Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya
kepada kita semua sehingga akhirnya karya tulis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
mudah-mudahan senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW saeta para
pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Karya tulis ilmiah yang diberi judul ”” . Penyelesaian karya tulis ini juga bersumberkan dari
beberapa referensi, seperti dari internet yaitu dari google, dan dari pengetahuan yang kami
miliki seputar hal ini
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
segala kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan untuk kemajuan masa masa
mendatang.
Harapan penulis semoga tugas karya tulis ilmiah ini dapat diambil manfaatnya
ABSTRAK

Pandemi covid-19 membawa dampak buruk pada setiap bidang kehidupan di masyarakat
tidak terkecuali dunia pendidikan. Nadiem Makariem selaku Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan gagasan Merdeka Belajar untuk mencegah terjadinya loss
learning yang semakin meluas. Adanya gagasan tersebut yaitu untuk mencetak Sumber Daya
Manusia (SDM) yang unggul dengan mengutamakan pendidikan karakter. Pendidikan
merdeka belajar bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang kritis. kreatif, kolaboratif
dan terampil. Namun, pembelajaran pada saat ini tidak bisa diterapkan dengan maksimal
karena terkendala masa pandemi covid-19. Seiring berjalannya waktu. sekolah-sekolah sudah
menerapkan era new normal dengan melaksanakan pembelajaran di sekolah yaitu dengan
menerapkan protokol kesehatan. Pengadaan merdeka belajar yaitu dengan pendekatan oleh
mahasiswa/pendidik kepada peserta didik untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman
dan tidak membosankan yang membebaskan peserta didik untuk berpikir kreatif untuk
meningkatkan bakat mereka dalam berkomunikasi dan menyelesaikan suatu permasalahan.

Kata kunci: Pendidikan karakter, merdeka belajar, tujuan merdeka belajar


DAFTAR ISI
KATA PENGATAR………………………………………………………………I
ABSTRAK………………………………………………………………………II
DAFTAR ISI……………………………………………………………………III
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….2
1.4 Manfaat…………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3
2.1 Pengertian Merdeka Belajar………………………………………………….3
2.2 Mengenal Konsep Merdeka Belajar………………………………………….4
2.3 Faktor Kendala Dalam Pelaksanaan Merdeka Belajar……………………….5
2.4 Implementasi Merdeka Belajar Dalam Dunia Pendidikan…………………...6
2.5 Dampak Positif Dan Negatif Merdeka Belajar……………………………….8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………10

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...10
3.2 Saran………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..11
IMPLEMENTASI DAN DAMPAK PENDIDIKAN KARAKTER
MERDEKA BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran ialah sebuah tahapan atau proses agar peserta didik melakukan aktivitas
belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan mempengaruhi peserta didik untuk senantiasa
mengembangkan segala potensinya melalui proses belajar mengajar. Dalam sebuah
pembelajaran, guru dituntut untuk dapat mengembangkan potensi peserta didik tersebut,
dalam aspek kognitif, afektif, dan keterampilannya.
Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia sebagai landasan atau
pedoman dalam menjalani kehidupan. Pendidikan tersebut dapat memberikan perubahan
dalam lingkungan sosial, salah satunya adalah perubahan strata sosial individu, dimana dalam
memperoleh akses pendidikan harus sama dan merata. Untuk melahirkan tujuan nasional
pendidikan seperti dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa dan pendidikan yang
melahirkan keadilan sosial, hal ini tentunya harus didukung oleh sistem yang terintegrasi dan
dibangun secara bersama-sama. Implementasi pendidikan tersebut harus selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, karena pendidikan merupakan bekal yang harus dimiliki
oleh setiap umat manusia dalam menjalani kehidupan yang semakin maju dan berkembang.
Karena hal inilah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia,
Nadiem Anwar Makarim mencetuskan program "Merdeka Belajar" yang bertujuan untuk
merespons kebutuhan pendidikan terhadap era revolusi industri 4.0. Kurikulum Merdeka
akan menghasilkan lulusan yang memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan zaman di
era 4.0 (Kadek Suartama et al., 2020).
Konsep merdeka belajar sendiri memiliki esensi bahwa peserta didik nantinya akan
memiliki kebebasan dalam berpikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga di masa
mendatang dapat melahirkan peserta didik yang unggul, kritis, kreatif, kolaboratif, inovatif,
serta partisipasi. Implementasi kebijakan merdeka belajar mendorong peran guru baik dalam
pengembangan kurikulum maupun dalam proses pembelajaran (Daga, 2021).
Salah satu masalah yang timbul yang sekaligus mendorong munculnya kebijakan
merdeka belajar adalah kesibukan guru yang terjebak dalam administrasi pembelajaran
sehingga guru menjadi tidak optimal dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Iklim pendidikan di Indonesia menerima bahwa salah satu tugas guru adalah menyiapkan dan
menyusun administrasi pembelajaran sesuai dengan aturan yang berlaku. Kesibukan dalam
mengurus adminstrasi pembelajaran merupakan bagian dari proses pembelajaran. Guru dan
sekolah justru menjadikan administrasi pendidikan sebagai tujuan serta prioritas dari kegiatan
pendidikan. Selain itu, faktor lain yang menjadi alasan merdeka belajar tersebut ada ialah
supaya generasi muda seperti siswa dan mahasiswa dapat melatih kemampuannya dan
mengembangkan bakatnya dalam bidang apapun sehingga dapat menjadikan Negara
Indonesia memiliki generasi muda yang berkompetitif dan inovatif.
Dalam hal ini, selain siswa ataupun mahasiswa yang menjadi objek sasaran pelaksanaan
merdeka belajar, guru dan orang tua juga turut andil dalam proses pengembangan pengajaran
merdeka belajar tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa siswa sekolah dalam proses
pengajarannya dipatok untuk mencapai nilai tertentu yang mengakibatkan para siswa menjadi
stress dan tertekan. Dalam hal ini, guru dan orang tua juga mengalami hal yang sama,
sehingga peristiwa tersebut akan mengakibatkan proses
pengajaran berarti tidak berjalan dengan optimal. Disamping itu juga, beberapa anak yang
lebih unggul potensinya dalam pendidikan akan dimanfaatkan oleh beberapa kelompok-
kelompok belajar tertentu yang lebih menguntungkan mreka daripada siswa berprestasi
tersebut.

Seperti yang kita ketahui bahwa siswa sekolah dasar masih terlalu dini untuk mendapat
pengajaran yang sifatnya keras dan dipatok nilai, apalagi di usia mereka sedang dalam usia
perkembangan untuk mengenali apa yang mereka sukai dan bukan berdasarkan tuntutan.
Maka dari itu, dengan adanya konsep merdea belajar ini dapat membuat siswa terutama siswa
sekolah dasar mengembangkan bakat yang mereka miliki dan belajar untuk mengembangkan
kemampuan dalam berinteraksi serta melatih dalam proses pemecahan masalah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan merdeka belajar?
b. Mengapa harus mengenal konsep merdeka belajar?
c. Apa saja yang menjadi faktor kendala dalam pelaksanaan merdeka belajar?
d. Bagaimana implementasi merdeka belajar?
e. Apa dampak positif dan negatif pada kurikulum Merdeka?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah agar penulis dapat memahami bagaimana konsep
dari merdeka belajar, faktor penghambat, serta harapan dari adanya proses pelaksanaan
pengajaran dengan merdeka belajar.

1.4 Manfaat
Manfaat bagi penulis dari penulisan makalah ini ialah, penulis dapat melatih kemampuan
untuk suatu karya ilmiah, mengetahui apa itu merdeka belajar, dan melatih kemampuan
literasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Merdeka Belajar

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam


di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam implementasinya, guru memiliki
keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik dalam setiap tingkat jenjang
pendidikannya.

Kurikulum Merdeka selain mewujudkan pembelajaran berbasis kebutuhan siswa juga


menambah muatan nilai-nilai karakter, yaitu yang disebut dengan profil Pelajar Pancasila.
Dengan demikian, Kurikulum ini adalah keberlanjutan dari Kurikulum 2013 dan bisa
diterapkan sebagai opsi. Pada masa sebelum dan pandemi, Kemendikburistek mengeluarkan
kebijakan penggunaan Kurikulum 2013 kemudian Kurikulum 2013 disederhanakan menjadi
kurikulum darurat yang memberikan kemudahan bagi satuan pendidikan dalam mengelola
pembelajaran jadi lebih mudah dengan substansi materi yang esensial

Kurikulum Merdeka di SP/SMK-PK menjadi angin segar dalam upaya perbaikan dan
pemulihan pembelajaran yang diluncurkan pertama kali tahun 2021. Pemulihan pembelajaran
tahun 2022 s.d. 2024, Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah yang belum
siap untuk menggunakan Kurikulum Merdeka masih dapat menggunakan Kurikulum 2013
sebagai dasar pengelolaan pembelajaran, begitu juga Kurikulum Darurat yang merupakan
modifikasi dari Kurikulum 2013 masih dapat digunakan oleh satuan pendidikan tersebut.

Kurikulum Merdeka sebagai opsi bagi semua satuan pendidikan yang di dalam proses
pendataan merupakan satuan pendidikan yang siap melaksanakan Kurikulum Merdeka.Tahun
2024 menjadi penentuan kebijakan kurikulum nasional berdasarkan evaluasi terhadap
kurikulum pada masa pemulihan pembelajaran. Evaluasi ini menjadi acuan
Kemendikburistek dalam mengambil kebijakan lanjutan pasca pemulihan pembelajaran.

Konsep pendidikan "merdeka belajar" di Indonesia yang dicanangkan oleh Mendikbud RI


yang baru dinilai sebagai kebijakan besar untuk menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi
lebih baik dan semakin maju. Selain itu, konsep "merdeka belajar" memiliki arah dan tujuan
yang sama dengan konsep aliran filsafat pendidikan progresivisme John Dewey, Dimana,
keduanya sama-sama menawarkan kemerdekaan dan keleluasaan kepada lembaga pendidikan
untuk mengekplorasi potensi peserta didiknya secara maksimal dengan menyesuaikan minat,
bakat serta kecenderungan masing-masing peserta didik. Dengan kemerdekaan dan
kebebasan ini, diharapkan pendidikan di Indonesia menjadi semakin maju dan berkualitas,
yang ke depannya mampu memberikan dampak positif secara langsung terhadap kemajuan
bangsa dan negara. Progresivisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan modern yang
menginginkan adanya perubahan mendasar terhadap pelaksanaan pendidikan ke arah yang
lebih baik, berkualitas dan memberikan manfaat yang nyata bagi peserta didik. Aliran
progresivisme menekankan akan pentingnya dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada
peserta didik. Peserta didik diberikan keleluasaan untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat aturan-aturan formal yang
terkadang justru membelenggu kreativitas dan daya pikirnya untuk menjadi lebih baik.

Konsep Merdeka Belajar oleh Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya untuk
menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai
tertentu. Siswa dapat mengembangkan kreativiasnya tanpa terhalang oleh belenggu yang
menjadi penghalang dirinya untuk bereksplorasi. Konsep merdeka belajar ini dapat menjadi
tali penghubung kekeluargaan antar pendidik dengan peserta didik yang menjadikan suasan
pembelajaran tersebut nyaman bagi kedua belah pihak. Guru atau pendidik dalam hal ini
sudah tidak lagi hanya sekedar memberikan ceramahnya sendiri dan peran siswa yang pasif,
namun guru sebagai pendamping dan siswa dibebaskan untuk mengeluarkan ide-idenya
sehingga interaksi dalam satu ruangan tersebut terjadi dan terciptalah suasana belajar yang
nyaman dan kompleks.

2.2 Mengenal Konsep Merdeka Belajar

Pendidikan merdeka belajar yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Nadiem Makarim, yaitu dengan tujuan menghasilkan generasi muda
yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, memiliki keterampilan, dapat memecahkan suatu
permasalahan, yang nantinya untuk ke depannya menjadi bekal untuk mengharumkan citra
Indonesia dalam kancah internasional. Bila nanti setelah diterapkannya kebijakan Merdeka
Belajar, nantinya akan terjadi banyak perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Sistem
pembelajaran yang sekarang hanya dilaksanakan di dalam kelas akan berubah dan dibuat
senyaman mungkin agar mempermudah interaksi antara murid dan guru. Salah satunya yaitu
belajar dengan outing class, dimana outing class ini adalah salah satu program pembelajaran
yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar siswa memiliki keterampilan dan
keahlian tertentu. Outing class juga merupakan metode belajar yang menyenangkan dimana
konsep ini mengajarkan para siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan sekitar.
Selama

pembelajaran dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa akan lebih dapat
membangun keakraban, lebih santai, dan tentunya lebih menyenangkan. Dengan setiap hari
belajar di dalam kelas selama bertahun-tahun tentunya sudah menjadi hal yang lumrah atau
bahkan membosankan, jadi tidak ada salahnya jika kita sebagai pendidik maupun calon
pendidik memberikan sesuatu yang berbeda pada proses pembelajaran.

Sistem pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar karakter siswa terbentuk. dan
tidak terfokus pada sistem perangkingan yang menurut beberapa penelitian hanya
meresahkan, tidak hanya bagi guru tetapi juga bagi anak dan orang tuanya. Selain itu, dengan
perangkingan nantinya juga akan muncul diskriminasi dimana ada pelabelan antara si pintar
dan si bodoh. Hal ini tentu sangat keliru jika diterapkan dalam dunia pendidikan, karena pada
hakikatnya anak memiliki kecerdasan masing-masing di dalam dirinya atau yang sering
disebut dengan multiple intelegent. Multiple intelegent merupakan teori yang dikembangkan
oleh Dr. Howard Gardner seorang ahli psikologi modern di Harvard University, dimana
menurut Gardner kecerdasan diartikan sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah dan
untuk menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. Potensi yang dimilik
oleh anak sekecil apapun itu harus dihargai. Banyak anak yang memiliki hambatan atau
kesulitan dalam belajar akan tetapi jika kecerdasannya dihargai dan terus dikembangkan
maka anak tersebut akan menjadi anak unggul pada bidangnya. Sehingga nantinya akan
terbentuk pribadi yang kompeten, serta memiliki karakter yang tertanam dalam dirinya.

Sebelum menjalankan suatu kegiatan kita membutuhkan sebuah konsep agar apa yang
akan kita lakukan dapat terurut dan terlaksana dengan baik. Konsep merdeka belajar yang
digaungkan oleh Nadiem Makarim terdorong dari keinginannya untuk menciptakan suasana
belajar yang bahagia dan menyenangkan tanpa terbebani akan adanya nilai dan target
pencapaian tertentu. Pokok-pokok kebijakan Kemendikbud RI terkait dengan konsep
merdeka belajar adalah:

a) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) resmi menghapus Prosedur Operasional


Standar (POS) pelaksanaa Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) mulai tahun ini.
Penghapusan USBN merupakan amanat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem
Makarim yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 43 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Ujian Yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional. Hal tersebut berarti
dalam pembuatan soal maupun penyelenggaraan USBN akan diserahkan sepenuhnya kepada
pihak sekolah. Sekolah diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk menyelenggarakan ujian,
karena diselenggarakan oleh sekolah maka menjadi tugas pemerintah daerah melalui Dikbud
untuk memonitor dan mengevaluasi serta memastikan bahwa ujian yang dilakukan oleh pihak
sekolah adalah ujian yang berkualitas. Hal ini penting untuk dilakukan karena erat
hubungannya dengan mutu pendidikan. Dikbud harus memfasilitasi terutama dari segi
anggaran agar pelaksanaan ujian berjalan lancar, selain itu juga harus mengadakan pelatihan
pembuatan soal yang sesuai dengan standar atau kriteria yang harus dipenuhi.

b) Ujian Nasional (UN)

Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar dalam pendidikan dasar dan menengah. UN
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka penjaminan mutu
pada satuan pendidikan. Hal ini sebagaimana yang telah

tercantum dalam PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil
belajar yang dilakukan oleh pemerintah telah diselenggarakan sejak puluhan tahun yang lalu
dan telah berulangkali mengalami perubahan pada setiap periodenya. Menteri Pendidikan
Nadiem Makarim telah memutuskan untuk menghapuskan UN. Dengan dihapuskannya UN
ini, diharapkan dapat membuat siswa tidak mengalami tekanan beban mental, karena
kelulusannya dari jenjang pendidikan tertentu tidak ditentukan oleh nilai yang diperoleh
hanya dalam beberapa hari saja. Namun dengan begitu bukan berarti tidak ada yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Ujian Nasional akan diganti dengan sistem
yang baru. yaitu Assesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Konsep ini merupakan
penyederhanaan dari sistem UN, berbeda dengan UN yang dilakukan pada akhir jenjang
pembelajaran, asessmen ini akan dilaksanakan ketika anak duduk di kelas 4, 8 dan 11. Dan
hasil dari assesmen ini akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk
memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

c) RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan seorang guru dalam
mengajar. Seorang guru sebelum memasuki kelas wajib menyusun RPP agar pembelajaran
yang dilakukan lebih terarah dan sesuai indikator yang dikembangkan. Kebijakan baru terkait
dengan penyusunan RPP telah dikeluarkan oleh menteri pendidikan yang tertuang dalam
Surat Edaran No 14 tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP. Berbeda dengan RPP
sebelumnya yang mencakup lebih dari sepuluh komponen, pada RPP yang baru terjadi
penyederhanaan yaitu hanya terdapat 3 komponen inti dalam RPP yang sesuai dengan edaran
menteri pendidikan no 14 tahun 2019 yaitu; tujuan pembelajaran, langkah kegiatan
pembelajaran, dan penilaian atau assesment. Dengan adanya kebijakan ini, guru akan lebih
mudah dan diberikan kebebasan untuk membuat dan mengembangkan RPP seefektif dan
scefisien mungkin, akan tetapi tetap berorientasi pada perkembangan anak.

d) Memperluas sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru


Sistem zonasi adalah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai dengan wilayah
tempat tinggal. Zonasi merupakan salah satu kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan agar tercipta pemerataan akses layanan pendidikan dan pemerataan kualitas
pendidikan nasional (Baro'ah. 2020. n.d.). Sebenarnya sistem ini sudah diberlakukan sejak
masa menteri sebelumnya, akan tetapi ada perbedaan dalam pelaksanaannya dengan sistem
zonasi yang sekarang ini. Tentunya sebelum diterapkan, sistem ini sudah dilakukan
pengkajian, serta memperhatikan rekomendasi dari lembaga-lembaga yang kredibilitasnya
tidak diragukan lagi. Salah satu perbedaan yang mendasar dari sistem zonasi yang lalu
dengan era menteri sekarang adalah kuota siswa dari jalur zonasi. Sistem zonasi yang
awalnya memiliki kuota minimum 80% dari kuota total 100%, sisanya diperuntukan untuk
jalur prestasi dan perpindahan. Pada sistem zonasi yang sekarang berubah menjadi jalur
zonasi 50%, afirmasi 15%, perpindahan 5%, dan jalur prestasi 30 persen.

2.3 Faktor Kendala Dalam Pelaksanaan Merdeka Belajar

Dalam pelaksanaan merdeka belajar di jenjang sekolah, tidak terlepas dari kendala yang
menyebabkan sulitnya pelaksanaan merdeka belajar tersebut. Permasalahan yang disajikan di
bawah ini hasil dari wawancara terbuka kepada dosen-dosen di 23 perguruan tinggi, baik
perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Indonesia (Susetyo, 2020). Berikut ialah
permasalahan atau kendala dalam pelaksanaan merdeka belajar di perguruan tinggi:

a) Tujuan Pendidikan
Substansi Program Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Belajar yang mengutamakan
praktik di lapangan (link and match) dikhawatirkan akan dapat melupakan atau
mengesampingkan tujuan utama pendidikan. Kebijakan ini sangat kental dengan pendekatan
pasar untuk kebutuhan industri, bukan untuk membentuk karakter mahasiswa yang berakhlak
mulia, menerapkan nilai-nilai Pancasila, dan cinta tanah air. Dikhawatirkan pula, perguruan
tinggi hanya akan melahirkan manusia-manusia pekerja, bukan manusia pemikir yang kritis.

b) Kebijakan Masih Parsial


Butir-butir dalam kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka masih saling
berhubungan dan belum menuju ke titik tujuan yang ingin dicapai, belum terintegrasi dengan
tujuan yang terintegrasi dengan landasan keilmuan, kemampuan berpikir, regulasi, dan
filosofi dasar negara serta tatanan beragama.

c) Panduan untuk Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Belajar Kegiatan
implementasi, termasuk implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Belajar
diperlukan aturan atau acuan dari pimpinan perguruan tinggi maupun antarperguruan tinggi.
Acuan berupa peraturan, surat keputusan, buku panduan, petunjuk pelaksanaan, prosedur
operasional, dan sejenisnya sangat diperlukan untuk segera diwujudkan. Tanpa panduan dan
rambu-rambu yang jelas dari perguruan tinggi yang akan melaksanakan Kurikulum Merdeka
Belajar dan Kampus Belajar, tentu program kegiatan tidak akan berjalan dengan baik.

d) Pola Pikir
Sampai sekarang masih banyak perguruan tinggi yang belum siap menjalankan kebijakan
merdeka belajar dan kampus merdeka, realitas yang kita hadapi, yaitu perubahan mindset
(pola pikir) yang masih butuh waktu.

e) Penyusunan Kurikulum di Program Studi


Penyusunan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Belajar di Program Studi yang tetap
mengacu pada KKNI bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak kesulitan yang dihadapi oleh
tim penyusun di program studi yang baru saja selesai menyusun kurikulum KKNI I dan baru
saja dilaksanakan, lalu harus menyusun kembali Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka. Secara teori tentu mudah, dengan mengundang para pakar kurikulum kemudian
mencoba menyusunnya, tetapi dalam praktiknya tentu tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Apalagi Kurikulum KKNI di program studi belum lama dilaksanakan, yang dimana
tentu belum dievaluasi dan dikaji oleh program studi secara mendalam dan tuntas sehingga
belum diketahui secara pasti kelebihan dankelemahannya.

f) Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi Lain


Kerja sama dengan perguruan tinggi lain bukan suatu persoalan yang mudah. Perguruan
tinggi yang sudah mapan tentu mempersyaratkan kerja sama dengan perguruan tinggi lain.
Bagi perguruan tinggi yang nilai akreditasinya unggul tentu tidak akan menerima mahasiswa
yang berasal dari perguruan tinggi yang nilai akreditasinya di bawahnya. Hal ini tentu tidak
menguntungkan bagi mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang status akreditasinya
masih belum unggul, banyak perguruan tinggi swasta di daerah akan merasakan hal ini.

g) Kerja Sama dengan Industri atau Perusahaan


Perguruan tinggi di daerah akan mengalami kesulitan karena industri dan perusahaan banyak
berada di kota besar, terutama di Pulau Jawa. Hal ini

mengakibatkan perguruan tinggi di daerah tidak banyak dapat menempatkan mahasiswanya


untuk praktik di industri-industri yang ada di wilayahnya karena kemampuan atau daya
tampung untuk mahasiswa terbatas. Masih banyakprovinsi yang belum siap untuk
mengimplementasi kampus merdeka.

h) Pengambilan Mata Kuliah di Prodi Lain di Perguruan Tinggi Sendiri maupun di Perguruan
Tinggi Lain
Pengambilan mata kuliah di program studi tertentu yang menjadi favorit bagi mahasisiwa,
baik di perguruan tinggi sendiri maupun di perguruan tinggi lain akan mengalami
penumpukan jumlah mahasiswa, sehingga program studi tidak dapat melayani secara baik
karena tenaga pendidik (dosen) di prodi tersebut terbatas.

i) Pelaksanaan Praktik di Instansi, Industri atau Perusahaan


Pelaksanaan Praktik di Instansi lain. Industri atau Perusahaan akan bermasalah pada
penentuan beban bobot SKS yang sudah ditentukan oleh perguruan tinggi asal yang
dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara kebutuhan instransi, industri atau perusahaan
dengan panduan praktik yang sudah ditentukan.
j) Dana yang Diperlukan untuk Praktik atau Magang bagi Mahasiswa Semakin banyak
praktik dan semakin lama melakukan praktik atau magang di lapangan akan membebani
mahasiswa dalam pembiayaan. Mahasiswa akan mengeluarkan dana lebih banyak ketika
melakukan praktik. Praktik yang selama ini sudah dilaksanakan seperti PLP I dan PLP 3 serta
KKN saja yang SKS- nya tidak melebihi 4 SKS dan waktunya hanya kurang dari 3 bulan
sudah banyak dana yang dikeluarkan oleh mahasiswa apalagi SKS yang banyak dan waktu
selama lebih dari 2 semester tentu berat bagi mahasiswa.

k) Sistem Administrasi Akademik


Perguruan tinggi yang telah menggunakan sistem akademik secara daring terpusat untuk
urusan nilai, lembar hasil studi, dan transkrip tidak menjadi masalah, namun bagi perguruan
tinggi yang masih belum menggunakan aplikasi siakad terintegratif akan menjadi masalah.
Jadi, hanya dapat dilaksanakan pada perguruan tinggi yang sudah mapan serta memiliki
sarana yang lengkap.

l) Pandemi Covid 19
Dampak dari pandemi Covid-19 mengakibatkan beberapa aktivitas pembelajaran Kampus
Merdeka terdapat kendala, terutama kegiatan tatap muka dan kuliah lapangan. Untuk itu,
kurikulum harus di desain ke arah virtual. Dengan demikian, mahasiswa tetap memperoleh
capaian pembelajaran meski tidak turun ke lapangan. Kurikulum Kampus Merdeka yang
disusun harus sejalan dengan kebutuhan pemerintah, masyarakat, maupun industri meskipun
pada masa pandemi seperti sekarang ini.

m) Penyiapan SDM Penyiapan seluruh program pembangunan sumber daya manusia (SDM)
dunia, yaitu penyiapan tenaga pendidik (dosen) sebagai ujung tombak memerlukan waktu
yang tidak sebentar. Tanpa SDM penggerak (dosen), program pembangunan SDM unggul
tidak akan dapat berjalan. Dengan demikian, seharusnya dibuat persiapan khusus untuk
mencetak dosen penggerak.

Selain daripada perguruan tinggi dengan Kampus Merdeka, pada jenjang sekolah juga dengan
Merdeka Belajar. Kebijakan tersebut pada jenjang sekolah memiliki beberapa kendala yang
sama dengan Kampus Merdeka, seperti tidak memiliki pengalaman kemerdekaan belajar,
keterbatasan referensi, akses yang dimiliki dalam pembelajaran, manajemen waktu, dan
kompetensi (skill) yang memadai.

2.4 Implementasi Merdeka Belajar Dalam Dunia Pendidikan

Implementasi dari kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yaitu pentingnya


perumusan kurikulum yang maksimal karena melibatkan mitra untuk mencapai hasil
pembelajaran di perguruan tinggi (Sopiansah, Deni., Dkk. 2022, n.d.). Dalam pelaksanaannya
perguruan tinggi melibatkan pihak eksternal dalam merumuskan. kurikulum sehingga hasil
lulusannya bisa diterima di dunia kerja. Ada beberapa program yang disepakati yaitu adanya:
pertukaran pelajar, magang, praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian,
riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, membangun
desa/KKN.

Adanya penjaminan mutu di perguruan tinggi yang bertugas untuk menyusun kebijakan dan
manual mutu, menetapkan mutu, melaksanakan monitoring dan evaluasi meliputi prinsip
penilaian, aspek-aspek penilaian dan prosedur penilaian. Dengan Kurikulum MBKM ini
diharapkan para mahasiswa yang saat ini belajar di perguruan tinggi, harus disiapkan menjadi
pembelajar sejati yang terampil, lentur dan ulet (agile learner), Kebijakan Merdeka Belajar -
Kampus Merdeka yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan
kerangka untuk menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan
kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi.
Tujuan kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka, program "hak belajar tiga semester di
luar program studi" adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun
hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai
pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian, Program-program
experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi
mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.

Dengan menerapkan kurikulum merdeka akan lebih relevan dan interaktif dimana
pembelajaran berbasis proyek akan memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk secara
aktif menggali isu-isu yang faktual (Rahayu et al., 2022). Sekolah diberi kebebasan untuk
memilih tiga pilihan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Pertama, menerapkan
sebagian serta prinsip kurikulum merdeka dengan tidak mengganti kurikulum sekolah yang
digunakan. Kedua, menggunakan kurikulum merdeka dengan memakai sarana pembelajaran
yang sudah disiapkan. Ketiga, menggunakan kurikulum merdeka dengan mengembangkan
sendiri perangkat ajar. Keunggulan dari adanya kurikulum merdeka pertama, lebih sederhana
dan mendalam. Karena fokus pada materi yang penting dan pengembangan kompetensi
peserta didik pada pasenya. Kedua, lebih merdeka dimana peserta didik tidak ada program
peminatan di SMA. Guru mengajar sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan
siswa. Untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran sesuai karakteristiknya sekolah
mempunyai kekuatan.

Keberadaan sarana dan prasarana juga sangat menunjang terhadap keberhasilan implementasi
penerapan kurikulum merdeka di sekolah penggerak. Sarana dan prasarana yang lengkap
sangat menunjang terhadap pelaksanaan kurikulum merdeka di sekolah penggerak terutama
dalam ketersediaan alat-alat IT. Sekolah penggerak mendapatkan bantuan dana untuk
melengkapi ketersediaan sarana prasarana yang menunjang pembelajaran selama mengikuti
program sekolah penggerak. Untuk buku-buku dalam kurikulum merdeka. sudah disiapkan
oleh kemendikbud guru tinggal mengembangkannya.
Proses pembelajaran kurikulum merdeka pada sekolah penggerak mengacu pada profil
pelajar pancasila yang bertujuan menghasilkan lulusan yang berkompeten dan menjunjung
tinggi nilai-nilai karakter. Bentuk struktur kurikulum merdeka yaitu kegiatan intrakurikuler,
projek penguatan profil pelajar pancasila serta kegiatan ekstrakurikuler. Sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 162
Tahun 2021 bahwa kerangka dasar kurikulum terdiri dari: a. Struktur kurikulum; b. Capaian
pembelajaran; dan c. Prinsip pembelajaran dan asessment. Dalam kurikulum merdeka setiap
kegiatan harus menghasilkan proyek.

Penilaian dalam kurikulum merdeka di sekolah penggerak yang diterapkan adalah penilaian
secara komprehensif yang mendorong para siswa untuk mempunyai kompetensi sesuai
dengan bakat dan minatnya tanpa membebani siswa dengan ketercapaian skor minimal yang
harus ditempuh siswa atau dapat dikatakan tidak ada lagi KKM dalam kurikulum merdeka.
Guru merdeka bebas dalam melakukan penilaian. Hal tersebut sejalan dengan dengan apa
yang dikatakan oleh Nadiem Makarim di Jakarta, pada tanggal 11 Desember 2019, tentang 4
pilar kebijakan yaitu: Ujian Nasional (UN) yang akan ditiadakan dan diganti dengan
Asessment Kompetensi Minimum serta Survei Karakter. Sekolah masing-masing diberikan
kewenangan seutuhnya mengenai yang terkait kebijakan USBN, Penyederhanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), PPDB lebih ditekankan pada sistem zonasi. Implementasi
di sekolah penggerak mengenai penilaian dengan merdeka belajar mempunyai dampak positif
dan negatif dampak positifnya tidak ada lagi tekanan kepada siswa maupun guru bahwa siswa
harus mencapai nilai minimal sesuai dengan yang sudah ditetapkan, namun dampak
negatifnya kurang memotivasi siswa untuk bersaing.
2.5 Dampak positif dan negatif pada kurikulum Merdeka

Dampak positif dari kurikulum merdeka belajar adalah siswa diberikan ruang terbuka untuk
mengeksplorasi dan mengekspresikan keinginan bakat minat cara dia belajar. Tentu saja agar
kedepannya siswa bisa memiliki jiwa kompetensi yang baik, kreatif dan inofatif.Akan tetapi
kurikulum merdeka juga mempunyai dampak negatif bagi proses belajar mengajar.
Ada beberapa siswa yang memiliki pemikiran yang menjadikan kurikulum ini sebagai
peluang dalam dirinya untuk mencari keahliannya di bidang lain, sedangkan ada juga
beberapa siswa yang mungkin bisa menjadikan
Kurikulum ini adalah sebuah keluhan dan membuat peserta didik ini menjadi tidak nyaman
dalam pembelajaran karena sulitnya memahami dan berdaptasi dengan kurikulum yang
sedang dijalankan. Pergantian kurikulum tentu akan melibatkan banyak perubahan mulai dari
perubahan sistem, prosedur dan mash banyak lagi. Hal itu akan berdampak buruk bagi siswa
di mana ketika siswa mash berusaha menyesuaikan diri dengan kurikulum yang satu, dan
diganti dengan kurikulum yang baru.
Kesimpulannya adalah, sebagaimana pun pemerintah membuat kebijakan
kurikulum baru pasti saja ada pro dan kontra. maka sebijak bijaknya seorang siswa harus bisa
beradaptasi dan menyesuaikan maksud dari kurikulum baru yang dibuat. Karena apapun yang
dirancang dan dibuat oleh pemerintah, pasti ada niat dan kebijakan baik demi masa depan
anak anak bangsa yang maju.

Dampak Negatif dalam beradaptasi dengan kurikulum baru: Beberapa siswa mungkin
merasa sulit untuk beradaptasi dengan kurikulum baru, yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dalam belajar. Hal ini karena Kurikulum Merdeka menekankan
pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat menjadi tantangan bagi sebagian siswa

Kehilangan pembelajaran: Penerapan Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengurangi


dampak kehilangan pembelajaran yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Namun,
beberapa ahli berpendapat bahwa kurikulum baru mungkin tidak efektif dalam mengatasi
masalah kehilangan pembelajaran

Kurangnya pelatihan guru: Implementasi Kurikulum Merdeka mengharuskan guru memiliki


pendekatan pengajaran yang berbeda. Namun, beberapa guru mungkin belum menerima
pelatihan yang memadai untuk menerapkan kurikulum baru secara efektif
Akses terbatas ke sumber daya: Beberapa sekolah mungkin tidak memiliki akses ke sumber
daya yang diperlukan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka secara efektif. Hal ini dapat
menyebabkan beberapa sekolah berjuang untuk memberikan pendidikan berkualitas kepada
siswa mereka
Kesimpulannya, sementara Kurikulum Merdeka memiliki beberapa dampak positif, ia juga
memiliki beberapa dampak negatif yang perlu ditangani. Pemerintah perlu memastikan
bahwa semua sekolah memiliki akses ke sumber daya yang dibutuhkan untuk menerapkan
kurikulum baru secara efektif. Selain itu, guru perlu menerima pelatihan yang memadai untuk
memastikan bahwa mereka dapat menerapkan kurikulum baru secara efektif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi setiap umat manusia untuk dapat berkembang
menjadi manusia yang memiliki keterampilan dan berpikir kreatif. Pembelajaran dengan
aliran progresivisme dinilai kurang relevan diterapkan di tengah era globalisasi ini dengan
manusianya yang suka dengan pemikiran luas dan terbuka. Oleh sebab itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mencanangkan konsep Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka kepada siswa dan mahasiswa agar mereka dapat melatih kemampuan berpikir kritis
serta kemampuan untuk mengemukakan ide-ide dalam dirinya. Disamping itu, konsep
merdeka belajar ini juga dapat mengembangkan potensi bakat dan minat siswa tanpa harus
merasa terbebani akan adanya tolak ukur nilai seperti KKM.

Implementasi merdeka belajar pada sekolah tidak terlepas dari hambatan yang umum terjadi
pada negara dengan banyak pulau seperti Indonesia ini. Hambatan bagi tenaga pendidik
sekolah misalnya tidak memiliki pengalaman kemerdekaan belajar, keterbatasan referensi,
akses yang dimiliki dalam pembelajaran, manajemen waktu, dan kompetensi (skill) yang
memadai. Hambatan tersebut sebagai hambatan bagi tenaga pendidik untuk dapat
menjalankan pendidikan sesuai dengan konsep merdeka belajar.

Kurikulum Merdeka Belajar adalah inovasi dalam pendidikan Indonesia yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi dan minat belajar siswa. Kurikulum ini memberikan kebebasan
kepada siswa dalam memilih minat belajar mereka, mengurangi beban akademik, dan
mendorong kreativitas guru.

3.2 Saran

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang diterapkan dalam dunia pendidikin dirasa memiliki
dampak positif yang lebih besar daripada dampak negatifnya. Namun, penerapannya juga
harus tetap mendapat penjelasan atau guru/tenaga pendidiki juga turut andil berperan dalam
proses pembelajaran untuk menjelaskan suatu materi terlebih dahulu agar para
siswa/mahasiswa mengangkap maksud dari materi tersebut. Di samping itu, para
siswa/mahasiswa juga tetap optimis untuk belajar dan tidak menyepelekan pembelajaran
karena dirasa suatu nilai tidak penting.
DAFTAR PUSTAKA
Baro'ah. S. (n.d.). KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR SEBAGAI STRATEGI
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN. In Jurnal Tawadhu v(Vol. 4, Issue 1).
https://bdkpalembang.kemenag.go.id/artikel/kurikulum-merdeka

Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar.
Jurnal Educatio FKIP UNMA. 7(3), https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279 1075-1090.

Kadek Suartama, L, Usman, M.. Triwahyuni, E., Subiyantoro, S., Abbas, S., Umar, Hastuti,
W.D., & Salehudin, M. (2020). Pengembangan pembelajaran inkuiri berorientasi E-learning
berbasis pendidikan karakter pada mata kuliah multimedia. Jurnal Eropa

Educational Research, 9(4), 1591-1603. https://doi.org/10.12973/EU-JER.9.4.1591 Rahayu,


R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P. (2022). Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal Basicedu, 6(4), 6313-6319.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237

Sopiansah, Deni., dkk. 2022. (n.d.).

Susetyo. (2020). Prosiding Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka


Belajar Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/Tersediadi:https://ejou
rnal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/

https://arrohmah.co.id/kurikulum-merdeka-belajar-pengertian-tujuan-latar-belakang/
#:~:text=Kesimpulan,akademik%2C%20dan%20mendorong%20kreativitas%20guru
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/sn-pgsd/article/view/15173
https://www.kompasiana.com/te_997160/6403ebdc10d8e04904696d6

https://gurubinar.id/blog/dampak-kurikulum-merdeka-belajar-sebagai-kurikulum-baru?
blog_id=205

https://smanoekolo.sch.id/opini-guru/kurikulum-merdeka-bagi-pendidikan-indonesia

Anda mungkin juga menyukai