Anda di halaman 1dari 17

ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA

DALAM PEMBELAJARAN IPS SD


(Makalah Pendidikan IPS di SD)

Disusun Oleh:
May Wulantika 855718665
Dhian Fitri Sunarni 855721165
Ngagiyanto 855721348
Tina Apriliana Saputri 855721205
Septi Megalia 855721197
M. Fadholi 855721323

KODE / MK : PDGK4106/ Pendidikan IPS di SD


SEMESTER :1
POKJAR : GESANG
KABUPATEN : LAMPUNG TENGAH

UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG


2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Pendidikan IPS di SD dengan Materi Isu dan Masalah Sosial Budaya dalam
Pembelajaran IPS SD.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Isu dan Masalah Sosial
Budaya dalam Pembelajaran IPS SD ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Lampung Tengah, 09 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................6

BAB 2 PEMBAHASAN
KEGIATAN BELAJAR 1 TREND GLOBALISASI DAN KERAGAMAN BUDAYA
A. Globalisasi.....................................................................................................................................7
B. Keragaman Budaya.......................................................................................................................8
C. Globalisasi dan Keragaman Budaya..............................................................................................9
D. Pembelajaran IPS dalam Globalisasi dan Keragaman Budaya...................................................11

KEGIATAN BELAJAR 2 MASALAH-MASALAH LINGKUNGAN DAN


PENDIDIKAN LINGKUNGAN
E. Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan dalam Pembelajaran IPS SD.....................12

KEGIATAN BELAJAR 3 MASALAH-MASALAH HUKUM, KETERTIBAN,


DAN KESADARAN HUKUM
F. Masalah-Masalah Hukum...........................................................................................................14
G. Ketertiban dan Kesadaran Hukum..............................................................................................14
H. Hubungan Masalah Hukum, Ketertiban, dan Kesadaran Hukum dengan
Pendidikan IPS ...........................................................................................................................15

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan, perkembangan,
dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan permasalahannya. Dengan
demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi untuk dibahas dan
dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang terjadi hari ini, melainkan juga
yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih jauh pada masa yang akan datang.
Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa yang terjadi setempat secara lokal,
nasional, regional sampai ke tingkat global. Hal tersebut jadi perhatian dan lahan garapan
pengajaran IPS.

Kemajuan IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” pristiwa dan permasalahan
kehidupan yang secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan bantuan IPTEK itu juga,
kita manusia mampu menganalisis, memprediksi, dan meyakini pristiwa serta
permasalahan diluar jangkauan pikiran yang melekat pada diri masing-masing. Oleh
karena itu, kita selaku Mahasiswa harus memperhitungkan dan mengatisipasinya.
Janganlah anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian, “celana
jeans” yang semula merupakan pakaian pengembala sapi (cowboy), para mekanik
bengkel, dewasa ini telah menjadi mode dimana-mana termasuk di Indonesia, kenyataan
yang demikian itu merupakan hal yang harus diperhatikan pada pembelajaran IPS yaitu
Globalisasi, selain itu pula kita sebagai Generasi penerus harus bisa mempertahankan
serta menjaga kelestarian aneka ragam jenis kebudayaan yang telah ada di Indonesia
dengan cara mencintai produk dalam negeri dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh
luar, serta  mengenalkan dan mengajarkan kepada Anak-anak bahwa pentingnya menjaga
kebudayaan Indonesia.

Dengan demikian kita akan membahas mengenai isu-isu dan masalah sosial budaya dalam
pembelajaran IPS khususnya tentang Trend Globalisasi,  masalah-masalah sosial yang
timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS, juga akan dibahas hal-hal yang
berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan, hukum keterkaitan, kesadaran hukum
dan pendidikan kesadaran hukum warga negara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD?
2. Apa saja masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam
pembelajaran IPS SD?
3. Apa saja masalah-masalah hukum dan ketertiban dalam pembelajaran IPS SD?
4. Apa saja masalah-masalah kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara dalam pembelajaran IPS SD?

4
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran
IPS SD.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam
pembelajaran IPS SD.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah hukum dan ketertiban dalam pembelajaran IPS
SD.
4. Untuk mengetahui masalah-masalah kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran
hukum warga negara dalam pembelajaran IPS SD.

5
BAB II
PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 1
TREND GLOBALISASI DAN KERAGAMAN BUDAYA

A. Globalisasi
Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya
suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada menyangkut
berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia (Nursid Sumaatmadja, 2008).
Pengertian lain berasal dari kata global yang bermakna keseluruhan. Menurut Tye dalam
Nursid Sumaatmadja (2008) menyatakan pemahaman terhadap globalisasi merupakan
proses belajar tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi batas-batas negara
atau Nation dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan budaya ekonomi politik
dan teknologi. Di samping itu, untuk dapat memahami lebih mendalam diperlukan
berbagai perspektif atau sudut pandang dan pendekatan terhadap kenyataan bahwa
sementara para individu dan kelompok kelompok memiliki pandangan hidup yang
berbeda koma tetapi mereka juga memiliki kebutuhan kebutuhan dan keinginan
keinginan yang sama (Skeel, dalam Kuswaya Wihardit, 1999: 136).

Masalah-masalah dan isu-isu tidak selalu menjadi tanggungjawab suatu bangsa sebagai
dampak dari adanya hubungan saling ketergantungan, tetapi menjadi tanggung jawab
bersama sebagai manusia. Setiap orang dari segala bangsa harus dapat bertanggung jawab
atas keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini. Anderson dalam Kuswaya Wihardit
(1999: 122) mengatakan bahwa tidak ada satupun negara di dunia yang mampu menolak
bahkan menghindari globalisasi, tidak ada pilihan lain, kecuali menyesuaikan diri dengan
langkah melakukan perubahan.

Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan
hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut menurut King harus
mengandung hal-hal berikut.
a. Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian jari jaringan yang
memiliki keterkaitan.
b. Kepedulian bahwa terdapat pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional maupun
universal. Namun demikian, keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia
yang lebih baik di masa datang.
c. Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang
berbbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan yang lain.

Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah
bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari dirinya
sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga negara yang
baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik. Pendidikan global mencoba lebih
banyak mengangkat persamaan daripada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh
berbagai bangsa. Di samping itu, berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang
kesetiaan terhadap bumi tempat kita semua hidup dan tidak hanya berpikir tentang
negerinya sendiri, terutama berkenaan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu
melintasi batas-batas  negara.

6
Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai berikut:
1. Krisis energi, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah harga
maupun penelitian tentang sumber sumber energy pengganti.
2. Jurang antara Negara kaya dan miskin.
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya penyakit-
penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan.
4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran
akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.
5. Perang nuklir
6. Perdagangan internasional
7. Komunikasi
8. Perdagangan obat terlarang

Itulah beberapa contoh masalah-masalah dan isu-isu global yang harus menjadi
kepedulian kita sebagai warga negara maupun sebagai warga dunia. Hidup bersama antar
sesama penghuni bumi haruslah disadari oleh kesadaran disamping Ada kesamaan, ada
pula perbedaan. Perbedaan tersebut tercipta karena budaya, lingkungan, ekonomi, politik,
dan teknologi. Namun, harus selalu diingat bahwa pendidikan global lebih menonjolkan
persamaan daripada perbedaan yang menuju suatu konflik ataupun ketidak harmonisan di
muka bumi.

B. Keragaman Budaya
Keragaman budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaan,
perbedaan dan budaya berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik
manusia dengan belajar. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat
gagasan, tindakan, dan hasil karya. Keanekaragaman budaya di antaranya mengambil
wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.

Triandis, dikutip dari Skeel, membedakan antara objek budaya dan subjek budaya titik
objek budaya meliputi hal-hal yang dapat dilihat oleh mata, seperti makan, pakaian,
upacara (peralatannya), sementara subjek budaya, Meliput gagasan, tindakan, nilai-nilai
sikap, kebiasaan, dan kepercayaan, di mana semuanya hanya bisa diketahui keberadaannya
dengan menggunakan rasa dan pikiran. Keanekaragaman budaya diantaranya mengambil
wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.

Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di Indonesia sejak
kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada siswa di
kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orang tua. Pelajran
IPS akan menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara
mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas
tersebut. Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai
masalah dan isu-isu diantaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism
(melahirkan superioritas dan inferioritas).

Pembauran menurut Koentjoraningrat adalah proses sosial yang timbul  apabila ada hal-hal
berikut:
1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.

7
2. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama.
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas
dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Faktor-faktor yang menghambat proses pembauran, antara lain:


1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas.
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah
terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.

Sebagai akibat dari berkembangnya hambatan-hambatan tersebut dalam proses


pembaharuan maka sering timbul kecurigaan dan ketidakpercayaan di antara individu-
individu pendukung kebudayaan tersebut titik akibat lainnya ya akibat lainnya sulit
menanamkan sikap toleransi yang didasari oleh Simpati.

C. Globalisasi dan Keragaman Budaya di Indonesia


Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia merasakan gelombang globalisasi yang
semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat, baik dalam
bidang ekonomi, teknologi, politik, sosial, dan budaya. Berkembangnya karakter global
daari teknologi masalah lingkungan, keuangan, telekomunikasi, dan media menyebabkan
lahirnya umpan balik budaya baru, yakni kebijakan suatu pemerintah, termasuk pemerintah
Indonesia menjadi perhatian bagi negara lain. Implikasinya adalah tidak ada negara
manapun di dunia yang dengan sendirinya bisa menyimpan atau menutupi fakta dari
negara lain.

Indonesia tidak hanya strategis dari segi geografis dan ekonomis, tetapi juga dalam sumber
daya manusia dan telekomunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari pentingnya
telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas Indonesia yang
demikian, mampu dieratkan dan jaraknya diperpendek dengan teknologi komunikasi
satelit. Dalam dekade 70-an Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang
mempercayakan sistem komunikasi dengan menggunakan satelit Palapa, bahkan
berlangsung sampai dekade tahun 80-an dan Indonesia tidak menggunakan jasa satelit
negaralain, tetapi milik sendiri.

Langkah lain yang diambil Indonesia dalam menyikapi globalisasi adalah diizinkannya
beroperasi stasiun televisi, sebagai pengakuan bahwa bangsa Indonesia sudah waktunya
menerima informasi yang lebih banyak sehingga tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain,
dalam hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa penting di belahan bumi lain dalam
waktu yang bersamaaan.

Derasnya arus informasi yang masuk ke Indonesia memberikan keuntungan-keuntungan,


misalnya penyerapan ilmu pengetahuan lebih cepat dilakukan. Peristiwa penting di seluruh
dunia bisa diketahui dengan cepat karena jarak menjadi tidak begitu berarti, terutama bagi
yang menggunakan parabola. Mereka dapat mengetahui berita buruk atau baik dari seluruh
dunia. Misalnya, masalah mode pakaian yang sedang trend di Paris. Di Paris sedang
musim baju mini dan ketat maka kita akan melihat kecenderungan yang sama di seluruh
pelosok dunia, para gadis mengenakan model yang serupa baik tatanan pakaian maupun
corak warna. Masalah tersebut dapat berjangkit di Jakarta, Bandung, Medan, bahkan

8
Papua.

Trend globalisasi yang melanda Indonesia adalah penggunaan jaringan internet dalam
telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai akses dalam jaringan
tersebut tidak lagi mengenal batas kepentingan. Orang Indonesia bisa mengetahui
informasi tentang negara dan bangsa lain. Sebaliknya, bangsa lain pun bisa memperoleh
informasi yang berkaitan dengan Indonesia. Media global telah banyak memberikan
manfaat bagi Indonesia sekaligus dampak negatifnya, terutama di kalanga generasi muda.
Beberapa media surat kabar menyebutkan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan
adanya keterkaitan antara pola tingkah laku generasi muda, umumnya di perkotaan sebagai
masyarakat urban dengan sajian televisi, baik televisi nasional maupun internasional.

Masalah global lainnnya yang sangat populer meningkat akhir-akhir ini yaitu narkoba dan
jenis obat ectasy. Kebanyakan para penggunanya adalah kalangan muda di kota-kota,
bahkan orang yang lebih tua pun menjadi pengguna obat terlarang tersebut. Salah satu
masalah yang menjadi perhatian khusus yaitu tentang pembauran dalam masyrakat.
Masalah pembauran menjadi salah satu program pemerintah maka usaha ke arah itu patut
mendapat dukungan dari kita semua.

Berabad-abad yang lalu orang cina telah datang ke Indonesia. Kedatangan mereka lebih
teratur lagi ketika VOC (persekutuan dagang orang-orang Belanda) dalam awal abad ke-18
membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengelola perkebunan tebu di Batavia. Pasang
surut peranan mereka di tengah-tengah masyarakat telah banyak ditulis oleh para ahli
sehingga saat ini para ahli masih melihat proses pembauran belum berjalan dengan baik.
Kelambanan proses pembauran tersebut meurut Koentjaraningrat dilatarbelakangi oleh
belum cukupnya sikap saling bertoleransi dan bersimpati. Hasil penelitian dari hariyono
tentang pemahaman menuju asimilasi kultural orang Cina. Dari hasil penelitian diperoleh
gambaran sebagai berikut.

Pada beberapa lingkungan hubungan sosial antara masyarakat Cina dan jawa kurang begitu
harmonis sehingga terbentuk stereotype-stereotype kuat tentang orang Cina di Indonesia.
Stereotype adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu-individu berupa ciri khas
perilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial (kesamaan kedaerahan,
misalya sama-sama orang jawa). Stereotype dapat menumbuhkan fanatisme dan
kecurigaan yang akhirnya menutup diri masing-masing kelompok dan memperkuat
stereotypenya sendiri-sendiri. Ketertutupan ini menyebabkan pembauran menjadi lamban.
Di harapkan dengan adanya pertukaran pengetahuan dan pengertian stereotype dapat
menumbuhkan rasa saling menghormati dan mengahargai antara kedua belah pihak.

Dengan melihat keuntugan dan kerugian yang diakibatkan globalisasi, seharusnya kita
patut mewaspadai hal tersebut, karena kita tidak akan bisa menolaknya. Kita harus dapat
memahami arti globalisasi secara baik agar dapat diperkenalkan oleh siswa agar meraka
dapat menjadi warga negara yang efektif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan
formal.

9
D. Pembelajaran IPS Dalam Era Globalisasi Dan Keragaman Budaya
Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan
kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu
mengetahui dan menghargai masyrakat global dengan keanekaragaman budayanya,
memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan pengertian tentang pentingnya
mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa
datangdan berpartiipasi dalam aktivitas di masyrakat.

Pengajaran keanekaragaman dalam IPS harus mengandung tujuan, yaitu:


1. Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan pengalaman dan
kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun mereka
memiliki perbedaan budaya, sosila, ras, dan kelompok etnik.
2. Membimbing para siswa utnuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati
masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama.
3. Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan dengan cara memberikan
ketrampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-sikap sosial.
4. Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling
keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan
yang berbeda-beda.

Sementara pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan sebagai berikut:
1. Mampu menanamkan pengertian bahwa sekalipun mereka berbeda tetapi sebagai
manusia memiliki kesamaan-kesamaan.
2. Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa bumi
dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih banyak memiliki
kesamaan budaya daripada perbedaannya.
3. Membantu para siswa memahami kenyataan bahwa ada masalah-masalah yang
dihadapi bersama.
4. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap masalah-
masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang diterimanya.

Dari tujuan-tujuan yang dijelaskan di atas melalui pengajaran IPS diharapkan lahir
generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya dan ikut bertanggung
jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan
kematangan.

10
KEGIATAN BELAJAR 2
MASALAH-MASALAH LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN

E. Masalah-Masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan Dalam Pembelajaran


IPS SD
Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak bisa
dilepaskan dari lingkungan sekitar dimana ia hidup. Lingkungan sekitar memberikan
wahana bagi manusia untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya sehingga
tercapai tujuan yang diinginkan, seperti kenyamanan, kesejahteraan, dan ketenangan
dalam kehidupannya. Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan
sekitar, maka corak hubungan keduanya lebih bersifat fungsional, yaitu saling
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya
masing-masing.

Corak hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan.


Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia, maka ada usaha-
usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah, mengolah, dan menaklukkan alam.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu pada gilirannya membawa dampak pada
perubahan tatanan lingkungan alam yang ada. Seringkali dampak yang ditumbuhkan oleh
lingkungan alam itu sedemikian rupa sehingga tidak menguntungkan juga bagi kehidupan
manusia. Bencana alam, seperti banjir, bahaya kekeringan, kelaparan, tanah yang tandus,
polusi udara, tanah, dan air, baik secara langsung mauoun tidak langsung bersumber dari
ulah manusia juga.

Adapun aspek-aspeek yang termasuk ke dalam konsep lingkungan hidup yaitu:


1. Lingkungan abiotik: yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar mahluk hidup yag
bukan berupa organisme hidup. Seperti  mineral, udara, gas, air, dan energi.
2. Linkungan biotik: yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar mahluk hidup yang berupa
organism hidup. Seperti mikro organism, binatang, tumbuhan, manusia, dan mahluk
hidup lainnya.
3. Lingkungan alam: yaitu kondisi alamiah baik secara abiotik maupun biotic yang
belum banyak dipegaruhi oleh tangan-tangan manusia. Seperti sumber-sumber alam
yang belum trgali, udara yang masih segar, tanah yang belum digarap, hutan yang
masih perawan, binatang yang masih liar, dan sebagainya masuk kategori lingkungan
alam itu.
4. Lingkungan sosial: yaitu manusia baik secara individu maupun kelompok yang ada
diluar dirinya. Seperti keluarga, teman, dan tetangga.
5. Lingkungan budaya: yaitu segala sesuatu baik secara materi maupun non materi yang
dihasilkan manusia melalui proses penciptaan rasa, karsa, dan karyanya. Lingkungan
ini dapat berupa bangunan, peralatan, senjata, pakaian, dan sebagainya. Sedangkan
lingkungan budaya non materi dapat berupa tata nilai, norma, peraturan hukum,
sistem politik, kesenian, dan sebaginya.

Perubahan alam dan lingkungan sekitar yang membawa dampak tak terduga adalah
berkenan dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan IPTEK manusia di satu sisi dapat menjelajahi, mengungkap cakrawala, dan
menakklukan alam dengan cara-cara yang eksplosif, tetapi di sisi lain dengan Iptek pula
manusia dihadapkan pada masalah-masalah baru sehubungan dengan semakin rusaknya

11
dan terganggunya lingkungan untuk keperluan industri perkayuan, penyerobotan lahan-
lahan pertanian untuk keperluan pembangunan pabrik maupun perumahan, dan akibat-
akibat dari proses industrilisasi, seperti populasi, urbanisasi, dan sanitasi yang tidak sehat
merupakan dampak-dampak yang kurang menguntungkan dalam pengalaman hidup
manusia. Mengingat demikian seriusnya masalah-masalah lingkungan maka diperlukan
semacam usaha penyadaran dan pendidikan tentang lingkungan hidup.

Pendidikan Ekologi, yaitu pendidikan yang mengkaji dan memfokuskan dirinya pada
masalah lingkungan hidup, termasuk di dalamnya, menjadi snagat penting kedudukan dan
fungsinya. Dengan Pendidikan Ekologi diharapkan tumbuh kesadaran, pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan perilaku yang akan lebih mencintai, mewarisi, memelihara, dan
memanfaatkan lingkungan hidup manusia secara efisien dan efektif. Dalam
perkembangannya Ekologi memiliki cakupan studi yang sangat luas.

Dilihat dari bidang yang dikajinya, maka dikenal cabang-cabang ekologi seperti:
1. Auteknologi: yaitu ekologi yang mempelajari suatu jenis organism yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam hal ini ada ekologi yang khusus mengkaji ekologi
alang-alang dan ekologi asli.
2. Sinekologi: yaitu ekologiyang mengkaji tentang berbagai kelompok organisme
sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Dalam
hal ini dikenal ada ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi ekosistem.
3. Ekologi Habitat: yaitu ilmu lingkungan yang mempelajari habitat atau tempat suatu
jenis atau kelompok jenis tertentu. Dalam hal ini dikenal ada ekologi bahari, atau
kelautan, ekkologi terrestrial atau daratan, ekologi padang rumput, dan sebagainya.
4. Ekologi Taksonomi: yaitu ilmu lingkungan yang objek kajiannya sesuai dengan
sistematika mahluk hidup. Dalam hal ini dikenal ada ekologi tumbuhan, ekologi
hewan, ekologi mikroba, dan sebagainya.

Dengan demikian, pendidikan Ekologi memiliki tujuan yang tidak hanya pada tataran
konseptualisasi, yaitu untuk pengembangan disliplin ilmu itu sendiri, tetapi juga memiliki
fungsi aktualisasi, yaitu untuk pengalaman ilmu itu dalam konteks praktis sehingga dapat
bermanfaat secara langsung untuk kepentingan keselamatan, kesejahteraan, dan
keharmonisan manusia di satu sisi dalam hubungannya dengan lingkungan alam sekitar
disisi lain.

Kedudukan dan peranan yang dimainkan oleh manusia dalam konteks ruang dan waktu
itu sangat sentral maka perlu juga mengaitkan Pendidikan Ekologi itu dengan Pendidikan
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Bagaimanapun IPS meruppakan disiplin ilmu yang
mengkaji tentag manusia dan pola-pola interaksi dengan lingkungan di dirinya.
Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia yang lain, mengapresiasi, dan mewarisi
peninggalan peradaban manusia, dan yang lebih penting dalam hubungannya dengan
masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam secara rasional dan
wajar., merupakan pilar-pilar dari tujuan pembelajaran Pendidikan IPS. Oleh karena itu,
seyogyanyalah Pendidikan IPS diberikan di tingkat sekolah dengan materi yang tidak
terpisahkan dengan masalah-masalah ekologi.

12
KEGIATAN BELAJAR 3
MASALAH-MASALAH HUKUM, KETERTIBAN DAN KESADARAN HUKUM

F. Masalah-Masalah Hukum
Sebagai makhluk sosial manusia akan saling berinteraksi satu sama lain. Di dalam
interaksi tersebut akan ada benturan-benturan kepentingan antara individu, apabila
dibiarkan akan menimbulkan suasana yang tidak aman dan tertib. Oleh karena itu, perlu
adanya aturan-aturan, baik tertulis maupun tidak yang bersifat mengikat dan memaksa
agar individu atau anggota masyarakat menaatinya. Kumpulan aturan-aturan tersebut
kemudian dikenal dengan istilah hukum. Apabila di antara individu tersebut tidak
mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku maka akan muncul masalah hukum.

Masalah-masalah hukum adalah suatu keadaan yang memperlihatkan ketidakselarasan


antara kepentingan satu individu/kelompok dengan individu/kelompok lain, yang ditandai
adanya pelanggaran terhadap tatanan hukum yang berlaku. Di sinilah pentingnya
kesadaran hukum dimiliki oleh setiap individu atau anggota masyarakat sehingga suasana
tertib, aman dan damai dapat terwujud. Di dalam menanamkan dan mendistribusikan
nilai-nilai yang dikandung dalam aspek-aspek hukum diperlukan suatu sarana atau cara
yang efektif. Salah satunya ialah melalui pengintegrasian aspek-aspek hukum dengan
bidang IPS.

Penggabungan kedua aspek ini akan memberikan kontribusi yang besar terhadap
pembentukan warga negara yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan untuk
membentuk warga negara yang baik, melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan
kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di
dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan
kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai angota masyarakat.

G. Ketertiban dan Kesadaran Hukum


1. Ketertiban
Ketertiban ialah suatu keadaan yang menunjukkan adanya patokan, aturan atau pedoman
maupun petunjuk yang berlaku dan ditaati oleh setiap individu di dalam pergaulan antara
pribadi atau golongan masyarakat. Dalam menegakkan ketertiban setiap anggota
masyarakat harus membatasi kebebasan pribadi dengan mengindahkan kepentingan (hak
dan kewajiban) individu yang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ketertiban
merupakan hasil akumulasi dari kebebasan kebebasan tiap individu yang selaras dengan
tujuan hukum yang menginginkan suasana aman nyaman, tentram damai, tertib, adil.
Ketertiban dengan kata lain, dimaksudkan sebagai suasana yang bebas, namun terarah
dan tertuju kepada kondisi yang diharapkan masyarakat yang sekaligus menjadi tujuan
hukum.

Suasana tertib yang dimaksudkan menjadi tujuan hukum dapat dicontohkan bahwa
seseorang berhak bebas mendirikan usaha sejenis pabrik. Namun demikian, sebelum
mendirikan pabrik perlu juga diperhatikan kepentingan pihak lain misalnya nya apakah
masyarakat lingkungan yang berada di sekitar pabrik memberikan izin, Apakah syarat-
syarat AMDAL dari pemerintah terpenuhi. Jika seluruh aspek persyaratan telah dipenuhi
maka ketertiban dan kenyamanan lingkungan (fisik dan non fisik) akan tercapai. Akan
tetapi, jika sebaliknya maka kesetimbangan akan terganggu sehingga suasana tertib tidak

13
terwujud.

2. Kesadaran Hukum

Kesadaran hukum adalah suatu sikap individu untuk menerima dengan rela dan
bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari peristiwa hukum yang terjadi. Peristiwa
hukum di sini dimaksudkan sebagai semua peristiwa yang dapat menimbulkan akibat
hukum. Misalnya, kematian seseorang berakibat hukum tentang bagaimana dan kepada
siapa warisan almarhum diberikan titik akibat hukum ditimbulkan sebagai akibat dari
suatu hubungan hukum. Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang
telah ditentukan oleh undang-undang sehingga jika dilanggar akan berakibat dituntutnya
si pelanggar tersebut melalui lembaga peradilan. Suatu pelanggaran dalam peristiwa
hukum perlu diketahui jenis dan tingkat pelanggarannya sehingga tidak semua
penyimpangan mengakibatkan persyaratan ke pengadilan.

H. Hubungan Masalah Hukum, Ketertiban, dan Kesadaran Hukum dengan


Pendidikan IPS

N. Daldjoeni 1981 menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial IPS berasal dari istilah
social studies yang berkembang di dunia pendidikan dasar dan lanjutan di Amerika
Serikat setelah perang dunia 1 1920. Bidang ini mencoba mengkaji berbagai
permasalahan yang terjadi di masyarakat yang diartikan IPS sebagai penelaahan
masyarakat. Sesuai dengan kompleksitas (kerumitan) dan kemajemukan yang dikandung
oleh berbagai permasalahan yang muncul dalam masyarakat maka IPS muncul menjadi
suatu bahan kajian yang mencoba menelaah permasalahan dengan menggunakan berbagai
segi atau berbagai sudut pandangan sehingga akan melibatkan berbagai ilmu
pengetahuan. Misalnya, masalah urbanisasi akan dikaji, tidak hanya dari segi geografis
(kependudukan) tetapi juga dari segi ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, hukum,
dan politik.

Dalam pendidikan dan pengajaran IPS, masyarakat sebagai suatu sistem dapat dijadikan
sebagai suatu paket kegiatan pembelajaran. Pengajaran IPS, bertujuan untuk
mengenalkan peserta didik terhadap lingkungannya, Bagaimana cara siswa berinteraksi
dengan lingkungannya, membentuk warga negara yang baik. Misalnya, dalam memahami
interaksi sosial peserta didik dikenalkan dari interaksi diantara keluarga, lingkungan
RT/RW kelurahan/desa Kecamatan.

IPS sebagai ilmu pengetahuan yang menelaah antara hubungan manusia (human
relationship) yang mencakup hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, serta kelompok dengan alam, maka IPS akan berpotensi di dalam mengkaji
permasalahan yang dapat muncul dari sebab yang ditimbulkan dalam berbagai hubungan
antar manusia tersebut. Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat potensial sebab dari hubungan
antara manusia (human relationship) tersebut akan bermunculan peristiwa hukum dan
akibat hukum, yang kemudian akan memiliki keterhubungan dalam menanamkan nilai-
nilai tentang kesadaran hukum dalam diri peserta didik. Selain itu, pendidikan IPS dapat
membentuk siswa sebagai warga negara yang mendukung ketertiban sesuai kaidah-
kaidah hukum yang berlaku. Misalnya seperti yang dijelaskan berikut ini:
1. Upaya dalam mensosialisasikan perlunya memelihara lingkungan alam yang sehat

14
sehingga pendirian pabrik yang tidak memenuhi persyaratan menimbulkan polusi
dan merusak lingkungan akan mendapat sanksi hukum.
2. Menanamkan kesadaran hukum dalam diri peserta didik sebagai wajib pajak (Pajak
kendaraan, rumah, tanah, pendapatan, dan sebagainya)
3. Menanamkan saling pengertian antar individu peserta didik dalam menghormati
hak dan kewajiban masing-masing.

Pentingnya mengintegrasikan atau menghubungkan antara kajian aspek aspek hukum


dengan pendidikan sosial antara lain dapat dilihat dari tujuan atau fungsi dihubungkannya
kedua bidang tersebut, seperti diungkapkan Cerlach dan Lamperecht’s:
1. Untuk menanamkan pemahaman peserta didik terhadap aspek-aspek sosial dan
sistem hukum yang dikandungnya, serta bagaimana peserta didik dapat
berpartisipasi secara aktif di dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum.
2. Menanamkan sikap sikap nilai-nilai dan pemahaman mereka terhadap hukum dan
sistem yang berlaku.
3. mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan keterampilan dalam
memecahkan permasalahan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Globalisasi yaitu suatu keadaan/ kondisi dimana isu dan masalah yang ada menyangkut
berbagai bangsa dan negara. Pembelajaran globalisasi bertujuan membentuk warga
negara yang memiliki kepedulian terhadap masalah dan isu global, mengembangkan rasa
kebersamaan, dan bertanggungjawab terhadap keberlangsungan kehidupan tersebut.
Keanekaragaman budaya adalah ketidaksamaan budaya yang artinya setiap bangsa
ataupun kelompok memiliki seperangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya yang
berbeda. Masalah. keanekaragaman budaya yang paling utama adalah pembauran atau
asimilasi.

Masalah dan isu yang ditimbulkan oleh lingkungan, memerlukan usaha penyadaran dan
pendidikan tentang lingkungan hidup yaitu pendidikan ekologi yang mengkaji dan
memfokuskan pada masalah lingkungan hidup. Ekologi merupakan bagian dari
pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai disiplin ilmu yang mengkaji tentang
manusia dan pola-pola interaksi dengan lingkungan diluar dirinya. Oleh karena itu,
pendidikan IPS sangat diperlukan dan penting untuk diberikan di tingkat Sekolah Dasar
dengan materi yang tak terpisahkan dengan masalah-masalah ekologi.

Manusia sebagai makhluk sosial akan berinteraksi satu sama lain, dalam interaksi
tersebut akan ada benturan-benturan kepentingan jika dibiarkan akan menimbulkan
suasana yang tidak tertib dan aman. Masalah hukum adalah suatu keadaan yang
memperlihatkan ketidakselarasan antara kepentingan satu dengan yang lain, ditandai
dengan pelanggaran terhadap tatanan hukum yang berlaku. Oleh sebab itu, perlu adanya
aturan yang bersifat mengikat dan memaksa sehingga tujuan ketertiban akan tercapai
yaitu melalui hukum.

Agar nilai-nilai yang terkandung dalam aspek hukum terwujud, maka diperlukan sarana
atau cara yang efektif, salah satunya melalui pengintegrasian aspek-aspek hukum dengan
bidang IPS. Penggabungan kedua aspek ini akan memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan warga negara yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan
untuk membentuk warga negara yang baik melalui pemahaman terhadap pengetahuan
dan kemampuannya dalam berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya.
Sehingga, aspek-aspek hukum ketertiban dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh
peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka penulis memberikan beberapa saran,
sebagai berikut:
a. Masyarakat : Para orang tua hendaknya lebih memperhatikan kepentingan anaknya
sehingga terjaga dari dampak negatif globalisasi.
b. Peserta didik : Peserta didik hendaknya belajar dengan tekun agar dapat memahami
arti globalisasi sehingga dapat memilah mana yang baik dan buruk,
serta mampu mempertahankan rasa nasionalisme demi bangsa
dan negara.
c. Guru : Guru hendaknya dapat menanamkan dan menumbuhkan jiwa
nasionalisme terhadap peserta didik agar mampu menyikapi
globalisasi
dengan positif.

DAFTAR PUSTAKA

Sardjijo, Ischak, (2019). Pendidikan IPS di SD. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai