Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA DAN HAK ASASI MANUSIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok Pada Mata Kuliah


Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Annisa Qurrota A’yun, M.M

Anggota Kelompok 2 :

1. Markhamah Rahayu (40010919060016)


2. Willy Rudi Hendrawan (40010919060018)

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Manajemen Perusahaan PSDKU Rembang

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Belakang Masalah

          Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat


Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

          Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan
kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

          Mengingat tingkah laku para tokoh di berbagai bidang dewasa ini, yang berkaitan
dengan situasi negeri kita di bidang politik, sosial, ekonomi dan moral, maka sudah
sepantasnya kalau kita saling mengingatkan bahwa tidak mungkin ada solusi
(pemecahan) terhadap berbagai persoalan gawat yang sedang kita hadapi bersama,
kalau fikiran dan tindakan kita bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila yang
sangat menjunjung tinggi Hak asasi manusia. Terutama hak-hak kodrat manusia sebagai
hak dasar ( hak asasi )yang harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan. Oleh
karena itu, banyak ulasan atau penelaahan, yang bisa sama-sama kita lakukan mengenai
persoalan ini.

1.2         Perumusan Masalah

a.    Apa yang dimaksud dengan HAM?

b.    Apa pengertian Pancasila?


c.    Apa yang dimaksud HAM dalam Pancasila?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

          Menurut Oemar Seno Aji, HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia sebagai
insane ciptaan Allah SWT, sepeti : hak hidup, keselamatan, kebebasan dan kesamaaan
sifatnya tidak boleh dilangar oleh siapapun dan seolah-olah merupakan holy area

Menurut Kuncoro, HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya dan tidak
dapat dipisahkan dari hakekatnya. Dan menurut G.J.Wollhof HAM adalah sejumlah hak
yang berakat pada tabi’at setiap pribadi manusia, dan tidak dapat dicabut oleh siapapun.

          Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan HAM).

          HAM lahir sejak manusia sadar akan hak yang dimilikinya dan kedudukannya
sebagai subjek hukum. Akan tetapi HAM baru mendapat perhatian penyelidikan ilmu
pengetahuan, sejak HAM mulai berkembang dan mulai diperjuangkan terhadap
serangan atau bahaya, yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh bentukan
masyarakat yang dinamakan negara (state).

          Sejarah asal mula Hak Asasi manusia berawal dari Eropa Barat yaitu inggris.tonggak
pertama kewenangan hak asasi ialah pada tahun 1215 dengan lahirnya (Magna
Charta).Dalam Magna Charta dijelaskan raja tidak lagi betindak sewenang-wenang dan
harus mendapat persetujuan para bangsawan.

          Perkembangan berikutnya revolusi amerika (1776),dan revolusi


perancis(1789).Dua revolusi pada abad ke XVIII ini besar sekali pengaruhnya terhadap
perkembangan hak asasi manusia tersebut.Tahun 1789 munculnya revolusi perancis
yang bertujuan untuk membebasakan warga negara perancis dari kekangan kekuasaan
mutlak dari seorang penguasa tunggal negara(absolute monarchie) di perancis pada
waktu itu (Raja Louis XVI)istilah yang dipakai pada waktu itu “Droit De I’Homme”yang
artinya hak manusia didalam bahasa inggris disebut “Human Rights”atau”Mensen
Rechten”dalam bahasa belanda dalam bahasa indonesia Hak-hak kemanusiaan atau
dikenal dengan istilah “Hak-hak Asasi Manusia”.

          Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah Nya, yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintahan dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sebagai warga Negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia
tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sbagainya.

2.2         Macam-Macam HAM

          Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atau dibedakan sebagai berikut:

a.    Hak-hak pribadi (personal Right)meliputi kebebasan menyatakn pendapat,kebebasan


memeluk agama.

b.    Hak-hak ekonomi (property right)hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau menjual
serta memanfaatkannya.

c.    Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau (Right of legal Equality).

d.   Hak-hak asasi politik (Political right)yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan.

e.    Hak-hak asasi sosial dan budaya(social and culture right)misalnya hak untuk memilih
pendidikan.

f.     Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan


perlindungan(procedura rights)peratuaran dalam hal penangkapan.
2.3     Tujuan Pendidikan Hak Asasi Manusia

a.  Tujuan umum pendidikan Hak asasi manusia

Berdasarkan temuan pengembangan model tujuan pendidikan HAM adalah untuk


mendiseminasikan, meningkatkan mengembangkan dan melestarikan serta
mempraktekkan atau menerapkan nilai-nilai HAM dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. sehingga dapat mengembangkan pengertian kritis seseorang
baik terhadap situasi hidup dirinya maupun orang lain mengenai batasan serta struktur
yang menghalangi pelaksanaan hak serta kebebasan mereka sepenuhnya.

b.  Tujuan khusus pendidikan Hak Asasi Manusia adalah;

a)    Diseminasi dan sosialisasi nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah dan luar sekolah agar
masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai HAM.

b)   Meningkatkan peran serta dan pengetahuan pesrta didik tentang nilai-nilai HAM.

c)    Mengembangkan berbagai model pembelajaran untuk memperluas dan mepermudah


pemahaman dan pelaksanaan HAM.

d)   Melestarikan berbagai nilai HAM dalam kehidupan bersama sebagai warisan kepada
generasi berikutnya sehingga semakin mentradisi prilaku yang sejalan dengan HAM.

e)    Menunjukkan dan menerapkan berbagai cara hidup yang sejalan dengan tuntutan nilai-
nilai HAM.

f)    Pendidikan HAM di sekolah menenekankan hak-hak anak, hak-hak wanita,prilaku non


diskriminatif. sikap anti kekerasan dan penyiksaan, hak-hak sipil dan politik warga
negara dan haka-hak ekonomi,sosial dan budaya.penekanan ini bertujuan mendukung
proses reformasi politik ekonomi dan hukum dalam rangka demokratisasi dan
pengembangan masyarakat warga.

2.4     Dasar Hukum Pendidikan Hak Asasi Manusia

          Dasar hukum perlunya HAM serta isi pendidikan HAM dibagi atas dasar hukum
internasional dan nasional.
A.    Dasar hukum internasional

Ada banyak instrumen internasional Hak Asasi MAnusia dalam bentuk deklarasi,
konvensi dan dan kovenan yang menjadi dasar hukum internasional pendidikan
HAM.Dari sekian instrumen tersebut, yang terutama adalah:

a)    Deklarasi universal Hak-hak Asasi Manusia dari PBB(universal Declaration of Human


Rights),10 desember 1948.

b)   Konvensi hak-hak anak(20 november 1989)

c)    Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita,18


desember 1979.

d)   Konvensi tentang hak-yhak politik wanita 20 desember 1952.

e)    Konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial,21


desember 1965.

B.    Dasar hukum Nasional

     Dasar hukum nasional yang digunakan untuk pendidikan HAM adalah:

a)    Pancasila sebagai landasan idiil

b)   UUD 1945 sebagai landasan konstitusi

c)    UUD No. 7 tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai pengahpusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita,24 juli 1984.

d)   UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia.

e)    Tap MPR RI No. XVII/MPR 1998 tentang Hak Asas Manusia 13 November 1998.

f)    UU pengesahan perjanjian internasional No.24 tahun 2000. Pelanggaran Hak Asasi
Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk aparat
negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi. Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM).
          Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh

     Pengadilan HAM meliputi :

a.    Kejahatan genosida;

b.    Kejahatan terhadap kemanusiaan

          Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :

a.    Membunuh anggota kelompok;

b.    Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota


kelompok;

c.    Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan


secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;

d.   Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok;


atau

e.    Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

          Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan


sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :

a.    Pembunuhan;

b.    Pemusnahan;

c.    Perbudakan;

d.   Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;

e.    Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-


wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;

f.     Penyiksaan;
g.    Perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara;

h.    Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari


persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau
alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;

i.      Penghilangan orang secara paksa; atau

j.      kejahatan apartheid.(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan


HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani,
pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari
orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau
diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau
memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada
setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan
oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau
pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

          Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun
yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan
Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

. Pengertian Pancasila

          Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti “lima” dan sila yang
berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.Sejarah telah
mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur
          Sifat dari pancasila adalah imperative atau memaksa, siapa saja yang berada
diwilayah NKRI, wajib mentaati pancasila serta mengamalkan dengan tanpa persyaratan.
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.
Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.

          Dalam penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut: Negara
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasar
atas Persatuan; Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia; Negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasar
atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan; Negara Indonesia berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Khusus
bagian/alinea ke -4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan asas pokok
Pemebentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke 4 dari Pembukaan UUD 1945
itu dibagi ke dalam 4 hal: 1. Tentang hal tujuan Negara indonesia, tercantum dalam
kalimat “Kemudian daripada itu dan seluruh tumpah darah indinesia, yang; Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; Memajukan
kesejahteraan rakyat; Mencerdaskan kehidupan bangsa; Ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Tentang
hal ketentuan diadakanya Undang-Undang Dasar tarcantum dalam kalimat yang
berbunyi: “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia”; 3. Tentang hal bentuk Negara dalam
kalimat: yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat; 4. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila. Adapun
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 itu sebagian besar bahan-
bahanya berasal dari Naskah Rancangan Pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia
Perumus (panitia kecil) yang beranggotakan 9 orang yang diketua oleh Ir. Soekarno pada
tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta. Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
naskah politik yang bersejarah itu dijadikan Rancangan Pembukaan UUD sebagai bahan
pokok dan utama bagi penyusunan/penetapan Pembukaan (Preambule) UUD yang akan
ditetakan itu. Naskah politik yang bersejarah yang disusun pada tanggal 22 Agustus 1945
itu, di kemudian hari oleh Mr. Muhamad Yamin dalam pidatonya di depan siding Badan
Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) pada tanggal 11 Juni 1945 dinamakan
“Piagam Jakarta” dan baru beberapa tahun kemudian dimuat dalam bukunya yang
berjudul Prokalmasi dan Konstitusi pada tahun 1951. Dalam naskah politik yang di sebut
dengan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 inilah untuk pertama kali dasar falsafah Negara
pancasila ini dicantumkan secara tertulis, setelah diusulkan oleh Ir. Soekarno dalam
pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945.

          Adapun panitia perumus yang beranggotakan 9 orang yang telah menyusun


Piagam Jakarta itu adalah salah satu panitia kecil dari Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan (BPPK) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Di atas telah dijelaskan
tentang pentingnya Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun besar arti
pentingnya Pembukaan Undang-Undang Daar itu ialah karena pada aline ke 4 itu
tercantum ketentuan pokok yang bersifat fundamental, yaitu dasar falsafah Negara
Republik Indonesia yang dirumuskan dalam kata-kata berikut: ….”maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Mang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima dasar ini tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita bangsa
Indonesia yaitu pancasila. Istilah atau perkataan pancasila ini memang tidak tercantum
dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945. Di alinea ke 4 dari
Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan bahwa, Negara Republik Indonesia
berdasarkan kepada lima prinsip atau asas yang tersebut di atas, tanpa menyebutkan
pancasila. Bahwa kelima prinsip atau dasar tersebut adalah pancasila, kita harus
menafsirkan sejarah (maupun penafsiran sistematika) yakni menghubungkanya dengan
sejarah lahirnya pencasila itu sendiri pada tanggal 1 Juni 1945, seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Berkenaan dengan perkataan pancasila, menurut Prof. Mr.
Muhamad Yamin (Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia) pada
halaman 437 antara lain sebagai berikut “perkataan Pancasila” yang kini telah menjadi
istilah hukum, mula-mula ditempa dan dipakai oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada
tanggal 1 Juni 1945 untuk menamai paduan sila yang lima.

          Perkataan itu diambil dari peradaban Indonesia lama sebelum abad XIV. Kata
kembar itu keduanya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu panca dan sila yang memiliki
arti yang berbeda. Pancasila dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu sendi yang
lima (consisting of 5 rocks; aus fund Felsen bestehend). Pancasila dengan huruf i yang
panjang bermakna “5 peraturan tingkah laku yang penting”. Kata sila juga hidup dalam
kata kesusilaan dan kadang-kadang juga berarti etika. Dalam bahasa Indonesia kedua
pengertian di atas dirasakan sudah menjadi satu paduan antara sendi yang lima dengan
lima tingkah laku yang senonoh. Dari uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik
kesimpulan bahwa pancasila sebagai istilah perkataan Sanskerta yang sudah dikenal di
tanah air kita sejak abad XIV. Sedangkan pancasila dalam bentuk formalnya sebagai
dasar Falsafah Negara Republik Indonesia baru diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.

          Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Pancasila Hak-hak asasi manusia dalam Pancasila
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan terperinci di dalam batang tubuh UUD
1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional dan fundamental tentang dasar
filsafat negara Republik Indonesia serat pedoman hidup bangsa Indonesia, terdapat pula
ajaran pokok warga negara Indonesia. Yang pertama ialah perumusan ayat ke 1
pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia.
Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

          Kebulatan lima dasar dalam Pancasila, mengemukakan Pancasila seperti


dikemukakan Notonegoro dalam Pidato Dies Universitas Airlangga pada 10 Nopember
1955 secara filsafat kenegaraan, dan istilah “Pancasila” oleh Dr. Sumantri Harjoprakoso
dalam “Indonesisch mensbeeld als basis ener psychotherapie” (Leiden, Juni 1956) yang
juga digunakan dalam bidang kebatinan yang menyebut lima tabiat manusia guna
mencapai pendirian hidup sempurna, yaitu: 1. Rela, 2. Narimo (Jawa), 3. Temen (Jujur),
4. Sabar, dan 5. Budi luhur. Lima tabiat ini agar dapat melaksanakan sandaran hidup
yang dinamakannya “Tri Sila” yakni: a. eling (beriman), b. percaya dan c. mituhu (setia).
“Pancasila” juga dikemukakan Prof. Dr. Priyono, Menteri PP dan KK pada Seminar Ilmu
dan Kebudayaan di Yogyakarta (29 Juni 1956) sebagai “Panca Sila” Bahasa Indonesia.

          Hubungan HAM dengan Pembukaan, diperlihatkan dengan secara khusus hak asasi
kemerdekaan segala bangsa dan tujuan negara, baik keluar dan kedalam dicantumkan
dalam Pembukaan, sedangkan dalam UUDS hanya mencantumkan tujuan perdamaian
tanpa menjaga ketertiban dunia. Isi Mukaddimah UUDS juga dinyatakan sama dengan
Preambule Piagam Perdamaian (Charter for Peace). Yang menarik adalah tinjauannya
terhadap lima sila dalam Pancasila yang membantu para penyelenggara memahami
makna yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat menilai apakah konstitusi yang
dirumuskan sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

          HAM juga terdapat di dalam Pembukaan konstitusi kita yang pernah berlaku.
Namun, pelaksanaan HAM tetap berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Misalkan contoh
bagaimana kedudukan individu dalam sistem demokrasi? Demokrasi kita tetap
berlandaskan kolektivisme, bukan pertentangan individu dan “social orde” seperti
demokrasi liberal dan hak-hak lainnya yang tetap berlandaskan kondisi masyarakat asli
Indonesia.

     Hubungan antara Hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan Sebagai
berikut :

a.    Sila ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama ,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama.

b.    Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama
untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang.

c.    Sila persatuan indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga


Negara dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM
dimana hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat
persaudaraan.

d.   Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /


perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat
yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat
yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu
hak-hak partisipasi masyarakat.

e.    Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya
pada masyarakat
BAB III

PENUTUP

3.1     Kesimpulan

          Sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup Bangsa dan


Dasar Negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber
kejiwaaan masyarakat dan Negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimulai dari
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan
berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

          Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara
Republik Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi
terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.Demikianlah manusia dan Bangsa
Indonesia menjamin kelestarian dan kelangsungan hidup Negar Republik Indonesia yang
merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, serta penuh gelora
membangun masyarakat yang maju, sejahtera, adil dan makmur.

          Pancasila sebagai dasar hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung


isi yang bermoral dan mengangkat martabat rakyat Indonesia dengan tidak melihat
ras,suku, dan agama. Dengan memandang secara rata dan mengedepankan hak asasi
manusia dalam ketuhanan Yang Maha Esa,kemanusiaan yang adil dan beradab, kesatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3.2     Saran

          Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi dan
menerapkan nilai-nilai luhur pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Maka , “marilah bersama-sama memahami mendalami ajaran
pancasila secara menyeluruh supaya kita paham dan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, dengan tujuan dapat mengurangi sedikit demi sedikit hal hal yang
dapat mengancam dan membahayakan pancasila yang tidak hanya datang dari luar
tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA

Purbopranoto, Kuntjoro, Hak-Hak Asasi Manusia dan Pancasila, Pradnya Paramita, 1982, Cet
Ke-7.

Setiardja, Gunawan, Supremasi Hukum dalam Perspektif Pengembangan HAM, Jakarta.

Ganeca Exact. 2007. Pendkewarganegaraansmp/mts.

HAM dalam pancasila. 2009 ( www.scribd.com )

Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi Manusia www.bukuonline.com

Anda mungkin juga menyukai