Anda di halaman 1dari 8

KARYA TULIS ILMIAH

SISTEM KURIKULUM MERDEKA TERHADAP KOMPETENSI


PESERTA DIDIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH:

Anjani Putri Kumala


Chelsea Shalsabella T
Elyssa Marzanda
Fausta Salman
Intan Nurlia

21 MIPA 4

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR


SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU
Jl. Dr. Wahidin Husodo No. 12, Tulungagung – 66224
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..…………i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..……..…..1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………...1

1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………………….…..1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….………..2

2.1 Pengertian Kurikulum Merdeka………………………………………………………..2

2.2 Prinsip Kurikulum Merdeka…………………………………………………………..2

A. Holistik………………………………………………………………………..3

B. Kontekstual……………………………………………………………………3

C. Berpusat Pada Pesert Didik…………………………………………..……….3

D. Eksploratif………………………………………………………………….…3

2.3. implementasi Merdeka Belajar……………..………………………………………….4

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...5

3.1 Kesimpulan…….………………………………………………………………………5
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan makalah
ini disusun adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia di tahun ajaran
2022/2023 dengan judul "
Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Rahayu selaku pengampu
mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa kepada seluruh rekan kami yang
membantu penulisan makalah ini baik berupa bantuan moril maupun materil.
Kemudian kami berharap agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini memiliki banyak ketidaksempurnaan baik pada
penulisan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di hati pembaca.pada. Oleh karena itu,
kami memohon kritik dan sarannya demi kemajuan bersama.

Tulungagung, 12 Maret 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan
bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam
memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA
ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas
tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah
dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah
dengan adanya pandemi COVID-19.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbud Ristek mengembangkan kurikulum
baru yaitu Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini dikembangkan sebagai kerangka
kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial,
pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Kurikulum Merdeka juga
merupakan salah satu bentuk upaya pemulihan pembelajaran dari dampak COVID-19.
Dimana banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam pemilihan jurusan sehingga
menghambat perkembangan siswa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang ditemukan adalah sebagai
berikut,
1. Apa itu kurikulum Merdeka?
2. Bagaimana prinsip yang diterapkan dalam kurikulum Merdeka?
3. Bagaimana implementasi program kurikulum Merdeka?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu sebagai berikut,
1. Untuk mengetahui tentang kurikulum Merdeka
2. Untuk mengetahui prinsip kurikulum Merdeka
3. Untuk mengetahui implementasi program kurikulum Merdeka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka Belajar atau Merdeka Belajar adalah program
kebijakan baru Kemendikbud RI yang dicanangkan oleh Kabinet Indonesia
Maju, Nadiem Anwar Makarim. Menurut Nadiem, harus didahului oleh para
guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi dalam kompetensi
guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar
dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang
terjadi.
Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan
kesempatan belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak
didik untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan
dengan memperhatikan bakat alami yang mereka punya, tanpa memaksa
mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang pengetahuan di luar hobi
dan kemampuan mereka, sehingga masing-masing mereka mempunyai
portofolio yang sesuai dengan kegemarannya.
Sebab, memberi beban kepada pelajar di luar kemampuannya adalah
tindakan yang tercela secara akal sehat dan tidak mungkin dilakukan oleh guru
yang bijak. Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak
berpikir, yaitu jangan selalu ‘‘dipelopori‘‘, atau disuruh mengakui buah
pikiran orang lain, akan tetap biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala
pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri. Seorang anak pada
dasarnya mampu berpikir untuk menemukan suatu pengetahuan. Bila
kemerdekaan belajar terpenuhi maka akan tercipta ‘‘belajar merdeka‘‘ atau
‘‘pembelajaran yang merdeka‘‘ dan sekolahnya disebut sekolah yang merdeka
atau sekolah yang membebaskan.

2.2 Prinsip-Prinsip Kurikulum Merdeka


Dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, harus mengedepankan prinsip-
prinsip yang dapat membangun karakter dan meningkatkan kompetensi
peserta didik agar mampu menghadapi persaingan di era revolusi industri 4.0.
Ada empat prinsip dalam menjalankan sejumlah program di P5
Kurikulum Merdeka, yaitu holistik, kontekstual, berpusat pada peserta didik,
dan eksploratif.
A. Holistik
Holistik adalah prinsip yang memandang segala sesuatu secara utuh
dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam konteks
perancangan Projek Penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka
berpikir holistik ini dapat mendorong peserta didik untuk mempelajari
sebuah tema secara keseluruhan dan melihat hubungan dari berbagai
hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam. Selain itu, prinsip
holistik juga diharapkan dapat mendorong kita untuk dapat melihat
koneksi yang bermakna antar komponen dalam pelaksanaan projek
profil, seperti peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, masyarakat,
dan realitas kehidupan sehari-hari.

B. Kontekstual
Prinsip kontekstual adalah sebuah prinsip yang berkaitan dengan
upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata
yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini memotivasi pendidik dan
peserta didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas
kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran.
Dengan begitu, peserta didik dapat mendapatkan pengalaman nyata
dan pembelajaran yang bermakna sehingga meningkatkan pemahaman
dan kemampuan mereka.

C. Berpusat pada Peserta Didik


Prinsip berpusat pada peserta didik adalah prinsip yang menjadikan
peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses
belajarnya secara mandiri. Dengan prinsip ini, pendidik diharapkan
dapat mengurangi peran sebagai aktor utama kegiatan belajar mengajar
yang menjelaskan banyak materi dan memberikan banyak instruksi.
Sebaliknya, dalam P5 Kurikulum Merdeka ini, pendidik berperan
sebagai fasilitator pembelajaran yang memberikan banyak kesempatan
bagi peserta didik untuk mengeksplorasi berbagai hal atas dorongan
nya sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuannya
.
D. Eksploratif
Prinsip eksploratif adalah prinsip yang berkaitan dengan semangat
untuk membuka ruang yang lebar bagi pengembangan diri dan inkuiri,
baik secara terstruktur maupun bebas.
Prinsip eksploratif diharapkan dapat mendorong peran P5 untuk
menggenapkan dan menguatkan kemampuan yang sudah peserta didik
dapatkan dalam peserta didikan intrakurikuler, sehingga area
eksplorasinya lebih luas dari segi jangkauan materi peserta didikan,
alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2.3. Implementasi Merdeka Belajar
Jika dilihat dari Konsep merdeka belajar maka implementasinya dalam
pendidikan khususnya di era digital dapat diartikan bahwa pendidikan dapat dilakukan
secara:
1. Dalam beragam waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang kelas,
namun dapat diciptakan proses pembelajaran yang tak terbatas oleh ruang dan
waktu.
2. Free Choice, dipilih peserta didik sesuai perangkat, program/teknik belajar
sesuai peserta didik, mempraktikkan cara belajar yang paling nyaman
sehingga kemampuannya terus terasah.
3. Personalized Learning, menyesuaikan pelajar dalam memahami materi,
memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuannya.
4. Berbasis Proyek, peserta didik diajak menerapkan keterampilan yang sudah
dipelajari dalam berbagai situasi. Jadi pengalamannya akan terasa untuk
nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
5. Pengalaman Lapangan, link and match di dunia pekerjaan sangatlah penting.
Saat ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku sekolah dan
perkuliahan yang tidak sesuai dengan dunia kerja.
6. Soal fenomena kekerasan dan bullying di sekolah
Terkait fenomena kekerasan dan perundungan (bullying) di sekolah, PGRI
meminta semua pihak agar arif dan bijaksana menyikapi permasalahan tersebut.
Keterbukaan arus informasi sering menyebabkan disinformasi dan menimbulkan
reaksi publik yang belum tentu tepat dengan situasi yang sesungguhnya. PGRI
bersikap tidak boleh ada kekerasan pada siapapun dan dalam bentuk apa pun.
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim.
Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh para guru
sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem menyebut, dalam
kompetensi guru di level apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi
dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.

Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan kesempatan


belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak didik untuk belajar
dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan
bakat alami yang mereka punyai, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai
suatu bidang pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka,sehingga masing-
masing mereka mempunyai portofolio yang sesuai dengan kegemarannya. Sebab,
memberi beban kepada pelajar di luar kemampuannya adalah tindakan yang tercela
secara akal sehat dan tidak mungkin dilakukan oleh guru yang bijak.

Anda mungkin juga menyukai