Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dosen Pengampu : Dr.Rasidi, M.Pd

Nama Anggota Kelompok :


 Ari Septi Choiriyah (23.0305.0092)
 Oscar Oseri (23.0305.0093)
 Yunita Anggraini Rosyida (23.0305.0094)
 Avivah Nurihsani (23.0305.0095)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.,beserta
keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Kurikulum,dan diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca seta
bagi kami sendiri
Kami menyampaikan ucapan terimakasih Bp.Dr.Rasidi,M.Pd selaku dosen
pengembangan kurikulum. berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan kami berkaitan dengan materi yang diberikan. Tak lupa ucapan
terimaksih untuk pihak yang terlibat dalam proses penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makkalah ini masih jauh dari
kata sempurna,baik dari segi penyusunan bahasa ataupun teknik penulisannya.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun ,
khususnya dari dosen pengampu mata kuliah ini guna menjadi acuan bagi kami
untuk lebih baik lagi dalam menyusun makalah ini.
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
2.1 Konsep Kurikulum Merdeka..............................................................................................................5
2.2 Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka.......................................................................................7
2.3 Faktor Pendukung dan penghambat dalam penerapan kurikulum merdeka.....................................9
2.4 Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka.................................................................................10
2.5 Asesmen Kurikulum Merdeka..........................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi
kapan saja sesuai dengan kebutuhan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada
masa yang akan datang memerlukan pada generasi muda dan peserta didik
yang memiliki kompetensi, pengembangan kurikulum harus mampu
mengantisipasi segala persoalan yang terjadi masa sekarang dan masa yang
akan datang.
Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus
dimiliki berdasarkan standart nasional, materi yang perlu dipelajari dan
pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut,
dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian
kemampuan peserta didik, serta pengalaman belajar peserta didik mengembangkan
potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu

1.2 Rumusan Masalah


1. Konsep Kurikulum Merdeka
2. Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka
3. Faktor Pendukung dan penghambat dalam penerapan kurikulum merdeka
4. Perangkat Pembelajaran kurikulum merdeka
5. Asesmen Kurikulum Merdeka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kurikulum Merdeka


1. Apa yang Dimaksud dengan Kurikulum Merdeka Belajar?
Kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk
memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk mengatur dan
mengembangkan cara belajar mereka sendiri secara mandiri. Konsep ini
digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbud Ristek) dan merupakan bagian dari program Indonesia Pintar.
Konsep Kurikulum Merdeka Belajar mendorong seluruh peserta didik agar
dapat lebih aktif dalam pembelajaran sesuai dengan cara belajar yang
dibutuhkan. Dengan begitu, siswa tidak hanya mengikuti kurikulum yang
sudah disusun pemerintah saja secara pasif, namun juga diberikan
kemerdekaan atau kebebasan untuk menentukan cara belajar sesuai kebutuhan
mereka masing-masing. Konsep ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan serta mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam dunia
pendidikan Indonesia.
Implementasi Konsep Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi
instansi pendidikan, termasuk kepala sekolah, guru, serta siswa untuk
menentukan topik atau tema yang diminati dan ingin dipelajari. Mereka juga
bebas untuk menentukan metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan.
Meskipun bebas, pemerintah tetap memberikan struktur kurikulum pedoman
yang dapat diikuti oleh guru dan siswa, namun struktur ini tidak diwajibkan
untuk diterapkan secara berurutan seperti pada kurikulum terdahulu.
Konsep Kurikulum Merdeka Belajar juga mengharuskan penggunaan
teknologi sebagai alat bantu dalam proses belajar, seperti video belajar, e-
book, serta platform pembelajaran online. Teknologi juga dapat digunakan
sebagai sarana mengakses resources atau sumber daya yang lebih luas agar
informasi yang diperoleh peserta didik tidak terbatas hanya pada buku
pembelajaran saja.
2. Keunggulan Konsep Kurikulum Merdeka Belajar
Terdapat beberapa keunggulan yang bisa diperoleh dengan
mengimplementasikan konsep Kurikulum Merdeka Belajar, antara lain:
 Mengembangkan kemampuan dan kreativitas tenaga pendidik maupun
peserta didik secara pesat
 Mendorong peserta didik untuk bertanggung jawab atas cara belajar
mereka sendiri
 Mendorong kemampuan peserta didik untuk mencari, memilih, serta
menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mendukung proses
belajar
 Mengembangkan konsep pembelajaran sepanjang hayat, di mana
peserta didik diharapkan untuk terus belajar dan mengembangkan diri
sepanjang hidup mereka
 Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan dunia
kerja di masa depan yang berubah dengan cepat dan semakin
kompleks dari tahun ke tahun
 Mendorong tenaga pendidik untuk berperan sebagai mentor dan
fasilitator dalam proses belajar peserta didik
 Mendorong tenaga pendidik untuk berinovasi dalam mengembangkan
metode ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa
 Meningkatkan penggunaan teknologi sebagai sarana dalam
pembelajaran yang dilakukan sehari-hari
Berbagai keunggulan konsep Kurikulum Merdeka Belajar di atas
diharapkan dapat membantu pendidikan Indonesia untuk berkembang secara
keseluruhan. Dengan begitu, Indonesia dapat mempersiapkan SDM yang
unggul dan berkualitas untuk menghadapi persaingan global di masa depan
nanti.
2.2 Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka
1. Strategi pertama
Rute Adopsi Kurikulum Merdeka Secara Bertahap,
 Pendekatan strategi ini adalah bagaimana memfasilitasi satuan pendidikan
mengenali kesiapan dari guru, tenaga kependidikan, dan lain sebagainya
sebagai dasar menentukan pilihan implementasi kurikulum merdeka serta
memberikan umpan balik berkala sekitar 3 (tiga) bulanan untuk
memetakan kebutuhan penyesuaian dukungan implementasi kurikulum
merdeka dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
 Dengan kata lain, pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka ini
dilakukan secara bertahap dengan menyesuaikan kebutuhan.
 Semakin sesuai dengan kebutuhan maka akan semakin mudah dalam
pengimplementasian kurikulum merdeka.
2. Strategi Kedua
Menyediakan Asesmen & Perangkat Ajar (High Tech)
 Pendekatan strategi ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) yang berfungsi dalam menyediakan beragampilihan asesmen dan
perangkat ajar seperti buku teks, modul ajar, contohnya yaitu projek dan
kurikulum dalam bentuk digital yang dapat digunakan satuan pendidikan
dalam melakukan pembelajaran berdasarkan kurikulum merdeka.
 Jadi, satuan pendidikan akan mendapatkan sumber perangkat ajar dalam
bentuk digital yang nantinya memudahkan pengimplementasian
kurikulum.
3. Strategi Ketiga
Menyediakan Pelatihan Mandiri & Sumber Belajar Guru (High Tech),
 Pendekatan strategi ini juga menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi yang berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri
kurikulum merdeka yang dapat diakses secara daring atau online oleh
guru dan tenaga kependidikan untuk memudahkan adopsi kurikulum
merdeka disertai sumber belajar dalam bentuk video, podcast, atau
ebook yang bisa diakses daring dan didistribusikan melalui media
penyimpanan.
4. Strategi Ke-empat
Menyediakan Narasumber Kurikulum Merdeka (High Touch),
 Pendekatan ini digunakan dalam menyediakan narasumber kurikulum
merdeka dari Sekolah Penggerak (SP) atau Sekolah Menengah
Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK-PK) yang telah
mengimplementasikan kurikulum merdeka.
 Bagi sekolah tersebut akan memberikan pengalamnnya melalui
webinar atau pertemuan luring yang diadakan pemerintah daerah atau
satuan pendidikan.
 Pertemuan luring bisa dilakukan dalam bentuk seminar tatap muka,
workshop dan lainnya yang di lakukan di daerah maupun satuan
pendidikan.
5. Strategi Ke-Lima
Memfasilitasi Pengembangan Komunitas Belajar (High Touch),
 Komunitas belajar dibentuk oleh lulusan guru penggerak maupun oleh
pengawas sekolah sebagai wadah saling berbagi praktik maupun
berbagi konten mengenai kurikulum merdeka di internal satuan
pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.
2.3 Faktor Pendukung dan penghambat dalam penerapan kurikulum
merdeka
Program kurikulum merdeka belajar difokuskan pada materi esensial dan
perkembangan keterampilan siswa pada masanya agar siswa dapat belajar lebih
mendalam, bermakna dan menyenangkan, dan tidak perlu terburu-buru.
Pembelajaran jauh lebih relevan dan interaktif melalui kegiatan projek
memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam
bereksplorasi isu-isu praktis seperti lingkungan, kesehatan dan isu-isu lain yang
membutuhkan dukungan mengembangkan kepribadian dan kompetensi profil
siswa Pancasila.
Tujuan dari instruksi ini dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan
literasi dan numerasi siswa serta pengetahuan pada setiap mata pelajaran. Tahap
kritis atau tingkat perkembangan berarti capaian pembelajaran (CP) yang harus
dicapai siswa, konsisten dengannya karakteristik, potensi dan kebutuhan siswa.
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar tidak ada lagi tuntutan tercapainya nilai
ketuntasan minimal, tetapi menekankan belajar yang berkualitas sebagai Sumber
Daya Manusia (SDM) Indonesia siap menghadapi tantangan global.
Guru berhak memiliki kemerdekaan dalam memilih elemen-elemen
kurikulum untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta pendidikan. Guru dalam menentukan elemen apa saja yang ada
dalam suatu program harus mampu menciptakan pembelajaran yang melibatkan
siswa bersikap kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada, dan
dapat menumbuhkan kreativitas dan kepribadian yang baik Pandai berkomunikasi
dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam program merdeka belajar guru harus
memiliki pemikiran yang bebas dan merdeka dalam mendesain pembelajaran
yang ada sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (Sibagariang, D., Sihotang, H.,&
Murniarti, E.2021:3). Dengan berkembangnya kebijakan pendidikan, tentu saja,
guru harus mampu menyesuaikan diri dengan kebijakan khusus yang berlaku
dalam pergantian kurikulum.
Meskipun pada kenyataannya pasti ada beberapa masalah karena Program
kurikulum merdeka ini masih baru dan belum semua sekolah menerapkannya.
Dalam program kurikulum merdeka ini pembelajaran ditemtukan oleh guru, jadi
seorang guru harus keluar dari zona nyaman mereka atau mengubah pola
pembelajaran tradisional menjadi peserta didik yang lebih kreatif karena tujuan
akhir kegiatan pelajaran ini membentuk kepribadian siswa menurut catatan
mahasiswa pancasila. oleh karena itu, guru harus memahami makna dan dimensi
keberadaan dalam catatan mahasiswa pancasila agar tidak terjadi kesalahan
interpretasi introversi kegiatan masing-masing siswa.

Beberapa hambatan yang di alami para guru dalam menerapkan kurikulum


merdeka didalam proses pembelajaran
1. Media pembelajaran yang kurang mendukung
2. Karakteristik dan gaya belajar siswa yang beragam, yang dimana setiap
individu siswa memiliki karakteristik dan gaya belajar yang berbeda seperti
yang kita ketahui
3. Sarana dan prasarana yang masih kurang, sarana dan prasarana merupakan
instrumen penting yang harus ada dalam lembaga pendidkan. Didalam proses
pembelajaran prasarana sangaat dibutuhkan guna menunjang keberhasilan
suatu pembelajaan

2.4 Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka


Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013 di SD terletak pada
Kerangka Dasar, Kompetensi yang Dituju, Struktur Kurikulum, Pembelajaran,
Penilaian, Perangkat Ajar dari Pemerintah, dan Perangkat Kurikulum.
Kerangka Dasar Kurikulum 2013 berupa rancangan landasan utama yang
disesuaikan dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional
Pendidikan. Sementara itu, Kurikulum Merdeka menambahkan tujuan lain yakni
mengembangkan Profil Pelajar Pancasila pada peserta didik.
Kompetensi yang dituju dalam Kurikulum Merdeka yang berupa capaian
pembelajaran disusun per fase dan dibuat dalam bentuk paragraf yang
menjelaskan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuannya adalah untuk
mencapai, menguatkan, dan meningkatkan kompetensi.
Sementara itu, di dalam Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar (KD) hanya
berupa lingkup serta urutan (scope & sequence) dan dibagi menjadi 4 Kompetensi
Inti (KI) yaitu Sikap Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan, serta Keterampilan.
Perbedaan lain dari Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013 adalah pada
perangkat ajar dari Pemerintah dan perangkat kurikulum. Berikut adalah
penjelasannya secara detail:
1. Perangkat Ajar dari Pemerintah Kurikulum Merdeka:
 Buku teks dan buku non-teks
 Contoh-contoh modul ajar
 Alur tujuan pembelajaran
 Contoh projek penguatan profil pelajar Pancasila
 Contoh kurikulum operasional satuan pendidikan

2.5 Asesmen Kurikulum Merdeka


Dalam kegiatan penilaian pembelajaran, istilah pengukuran, tes, asesmen,
dan evaluasi masih sering digunakan dan dipahami secara bergantian.
Penggunaan istilah yang tumpang tindih ini dapat dimaklumi, karena kegiatan
penilaian ini sebenarnya adalah kegiatan penilaian hasil belajar siswa. Namun
pada intinya, kita dapat membedakan antara empat istilah. Istilah “pengukuran”
dalam pendidikan tidak identik dengan pengukuran di bidang lain. Dalam bidang
pendidikan, istilah “pengukuran” mengacu pada kegiatan pendidik yang berkaitan
dengan pelabelan atau pemberian tanda dalam bentuk angka satuan. Label ini
melekat pada objek atau ciri individu tertentu sesuai dengan formulasi yang
diberikan (Indrastoeti dan Istiyati, 2017).
Satuan numerik yang diberikan dimaksudkan untuk memberikan
gambaran tentang karakteristik orang atau benda tertentu. Untuk mengukur angka
secara akurat, dan juga membutuhkan alat ukur yang sesuai. Istilah tes dapat
dipahami sebagai serangkaian pertanyaan atau tugas yang dirancang untuk
memperoleh informasi tentang karakteristik atau atribut pendidikan. Istilah tes
sebagaimana disampaikan oleh Gronlund dan Linn (1990) secara konseptual
menyatakan bahwa tes adalah suatu cara atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu contoh tingkah laku. Dari sini dapat kita pahami bahwa tes
adalah sarana atau alat untuk memperoleh informasi/sifat-sifat suatu objek.
Informasi ini dapat berupa keterampilan, minat, sikap, motivasi siswa, dll.
Penggunaan istilah “penilaian” berarti menentukan kualitas hasil belajar seorang
siswa. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran
dengan standar yang telah ditentukan (Indrastoeti dan Istiyati, 2017). Secara
konseptual, asesmen diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar siswa guna mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
yang telah ditentukan (Matondang et al., 2019). Hasil penilaian membantu siswa
menemukan kegiatan belajar apa yang mereka butuhkan untuk mencapai hasil
belajar yang diidentifikasi. Sekolah mengemudi mengikuti pedoman penilaian
kurikulum independen saat melakukan penilaian pembelajaran siswa.
Kurikulum mandiri memiliki sistem penilaian yang berbeda secara
mendasar dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya (2013). Pada kurikulum
2013, penilaian formatif dan sumatif yang dilakukan oleh pendidik akan
memantau perkembangan siswa, memantau hasil belajar, dan mengidentifikasi
kebutuhan untuk terus meningkatkan hasil belajar siswa. Kurikulum mandiri kini
difokuskan pada penilaian formatif dan penggunaan hasil penilaian untuk
membentuk pembelajaran sesuai kemampuan siswa. Aspek penilaian silabus 2013
dibagi menjadi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Mengenai
kurikulum mandiri, tidak ada penilaian tersendiri terhadap sikap, pengetahuan dan
keterampilan (Kemdikbud, 2022; Susilo, 2022a).
a. Pembelajaran penilaian paradigma baru
Dalam kurikulum mandiri pembelajaran ini sering disebut sebagai
'pembelajaran paradigma baru'. Rancangan pembelajaran ini didasarkan
pada dua hal. Salah satunya adalah desain pembelajaran yang fleksibel
menyesuaikan dengan “perkembangan” zaman. Perubahan zaman sangat
dinamis, baik di tingkat nasional maupun di tingkat global. Perubahan
dunia pendidikan ini membutuhkan model pembelajaran yang fleksibel.
Langkah ini merupakan upaya tulus untuk merangkul peran dan kebutuhan
yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Kedua, keragaman situasi di negara kita merupakan tantangan sekaligus
peluang bagi komunitas pendidikan. Oleh karena itu, ada kebutuhan
mendesak akan desain pembelajaran yang sadar akan ketimpangan untuk
memastikan hasil pendidikan selaras dengan kebutuhan masyarakat
(Zamzani et al., 2020). Oleh karena itu, pengenalan evaluasi melalui
pengenalan kurikulum unik di sekolah penggerak biasa disebut evaluasi
paradigma baru. Dalam penilaian paradigma baru, kegiatan penilaian tidak
hanya dipandang sebagai penulisan laporan dan penilaian kinerja siswa.
Namun dalam paradigma baru ini, penilaian adalah kegiatan
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengidentifikasi
kebutuhan pengembangan belajar siswa dan pencapaian hasil belajar.
Dengan demikian, salah satu tujuan penilaian adalah untuk memantau atau
mensupervisi pembelajaran dan dapat digunakan sebagai umpan balik
pembelajaran (Susilo, 2022b).
b. Paradigma Penilaian Dalam kurikulum mandiri
Penilaian yang digunakan didasarkan pada delapan paradigma penilaian.
Paradigma tersebut adalah:
1) Penerapan mentalitas pertumbuhan. Ide tersebut didasarkan pada
ide besar Carol S. Dweck di Stanford University. Ia menjelaskan
bahwa kecerdasan dan bakat dipupuk melalui waktu, usaha dan
belajar, diikuti dengan kejujuran dan ketekunan.
2) Penilaian terintegrasi dengan pembelajaran, yang mencakup
kompetensi dalam bidang sikap,pengetahuan, dan keterampilan
yang saling terkait
3) Periode waktu di mana peringkat ditentukan. Kurikulum mandiri
memiliki tiga penilaian yaitu penilaian diagnostik yang dilakukan
di awal pembelajaran atau di dalam materi, penilaian formatif
yang dilakukan selama proses pembelajaran, dan penilaian
sumatif. Di akhir ruang lingkup materi (terdiri dari beberapa
tujuan pembelajaran/TP) atau tahap akhir
4) Keluasan dalam menentukan jenis penilaian

5) Ekstensif menggunakan teknik dan alat penilaian. Teknik


penilaian yang tersedia meliputi observasi, kinerja, dan ujian
tertulis/lisan. Alat yang tersedia meliputi rubrik, salinan, daftar
periksa, catatan anekdot, bagan pertumbuhan siswa (kontinum),
6) Luasnya definisi kriteria pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap
unit pengajaran dapat mengembangkan Learning Objectives (TP)
dan Learning Objectives (ATP) yang berbeda. Berdasarkan
perbedaan tersebut, maka setiap satuan pendidikan dapat
menetapkan standar pencapaian tujuan pembelajaran yang berbeda
antar satuan pendidikan. Penentuan kriteria ini didasarkan pada
karakteristik tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan
penilaian yang dilakukan
7) Fleksibilitas dalam memproses hasil evaluasi. Pengolahan
dilakukan dengan menggunakan data hasil sumatif dan formatif.
Hasil pengolahan data berupa numerik (kuantitatif) dan naratif
(kualitatif). Setiap satuan pengajaran dapat mengolah hasil
penilaian berupa karakteristik mata pelajaran, hasil belajar, tujuan
pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran
8) Fleksibilitas dalam menentukan kriteria kelayakan. Dinas
pendidikan dan tenaga kependidikan mengacu pada laporan
kemajuan belajar, laporan keberhasilan kegiatan proyek
peningkatan profil pelajar pancasila (P5), portofolio siswa,
kegiatan ekstrakurikuler, tingkat kehadiran, dll, hingga tingkat
kelas. Khusus untuk SMK, paradigma evaluasi memiliki
karakteristik yang unik. penilaian praktik kerja lapangan, uji
kompetensi profesional, dan uji unit kompetensi (Kurka, 2022b).

c. Jenis, karakteristik dan Fungsi Penilaian


Penilaian pada silabus tersendiri ini diharapkan dapat berubah arah
dibandingkan dengan penilaian pada silabus sebelumnya. Kurikulum
sebelumnya berfokus pada penilaian sumatif. Hasil penilaian keseluruhan
menjadi dasar penyelesaian tugas dan hasil akhir atau raport. Dalam
paradigma baru, pendidikan dapat lebih fokus pada penilaian formatif
daripada penilaian sumatif. Hasil penilaian formatif dapat dijadikan dasar
untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya (Kurka, 2022a). Jenis penilaian
dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan,
fungsinya: penilaian sebagai refleksi pembelajaran, sebagai perbaikan
pembelajaran, dan sebagai evaluasi terhadap akhir penilaian pembelajaran.
Jenis penilaian dan dinamikanya Penilaian pembelajaran (Assessment
learning process) digunakan untuk merefleksi proses pembelajaran.
Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif.
Contoh pelaksanaan penilaian formatif antara lain penilaian diri dan
penilaian teman sebaya (Sufyadi et al., 2021). Penilaian pembelajaran
(penilaian proses pembelajaran) adalah penilaian yang bertujuan untuk
meningkatkan pembelajaran. Penilaian ini juga berfungsi sebagai penilaian
formatif. Dari hasil asesmen formatif, pendidik mendapatkan informasi
tentang perlunya peningkatan pembelajaran keesokan harinya dengan
merencanakan pembelajaran yang aktif, suportif, dan bermakna. Penilaian
akhir adalah penilaian yang dilakukan diakhir proses pembelajaran.
Implementasi biasanya dilakukan pada akhir pelatihan. penilaian
pembelajaran ini adalah penilaian sumatif. Dimana untuk menentukan
hasil akhir dalam penilaian yang dapat dilakukan pada akhir materi
pelajaran atau pada akhir semester.
Tujuan penilaian sumatif ini adalah untuk mengukur hasil belajar siswa
dari waktu ke waktu terhadap standar kinerja yang ditetapkan oleh guru.
Dalam melakukan penilaian, pendidik perlu memahami ciri-ciri penilaian
sumatif dan formatif. Penilaian Diagnostik merupakan salah satu penilaian
khas Kurikulum Mandiri, selain dua penilaian yang dijelaskan di atas,
adalah penilaian diagnostik. Asesmen diagnostik adalah asesmen yang
dilakukan secara khusus untuk mengidentifikasi kemampuan, kekuatan,
dan kelemahan siswa sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai
dengan kemampuan dan status siswa (Basic, 2020). Asesmen diagnostik
telah digunakan dalam praktik untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan siswa dalam kegiatan pembelajaran (Arifin et al., 2018; Salma
et al., 2016). Hasil penilaian diagnostik dapat digunakan oleh pendidik
sebagai dasar (entry point) untuk merencanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Dalam kondisi
tertentu, informasi tentang latar belakang keluarga siswa, kesiapan
sekolah, motivasi belajar, dan minat dapat digunakan sebagai masukan
untuk perencanaan pembelajaran (Sufyadi et al., 2021). Penilaian
diagnostik dapat dibagi menjadi dua bidang: penilaian kognitif dan non-
kognitif (Basic, 2020; Nasution, 2022). Tujuan penilaian diagnostik
kognitif adalah: (1). Mengidentifikasi hasil kompetensi siswa (2).
Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kemampuan rata-rata siswa,
(3). memberikan kesempatan untuk mengulang atau memeberikan
pelajaran tambahan bagi siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa penilaian diagnostik kognitif
dimaksudkan untuk memberikan gambaran kognitif secara holistik tentang
motivasi belajar siswa. Agar pendidik dapat melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak didiknya
serta menerapkan berbagai penyesuaian yang diperlukan (Warasini, 2021).

BAB III
3.1 Kesimpulan
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang memberikan keleluasaan kepada
pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan lingkungan belajar mereka. Kurikulum Merdeka memiliki beberapa
karakteristik dan keunggulan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kurikulum Merdeka diluncurkan pada tahun 2022 dan bersifat opsional, sehingga
sekolah dapat menerapkannya secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing.
Kurikulum Merdeka diharapkan dapat menciptakan generasi Indonesia yang beriman,
berilmu, berakhlak mulia, berbudaya, berwawasan kebangsaan, dan berjiwa mandiri.
Tidak sedikit juga penghambat dalam kurikulum merdeka diantaranya yaitu,
Media pembelajaran yang kurang mendukung,Karakteristik dan gaya belajar siswa yang
beragam, Sarana dan prasarana yang masih kurang
Dampak Positif pada siswa di pembelajaran Kurikulum Merdeka adalah siswa
lebih aktif dalam pembelajaran,Siswa lebih didukung untuk mengembangkan potensi
yang mereka miliki,mata Pelajaran lebih jelas dan efektif,lebih mudah dalam memahami
pelajaran.

3.2 Saran
 Guru diharapkan selalu berusaha untuk melaksanakan program sesuai dengan
perencanaan yang dibuat sebelumnya, misalnya pelaksanaan ulangan harian, media
yang digunakan, dan jenis tagihan.
 Proses pembelajaran perlu dikembangkan terutama strategi mengajar, variasi metode
mengajar.
 Penambahan sarana prasarana perlu ditingkatkan, sumber pembelajaran perlu
ditambah, peralatan laboratorium perlu dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA

Dasar, D. S. (2020). Asesmen Diagnostik. Direktorat Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal


PAUD Dikdas Dan Dikmen, Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Riset
Dan Teknologi. https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/asesmen-diagnostik
Ditpsd.kemdikbud. (2021). Kemendikbud Luncurkan Sekolah Penggerak. Direktorat
Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal PAUD Dikdas Dan Dikmen.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/kemendikbud-luncurkan-program-sekolah
penggerak
Gronlund, N. E., & Linn, R. (1990). Measurement and Evaluation in Teaching. New
York:Macmillan Publishing Company.Indrastoeti, J., & Istiyati, S. (2017). Asesmen dan
Evaluasi Pembelajaran di Sekolah Dasar (Edisi 1). UNS Press.
Kemdikbud. (2022). Perbandingan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Sistem
Informasi Kurikulum Nasional, Pusat Kurikulum Dan Pembelajaran.
http://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulum1=1&kurikulu
m2=4
Kurka. (2022a). Home»Karakteristik Asesmen Kurikulum Merdeka, Jenis dan fungsinya
Karakteristik Asesmen Kurikulum Merdeka, Jenis dan fungsinya. Kurikulum
Merdeka, Pusat Pengembangan Kurikulum.https://kurikulummerdeka.com/karakteristik-
asesmen-kurikulum-merdeka-jenis-dan-fungsinya/
Kurka. (2022b). Paradigma Asesmen Kurikulum Merdeka, Bagaimana
implementasinya?Kurikulum Merdeka, Pusat Pengembangan Kurikulum.
https://kurikulummerdeka.com/paradigma-asesmen-kurikulum-merdeka/
Matondang, Z., Djulia, E., Sriadhi, & Simarmata, J. (2019). Evaluasi Hasil Belajar.
Yayasan Kita Menulis.
Nasution, S. W. (2022). Assesment Kurikulum Merdeka Belajar Di SekolahDasar.
Prosiding Pendidikan Dasar, 1(1), 135–142. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.181
Pendidikan, P. P. (2018). Pendidikan di Indonesia: Belajar dari PISA 2018.Pusat
Penelitian
Pendidikan, Balitbang Kemdikbud.
Sufyadi, S., Lambas, Rosdiana, T., Rochim, F. A. N., Novrika, S., Iswoyo, S., Hartini,
Y., Primadonna, M., & Mahardhika, R. L. (2021). Panduan Pembelajaran dan
Asesmen Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA). Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.
Susilo. (2022a). KI KD Kurikulum Merdeka / Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka
/ CP
Kurikulum Merdeka. Media Education. https://www.mediaeducations.com/2022/05/ki-
kd-kurikulum-merdeka-capaian.html
Susilo. (2022b). Memahami Asesmen Paradigma Baru, Topik Merdeka Mengajar. Media
Education.https://www.mediaeducations.com/2022/07/memahami-asesmen-paradigma-
baru-topik.html
Warasini, N. P. (2021). Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Merancang
Asesmen
Diagnostik melalui Kegiatan Webinar Pada Sekolah Binaan. Jurnal Inovasi, 7(7),
31–37.
Zamzani, I., Aditomo, A., Pratiwi, I., Sholihin, L., Hijriani, I., Utama, B.,
Anggraena, Y., Felicia, N., Simatupang, S. M., Djunaedi, F., Amani, N. Z., &
Widiaswati, D. (2020). Naskah Akademik Sekolah Penggerak. Pusat Penelitian
Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ainissyifa, H. (2017). Pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan
UNIGA, 8(1), 1-26.
Amaliyah, A., & Rahmat, A. (2021). Pengembangan Potensi Diri Peserta Didik Melalui
Proses
Pendidikan. Attadib: Journal of Elementary Education, 5(1), 28-45.
Anto, P., & Anita, T. (2019). Tembang macapat sebagai penunjang pendidikan
karakter. Deiksis , 11 (01), 77-85.
Ariga, S. (2022). Implementasi kurikulum merdeka pasca pandemi covid-19. EDU
SOCIETY:
JURNAL PENDIDIKAN, ILMU SOSIAL DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT, 2(2),
662-670.
Elisa, E. (2018). Pengertian, peranan, dan fungsi kurikulum. Jurnal Curere, 1(02).
Jeflin, H., & Afriansyah, H. (2020). Pengertian Kurikulum, Proses Administrasi
Kurikulum Dan
Peran Guru Dalam Administrasi Kurikulum.
Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian Pendidikan.
Jurnal
Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 7911-7915.
Kurniawan, M. R. (2017). Analisis karakter media pembelajaran berdasarkan gaya belajar
peserta
didik. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 3(1), 491-506.
Lazwardi, D. (2017). Manajemen kurikulum sebagai pengembangan tujuan pendidikan.
Al-Idarah:
Jurnal Kependidikan Islam, 7(1), 119-125.
Marwah, S. S., Syafe’i, M., & Sumarna, E. (2018). Relevansi konsep pendidikan menurut
Ki Hadjar
Dewantara dengan pendidikan islam. TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic
Education, 5(1), 14-26.
Nasution, S. W. (2022). Asesment kurikulum merdeka belajar di sekolah dasar. Prosiding
Pendidikan Dasar, 1(1), 135-142.
Rahmadayanti, D., & Hartoyo, A. (2022). Potret Kurikulum Merdeka, Wujud Merdeka
Belajar di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4), 7174–7187.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3431
Rahimah, R. (2022). Peningkatan kemampuan guru SMP negeri 10 kota tebingtinggi
dalam
menyusun modul ajar kurikulum merdeka melalui kegiatan pendampingan tahun ajaran
2021/2022. ANSIRU PAI: Pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam, 6(1),
92-106.
Riska, S. A., & Afriansyah, H. (2020). Administrasi Kurikulum.
Sibagariang, D., Sihotang, H., & Murniarti, E. (2021). Peran guru penggerak dalam
pendidikan
merdeka belajar di indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan , 14 (2), 88-99.
Sukariyadi, T. I. (2022). Manajemen Kurikulum.
Suratno, J., Sari, D. P., & Bani, A. (2022). Kurikulum dan Model-model
Pengembangannya. Jurnal
Pendidikan Guru Matematika, 2(1).
Wisada, P. D., & Sudarma, I. K. (2019). Pengembangan media video pembelajaran
berorientasi
pendidikan karakter. Journal of Education Technology, 3(3), 140-146.
Wulandari, A. P., Salsabila, A. A., Cahyani, K., Nurazizah, T. S., & Ulfiah, Z. (2023).
Pentingnya
Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar. Journal on Education, 5(2), 3928-
3936.
Yustikia, N. W. S. (2017). Pentingnya sarana pendidikan dalam menunjang kualitas
pendidikan di
sekolah. Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 4(2), 1-12

Anda mungkin juga menyukai