Cahndra (1993) Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru, Menggugat Dominasi Global Barat.
Bandung: Penerbit Mizan.
12
berdaulat di berbagai belahan dunia. Perkembangan demokratisasi kembali terjadi dan menguat
pasca perang dingin yang ditandai runtuhnya kekuasaan komunis Uni Soviet dan Yugoslavia.
Dalam hal ini ada beberapa hubungan konsep prosedur Hak Asasi Manusia yang harus
dikaitkan dalam persoalan - persoalan di antaranya :
1. Truktur kekuasaan dalam hubungan antar negara yang dewasa ini dapat dikatakan
sangat timpang, tidak adil, dan cenderung hanya menguntungkan negara-negara maju
ataupun negara-negara yang menguasai dan mendominasi proses-proses pengambilan
keputusan dalam berbagai forum dan badan-badan internasional, baik yang menyangkut
kepentingan-kepentingan politik maupun kepentingan-kepentingan ekonomi dan
kebudayaan.
2. Struktur kekuasaan yang tidak demokratis di lingkungan internal negara-negara yang
menerapkan sistem otoritarianisme yang hanya menguntungkan segelintir kelas
penduduk yang berkuasa ataupun kelas penduduk yang menguasai
3. Struktur hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara pemodal dengan pekerja dan
antara pemodal beserta manajemen produsen dengan konsumen di setiap lingkungan
dunia usaha industri, baik industri primer, industri manufaktur maupun industri jasa.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pola hubungan atas bawah, baik pada
peringkat lokal, nasional, regional maupun global antara lain adalah faktor kekayaan dan
sumber-sumber ekonomi, kewenangan politik, tingkat pendidikan atau kecerdasan rata-rata,
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, citra atau nama baik, dan kekuatan fisik termasuk
kekuatan militer. Makin banyak faktor-faktor tersebut di atas dikuasai oleh seseorang, atau
sekelompok orang ataupun oleh suatu bangsa, makin tinggi pula kedudukannya dalam stratifikasi
atau peringkat pergaulan bersama.
Sering dikemukakan bahwa pengertian konseptual hak asasi manusia itu dalam sejarah
instrumen hukum internasional setidak-tidaknya telah melampaui tiga generasi perkembangan.
Ketiga generasi perkembangan konsepsi hak asasi manusia itu adalah (Muzaffar, Cahndra
(1993)11 :
a. Generasi Pertama

11
Muzaffar, Chandra (1993) Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru, Menggugat Dominasi Global Barat.
Bandung: Penerbit Mizan.
13
Pemikiran mengenai konsepsi Hak Asasi Manusia yang sejak lama berkembang dalam wacana
para ilmuwan sejak era xe "enlightenment"enlightenment di meningkat menjadi dokumen-
dokumen hukum internasional yang resmi. Puncak perkembangan generasi pertama hak asasi
manusia ini adalah pada persitiwa penandatanganan naskah xe "Universal Declaration of Human
Rights"Universal Declaration of Human Rights Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948
setelah sebelumnya ide-ide perlindungan hak asasi manusia itu tercantum dalam naskah-naskah
bersejarah di beberapa negara, seperti di Inggris dengan xe "Magna Charta” dan xe "Bill of
Rights"Bill of Rights, di Amerika Serikat dengan xe "Decalaration of Independence"Declaration
of Independence, dan di Perancis dengan xe "Declaration of Rights of Man and of the
Citizens"Declaration of Rights of Man and of the Citizens. Dalam konsepsi generasi pertama ini
elemen dasar konsepsi Hak Asasi Manusia itu mencakup soal prinsip integritas manusia,
kebutuhan dasar manusia, dan prinsip kebebasan sipil dan politik.
b. Generasi Ke Dua
Konsepsi hak asasi manusia mencakup pula upaya menjamin pemenuhan kebutuhan untuk
mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan, termasuk hak atas pendidikan, hak untuk
menentukan status politik, hak untuk menikmati ragam penemuan penemuan-penemuan ilmiah,
dan lain-lain sebagainya. Puncak perkembangan kedua ini tercapai dengan ditandatanganinya xe
"International Couvenant on Economic, Social and Cu"International Couvenant on Economic,
Social and Cultural Rights pada tahun 1966. Dan Hak atas atau untuk pembangunan ini
mencakup persamaan hak atau kesempatan untuk maju yang berlaku bagi segala bangsa, dan
termasuk hak setiap orang yang hidup sebagai bagian dari kehidupan bangsa tersebut. Hak untuk
atau atas pembangunan ini antara lain meliputi hak untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan, dan hak untuk menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut,
c. Generasi Ke Tiga
Ketiga generasi konsepsi Hak Asasi Manusia tersebut pada pokoknya mempunyai karakteristik
yang sama, yaitu dipahami dalam konteks hubungan kekuasaan yang bersifat vertikal, antara
rakyat dan pemerintahan dalam suatu negara. Setiap pelanggaran terhadap hak asasi manusia
mulai dari generasi pertama sampai ketiga selalu melibatkan peran pemerintah yang biasa
dikategorikan sebagai xe "crime by government"crime by government yang termasuk ke dalam
pengertian xe "political crime"political crime (kejahatan politik) sebagai lawan dari pengertian
xe "crime against government"crime against government (kejahatan terhadap kekuasaan resmi.

14
E. Hukum Fiqih Dalam Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah tema yang banyak dibahas oleh para ulama dan intelektual Islam.
Untuk menjawab dan meposisikan demokrasi secara tepat kita harus terlebih dahulu mengetahui
prinsip demokrasi berikut pandangan para ulama tentangnya. Islam tidak mengenal paham
demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal 12. Dan
Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama
sehingga cenderung sekuler. Karenanya, Al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat)
merupakan sesuatu yang berssifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi
(berdasarkan hukum Tuhan). Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di Barat pada abad
pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas pada para pendeta (Al-Maududi,
Abul A’la, 1985).13
Menurut Muhammad Imarah (1999) beliau berpendapat, Islam tidak menerima demokrasi
secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif
(membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam
sistem Syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah dam menurut imam
alqordowi ..beliau, menganggap substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat
dari beberapa hal diantaranya : 14
1. Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat
seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja,
mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai.
2. Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam.
Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin
adalah bagian dari ajaran Islam.
3. Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan
merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.

12
Al-Maududi, Abul A’la. History of Muslim Philosophy. Cet. II; Bandung: Mizan, 1985.
13
Al-Maududi, Abul A’la. History of Muslim Philosophy. Cet. II; Bandung: Mizan, 1985.
14
Imārah, Muhammad. al-Islām wa alTa’addudiyah; al-Ikhtilāf wa alTanawwu’ fi Ithār al-Wihdah, diterjemahkan
oleh Abdul Hayyie al-Kattanie dengan judul Islam dan Pluralitas; Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai
Persatuan. Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
15
Dalam hah ini pandangan yang demikian telah mengusik banyak politik , bukan untuk
menggapai sebuah keabsahan dari pendapat melainkan untuk melihat posisi islam. Dalam
hubungannya sistem dengan sistem politik modren ,karna demokrasi merupakan salah satu unsur
utumanya.apakah islam dapat pengertian doktrin sesuai demokrasi? Konsep demokrasi telah
terjadi kontrovertsi dalam agama .apa yang menolak sistem demokrasi bahkan dikatakan
demokrasi adalah kekufuran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maududi, Abul A’la. History of Muslim Philosophy. Cet. II; Bandung: Mizan, 1985.

Ahman, Farzlur, Islam, Ter, Ahsin Mohammad, (Bandung: Pustaka, 2010).

An-Na’im, Abdullah Ahmed, Dekonstruksi Syari’ah: Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi
Manusia, Dan Hubungan Internasional Dalam Islam, Ter. Ahmad Suaedy Dan Amiruddin
Arrani (Yogyakarta: Lkis, 1997)

Baderin, Mashood, Hukum Internasional Hak Asasi Manusia Dan Hukum Islam, Ter. Musa
Kazhim Dan Edwin Arifin (Jakarta: Komnas Ham, 2010)

http://aminabd.files.wordpress.com/2013/10/agama-ilmu-dan-budaya.pdf

Imārah, Muhammad. al-Islām wa alTa’addudiyah; al-Ikhtilāf wa alTanawwu’ fi Ithār al-Wihdah,


diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattanie dengan judul Islam dan Pluralitas; Perbedaan
dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan. Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Muzaffar, Chandra (1993) Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru, Menggugat Dominasi
Global Barat. Bandung: Penerbit Mizan.

Poerbopranoto, Mr. Koetjoro (1953) Hak-Hak Manusia dan Pancasila Dasar Negara Republik
Indonesia, Groningen/Jakarta: J.B. Wolters.

Popper, Karl R., Logika Penemuan Ilmiah, Ter. Saut Pasaribu Dan Aji Sastrowardoyo
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)

Soenark. 2000. Hak-Hak Asasi Manusia Konstitutionalisme: Hubungan Antara Masyarakat dan
Negara, dalam Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya. Jakarta: Penerbit
Djambatan.

Tilaar, H.A.R. 2001. Dimensi-dimensi dan HAM pada Kurikulum Persekolahan Indonesia.
Bandung : PT Alumni.

17

Anda mungkin juga menyukai