BAB I
PENDAHULUAN
Hak asasi manusia (HAM) terbentuk dari tiga kata, yaitu hak, asasi, dan
manusia. Hak berarti milik atau kepunyaan. Hak juga didefinisikan sebagai
kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Asas berarti pokok, dasar, atau utama. Asasi
berarti yang dasar atau yang pokok. Manusia didefinisikan sebagai orang, insan,
atau makhluk yang berakal budi. Dengan demikian hak asasi manusia dapat
didefinisikan sebagai milik atau kepunyaan yang bersifat mendasar atau pokok
yang melekat pada seseorang sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
HAM adalah hak fundamental yang tak dapat dicabut yang mana karena ia
adalah seorang manusia. , misal, dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika atau
Deklarasi Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang
dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak mengenal
berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai konsekuensinya, negara-negara
tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan warga negaranya.
Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap negara, tanpa
kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab, utamanya terkait
pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam jurisdiksinya, termasuk
orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat
salah untuk mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-hak yang
dimiliki warga negara. HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut
sebagai manusia
2
Hak asasi manusia dan kebebasan fundamental adalah hak-hak individual
dan berasal dari berbagai kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.
3
Hak asasi manusia merupakan hak hukum yang harus dimiliki oleh tiap
orang sebagai manusia. Hak tersebut memiliki sifat yang universal serta dimiliki
oleh setiap orang. Hak tersebut seringkali dilanggar, namun hak-hak tersebut tidak
akan pernah untuk dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, hal ini
berarti bahwa hak tersebut merupakan hukum. Hak asasi manusia itu sendiri
dilindungi oleh konstitusi serta hukum nasional diberbagai negara di dunia. HAM
merupakan hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia haruslah dihormati, dilindungi, dan
dijunjung tinggi. Hak asasi manusia mempunyai sifat yang universal dan abadi.
4
Konsepsi mengenai HAM mempunyai 2 makna dasar. Yang pertama
adalah bahwa hak-hak hakiki serta tidak dapat dipisahkan menjadi hak seseorang
hanya karena ia adalah manusia. Hak tersebut merupakan hak moral yang berasal
dari keberadaannya sebagai seorang manusia. Makna yang kedua dari HAM
adalah hak-hak hukum, baik itu secara nasional ataupun internasional
2
http://www.berbagaireviews.com/2015/03/sejarah-dan-perkembangan-hak-asasi.html
5
Hak Asasi Manusia di Inggris.
Inggris sering disebut–sebut sebagai negara pertama di dunia yang
memperjuangkan hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak
asasi terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai
dokumen kenegaraan yang berhasil disusun dan disahkan.
Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat
pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada
kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau
dirampas harta kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas
hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu
menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip telah
diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya
perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan
undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :
Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati
kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris.
Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk
memberikan hak-hak sebagi berikut :
Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati
hak-hak penduduk.
Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti
dan saksi yang sah.
Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap,
dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan
hukum sebagai dasar tindakannya.
Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur
ditahan, raja berjanji akan mengoreksi kesalahannya.
2. Petition of Rights.
6
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-
hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada
raja di depan parlemen pada tahun 1628.
Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut :
Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.
Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.
4. Bill of Rights.
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan
diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :
Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.
Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing .
Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
7
John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika manusia telah
memiliki hak-hak dasar secara perorangan. Dalam keadaan bersama-sama, hidup
lebih maju seperti yang disebut dengan status civilis, locke berpendapat bahwa
manusia yang berkedudukan sebagai warga negara hak-hak dasarnya dilindungi
oleh negara.
8
Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia masyarakat
Prancis yang berada di Amerika ketika Revolusi Amerika meletus dan
mengakibatkan tersusunnya Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen.
Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak asasi manusia dicantumkan seluruhnya
di dalam konstitusi Prancis yang kemudian ditambah dan diperluas lagi pada
tahun 1793 dan 1848. Juga dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795. revolusi ini
diprakarsai pemikir – pemikir besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta
Montesquieu.
9
persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu,
setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia.
10
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya
memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa
memperhatikan hak orang lain.
Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan
hak, kita tidak memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan
hak atau kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat
dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :
a. Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan
bergerak.
b. Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk
memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta
memanfaatkannya.
c. Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk
mendirikan partai politik.
d. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan ( rights of legal equality).
e. Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights).
Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan
kebudayaan.
f. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal
penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.
11
Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan dalam Piagam
Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/19983.
12
ini adalah belum adanya kemandirian yudisial yang menjamin resistensi
institusi institusi penegakan hukum terhadap intervensi pihak lain serta
rendahnya kualitas moralitas dan integritas personal aparat penegak hukum
sehingga hukum tidak dapat bekerja secara sistemik dan proporsional,
termasuk dalam penegakan HAM.
2. Substansi, yaitu aturan, norma dan pola prilaku nyata manusia yang ada
dalam sistem itu atau produk produk yang dihasilkannya berupa keputusan
keputusan yang mereka keluarkan dan mencakup pula hukum yang hidup
(living law) dan bukan hanya aturan aturan yang ada dalam kitab undang
undang (law books). Yang menjadi problem dari substansi ini adalah kuatnya
pengaruh positivisme dalam tatanan hukum di Indonesia yang memandang
hukum sebagai sesuatu yang muncul dari otoritas yang berdaulat dalam
bentuk undang undang dan mengabaikan sama sekali hukum diluar yang
tersebut serta memandang prosedur hukum sebagai segala-galanya dalam
penegakan hukum tanpa melihat apakah hal tersebut dapat mewujudkan
keadilan dan kebenaran.
3. Kultur hukum, yaitu suasana pikiran dan kekuatan sosial yang menentukan
bagaimana hukum itu digunakan, dihindari, dan disalahgunakan. Kultur
hukum yang merupakan ekspressi dari tingkat kesadaran hukum masyarakat
belum kondusif bagi bekerjanya sistem hukum secara proporsional dan
berkeadilan.
Keterpurukan hukum di Indonesia yang meliputi tiga unsur sistem hukum di atas
sangat menghambat penegakan HAM di negara kita sehingga wajar apabila kasus
kasus pelanggaran HAM yang tergolong berat hingga sekarang tidak ada yang
berhasil diusut secara tuntas dan profesional dan sudah tentu hal ini sangat
mengusik rasa keadilan masyarakat secara umum.
Selain itu secara struktural, kemandirian institusi institusi penegakan
hukum di Indonesia masih juga menjadi problem yang cukup serius. Institusi
institusi penegakan hukum tersebut belum cukup resisten terhadap intervensi
pihak lain terutama eksekutif, padahal penegakan HAM memerlukan kemandirian
yudisial dan pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law).
13
kekuatan reformasi sendiri, tanpa menafikan pengaruh dan peran kuat orang-orang
yang pro-status quo untuk saling berebut kekuasaan, yang hal ini juga banyak
menimbulkan berbagai bentuk pelanggaran HAM, terutama ketika militer
diposisikan sebagai alat dan pendukung kekuasaan yang sedang berlangsung.
Sistem ekonomi yang dibangun selama masa Orde Baru terbukti belum
mampu menyejahterakan dan mengangkat martabat kehidupan bangsa Indonesia
terutama rakyat kecil yang secara kuantitatif paling banyak jumlahnya. Bahkan
sejak terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya rezim Orde Baru,
kondisi bangsa Indonesia semakin terpuruk den krisis itu semakin melebar dan
meluas hingga bersifat multidimensional. Keterpurukan ekonomi ini juga menjadi
problem penegakan HAM di negara kita, sebab bagaimana seorang akan dapat
menghormati dan menghargai serta menghayati HAM kalau ia belum mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya yang minimum sekalipun?
Dalam konteks ini, Tjuk Wirawan berasumsi bahwa apabila sebagian besar
rakyat Indonesia sudah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sampai dengan
hirarki keempat yang berarti sebagian besar rakyat sudah menginginkan
pengakuan martabat dan harga dirinya serta membutuhkan penghargaan sosial dan
ingin diperlakukan secara adil, maka pada taraf inilah penghormatan HAM dan
penegakan serta penghayatannya yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia akan
dapat dicapai.
14
mengapa ketika terjadi krisis multidimensional karakter sosial yang positif
tersebut menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat, sehingga yang terjadi
adalah kebiadaban, keangkuhan dan kekerasan yang kemudian menimbulkan
ketidak-tertiban dan ketidak-harmonisan sosial (social disorder and disharmony).
Dan kondisi sosial semacam ini tentu sangat tidak kondusif bagi usaha usaha
penegakan HAM di Indonesia. Frans Magnis Suseno mencoba memberi jawaban
dari permasalahan di atas. Menurutnya sistem sosial masyarakat Indonesia rusak
karena sistem sistem yang lain tidak bekerja dengan baik, misalnya sistem hukum,
sistem politik dan sistem ekonomi. Seandainya sistem sistem ini bekerja dengan
baik maka sistem sosial itu akan menjadi baik pula, karena sistem sistem tersebut
antara satu sama lain saling mempengaruhi.
Memang benar terpuruknya hukum itu dapat juga dipengaruhi oleh sistem
lain seperti sistem politik, sistem ekonomi dan sistem sosial tapi pengaruh
lemahnya sistem hukum terhadap rusaknya sistem sistem tersebut paling
signifikan sebab hukum dilihat dari segi tujuannya merupakan yang paling
bertanggung jawab atas hal tersebut di atas. Tujuan hukum itu antara lain untuk
memberikan pengayoman kepada anggota masyarakat yang dilakukan dengan
usaha mewujudkan
1. Ketertiban dan keteraturan yang memunculkan prediktabilitas.
2. Kedamaian yang berketenteraman.
3. Keadilan (distributif, komulatif, vindikatif, protektif).
4. Kesejahteraan dan keadilan sosial.
5. Pembinaan akhlak luhur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari sini dapat ditarik suatu asumsi bahwa seandainya sistem hukum itu
bekerja dengan baik untuk mencapai tujuannya di atas, maka krisis yang bersifat
15
multidimensional itu akan dapat teratasi dan penegakan HAM akan berjalan
dengan baik. Dengan demikian rekonstruksi sistem hukum harus menjadi sebuah
perioritas. Rekonstruksi sistem hukum tersebut meliputi tiga unsur pokok, yaitu
struktur, substansi. dan kultur.
16
Perintah itu disandarkan kepada ancaman keburukan berupa sanksi yang
dipaksakan berlakunya bagi orang yang tidak taat. Perintah, kewajiban untuk
mentaati dan sanksi merupakan tiga unsur essensial hukum dalam pandangan
positivisme. Bagi faham ini hukum positif berbeda jika dibandingkan dengan asas
asas lain misalnya asas asas yang didasarkan pada moralitas, religi, kebiasaan,
konvensi ataupun kesadaran masyarakat.Bahkan lebih ekstrim lagi, hukum harus
melarang setiap aturan yang mirip hukum tetapi tidak bersifat perintah dari
otoritas yang berdaulat.
Dilihat dari latarbelakang munculnya, posistivisme ini dilatari oleh politik
liberalisme yang memperjuangkan kemerdekaan individu sehingga wajar apabila
faham ini tidak memberikan concern terhadap keadilan yang luas bagi
masyarakat. Dan baginya untuk mewujudkan kemerdekaan individu diperlukan
kepastian hukum dalam bentuk undang undang dan prosedur hukum yang jelas.
Bahkan demi kepastian hukum prinsip keadilan dan kemanfaatan bisa
dikorbankan.
17
penegakan hukum yang diterapkan selama ini. Semua ini dijadikan obyek
gugatan, atau dengan kata lain keterpurukan hukum yang terjadi selama ini
menjadi entry point gugatan untuk menemukan format baru yang progresif.
Kultur hukum (legal culture). Yang menjadi problem dari kultur hukum
adalah belum kondusifnya praktek budaya penegakan hukum bagi bekerjanya
sistem hukum secara sistemik dan berkeadilan. Kentalnya KKN (korupsi, kolusi,
dan nepotisme) di Indonesia yang hingga kini menjadi permasalahan bangsa yang
krusial sangat menghambat penegakan hukum secara umum termasuk penegakan
HAM. Untuk membangun kultur hukum yang kondusif diperlukan keteladanan
yang baik dari kalangan aparat penegak hukum dan para elite kekuasaan untuk
menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap Indonesia sebagai negara hukum
sebagaimana telah ditegaskan dalam UUD 45. Hal ini dapat terwujud apabila
mereka memiliki moralitas dan integritas personal yang tinggi dalam
menjalankan tugas masing-masing.4
4
https://malthufsiraj.wordpress.com/2008/09/17/problematik-penegakan-hak-asasi-manusia/
18
Equality (kesetaraan gender). Gender Equality ini penting oleh sebab adanya
kondisi-kondisi kaum wanita sebagai berikut:
Melalui sebuah survey bertajuk Gender Gap yang dilakukan tahun 2007 ,
dapat dilihat kondisi ketidaksetaraan gender dalam 4 bidang : Kesempatan dan
Partisipasi Ekonomi, Menikmati Pendidikan, Pemberdayaan Politik, serta
Kesehatan dan Pertahanan Hidup. Negara-negara di kawasan Timur Tengah dan
Afrika rata-rata memiliki tingkat Kesempatan dan Partisipasi Ekonomi perempuan
yang rendah. Ini juga terjadi di ketiga bidang lainnya (Menikmati Pendidikan,
Pemberdayaan Politik, serta Kesehatan dan Pertahanan Hidup). Indonesia, dalam
hal Kesempatan dan Partisipasi Ekonomi perempuan, menempati rangkin ke 82,
Menikmati Pendidikan rangking ke-93, Kesehatan dan Ketahanan Hidup rangking
ke-81, serta Pemberdayaan Politik rangkin ke-70.
Gerakan Feminis
Gerakan feminis dapat dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu : Feminis
Liberal, Feminis Sosialis, Feminis Marxis, Feminis Radikal, dan Feminis Islam.
Feminis Liberal adalah gerakan feminis yang muncul dalam gerakan pro hak suara
dan sosial pada masa gelombang gerakan perempuan 1. Isu-isu yang diangkat
adalah persamaan hak waris, ekonomi, hak politik, serta hak-hak yang selama itu
cuma dinikmati oleh kaum laki-laki. Tokoh-tokohnya semisal Elizabeth Cady
Stanton.
Feminis Marxis muncul seiring dengan gerakan pro ajaran Marx itu
sendiri. Isu yang diangkat adalah, ketidaksetaraan gender muncul akibat adanya
struktur kelas di dalam masyarakat kapitalis. Para kapitalis ini (pemodal) adalah
laki-laki yang melakukan penindasan struktural kepada buruh perempuan. Isu
yang diangkat adalah pembubaran sistem kapitalisme, peran perempuan di bidang
ekonomi, dan pengambilan keputusan di tingkat negara yang pro kepada pekerja
perempuan. Tokohnya semisal Emma Goldman dan Gloria Steinem.
19
Feminis Sosialis lebih menekankan aspek kebudayaan, sebagai penyebab
munculnya ketidaksetaraan gender. Budaya masyarakat mainstream adalah
patriarki. Patriarki adalah budaya yang menekankan peran besar laki-laki untuk
memimpin dan mengambil keputusan di aneka bidang. Kemudian terjadi
pembagian peran : Perempuan peran privat, laki-laki peran publik. Sasaran para
feminis sosialis adalah membongkar budaya patriarki sehingga terbuka peluang
akan definisi baru peran berdasarkan gender yang mengakomodasi perempuan.
Tokohnya semisal Simone de Beauvoir dari Perancis.
Inti dari KAM adalah kewajiban manusia beribadah kepada Allah SWT
sebagaimana firman-Nya dalam QS.51.Adz-Dzaariyaat : 56 yang terjemahnya :
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku." Dengan KAM segenap umat Islam wajib tunduk, patuh dan taat
menjalankan semua perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta wajib pula
meninggalkan segala larangan Allah SWT dan Rasul-Nya, semata-mata hanya
untuk mencari ridho-Nya.
Dengan demikian, HAM tidak berdiri sendiri, tapi selalu diikat dengan
KAM. Jadi, definisi HAM terikat erat dengan doktrin ajaran agama Islam,
5
http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/02/ham-dan-gender.html
20
sehingga norma-norma agama Islam menjadi tolok ukur paling utama dalam
terminologi HAM.
21
ISLAM vs DEKLARASI HAM PBB
Pada tanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan
Resolusi 217 A (III) tentang Deklarasi Universal HAM. Secara umum resolusi
tersebut cukup baik, karena didorong oleh semangat penegakan keadilan bagi
seluruh umat manusia. Namun karena dasar pemikiran resolusinya bersumber dari
HAM Barat, maka sejumlah item yang diatur di dalamnya bertentangan dengan
ajaran agama, khususnya agama Islam.
22
HAM ANAK dan WANITA
Majelis Umum PBB mengeluarkan sejumlah resolusi tentang Anak dan
Wanita atas dasar semangat untuk memberi perlindungan terhadap anak dan
wanita. Tentu ini merupakan suatu upaya terpuji yang harus didukung semua
pihak. Namun sayang, lagi-lagi dasar pemikiran resolusinya bersumber dari HAM
Barat, sehingga sering bertentangan dengan ajaran agama, khususnya agama
Islam.
Salah satu resolusi PBB terkait Anak adalah Konvensi Hak Anak yang
ditetapkan Majelis Umum PBB melalui Resolusi No. 44 / 25 tertanggal 20
November 1989. Pasal 20 resolusi ini secara eksplisit mengakui eksitensi Kafalah
dalam Hukum Islam. Dan Pasal 24 resolusi ini secara rinci menjamin
perlindungan terhadap anak dari segala bentuk eksploitasi sex dan pornografi. Ini
merupakan hal yang sangat bagus dari resolusi ini. Hanya saja, resolusi ini tidak
memberi batasan jelas tentang definisi anak.
Dalam Islam dasar dan indikator kedewasaan sesorang sangat jelas dan
pasti. Islam menetapkan bahwa kedewasaan bagi pria ditandai dengan salah satu
dari dua perkara, yaitu "mimpi" yang menyebabkan junub pertama atau usia yang
sudah genap 15 tahun qomariyyah. Sedang kedewasaan bagi wanita ditandai juga
dengan salah satu dari dua perkara, yaitu "Haidh" yang pertama atau juga usia
yang sudah genap 15 tahun qomariyyah. Penetapan ini sangat sederhana tapi jelas
dan terang, sehingga mudah diidentifikasi oleh siapa pun.
23
Wanita", lalu menggeneralisir bahwa semua bentuk khitan dilarang. Padahal
"Khitan Islam" berbeda dengan "Khitan Fir'aun". Dalam Khitan Islam cukup
hanya menghilangkan selaput (jaldah / colum / praeputium) yang menutupi
klitoris, bukan melukai atau memotong klitorisnya, apalagi memotong alat
kelaminnya. Bahkan dalam Islam sudah dianggap cukup hanya dengan melakukan
goresan pada kulit yang menutupi bagian depan klitoris (frenulum klitoris).
Selain itu, dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 2200 A (XXI)
tertanggal 16 Desember 1966, sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
ternyata juga ada soal perempuan dalam Kovenan Internasional tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya. Pasal 3 kovenan tersebut adalah "Pasal Kesetaraan
Gender", karena menjamin persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita
dalam semua aspek kehidupan, termasuk waris. Selain itu, masih ada Deklarasi
dan Program Aksi di Wina pada tanggal 25 Juni 1993 tentang Hak Anak dan
Wanita yang secara rinci menetapkan soal "Kesetaraan Gender". Padahal Islam
tidak mengenal "Kesetaraan Gender", tapi Islam memperkenalkan "Keserasian
Gender". Ada pun Hukum Waris dalam Islam sudah final.6
BAB III
6
http://www.habibrizieq.com/2012/11/hak-asasi-manusia-dan-wawasan-kebangsaan.html
24
PENUTUP
2.3. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat kita simpulkan dari tulisan ini, bahwa :
1) HAM merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang
didapatkan sejak lahir dimana secara kodrati HAM sudah melekat dalam
diri manusia dan tak ada satupun orang yang berhak mengganggu gugat
karena HAM bagian dari anugrah Tuhan.
2) Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila.
Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah
bangsa.
3) Problem penegakan HAM di Indonesia tidak hanya menyangkut sistem
hukum yang mengalami degradasi, tapi juga melibatkan sistem-sistem
lain yang turut berpengaruh secara signifikan seperti sistem politik,
ekonomi dan sosial.
4) Gender adalah konstruksi sosial yang menjelaskan tentang peran manusia
berdasarkan jenis kelamin.
5) Dalam Islam definisi HAM adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak lahir sebagai karunia Allah, sehingga hak tersebut tidak
akan pernah bertentangan dengan Kewajiban Asasi Manusia (KAM) yang
telah digariskan oleh Allah dan Rasulullah
DAFTAR PUSTAKA
25
1. https://www.harianlampung.co.id/read/definisi-pengertian-ham-hak-asasi-
manusia-menurut-para-ahli-3584/
2. http://www.berbagaireviews.com/2015/03/sejarah-dan-perkembangan-
hak-asasi.html
3. https://waina270809.wordpress.com/2013/04/17/ham-dan-wawasan-
nusantaranasional/
4. https://malthufsiraj.wordpress.com/2008/09/17/problematik-penegakan-
hak-asasi-manusia/
5. http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/02/ham-dan-gender.html
6. http://www.habibrizieq.com/2012/11/hak-asasi-manusia-dan-wawasan-
kebangsaan.html
26