Anda di halaman 1dari 11

STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD

MODUL 9 KEGIATAN REMIDIAL DAN PENGAYAAN


MODUL 10 PENGELOLAAN KELAS

Oleh Kelompok 5
Julia Vironika (859006584)
Juniardhi Setiawan (859006506)
Ni Putu Putri Mahati (859006498)
Sri Jayanthi Surahmiathi Mashuni (859006538)
Ni Kadek Wahyuni Antari (859006316)
Ida Ayu Komang Tri Dewi (859006348)

UPBJJ-UT DENPASAR
PROVINSI BALI
2019
MODUL 9

KEGIATAN REMEDIAL DAN KEGIATAN PENGAYAAN

KEGIATAN BELAJAR 1
KEGIATAN REMEDIAL
A. Hakikat, Tujuan, dan Fungsi Kegiatan Remedial
 Hakikat Kegiatan Remedial
Dalam Random House webster’s College Dictionary (1991) remedial diartikan sebagai
kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki keterampilan yang kurang baik dalam
suatu bidang tertentu. Kegiatan remedial adalah kegiatan membantu siswa dalam
menguasai materi pelajaran.
 Tujuan Remedial
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami
kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar mencapai hasil belajar yang
lebih baik. Secara umum tujuan kegiatan remedial adalah sama dengan pembelajaran pada
umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa dapat mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus
kegiatan remedial bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi
ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remedial siswa
dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya.
 Fungsi Kegiatan Remedial
Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran.
Beberapa fungsi pengajaran tersebut bila dirinci adalah sebagai berikut:
1. Fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan perbaikan
terhadap sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Hal-hal yang diperbaiki dan dibetulkan melalui
pengajaran remedial antara lain: perumusan tujuan, penggunaan metode mengajar,
cara-cara belajar, materi dan alat pengajaran, materi dan alat pengajaran, evaluasi dan
segi-segi pribadi murid.
2. Fungsi pemahaman, artinya pengajaran remedial dapat membantu murid untuk lebih
menyesuaikan dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang yang lebih
besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
3. Fungsi pengayaan, artinya bahwa materi pengajaran remedial dapat memperkaya
varian/jenis metode pengajaran. Materi yang disampaikan dalam pengajaran dalam
pengajaran tidak menggunakan metode pembelajaran yang digunakan dalam
pengajaran reguler, metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran remedial
lebih mengacu pada materi yang telah lalu yang sulit dipahami, sehingga pengajaran
lebih bersifat pengayaan.
4. Fungsi akselerasi, artinya pengajaran remedial dapat membantu mempercepat proses
pembelajaran, karena pengajaran remedial memberi pengajaran khusus yang
memudahkan penangkapan materi oleh siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar
untuk mengerti dan menguasai materi sesuai dengan tujuan instruksional dan kurikuler
sesuai waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum.
5. Fungsi terapeutik, artinya secara langsung maupun tidak langsung menyembuhkan
atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang diperkirakan menunjukan
ada penyimpangan (bimbingan dan konseling).
 Perbedaan Kegiatan Remidial dari Pembelajaran Biasa
Komponen Pelajaran Kegiatan
Pembelajaran Biasa Remedial
Tujuan Berlaku bagi semua siswa Bersifat individual
(klasikal)
Materi Sama untuk semua siswa Sesuai dengan kesulitan siswa
Kegiatan - Diikuti semua siswa - Diikuti oleh siswa yang
Pembelajaran - Metode dan media bermasalah
bersifat klasikal - Metode dan media bersifat
individu dan kelompok
Evaluasi Sama untuk semua siswa Bersifat individu atau kelompok

B. Pendekatan dalam Kegiatan Remedial


Secara garis besar ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh (Ross & Stanley), yaitu
pendekatan kuratif dan preventif. Sedangkan Warkitri dkk.(1991)menambahkan satu lagi
yaitu yang bersifat pengembangan.
1. Pendekatan Bersifat Preventif
Pendekatan ini disebut juga sebagai pencegahan. Pendekatan preventif ditujukan
kepada siswa yang diperkirakan mempunyai kesulitan berdasarkan informasi yang
diperoleh. Kegiatan remedial ini dilaksanakan sebelum kegiatan belajar biasa
dilakukan. Alat evaluasi yang digunakan guru dalam pendekatan ini adalah pretest.
Kegiata remedial diberikan kepada siswa yang hasil pretestnya menunjukkan
ketidakmampuan siswa dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dengan
waktu yang disediakan.
2. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Tindakan pengajaran dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya
kegiatan belajar diselenggarakan. Alat yang digunakan adalah tes formatif. Kegiatan
remedial bersifat kuratif ini diberikan kepada siswa yang hasil evaluasi formatifnya
menunjukkan ketidakmampuan menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
3. Pendekatan Pengajaran Remidi bersifat Pengembangan (Developmental)
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial
dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa. Tujuan utamanya
agar siswa dapat segera mengatasi hambatan atau kesulitan yang mungkin akan
dialaminya.

C. Jenis-jenis Kegiatan Remedial


Menurut Suke (1991), beberapa bentuk kegiatan remedial yang dapat dilaksanakan adalah
sebagai berikut.
1. Mengajarkan kembali
Berarti guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami atau dikuasai siswa.
2. Menggunakan alat peraga
Berarti guru menggunakan alat peraga untuk membantu siswa dalam memahami
materi yang belum dikuasai.
3. Kegiatan kelompok
Berarti guru memiliki tugas dalam menentukan anggota kelompok. Dalam anggota
kelompok tersebut diharapkan ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan
mampu menjelaskan dengan cukup baik kepada siswa yang lainnya.
4. Tutorial
Dalam kegiatan ini guru meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai atau yang
tingkatannya lebih tinggi untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang telat ditetapkan.
5. Sumber belajar yang relevan
Guru dapat menggunakan bantuan sumber lain yang masih relevan untuk membantu
siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

D. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Remedial


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum menerapkan salah satu bentuk
kegiatan remedial (Suke, 1991), diantaranya.
1. Apabila terdapat beberapa orang siswa yang mengalami kesuliatan yang sama, maka
kegiatan remedial hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa secara bersama-
sama.
2. Proporsi bantuan yang diberikan sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa.
3. Dapat dilaksanakan sdendiri oleh guru, guru bersama siswa, atau meminta bantua
siswa lain.
4. Metode yang diterapkan hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, serta
dapat membangkitkan motivasi siswa.

E. Prinsip Pemilihan Kegiatan


Lebih lanjut Wardani (1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan
metode yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial, guru perlu memerhatikan hal-hal
berikut.
1. Memanfaatkan latihan khusus
2. Menekankan segi kekuatan yang dimiliki siswa
3. Memanfaatkan penggunaan media yang multi-sensori
4. Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar.

F. Prosedur Kegiatan Remedial


Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Analisis Hasil Diagnosis
Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan terhadap siswa yang
diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan diagnosis guru akan
mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan bantuan. Untuk keperluan kegiatan
remedial, tentu yang menjadi fokus perhatian adalah siswa-siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar .
b. Menemukan Penyebab Kesulitan
Setelah guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus mendapatkan remedial,
informasi selanjutnya yang harus diketahui guru adalah topik atau materi apa yang
belum dikuasai oleh siswa tersebut. Sebelum merancang kegiatan remedial, terlebih
dahulu harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai
materi pelajaran.
c. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik yang belum
dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab kesulitan, langkah selanjutnya adalah
menyusun rencana pembelajaran. Sama halnya pada pembelajaran pada umumnya,
komponen-komponen yang harus direncanakan dalam melaksanakan kegiatan
remedial adalah sebagai berikut;
1. Merumuskan indikator hasil belajar
2. Menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar
3. Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
4. Merencanakan waktu yang diperlukan
5. Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
d. Melaksanakan Kegiatan Remedial
Setelah kegiatan perencanaan remedial disusun,langkah berikutnya adalah
melaksanakan kegiatan remedial. Sebaiknya pelaksanaan kegiatan remedial dilakukan
sesegera mungkin, karena semakin cepat siswa dibantu mengatasi kesulitan yang
dihadapinya, semakin besar kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam belajarnya.
e. Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, harus
dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan
belajar siswa.Apabila siswa mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan,
berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami
kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan
dilaksanakan kurang efektif.

KEGIATAN BELAJAR 2
KEGIATAN PENGAYAAN
A. Hakikat Pembelajaran Pengayaan
Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok
cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan
memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya. Pengayaan merupakan pembelajaran
tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta
didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan
perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas,
keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan
seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada
peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi
untuk membantu.

B. Jenis Kegiatan Pengayaan


Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan
pendekatan individu. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan
dengan kegiatan remedial. Artinya, kegiatan pengayaan dalam rangka memanfaatkan sisa
waktu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat merangsang kreatifitas siswa
secara mandiri.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
kaitannya dengan pengayaan. Berikut ini adalah beberapa kegiatan pengayaan yang
dikemukakan oleh Julaeha (2007):
1. Tutor Sebaya
Melalui keiatan tutor sebaya, pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan
meningkat karena selain mereka harus menguasai konsep yang akan dijelaskan
mereka juga harus mencari teknik menjelaskan konsep tersebut kepada temannya.
Selain itu tutor sebaya juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat
tinggi.
2. Mengembangkan Latihan
Siswa kelompok cepat dapat diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang
dapat dilaksanakan oleh teman-temannya yang lambat. Kegiatan ini dapat dilakukan
untuk pendalaman materi yang menuntut banyak latihan, misalnya pada mata
pelajaran matematika. Guru juga bisa meminta siswa kelompok cepat untuk
membuat soal-soal latihan beserta jawabannya yang akan digunakan dalam kegiatan
remedial atau sebagai bahan latihan dalam kegiatan tutor sebaya.
3. Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran
Siswa kelompok cepat diberi kesempatan untuk membuat hasil karya berupa model,
permainan atau karya tulis yang berkaitan dengan materi yang dipelajari yang
kemudian dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi siswa kelompok lambat.
4. Melakukan Proyek
Keterlibatan siswa dalam suatu proyek atau mempersiapkan suatu laporan khusus
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari merupakan kegiatan pengayaan
yang paling menyenangkan. Kegiatan ini mampu meningkatkan motivasi belajar,
kesempatan mengembangkan bakat, dan menambah wawasan baru bagi siswa
kelompok cepat.
5. Memberikan Permainan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa
Dalam kegiatan ini, guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan
suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran agar mereka
merasa tertantang. Melalui kegiatan ini, mereka akan berusaha untuk memecahkan
masalah atau permainan dan mereka juga akan belajar satu sama lain dengan
membandingkan strategi/teknik yang mereka gunakan dalam memecahkan
permasalahan atau permainan yang diberikan.

C. Faktor Yang Harus Diperhatikan


Agar kegiatan pengayaan dapat berjalan sebagaimana mestinya, ada beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan guru dalam menentukan kegiatan pengayaan. Warkitri, dkk (1991)
mengemukakan ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan
melaksanakan kegiatan pengayaan. Ketiga faktor tersebut adalah faktor siswa, manfaat dan
waktu.
1. Faktor Siswa
Setiap siswa memiliki minat yang berbeda. Hal ini sangat perlu diperhatikan
oleh guru dalam memilih dan menentukan kegiatan pengayaan. Kesesuaian kegiatan
pengayaan dengan minat siswa akan memacu siswa untuk lebih berhasil dalam
belajarnya. Jika kegiatan yang dipilih tidak sesuai dengan minatnya maka
semangat siswa akan melemah dalam mempelajari sesuatu.
2. Faktor Manfaat Edukatif
Faktor penting kedua yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
kebermanfaatan kegiatan pengayaan itu sendiri. Sebaiknya kegiatan pengayaan yang
dilaksanakan benar-benar bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa dalam mengembangkan potensinya. Sehingga bermanfaat dalam
menambah pengetahuan, keterampilan, dan nilai/sikap siswa.
3. Faktor Waktu
Kegiatan pengayaan diberikan untuk mengembangkan potensi siswa dengan
memanfaatkan kelebihan waktu pada saat siswa lain melakukan kegiatan remedial.
Jika siswa yang lambat telah menguasai kompetensi sesuai harapan dan
kegiatan pembelajaran biasa akan dilaksanakan/dilanjutkan, maka secara terprogram
kegiatan pengayaan untuk kelompok siswa cepat harus segera berakhir.
MODUL 10

PENGELOLAAN KELAS

KEGIATAN BELAJAR 1
HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru dihadapkan pada masalah-masalah
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Untuk mengatasi masalah pembelajaran dituntut
pendekatan yang berbeda dengan pendekatan untuk mengatasi masalah pengelolaan kelas.

A. Pengertian Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas (classroom management) dapat di defenisikan beragam, tergantung dari
sudut pandang yang dipakai.
 Pendekatan otoriter (authority approach) memandang pengelolaan kelas sebagai
kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Tugas guru menciptakan dan
memelihara aturan di dalam kelas melalui penerapan disiplin (Weber, 1977). Guru
yang menganut pendekatan otoriter akan menghukum setiap siswa yang melanggar
disiplin kelas.
 Kebalikan dari pendekatan otoriter adalah pendekatan permisif (permissive approach)
yang memaksimalkan kebebasan siswa. Peran guru membantu siswa merasakan
kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan kapanpun mereka mau (weber,
1977)
 Weber (1977) mengemukakan tiga pengertian lain dari pengelolaan kelas, yaitu:
1. pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan
tingkah laku yang tidak diharapkan. Pendekatan ini didasarkan pada modifikasi
tingkah laku (behavior modification approach), peran guru membantu siswa
mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang
berasal dari teori penguatan.
2. pengelolaan kelas adlah serangkaian kegiatan yang dilaksan akan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional
kelas yang positif / pendekatan iklim sosio-emosional (socio emotional climate
approach). Peran guru menciptakan hubungan interpersonal yang sehat, baik
antara guru dan siswa maupun antara siswa dan siswa.
3. pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Pengertian ini
berdasarkan pendekatan proses kelompok (group-process approach) dimana tugas
guru adalah membantu mengembangkan dan melaksanakan system kelas yang
efektif

Dari ketiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, tidak satupun yang paling baik karena
guru tidak harus terikat pada satu pengertian pengelolaan kelas dalam menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan siswa-siswa dapat belajar. Jadi,
pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan, memelihara dan
mengembangkan iklim belajar yang kondusif. Sejalan dengan Winzer (1995) pengelolaan
kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak
terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mencapai tujuan
alademis dan sosial.

B. Perbedaan Pengelolaan Kelas Dari Pembelajaran


 Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya melakukan diagnosis kebutuhan
siswa, rencana pembelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan dan
menilai kemajuan belajar siswa.
 Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk menciptakan
dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran
yang efektif. Guru yang efektif harus mampu membedakan antara masalah-masalah
pembelajaran yang membutuhkan pemecahan pembelajaran dengan masalah-masalah
pengelolaan kelas yang membutuhkan pemecahan pengelolaan kelas.

C. Pentingnya Pengelolaan Kelas Dalam Proses Pembelajaran


Salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi kelas yang
hangat, aman dan sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman
dan kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran hingga
tercapainya tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam
proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat bagi terciptanya
proses pembelajaran yang efektif.

KEGIATAN BELAJAR 2
PENATAAN LINGKUNGAN KELAS
Keadaan ruang kelas dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Selain itu, hubungan
sosio-emosional antara guru-siswa dan siswa-siswa juga dapat mempengaruhi kelancaran
kegiatan pembelajaran.
A. PENATAAN LINGKUNGAN FISIK KELAS
Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya. Penataan
lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995)
1. Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif serta
mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Tujuan utama penataan
lingkungan fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya
tingkah lakusiswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot,
pajangan dan barang-barang lainnya. Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan
fisik kelas, guru harus mempertimbangkan lima hal yaitu:
a. Keleluasaan pandangan (visibility)
Artinya penempatan atau penataan barang-barang didalam kelastidak mengganggu
pandangan siswa dan gurusehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru atau
benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Mudah dicapai (accessibility)
Barang-barang yang digunakan siswa dalam pembelajaran diletakkan pada tempat
yang dapat dengan mudah dijangkau oleh siswa.
c. Keuiwesan (flexibility)
Mudah untuk menata dan memindahkan baran-barang untuk kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan oleh siswa dan guru.
d. Kenyamanan
Prinsip kenyamanan berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara dan
kepadatan kelas.
e. Keindahan
Prinsip ini berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelasyang menyenangkan
dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Kelas yang indah dan menyenangkan
menggambarkan harapan guruterhadap prosesbelajar yang harus dilakukan dan
tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran.
2. Penataan Tempat Duduk
Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat duduk yang
berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk siswa untuk
memperlancar kegiatan pembelajaran. Pengaturan tempat duduk berpengaruh pada
waktu yang digunakan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas (Winzer, 1995). Hasil
penelitin (Louisell, 1992) menunjukkan bahwa tempat duduk yang ditata berjejer
menghadap guru meningkatkan jumlah kerja yang dilakukan siswa.

B. PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS


Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil
belajar, konsep diri, rasa harga diri, dan sikap siswa terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial
kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan siswa serta antara siswa.
Hubungan yang harmonis ini akan menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat dan
efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
1. Karakteristik Guru
Keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-sosial kelas dipengaruhi oleh
karakteristik guru itu sendiri. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru untuk
terciptanya iklim psiko-sosial kelas:
a. Disukai oleh siswanya
Sifat guru yang memungkinkan disenangi ialah periang, ramah, tulus hati, dan
mendengarkankeluhan siswa serta percaya diri.
b. Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki pandangan realistikterhadapkemampuan siswanya dan dirinya
dapat menghambat efektivitas kegiatan pembelajaran. Guru yang terlalu
memandang rendah kemampuan siswanya akan mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang membosankan. Guru yang memandang rendah kemampuan
dirinya akan menunjukkan kurang percaya diri. Guru harus menerima segala
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswanya. Disisi lain, guru juga berusaha
meningkatkan kelebihan yang dimiliki siswa. Guru yang penuh perhatian, selalu
memuji dan mempercayai siswa dapat menciptakan lingkungan psiko-sosial kelas
yang memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
Guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Berbincang-
bincang dengan siswa diluar waktu sekolah tentang keluarga, hobi dan sebagainya
akan banyak memberikan informasi kepada guru. namun perlu diingat bahwa
hubungan yang terlalu dekat dengan siswa perlu dihindari agar siswa tetap
menghormati dan menghargai guru.
d. Bersikap positif terhadap pertanyaan / respon siswa
Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru memang
menguasai materi yang sedang dibahas
e. Sabar, teguh dan tegas
Sebagai guru kita dituntut untuk sabr. Bila kita tidak sabar, siswa akan merasa
ketakutan untuk mengajukan masalh yang dihadapi. Selain itu, guru juga harus
teguh dan tegas dalam memegang aturan.

2. Hubungan Sosial Antarsiswa


Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan
pembelajaran. Apabila hubungan sosial antarsiswa terbina dengan baik, maka apabila
ada temannya yang mengalami masalah, mereka akan membantunya. Perasaan ini bisa
tumbuh pada diri siswa dengan cara memberikan kesempatan pada mereka untuk
belajar kelompok. Melalui kegiatan belajar kelompok siswa diharapkan akan dapat
saling menerima serta menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Agar
kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik, perhatikan hal berikut (Weber, 1977)
a. Perilaku yang diharapkan
Perilaku yang diharapkan harus dinyatakan kepada siswa dengan jelas, pasti dan
realistik.
b. Fungsi kepemimpinan
Mengacu pada upaya untuk memperlancar tercapainya tujuan kegiatan kelompok.
Guru menciptakan kegiatan kelompok yang tidak di dominasi oleh seorang atau
beberapa orang siswa tetapi kepada semua anggota kelompok untuk bekerja sama.
c. Pola persahabatan siswa
Memebentuk hubungan interpersonal antar siswa, menunjukkan keakraban satu
sama lain
d. Norma / aturan
Sebagai pedoman bagi anggota kelompok tentang apa yang harus mereka lakukan
dan bagaimana tindakan mereka terhadap anggota lain
e. Kemampuan berkomunikasi
Mengacu pada kemampuan verbal dan nonverbal dalam menyampaikan ide
kepada orang lain dan menangkap ide orang lain
f. Kebersamaan
Memiliki rasa kebersamaan sehingga mererka merasa bahwa tugas kelompok
adalah tanggung jawab mereka semua.

Anda mungkin juga menyukai