Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 8

PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM MARDEKA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Desain Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum

Oleh:

RINI ASTUTI : 232012046


PUTRI EKA GUMSI : 232012050

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2024

1
KATA PENGANTAR

Sujud syukur kita hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan kepada penyusun untuk dapat menyelesikan makalah ini.
Sesungguhnya kejayaan dan kebahagiaan manusia ada di dalam agama Islam
yang kaffah dengan taat kepada Allah SWT serta mengikuti cara Rasulullah
SAW dan para sahabatnya hingga hari kiamat.
Penyusun menyadari tentunya dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena
terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penyusun. Kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penyususn dan semua pihak yang membacanya.
Dengan segala kerendahan hati, peyusun menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan
dan bantuan baik moril maupun materil. Semua pihak yang telah berjasa dan
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah Yang Maha
Menyaksikan selalu melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua
atas segala amal sholeh yang kita perbuat dan mendapat balasan yang berlipat
ganda dari-Nya. Amin.

Batusangkar, September 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Kurikulum Mardeka ....................................................................................6
PENUTUP.............................................................................................................16
A. KESIMPULAN..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komponen terpenting dalam pendidikan yang sering terabaikan
adalah kurikulum. Kurikulum adalah kompleks dan multidimensi yang
merupakan titik awal sampai titik akhir pengalaman belajar, dan merupakan
jantung pendidikan yang harus dievaluasi secara inovatif, dinamis, dan berkala
sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam penggunaan
teknologi saat ini, menuntut masyarakat untuk terus mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dunia pendidikan harus bersiap menghadapi perubahan dan
perkembangan yang terjadi, sehingga dapat menyiapkan keterampilan generasi
penerus dalam persaingan di dunia yang lebih maju. Upaya yang dapat
dilakukan oleh satuan pendidikan adalah dengan terus memperbaiki kurikulum
pendidikan yang ada. Kurikulum pendidikan bersifat dinamis. Hal ini
dikarenakan dalam pengembangannya, kurikulum harus menyesuaikan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik sesuai dengan masanya. Perancangan
pengembangan kurikulum pendidikan harus melihat kebutuhan, pendapat,
pengalaman hasil belajar dan kepentingan peserta didik sebagai hal utama,
sehingga pusat pendidikan adalah peserta didik itu sendiri. Kurikulum
pendidikan di Indonesia telah berkembang beberapa kali, dimulai pada tahun
1947 dengan nama Kurikulum Rentjana Pembelajaran 1947 sampai saat ini
berkembang menjadi Kurikulum Merdeka.
Terdapat 10 kali perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia, yakni
pada Pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia telah sampai pada
pengembangan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini merupakan pengembangan
dan penerapan kurikulum darurat yang digagas sebagai respon terhadap dampak
pandemi Covid-19. Prinsip dari kurikulum baru ini adalah pembelajaran yang
berpusat sepenuhnya pada peserta didik dengan mencanangkan istilah Merdeka
Belajar. Istilah tersebut didefinisikan sebagai metode yang memungkinkan
peserta didik bisa memilih pelajaran yang menarik bagi mereka. Sekolah berhak
dan bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dan

4
karakteristik masing-masing. Kebijakan pemilihan kurikulum diharapkan dapat
mempercepat proses pentahapan reformasi kurikulum nasional. Dapat dikatakan
bahwa kebijakan memberikan pilihan kurikulum sekolah merupakan salah satu
upaya manajemen perubahan. Hakikat dari Kurikulum Merdeka adalah
pendidikan yang didasarkan pada kodrat alam dan zaman, dimana setiap peserta
didik memiliki bakat dan minat masing-masing. Tujuan merdeka belajar adalah
untuk secara efektif mengurangi keterlambatan belajar selama pandemi Covid-
19. Walaupun Kurikulum 2013 saat ini masih tersedia, akan tetapi pihak sekolah
masih dapat mempersiapkan diri untuk menerapkan kurikulum merdeka.
Sehingga setiap satuan pendidikan dapat memutuskan waktu yang tepat untuk
mulai melaksanakan dan menerapkan kurikulum baru secara mandiri sesuai
dengan kesiapannya.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari pernyataan diatas, dalam makalah ini penulis mencoba


membahas hal-hal yang berkaitan dengannya, yaitu:

1. Apakah yang di maksud kurikulum Mardeka ?

2. Bagaimana Prosedur Pengembangan Kurikulum ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum Mardeka

Merdeka belajar merupakan bagian dari kebijakan baru yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).
Menurut Nadiem, bahwa kebijakan kurikulum terkait merdeka belajar harus
dilakukan penerobosan awal terlebih dahulu kepada para pendidik sebelum hal
tersebut disampaikan atau diterapkan kepada peserta didik. Selain itu, Nadiem juga
mengatakan terkait kompetensi guru yang levelnya berada di level apapun itu, tanpa
adanya proses penerjemahan dari kompetensi dasar yang ada serta erat kaitannya
dengan kurikulum maka pembelajaran tidak akan terjadi. Penerapan sistem
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan karakter peserta didik maka
bentuk penilaian yang terjadi juga tidak hanya sebatas akademik, namun lebih
menekankan bagaimana karakteristik peserta didik masing-masing. Dengan
demikian sistem kebijakan baru terkait dengan kurikulum merdeka ini diharapkan
dapat membentuk peserta didik yang memiliki kecakapan hidup yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kebijakan pengembangan Kurikulum 2013 Revisi ke Kurikulum Merdeka


didasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tertanggal 10 Februari 2022 tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.
Keputusan dari Kemendikbud Ristek di atas menjadi dasar dan payung hukum serta
rujukan dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang diterapkan pada sekolah-
sekolah, madrasahmadrasah, serta institusi-institusi atau lembaga-lembaga
pendidikan yang berada di Indonesia. Desain kurikulum menurut Fred Percival &
Henry Ellington adalah pengembangan proses perencanaan, validasi, implementasi,
dan evaluasi kurikulum. Terdapat beberapa hal pokok dalam kurikulum tersebut.

6
Adapun Saylor mengajukan 8 prinsip sebagai acuan dalam mendesain
kurikulum, yaitu sebagai berikut:.

1. Memudahkan dan mendorong pemilihan serta pengembangan semua jenis


pengalaman belajar yang mendasar bagi pencapaian prestasi belajar.

2. Berisi semua pengalaman belajar yang bermakna dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan pendidikan, khususnya bagi peserta didik yang belajar dengan bimbingan
pendidik.

3. Menyediakan kesempatan bagi pendidik untuk menggunakan prinsip-prinsip


belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai kegiatan
belajar di sekolah.

4. Memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhan,


kapasitas, dan kematangan peserta didik.

5. Mendorong pendidik mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar peserta


didik yang diperoleh dari luar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar
di sekolah.

6. Menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan agar kegiatan belajar


peserta didik berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus berlanjut
pada pengalaman berikutnya.

7. Kurikulum harus didesain agar bisa memberikan bantuan kepada peserta didik
dalam upaya mengembangkan watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai
demokrasi yang menjiwai kultur.

8. Realistis, layak, dan dapat diterima.

7
Dalam bidang kurikulum setidaknya terdapat 3 pola desain, yaitu sebagai berikut.

1. Subject centered design, yaitu desain kurikulum yang berpusat pada bahan
ajar.

2. Learner centered design, yaitu desain kurikulum yang mengutamakan


peranan peserta didik

3. Problems centered design, yaitu desain kurikulum yang berpusat pada


masalah - masalah yang dihadapi dalam masyarakat.

Setiap desain yang dikembangkan menjadi suatu rancangan kurikulum yang


memuat berbagai unsur pokok kurikulum, yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar,
dan evaluasi yang sesuai dengan inti setiap model desain. Sementara desain
pengembangan Kurikulum Merdeka merujuk pada pola learner centered design.
Dalam pelaksanaannya, terdapat tahapan yang harus dilakukan dalam
implementasi pengembangan kurikulum.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam implementasi


pengembangan Kurikulum Merdeka.

1. Orientasi/kebutuhan Fase yang berisikan kesadaran atas kebutuhan (needs


phase) untuk melakukan perbaikan masalah pendidikan di sekolah. Kaitannya
dengan implementasi pengembangan kurikulum yang ada adalah warga sekolah
harus sadar akan pentingya pengembangan kurikulum yang ada.

2. Inisiasi Inisiasi merupakan langkah permulaan pelaksanaan perubahan yang


berasal dari luar sekolah atau dari dalam sekolah. Inisiasi bisa dilakukan juga oleh
sekolah sebagai masyarakat belajar bagi pendalaman pemahaman warga sekolah
atas berbagai hal yang harus dipahami dan dilakukan sesuai ide inovasi.

3. Implementasi Implementasi merupakan perubahan yang diadopsi sekolah


sebagai kebijaksanaan sekolah. Pengembangan kurikulum lebih baik apabila
diadopsi dari kebijakan sekolah terkait.

4. Institusionalisasi atau keberlanjutan Ketika perubahan dilanjutkan, fase ini


hanya bisa terlaksana dengan baik melalui keberlanjutan komitmen, komunikasi,

8
kerja sama antarwarga sekolah. ejalan dengan hal tersebut, keberlanjutan dari
pengembangan kurikulum yang diajukan juga bergantung pada hal di atas.
Pengembangan kurikulum yang ada harus dijaga sehingga program tersebut dapat
berjalan terus-menerus. Keberlanjutan juga merupakan kunci utama dalam
berhasil atau tidaknya kurikulum yang diusulkan. Hal tersebut menjadi lebih
masuk akal, mengingat perkembangan kurikulum yang sering terjadi pada dunia
pendidikan yang ada di Indonesia.

5. Pemeliharaan. Fase ini bisa diperkuat atau diperlemah, tergantung komitmen


atas keberlanjutan implementasi kurikulum. Keberlangsungan pengembangan
kurikulum ditentukan dengan pemeliharaan yang dilakukan. Dalam praktiknya,
pemeliharaan ini dapat dilakukan dalam pengawasan yang baik terhadap
implementasi pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.

Pengembangan kurikulum juga diperlukan oleh satuan pendidikan yang


disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan
perkembangan zaman. Dalam implementasi kurikulum merdeka harus melalui
proses adaptasi terlebih dahulu berdasarkan kerangka dasar kurikulum itu sendiri,
yaitu (1) Tujuan Pendidikan Nasional, (2) Profil Pelajar Pancasila, (3) Struktur
Kurikulum, (4) Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, dan (5) Capaian
Pembelajaran.

Adapun kurikulum operasional satuan pendidikan disesuaikan dengan


rencana dan pengorganisasian pembelajaran sesuai dengan kontekstual satuan
pendidikan, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Berikut langkah-langkah pengembangan kurikulum merdeka pada satuan


pendidikan:

1. Memahami karakteristik satuan pendidikan

2. Menyusun visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan

3. Melakukan perencanaan mencakup ATP, asesmen, modul ajar, media ajar,


juga program prioritas satuan pendidikan

9
4. Melakukan pemetaan pembelajaran: baik muatan kurikulum, beban belajar,
program intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler (Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila/ P5)

5. Merencanakan sistem pendampingan, evaluasi, dan pengembangan


profesional

Guna mempercepat pengembangan kurikulum merdeka di satuan pendidikan,


maka peran guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat penting dan perlu
dioptimalkan. Seorang guru harus mampu beradaptasi dan mampu
memanfaatkan teknologi. Salah satu teknologi yang digunakan dalam
pendidikan adalah PMM (Platform Merdeka Mengajar) yang dapat
digunakan untuk akses belajar mandiri. PMM merupakan sebuah platform
digital yang menyediakan berbagai layanan dan konten pembelajaran untuk
mendukung implementasi merdeka belajar. Selain itu, PMM juga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperluas akses
pembelajaran bagi siswa khususnya pembelajaran abad-21 saat ini (Muadz,
2023)

B. Prosedur Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum secara komprehensif dapat dilihat sebagai perubahan
yang memuat jangkaun kecil (pengembangan kurikulum baru) dan jangkaun besar
(on going proses dari sebuah pengembangan berkelanjutan) (Bens dkk, 2020: 1).
Dahlan, dkk. (2014: 57) menyebutkan bahwa terdapat prosedur pengembangan
kurikulum secara baku yang direkomendasikan oleh para ahli kurikulum, yakni:
1. Identifikasi kebutuhan
2. Analisis dan pengukuran kebutuhan
3. Penyusunan desain kurikulum
4. Validasi kurikulum, implementasi kurikulum
5. Evaluasi kurikulum

Lebih lanjut, Fajri (2019: 37-40) menguraikan proses pengembangan kurikulum


secara lengkap. Proses pengembangan kurikulum sendiri dimulai dari perencanaan
dan berakhir pada evaluasi. Sebagai sebuah proses, berarti dalam pelaksanaan
pengembangan kurikulum mencakup berbagai tahapan yang wajib dilaksanakan

10
seperti yang telah dipaparkan dari Hasan (2002)

Proses Pengembangan Kurikulum


Sumber: Hasan (dalam Fajri, 2019)

Gambar tersebut merepresentasikan proses pengembangan atau prosedur


pengembangan kurikulum dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
Perencanaan kurikulum bermula dengan merumuskan dan mengembangkan ide
menjadi suatu program. Ide yang termuat pada perencanaan dapat bersumber dari
kebutuhan stakeholders, perencanaan visi, hasil evaluasi kurikulum, pandangan
pakar ilmu, perkembangan era globalisasi, atau kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Berdasarkan ide tersebut kemudian dikembangkan rancangan program
berbentuk dokumen dalam format silabus. Pengembangan rancangan tersebut
kemudian dilanjutkan kembali pada bentuk RPP yang sedang dilaksanakan. Rencana
ini memuat tahapan pembelajaran yang hendak diterapkan kepada siswa. Kemudian
seusai rencana tersebut diaplikasikan, baru selanjutnya dievaluasi hingga mengetahui
tingkat efektifitasnya. Hasil evaluasi tersebut menjadi pedoman dalam
menyempurnakan kurikulum selanjutnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut secara umum proses pengembangan kurikulum
mencakup dari perencanaan, implementasi, serta evaluasi. Selain itu, terdapat tahap
pengembangan kurikulum apabila ditinjau dari tingkatannya.
1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Mendiskusikan pendidikan secara formal, informal, dan non-formal.
Pengembangan di tingkat ini mampu diamati secara horizontal dan vertikal.
Pengembangan kurikulum pendidikan secara horizontal, yakni dapat dilihat pada
tingkatan sederajat, misalnya SD atau MI, serta program paket A. Sedang
pengembangan kurikulum pendidikan secara vertikal, dilaksanakan berdasarkan
tingkatan pendidikan, yakni pada jenjang terendah hingga jenjang tertinggi.
2. Pengembangan Kurikulum Tingkat Institusi
Memiliki berbagai aktivitas. Pertama, mendiskusikan tujuan yang hendak diraih
sekolah. Kedua, menata Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). Ketiga, penetapan
isi kurikulum secara keseluruhan. Lebih lanjut, SKL memuat rumusan kompetensi
11
keterampilan, pengetahuan, serta sikap yang wajib diterapkan peserta didik seusai
mereka mengikuti pembelajaran. Perumusan SKL disesuaikan berdasarkan jenis
dan tingkatannya. SKL mengindikasikan harapan masyarakat, orang tua, pejabat
pemerintah, serta pihak swasta terkait dunia pendidikan. Selain itu, SKL juga
dijadikan sebagai harapan bagi dunia kerja juga jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
3. Pengembangan Kurikulum Tingkat Mata Pelajaran
Bentuk pengembangan kurikulum di tingkat mata pelajaran dikenal sebagai
silabus, yang merupakan dokumen yang mencakup aktivitas pembelajaran, alokasi
waktu, bentuk evaluasi, indikator pencapaian, kompetensi dasar, kompetensi inti,
serta materi yang disusun pada masa peralihan semester.
4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Pembelajaran di Kelas
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini dilaksanakan pada bentuk RPP
(Rencana Pelaksanaan Pendidikan) yang disusun oleh setiap guru atau tenaga
pendidik. RPP meliputi sumber belajar yang akan diterapkan guru saat
menyampaikan materi pembelajaran.
Setiap tingkatan mempunyai tugas tersendiri terhadap proses pengembangan
kurikulum namun tetap berdasar pada tujuan dari pendidikan nasional. Hamalik
mengungkapkan bahwasannya proses penerapan pengembangan kurikulum di
Indonesia bermula dengan meninjau keperluan. Studi mengenai keperluan tersebut
akan diteruskan menjadi tahap kelayakan yang kemudian berujung pada penyusunan
rencana kurikulum. Rencana tersebut disebut juga rancangan awal kurikulum.
Rancangan tersebut diuji coba terlebih dahulu sebelum diterapkan secara menyeluruh
di setiap wilayah. Seusai diterapkan secara menyeluruh, baru kemudian
melaksanakan evaluasi guna meninjau tingkat keberhasilan implementasi kurikulum
yang dirancang. Hasil evaluasi mampu dipergunakan saat memperbaiki kurikulum
yang sudah disusun sebelumnya.
Lebih lanjut, prosedur pengembangan kurikulum jika ditinjau dari segi
manajemen kurikulum terdiri dari pengawasan kurikulum, pengorganisasian
kurikulum, penyusunan staf, serta perencanaan kurikulum yang dipaparkan seperti
berikut:
1. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan adalah sebuah proses intelektual yang mencakup pemilihan suatu
keputusan. Proses ini mewajibkan adanya persiapan mental guna
mempertimbangkan sesuatu terlebih dahulu sebelum bertindak dan menyesuaikan
dengan realita. Perencanaan menunjang keuntungan dalam jangka pendek
terhadap sebuah organisasi guna berfokus terhadap pentingnya aktivitas serta
program sekaligus dampaknya di masa depan. Adapun perencanaan yang
dikategorikan sebagai “baik” meliputi 5 unsur, yakni:
a. Ekonomis, mempertimbangkan persediaan sumber
b. Hierarki rencana yang fokus pada bagian terpenting
c. Komperhensif

12
d. Layak atau memungkinkan adanya suatu perubahan
e. Perumusan tujuan secara jelas
Secara umum terdapat enam langkah yang dapat ditempuh dalam perencanaan
yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Huma (2021: 55-56)
menguraikan keenam langkah tersebut sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna pendidikan dan nilai dari suatu lembaga
pendidikan yang berkaitan
b. Penilaian terhadap kebutuhan belajar
c. Menetapkan tujuan dari kurikulum yang hendak disusun
d. Memilih strategi pendidikan secara tepat
e. Mengimplementasikan kurikulum baru
f. Evaluasi terhadap kurikulum yang telah diterapkan
2. Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi merupakan sebuah ikatan sosial secara eksklusif maupun inklusif
kepada pihak eksternal yang sudah diatur dengan mengacu kepada kehendak
pimpinan maupun pihak staf administrasi yang dalam pelaksanaannya terdapat
bimbingan secara teratur serta sesuai tujuan. Pengorganisasian yang sesuai dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Organisasi perencanaan kurikulum yang dilakukan oleh sebuah tim
pengembang (inovasi) kurikulum
b. Organisasi pelaksanaan kurikulum tingkat regional
c. Organisasi evaluasi kurikulum yang mencakup beragam pihak yang
bersangkutan
Selain itu, pada setiap organisasi tersebut dijalankan oleh susunan pengurus
berdasarkan struktur organisasi yang memiliki kewajiban tersendiri. Secara
akademik, organisasi kurikulum, yakni:
a. Kurikulum mata pelajaran yang meliputi seluruh mata pelajaran secara terpisah
b. Kurikulum bidang studi terhadap beragam mata pelajaran yang serupa
c. Kurikulum integrasi yang memfokuskan kurikulum mengenai permasalahan
maupun topik khusus
d. Core kurikulum sebagai penyusunan kurikulum terhadap keperluan peserta
didik
3. Penyusunan Staf
Staffing merupakan fungsi yang menyediakan orang untuk menerapkan sistem
yang telah diorganisasikan atau direncanakan. Staffing dilaksanakan seusai
seluruh penetapan tugas. Adapun staffing meliputi:
a. Rekrutmen, yakni sebuah proses ketenagaan yang berkualifikasi khusus demi
menempati posisi pekerjaan yang tersedia. Pelaksanaan rekrutmen mampu
diterapkan secara eksternal maupun internal.
b. Seleksi, yakni proses mengidentifikasi kriteria seleksi calon ketenaga kerjaan.
c. Hiring, yakni mengidentifikasi kandidat terbaik kemudian memilihnya sesuai
dengan kualifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

13
d. Penempatan, yakni proses dimana tenaga kerja diberi peluang guna
mengembangkan potensi dalam diri masing-masing secara maksimal.
e. Manajemen staf, yakni aktivitas pengembangan unsur ketenaga kerjaan dalam
sebuah lembaga atau organisasi.
4. Kontrol Kurikulum
Pengontrolan merupakan suatu proses meninjau performance terhadap standar
yang telah ditentukan guna mengukur sejauh mana pencapaian hal tersebut sudah
diusahakan. Kontrol sangat berkaitan dengan perencanaan dalam suatu sistem.
Kontrol kurikulum berarti proses pembuatan keputusan mengenai kurikulum di
lingkungan sekolah maupun pembatasan proses pembelajaran terhadap minat
pihak eksternal, misalnya masyarakat dan orang tua.
Julaeha, dkk (2021: 17-18) menyebutkan bahwa pengembangan dalam kurikulum
melalui empat tahapan yaitu:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Merumuskan dan menyeleksi pengalaman belajar
3. Mengorganisasi pengalaman belajar
4. Mengevaluasi kurikulum
Selain itu, dalam pengembangan kurikulum juga terbagi menjadi dua jenis
pengembangan, yakni pengembangan kurikulum secara sentralistik dan secara
desentralistik yang memiliki berbagai ruang lingkup. Pengembangan kurikulum
secara sentralistik adalah jenis pengembangan kurikulum yang bermula dari
pemerintah pusat dan membentuk kurikulum nasional. Kurikulum nasional dikuasai
oleh pejabat pemerintah pusat, mereka memiliki gagasan, inisiatif, model kurikulum
yang diinginkan, tanggung jawab, dan wewenang tersendiri. Sedang kurikulum
desentralistik dalam penyusunan, pengelolaan, pengendalian, serta pelaksanaannya
dilaksanakan oleh satuan pendidikan lokal. Kurikulum desentralistik melibatkan ahli,
guru, komite sekolah, serta masyarakat yang peduli terhadap pengembangan
kurikulum sekolah.
Pengembangan kurikulum secara desentralistik juga dapat disebut sebagai
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maupun School Based Curriculum
Development (SBCD). Pengembangan kurikulum SBCD meliputi evaluasi hasil
belajar, isi kurikulum, materi kurikulum, model pembelajaran, serta sarana dan
tujuan kurikulum peserta didik yang disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan,
serta tantangan perkembangan lingkungan sekolah tersebut berada. Selain itu,
pengembangan kurikulum yang dihasilkan pada tingkat satuan pendidikan akan
membentuk beragam desain kurikulum dan dapat lebih mudah dikuasai, dilakukan,
serta dipahami oleh para guru. Hal tersebut dikarenakan mereka turut
mengembangkan kurikulum tersebut.

14
Berbicara mengenai prosedur atau proses pengembangan kurikulum tentu tidak
terlepas dari faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pengembangan kurikulum, diantaranya yaitu:
1. Perguruan Tinggi
Kurikulum memperoleh dampak dari perguruan tinggi sekaligus segi IPTEK serta
pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan juga persiapan pendidik pada
perguruan tinggi. IPTEK berkontribusi kepada isi kurikulum serta proses
pembelajaran. Melalui perkembangan IPTEK, maka isi materi ajar yang terdapat
dalam kurikulum juga akan berkembang. Perkembangan IPTEK juga menunjang
pengembangan kurikulum terhadap alat dan media pendidikan atau pembelajaran.
2. Masyarakat
Sekolah adalah unit dari masyarakat yang menyiapkan anak dalam hidup
bermasyarakat. Pendidikan dalam lingkungan sekolah tentu dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Isi kurikulum hendaknya menjawab tuntutan dan
kebutuhan yang timbul atau tumbuh dalam lingkungan masyarakat.
3. Sistem Nilai
Sistem nilai tumbuh terhadap lingkungan masyarakat. Sistem nilai sendiri dapat
berarti agama, budaya, moral, nilai politis, serta sosial. Sekolah sebagai bagian
dari masyarakat mempunyai tanggung jawab mempertahankan sistem nilai yang
diterapkan pada lingkungan masyarakat. Sistem nilai tersebut yang nantinya akan
diintegrasikan pada kurikulum. Masalah yang dihadapi saat mempertahankan
sistem nilai dalam masyarakat adalah keberagaman masyarakat, sehingga
masyarakat memiliki nilai yang berbeda-beda.
Selain berbagai faktor tersebut, terdapat pula hambatan dalam pengembangan
kurikulum yang ditemukan pada tenaga pendidik. Tenaga pendidik yang seharusnya
menjadi kontributor pelaksana terhadap pengembangan kurikulum bersifat kurang
efektif. Fenomena ini terjadi akibat kurangnya waktu dan kesesuaian pendapat antara
pihak-pihak yang terlibat. Kamarga (2004: 33) juga menyebutkan bahwa peran sekolah
dalam pengembangan kurikulum sangat besar, hal ini dikarenakan tujuan yang hendak
dicapai dalam suatu kurikulum bergantung pada aspek implementasi yang merupakan
tugas sekolah secara penuh, salah satunya adalah melalui peranan gurunya.

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari berbagai rumusan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum pendidikan sangat penting dan perlu
dilakukan. Di Indonesia sedang dilakukan pengembangan kurikulum pendidikan
baru dengan nama Kurikulum Merdeka. Sesuai dengan namanya, pengembangan
ini berpusat pada kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran,
sehingga Merdeka Belajar adalah sebuah cara belajar di mana peserta didik dapat
memilih dan menentukan bagaimana cara belajarnya sendiri. Walaupun
pembelajaran mengikuti kemampuan belajar peserta didik, akan tetapi satuan
pendidikan tetap memiliki standar tujuan capaian pembelajaran. Standar ini
merupakan sebuah pencapaian kelulusan terhadap hasil belajar dan keterampilan
peserta didik yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Kesepakatan tujuan
capaian pembelajaran tersebut menjadi hal yang paling penting dalam melandasi
seluruh proses pengembangan kegiatan pembelajaran berikutnya.
2. Prosedur pengembangan kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, serta evaluasi. Selain itu, terdapat tahap pengembangan kurikulum
apabila ditinjau dari tingkatannya, yaitu: 1) Pengembangan kurikulum tingkat
nasional; 2) Pengembangan kurikulum tingkat institusi; 3) Pengembangan
kurikulum tingkat mata pelajaran; dan 4) Pengembangan kurikulum tingkat
pembelajaran di kelas. Prosedur pengembangan kurikulum jika ditinjau dari segi
manajemen kurikulum mencakup kontrol kurikulum, pengorganisasian kurikulum,
penyusunan staf, serta perencanaan kurikulum. Prosedur pengembangan kurikulum
juga terbagi menjadi empat langkah lainnya, yaitu: 1) Merumuskan tujuan
pembelajaran; 2) Merumuskan dan menyeleksi penngalaman belajar; 3)
Mengorganisasi pengalaman belajar; dan 4) Evaluasi kurikulum. Selain itu, dalam
pengembangan kurikulum juga terbagi menjadi dua jenis pengembangan, yakni
pengembangan kurikulum secara sentralistik dan secara desentralistik.
Pengembangan kurikulum secara sentralistik adalah jenis pengembangan kurikulum
yang bermula dari pemerintah pusat serta membentuk kurikulum nasional. Sedang
kurikulum desentralistik dalam penyusunan, pengelolaan, pengendalian, dan
pelaksanaannya dilakukan oleh satuan pendidikan lokal. Terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap proses pengembangan kurikulum, diantaranya adalah
masyarakat, perguruan tinggi, dan sistem nilai

16
DAFTAR PUSTAKA

Bens, S., Kolomitro, K., & Han, A. (2021). Curriculum development: enabling and
limiting factors. International Journal for Academic Development, 26(4), 481–
485. https://doi.org/10.1080/1360144X.2020.1842744
Dahlan, D., Budiwati, N., & Kurniawati, S. (2014). Pengembangan Model Kurikulum
Pendidikan Ekonomi Untuk Menyiapkan Guru Profesional Di Sekolah Bertaraf
Internasional. PARAMETER: Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Jakarta,
25(2), 56–61. https://doi.org/10.21009/parameter.252.01
Fajri, K. N. (2019). Proses Pengembangan Kurikulum. Islamika, 1(2), 35–48.
https://doi.org/10.36088/islamika.v1i2.193
Huma, H. (2021). Desain Pengembangan Kurikulum. Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi,
4(1), 47–59. https://doi.org/10.32529/al-ilmi.v4i1.849

Julaeha, S., Hadiana, E., & Zaqiah, Q. Y. (2021). Manajemen Inovasi Kurikulum:
Karakteristik dan Prosedur Pengembangan Beberapa Inovasi Kurikulum.
MUNTAZAM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(01), 1–26.
https://doi.org/10.1212/mj.v2i01.5338
Kamarga, Hansiswany. (2004). Peran Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum. Jurnal
Inovasi Kurikulum, 1(1). https://doi.org/10.17509/jik.v1i1

Muadz, M. (2023). Pengembangan Model Optimalisasi Pemanfaatan PMM Dalam


Implementasi Merdeka Belajar Melalui Lokakarya bagi Satuan
Pendidikan Jenjang SD di Kota Batu. Jurnal Pendidikan Taman
Widya Humaniora, 2(2), 680–702

17

Anda mungkin juga menyukai