Anda di halaman 1dari 21

PENGEMBANGAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan


Pembelajaran
Dosen Pengampu : M. Iqbal Arrosyad, M.Pd

Oleh :
Nama NIM
Emilia Farahmada 2201411262
Dea Wulan Dari 2201411263
Deri Oktora 2201411264

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. atas Rahmat dan Hidayah- Nya
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa, shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW. beserta para sahabat yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti sekarang.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas dari Perencanaan dan
Pembelajaran program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Muhammadiyah Bangka Belitung. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan
terselesaikan tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Fadilah Sabri, S.T., M.Eng., selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Bangka Belitung.
2. Bapak Romadon, S.T., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
3. Bapak M. Iqbal Arrosyad, M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Ibadah dan Muamalah Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
4. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu proses penyelesaian
makalah ini.

Dengan penuh kesadaran kami mengakui bahwa masih terdapat kelemahan


dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritikan
kami harapkan demi perbaikan dan pengembangan makalah ini. Betapa besar
harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pendidikan, khususnya di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.

Pangkalan Baru, 30 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
A. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar ..................................................... 6
B. Peran dan Fungsi Kurikulum Merdeka Belajar .......................................... 7
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar .................... 11
D. Peran Guru Penggerak Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar ........ 13
E. Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka Belajar .................................... 14
BAB III.............................................................................................................. 20
PENUTUP ......................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ............................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari program
guru penggerak merdeka belajar, bahkan sangat menentukan keberhasilan
omplementasi kebijakan tersebut secara keseluruhan. Kurikulum merdeka belajar
harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat, dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan,
termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi Pendidikan.

Dengan demikian, Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim telah


menetapkan 4 (empat) pokok kebijakan pendidikan nasional melalui program
“Merdeka Belajar”. Gerakan merdeka belajar yang diluncurkan mengusung empat
isu penting, yakni penghapusan ujian nasional (USBN), penyederhanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan pembenahan penerimaan peserta didik baru
(PPDB) dengan penaikan kuota jalur prestasi dari 15% menjadi 30% sehingga
lebih akomodatif.

Merdeka belajar episode 2 dikenal dengan istilah “kampus merdeka” yang


diluncurkan Kemendikbud. Mendikbud menetapkan bahwa paket kebijakan
kampus merdeka ialah langkah awal dari rangkaian kebijakan perguruan tinggi.
Program kampus merdeka bertujuan memberikan ruang gerak yang lebih leluasa
kepada perguruan tinggi untuk berkreasi dan berinovasi.

Selain itu, Kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan merdeka belajar yang


terbaru terkait Program Organisasi Penggerak, guna untuk berkolaborasi dan
meningkatkan kopetensi guru dalam proses pembelajaran, sehingga mereka
memiliki konsep baru untuk mengajari peserta didiknya di sekolah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kurikulum merdeka belajar?


2. Apa peran dan fungsi kurikulum merdeka belajar?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merdeka belajar?
4. Apa sih peran guru penggerak dalam pengembangan kurikulum merdeka belajar?
5. Bagaimana pembelajaran dalam kurikum merdeka belajar?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian kurikulum merdeka belajar


2. Mengetahui peran dan fungsi kurikulum merdeka belajar
3. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merdeka belajar
4. Mengetahui peran guru penggerak dalam pengembangan kurikulum merdeka
belajar
5. Mengetahui pembelajaran dalam kurikulum merdeka belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar

Merdeka belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dirancang oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar
Makarim.

Merdeka Belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan


kesempatan belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak
didik untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stress dan tekanan
dengan memperhatikan bakat alami yang mereka punya, tanpa memaksa mereka
memperlajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar hobi dan
kemampuan mereka.

Kemendikbud telah menetapkan Kurikum Merdeka atau sering disebut juga


dengan Merdeka Belajar, yang merupakan kurikulum dengan pembelajaran
intrakulikuler yang beragam, di mana konten yang disajikan kepada siswa akan
lebih optimal dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep serta menguatkan kompetensi

Kurikulum merdeka belajar ‘kampus merdeka’ merupakan kegiatan yang


dilakukan peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, dan kreativitasnya
baik di sekolah maupun di luar sekolah di bawah bimbingan dan tanggung jawab
guru. Dengan demikian pembelajaran dapat dirancang agar lebih optimal,
memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik untuk memahami konsep dan
mengembangkan kompetensi.
B. Peran dan Fungsi Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan


pendidikan, diantarnya mempersiapkan peserta didik agar mereka hidup di
masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu bermakna luas, tidak harus
berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai
maupun hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat, dengan demikian
pendidikan itu justru menumbuhkan pengalaman supaya peserta didik mampu
mengembangkan minat bakat yang mereka punya.

Bukan hanya itu saja, didalam pendidikan ini, kurikulum itu mencakupi
komponen yang sangat penting, karena didalamnya tidak hanya terdapat tujuan
dan arah pendidikan saja akan tetapi juga terdapat pengalaman belajar yang harus
di kuasai setiap siswa serta bagaimana mengorganisasi pengalaman yang mereka
tanam sendiri. Sebagai salah satu komponen dalam sistem Pendidikan, kurikulum
ini memiliki 3 (tiga) peran, diantaranya:

❖ Peran Kurikulum Merdeka Belajar


1. Peran Konservatif
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan nilai budaya sebagai
warisan masa lalu. Hal ini berkaitan dengan era globalisasi akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berdampak mudahnya
pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal dengan demikian
konservatif itu sendiri memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran
konservatif ini, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh
yang berdampak merusak nilai luhur masyarakat sehingga identitas
masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
2. Peran Kreatif
Dalam peran kreatif ini kurikulum harus mampu menjawab setiap
tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang
cepat berubah. Dalam peran kreatif, kurikulum harus mengandung hal-hal
baru agar dapat membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang
mereka miliki supaya berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat
yang berdampak maju secara dinamis.

3. Peran Kritis dan Evaluatif


Peran kritis dan evaluatif guna menyeleksi nilai dan budaya mana yang
harus dipertahankan dan dimiliki setiap anak didik serta mengevaluasi
sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak.

Sesuai dengan peran yang harus “dimainkan” kurikulum berfungsi sebagai alat
dan pedoman Pendidikan, maka isi dari kurikulum itu harus sejalan dengan tujuan
Pendidikan itu sendiri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut Mc Neil
(1990) isi kurikulum memiliki 4 (empat) fungsi, diantaranya:

❖ Fungsi Kurikulum Merdeka Belajar


1. Fungsi Pendidikan Umum (Common and General Education)
Berfungsi guna mempersiapkan peserta didik supaya mereka menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang
baik. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada setiap
peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan,
memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat serta
makhluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini harus diikuti oleh
setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis Pendidikan manapun.
2. Suplementasi (Supplementation)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan
kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedaan bakat. Oleh karena itu,
setiap anak tentu memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan dan
wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan bakatnya. Artinya,
peserta didik yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata harus terlayani
guna mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedangkan siswa
yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga harus terlayani sesuai
kemampuannya.

3. Eksplorasi (Exploration)
Fungsi eksplorasi ini berarti kurikulum itu harus menemukan dan
mengembangkan minat dan bakat setiap siswa. Melalui fungsi ini siswa
diharapkan untuk belajar sesuai dengan minat dan bakat yang mereka
miliki, sehingga memungkinkan mereka belajae tanpa adanya paksaan.
Dibalik ini para pengembang kurikulum mesti dapat menggali rahasia
keberbakatan anak yang kadang-kadang tersembunyi.

4. Keahlian (Specialization)
Berfungsi mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya
yang berdasarkan minat dan bakat visual. Kurikulum harus memberikan
pilihan berbagai keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, industri atau
disiplin akademik. Bidang-bidang semacam itu yang diberikan sebagai
pilihan sehingga setiap peserta didik memiliki keterampilan yang sesuai
dengan bidang spesialisasinya.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum, Alexander Inglis (dalam Hamalik, 1990)
mengemukakan 6 (enam) fungsi kurikulum untuk siswa, diantaranya:
1. Fungsi penyesuaian (the adjustuve or adaptive function)
Berfungsi mengantar siswa supaya mampu menyesuaikan diri dalam
kehidupan sosial masyarakat. Oleh sebab itu siswa harus dapat beradaptasi
dalam kehidupan masyarakat yang cepat berubah.

2. Fungsi integrasi (the integrating function)


Bahwasanya kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara
utuh. Contohnya kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor yang harus
berkembang secara terintegrasi.

3. Fungsi diferensiasi (the differentiating function)


Dalam hal ini kurikulum harus bisa melayani setiap siswa dengan segala
keunikannya. Dengan demikian, siswa itu ialah organisme yang unik,
yakni memiliki perbedaan-perbedaan, baik perbedaan minat, bakat
maupun perbedaan kemampuan.

4. Fungsi persiapan (the preparation function)


Memberikan pengalaman belajar bagi anak untuk melanjutkan Pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk kehidupan di masyarakat.

5. Fungsi pemilihan (the selective function)


Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan
bakat dan minatnya.

6. Fungsi diagnostic (the diagnostic function)


Fungsi ini untuk mengenal berbagai kelemahan dan kelebihan siswa. Hal
tersebut berperan untuk menemukan kesulitan yang dimiliki siswa,
melalui pengenalan itu siswa mampu berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar

Kuriklum merdeka belajar dapat berfungsi sebagai pedoman, ketika


memperhatikan sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya.
Terdapat prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam kurikulum merdeka,
diantaranya :
1. Prinsip Relevansi
Pengalaman-pengalaman belajar yang disusun secara relevan dalam kurikulum
dengan kebutuhan masyarakat.
a. Relevansi Internal
Setiap kurikulum harus ada menu keserasian antara komponen-
komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi
atau pengalaman belajar yang harus dikuasai siswa, strategi atau metode
yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan.

b. Relevansi Eksternal
Berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar yang
tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan tuntutan masyarakat.
➢ Relevan dengan lingkungan hidup anak didik
➢ Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun yang
akan dating
➢ Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan

2. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel, artinya kurikulum itu harus
bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada, karena kurikulum yang
kaku atau tidak fleksibel sulit diterapkan. Terdapat dua sisi prinsip
fleksibilitas, diantaranya:
a. Fleksibel bagi guru
Artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk
mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
b. Fleksibel bagi siswa
Artinya kurikulum harus menyediakan kemungkinan program pilihan
sesuai dengan bakat dan minat peserta didik.

3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini perlu dijaga agar keterkaitan dan kesinambungan antara materi
pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program Pendidikan. Oleh karena
itu, prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program
pengajaran tidak efektif dan efisien, akan tetapi guna untuk keberhasilan
siswa dalam menguasai materi pelajaran di jenjang Pendidikan tertentu.

4. Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat
dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat
dua sisi efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum, diantaranya:
a. Efektifitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas
mengimplementasikan kurikulum didalam kelas.
b. Efektifitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.

5. Efisiensi
Prinsip efisiensi berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara,
dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum memiliki
tingkat efisiensi yang lebih tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal
dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dengan
demikian kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala
keterbatasan.
D. Peran Guru Penggerak dalam Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar

Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum.


Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru
untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna
sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum
sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian, peran guru dalam
mengimplementasikan kurikulum memegang posisi kunci. Dalam proses
pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak dalam tataran kelas. Menurut
Murray Print (1993) mencatat peran guru dalam berbagai level, diantaranya:
1. Implementers
Guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam
melaksanakan perannya, guru hanya menerima berbagai perumus kurikulum.
2. Adopters
Berfungsi sebagai penyelaras kurikulum dengan karatkteristik dan kebutuhan
siswa serta kebutuhan daerah. Dalam fase ini, guru diberi kewenangan untuk
menyesuaikan kurikulum yang sudah tersedia karakteristik sekolah dan
kebutuhan lokal.
3. Developers (Pengembang Kurikulum)
Guru memiliki kewenangan dalam mendesain sebuah kurkulum, bukan hanya
itu saja tetapi juga bisa menentukan sebuah tujuan dan isi pelajaran yang akan
disampaikan. Oleh karena itu, guru harus menguasai strategi sebagaimana
untuk mengukur keberhasilannya.
4. Researchers
Dalam fase ini guru berperan sebagai peneliti kurikulum (curriculum
researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas professional guru
yang memiliki tanggung jawab lebih dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
guru. Dalam pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memiliki tanggung
jawab untuk menguji komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan
kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model
pembelajaran, dan lain sebagainya.
E. Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka Belajar
Dalam merdeka belajar, guru penggerak harus menyadari serta menguasai
pembelajaran merdeka yang memiliki sifat kompleks karena melibatkan berbagai
faktor, baik faktor pedagogis, psikologis, maupun didaktis secara bersamaan.
Faktor pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa pembelajaran merdeka
berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, sedangkan faktor psikologis
berkaitan pada kenyataan bahwa proses belajar itu mengandung variasi, seperti
belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya
(Gagne, 2004). Perbedaan tersebut merujuk pada pembelajaran merdeka yang
berbeda, sesuai dengan jenis pelajaran yang sedang berlangsung. Tidak hanya itu,
faktor didaktis merujuk pada kebebasan belajar peserta didik dibawah
pengawasan guru.

Dalam hal ini, guru penggerak merdeka belajar harus menentukan secara
tepat jenis belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran
tertentu, dalam kaitannya dengan kompetensi dasar yang harus dicapai. Kondisi
eksternal yang harus diciptakan oleh guru merujuk pada variasi dan tidak sama
antara jenis belajar yang satu dan yang lainnya, meskipun ada pula kondisi yang
saling dominan dalam segala jenis belajar. Pembelajaran MERDEKA yang
dimaksud dalam tulisan ini merupakan singkatan dari pembelajaran
Menyenangkan, Efektif, Rekreatif, Demokratis, Empatik, Kreatif, dan Aktif,
diantaranya:

1. Pembelajaran Menyenangkan (Joyfull Instruction)


Suatu proses pembelajaran yang terdapat sebuah kohesi yang kuat antara guru
dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under
pressure). Pembelajaran menyenangkan ini perlu adanya dukungan suasana
yang demokratis dan tidak ada beban, baik bagi guru maupun peserta didik
dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran
menyenangkan ini, guru ditekankan harus mampu merancang program dengan
baik, seperti memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan
strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal.
2. Pembelajaran Efektif (Effective Instruction)
Proses pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru dan
membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan peserta didik ke
tujuan yang akan dicapai secara optimal. Dalam hal ini, peserta didik dilibatkan
dalam keadaan aktif serta didorong untuk menafsirkan informasi yang
disajikan oleh guru sampai informasi tersebut diterima oleh akal sehat.
Pembelajaran efektif ini perlu adanya suasana dan lingkungan yang memadai
serta pelaksanaannya memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi, serta
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi
yang dipelajari.

3. Pembelajaran Rekreatif (Recreative Instructions)


Pembelajaran Rekreatif ini memiliki arti menyenangkan dan menghibur,
menurut pendapat Sukiman (2004: 38), pembelajaran rekreatif ini ialah
menciptakan situasi pembelajaran bernuansa gembira sehingga membuat
murid merasa asyik namun mencerdaskan, yang dilakukan di luar maupun di
dalam kelas. Pembelajaran rekreatif bisa dilakukan dengan berbagai strategi,
seperti; belajar sambal bernyanyi, belajar sambal bermain, serta memberikan
kuis setelah pembelajaran selesai.

4. Pembelajaran Demokratis (Democratic Instruction)


Pembelajaran yang memuaskan perhatian serta usaha terhadap peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang menurut kodratnya. Dengan demikian, sudah
jelas bahwa demokrasi ialah pembelajaran dengan pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di
dalam berlangsungnya proses pembelajaran antara guru dan peserta didik, juga
dengan pengelola Pendidikan. Pembelajaran demokratis sangat dipengaruhi
oleh konteks ketika pikiran itu ada, sifat dan jenis masyarakat yang
melatarbelakangi masalah tersebut.
Dengan demikian, ada 3 (tiga) hal yang berkaitan dengan pembelajaran
demokratis, diantaranya:
1. Keadilan dalam kesempatan belajar bagi semua warga negara, dengan cara
adanya pembuktian kesetiaan pada system yang ada
2. Pembelajaran dilakukan dalam rangka pembentukan pemerintahan
nasional dan karakter berbangsa sebagai bangsa yang baik
3. Adanya suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional dalam rangka
prinsip modernisasi bangsa lewat pembelajaran

5. Pembelajaran Empatik (Empathic Instruction)


Proses pembelajaran yang menuntut guru dan peserta didik merasakan apa
yang dirasakan orang lain, untuk dapat memotivasi dan mengembangkan
kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Dapat disimpulkan,
tujuan pembelajaran Empatik ini ialah mendidik peserta didik agar memiliki
empati (pemahaman) terhadap orang lain.

6. Pembelajaran Kreatif (Creative Instruction)


Proses pembelajaran yang menekankan guru untuk dapat memotivasi dan
memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung,
dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya
kerja kelompok, bermain peran, serta belajar memecahkan masalah. Dalam hal
ini, berfikir keratif memiliki 4 (empat) tahapan, diantaranya :
a. Persiapan
Proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji
b. Inkubasi
Suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi yang
diperoleh itu bisa meyakinkan bahwa hipotesis tersebut masuk akal
c. Iluminasi
Kondisi menemukan keyakinan bahwa hiptesis tersebut benar
d. Verifikasi
Pengujian Kembali hipotesis untuk dijadikan rekomendasi, konsep/teori
7. Pembelajaran Aktif (Active Instruction)
Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran (self
discovery learning), yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat disajikan sebagai nilai
baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam model pembelajaran aktif, guru penggerak merdeka belajar harus


memposisikan diri sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan
belajar (to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara
aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih
banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya
proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan, pembelajaran merdeka dapat dirancang oleh setiap guru


penggerak merdeka belajar, tetapi harus menggunakan berbagai prosedur,
diantaranya:

1. Pemanasan dan Apresiasi


Dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta
didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik dan
mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan dan
apresiasi dapat dilakukan dengan berbagai prosedur, diantaranya:
a. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta
didik.
b. Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi
kehidupan mereka.
c. Peserta didik digerakkan agar antusias dan tertarik untuk mengetahui hal
baru.
2. Eksplorasi
Tahapan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan
menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal
tersebut dapat ditempuh dengan prosedur, diantaranya:
a. Perkenalan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
peserta didik.
b. Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan
pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
c. Pilihan metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk
meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standar dan
kompetensi baru.

3. Konsolidasi Pembelajaran
Kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi
dan karakter, serta mengkaitkannya dengan kehidupan peserta didik.
Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan dengan berbagai prosedur,
diantaranya:
a. Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami
materi dan kompetensi baru.
b. Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah
(problem solving), terutama dalam masalah-masalah aktual.
c. Letakkan penekanan pada kaitan structural, yaitu kaitan antara materi
standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan
kehidupan dalam lingkungan masyarakat.
d. Menggunakan metode yang tepat sehingga materi standar dapat diproses
menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.
4. Pembentukan Sikap, Kompetensi, dan Karakter
Pembentukan ini, bisa dilakukan dengan beberapa prosedur, diantaranya:
a. Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, kompetensi,
dan karakter yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
b. Praktikkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat
membangun sikap, kompetensi, dan karakter baru dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.
c. Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap,
kompetensi, dan karakter peserta didik secara nyata.

5. Penilaian Formatif
Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan, yang pelaksanaannya
dapat dilakukan dengan berbagai prosedur, diantaranya:
a. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik.
b. Gunakan hasil penilian tersebut untuk menganalisis kelemahan dan
kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam
membentuk karakter dan kompetensi peserta didik.
c. Pilih metodologi yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.

Dalam hal ini, pembelajaran merdeka perlu memperhatikan hal-hal seperti


berikut:
1. Pembelajaran merdeka harus lebih menekankan pada praktik, baik dari
laboratorium maupun di masyarakat.
2. Menekankan pembelajaran melalui hubungan dengan masyarakat
3. Mengembangkan iklim pembelajaran yang demokratis, dan terbuka, melalui
pembelajaran terpadu, partisipatif, dan sejenisnya.
4. Pembelajarannya lebih ditekankan pada masalah-masalah aktual secara
langsung berkaitan di kehidupan nyata.
5. Usahakan adanya fasilitas lebih agar peserta didik bisa memanfaatkannya
dengan baik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran merdeka setiap materi baru harus
dikaitkan dengan berbagai pengalaman sebelumnya. Materi pembelajaran baru
disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada, sehingga
pembelajaran harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan dipahami peserta
didik, kemudian guru menambahkan unsur-unsur pembelajaran dan kompetensi
baru yang disesuaikan dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki
peserta didik. Bukan hanya itu saja, Peserta didik perlu dilibatkan secara aktif,
karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan
kompetensi dan karakter.

B. Saran
Dalam mencapai proses pembelajaran di kurikulum merdeka belajar ini, perlu
adanya fasilitas yang memadai dari sekolah maupun guru pada peserta didik,
supaya pembelajaran berlangsung dengan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Arviansyah, M. R., & Shagena, A. (2022). Efektivitas dan Peran Guru dalam
Kurikulum Merdeka Belajar. Lentera: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 17(1), 40-
50.

Alfath, A., Azizah, F. N., & Setiabudi, D. I. (2022). Pengembangan Kompetensi


Guru Dalam Menyongsong Kurikulum Merdeka Belajar. Jurnal Riset Sosial
Humaniora Dan Pendidikan, 1(2), 42-50.

Khusni, M. F., Munadi, M., & Matin, A. (2022). Impelementasi Kurikulum


Merdeka Belajar di MIN 1 Wonosobo. Jurnal Kependidikan Islam, 12(1), 60-
71.

Mustofa, M., & Mariati, P. (2023). Implementasi kurikulum merdeka belajar di


sekolah dasar: dari teori ke praktis. Indonesia Berdaya, 4(1), 13-18.

Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd. (2021). Menjadi Guru Penggerak Merdeka


Belajar. Jakarta. Bumi Aksara. ISBN: 978-602-444-966-7.

Rahmadayanti, D., & Hartoyo, A. (2022). Potret kurikulum merdeka, wujud


merdeka belajar di sekolah dasar. Jurnal Basicedu, 6(4), 7174-7187.

Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah
Penggerak. Jurnal basicedu, 6(4), 6313-6319.

Syafi’i, F. F. (2022, January). Merdeka belajar: sekolah penggerak. In Prosiding


Seminar Nasional Pendidikan Dasar.

Suryaman, M. (2020, October). Orientasi pengembangan kurikulum merdeka


belajar. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra (pp. 13-28).

Yulianti, M., Anggraini, D. L., Nurfaizah, S., & Pandiangan, A. P. B. (2022).


Peran guru dalam mengembangan kurikulum merdeka. Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Sosial, 1(3), 290-298.

Anda mungkin juga menyukai