Evaluasi Pembelajaran di SD
PDGK4301
RANGKUMAN MODUL 3
Disusun oleh :
1. Arum Wahyu Lestari (857659109)
2. Rahayu Pravitasari (857659306)
3. Zulfan Ade Setiawan (857660411)
4. Fatkhus Sholikhah (857660436)
5. Nugrah Armenia K (857664196)
A. LATAR BELAKANG
Penggunaan asesmen alternatif muncul pada tahun 1980-an. Konsep ini digunakan karena
ada banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional yang hanya menggunakan tes tertulis. Karena
tes tertulis hanya dapat mengukur sebagian kecil dari hasil belajar siswa dan tidak dapat
mengukur hasil belajar yang kompleks. Tes hanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar
bukan pada proses belajar. Setelah menyadari kelemahan pada tes, beberapa ahli pendidikan
berupaya mengintegrasikan kegiatan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran melalui
proses penilaian yang dikenal dengan asesmen alternatif.
B. KONSEP DASAR ASESMEN ALTERNATIF
Dalam Pendidikan dikenal dua pengertian tentang penilaian yaitu penilaian dalam arti
asesmen dan penilaian dalam arti evaluasi. Penilaian dalam arti asesmen merupkan kegiatan
untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa sedangkan
penilaian dalam arti evaluasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan
sistem pendidikan secara keseluruhan.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan asesmen,yaitu tradisional
assessmen,performance assessment,authentic assesmen,portofolio assesmen, achievement
assessment, dan alternatife assessment.
1. Tradisional assessment
Tradisional asesmen mengacu pada tes tertulis.maksudnya tradisional assessment hanya
mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan satu jenis alat ukur yaitu tes
tertulis.padahal kita ketahui bersama tes tertulis mempunyai kelemahan diantaranya hanya
mampu mengukur aspek kognitif dan ketrampilan sederhana, sebagian kecil dari hasil belajar
siswa, dan tes sering kali menimbulkan kecemasan.
2. Performance assessment ( asesmen kinerja)
Asesmen kinerja merupakan asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan
kemampuannya baik pengetahuan atau ketrampilan dalam bentuk kinerja nyata yang
ditunjukan dalam bentuk penyelesaian suatu tugas, bukan hanya menjawab atau memilih
jawaban yang sudah tersedia. Asesmen kinerja menilai hasil belajar siswa dan proses
belajarnya.
3. Authentic assessment.
Authentic assessment merupakan assessment yang menuntut siswa mampu menerapkan
pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan nyata diluar sekolah. Tujuan dan otentik
assessment adalah untuk mengumpulkan bukti-bukti apakah siswa sudah dapat menggunakan
pengetahuan dan ketrampilannya secara efektif dalam kehidupan nyata dan dapat
memberikan kritik terhadap upaya yang telah ia lakukan. Dari Pengertian tersebut tampak
bahwa authentic assessment didasarkan performance assessment yang menuntut siswa
mampu unjuk kerja. Contoh : disekolah siswa diajari konsep penjumlahan 2 + 3 = 5. Konsep
tersebut abstrak.Konsep tersebut tidak ditemukan dalam kehidupan nyata anak, yang ada
adalah 2 bola + 3 bola = 5 bola. Untuk itu dalam mengajarkan konsep penjumlahan ajarlah
siswa dengan menggunakan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan nyata.
4. Portofolio assessment (assessment portofolio)
Asesmen portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis
yang menunjukan upaya,proses,hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu
ke waktu. Mungkin banyak definisi portofolio yang telah anda kenal dan agak berbeda
dengan pengertian diatas tetapi pada dasarnya portofolio merupakan kumpulan hasil karya
siswa yang menunjukan pencapaian dan perkembangan hasil hasil belajar siswa.
5. Achievement assessment
Achivement assessment merupakan pengertian umumterhadapa semua usaha untuk
mengukur,mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar siswa, baik yang dilakukan dengan
tes tertulis,assasemen kinerja,portofolio, dan semua usaha untuk memperoleh informasi hasil
dan kemajuan belajar siswa.
6. Alternative assessment
Alternative assessment merupakan asasement yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis.
Pada dasarnya asasemen alternative merupakan alternative dari asasemen tradisional (paper
and pencil test). Jadi performance assesmen,portofolio assessment,authentic assessment, dan
achievement assessment merupakan kelompok asesmen alternative.
C. LANDASAN PSIKOLOGIS
Asesmen alternative tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi dapat member informasi secara
lengkap tentang proses pembelajaran.Asesment alternative tidak hanya menilai produk belajar
saja tetapi juga menilai proses belajar untuk menghasilkan kemampuan produk tersebut.
Asesmen alternative dilaksanakan bersdasarkan teori belajar khususnya dari aliran psikologi
kognitif. Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanakan asesmen
alternative adalah:
1. Teori fleksibilitas kognitif dan R.spiro (1990)
Teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak terstruktur.
2. Teori belajar Bruner (1966)
Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan siswa dengan cara
mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan
kemampuan yang telah dimiliki.
3. Generative learning model dari Osborne dan wittrock (1983)
Mennurut teori ini, otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
mengintrepretasikan informasi serta menarik kesimpulan dari informasi-informasi tersebut.
4. Experiential learning theory dari c rogers (1969)
Teori ini membedakan dua jenis belajar yang berhubungan dengan pengetahuan (kongnitif)
dan pengalaman.
5. Multiple intelligent theory dari Howard gardner (1983)
Menurut Gardner, intelegensia didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang yang
digunakan untuk memecahkan masalah atau kemampuan untuk menunjukkan suatu produk
yang dihargai oleh satu atau labih budaya. Menurut Gardner ada 8 kemampuan pada setiap
individu, yaitu: linguistic, logical-mathematic, visual-spatial, bodily-kinesthetic, musical,
intrapersonal, interpersonal, dan naturalist.
D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ASESMEN ALTERNATIF
Seperti halnya alat ukur yang lain, asesmen alternative seperti performance
asesmen,authentic assessment, dan portofolio assessment mempunyai keunggulan dan
kelemahan.
1. Keunggulan asesmen alternative anatara lain:
a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan ketrampilan-ketrampilan yang tidak dapat
dinilai dengan asesmen tradisional. Contohnya: mengukur kinerja kerja siswa dalam membuat
karangan maka banyak aspek yang dapat diukur dari tugas tersebut. Misalnya kemampuan
siswa dalam membuat paragraf yang baik, pemilihan kosa kata yang tepat, dsb.
b. Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung, dan lengkap dengan melakukan
asesmen anda akan dapat menilai hasil belajar anak secara lengkap, tidak hanya hasil belajar
dalam ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor.
c. Meningkatkan motivasi siswa.
d. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.Asesmen Alternatif menekankan kepada
apa yang dapat ditunjukan atau dikerjakan oleh siswa bukan apa yang diketahui siswa.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfvaluation.
f. Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar.
2. Kelemahan Asesmen alternative:
a. Membutuhkan banyak waktu
b. Adanya unsur subjektifitas dalam penskoran
c. Ketetapan penskoran rendah
d. Tidak tepat untuk kelas besar.
KEGIATAN BELAJAR 2
BENTUK ASESMEN KINERJA
Bentuk utama dari asesmen kinerja terdiri dari dua yaitu tugas (Task) dan kriteria penskoran
(rubric).
A. TUGAS (TASK)
Jenis-jenis tagihan tentang keberhasilan siswa dalam unjuk kerja yaitu :
1. Computer adaptive testing: tes berbantuan computer untuk menilai hasil belajar siswa.
2. Tes pilhan ganda yang diperluas: memilih salah satu jawaban yang paling tepat dan
memberikan alasan.
3. Tes uraian terbuka (open ended question): digunakan untuk pemberian tugas dalam
asesmen kinerja dengan menilai kemampuan siswa dalam penalaran, logika, menuangkan
ide dalam bentuk tulisan.
4. Tugas individu: tugas yang harus dikerjakan guru untuk menilai kinerja anak selama
mengerjakan tugas dan menilai produk.
5. Tugas kelompok: tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok, tugas guru adalah
melakukan pengamatan terhadap kinerja kelompok.
6. Proyek: tugas yang diberikan guru (individu atau kelompok) untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang kompleks dalam waktu tertentu.
7. Interview: tugas yang diberikan guru (individu atau kelompok) dengan membuat laporan
hasil wawancara.
8. Pengamatan: tugas yang diberikan kepada siswa (individu atau kelompok) untuk
melakukan pengamatan terhadap sesuatu yang ditugaskan.
Langkah langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah :
a. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah
mengerjakan tugas.
b. Merancang tugas yang memungkinkan siswa menunjukan kempauan berpikir dan
keterampilan.
c. Menetapkan criteria keberhasilan.
Portofolio tidak dimaksudkan untuk membandingkan hasil kerja siswa tetapi portofolio
dimaksudkan untuk member gambaran terhadap hasil kerja keras yang telah dilakukan siswa
untuk mencapai standar penilaian yang telah disepakati bersama antara siswa dengan guru.
Ada beberapa komponen penting dalam menggunakan portofolio sebagai asesmen :
1. Portofolio hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelas, spesifik dan berorientasi
pada research based criteria.
2. Untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan berbagai sumber
informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa.
3. Untuk mendesain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang berkontribusi terhadap portofolio.
4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi.
5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu.
6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda.
7. Portofolio harus dapat diakses secara langsung.
B. PERENCANAAN PORTOFOLIO
Shakle et.al (1977) memberikan delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat
merencanakan portofolio :
1. Menentukan kriteria dan atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio.
2. Menerjemahkan standar atau kriteria tersebut ke dalam rumusan-rumusan hasil belajar
yang dapat diamati.
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum
untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan.
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio siswa
5. Menentikan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan.
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti
yang dikumpulkan.
7. Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasi portofolio.
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasarkan umur, kelas atau isi agar kita dapat
membandingkan.
C. PELAKSANAAN PORTOFOLIO
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka tugas guru
adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tugas guru
adalah :
1. Mendorong dan memotivasi siswa,
2. Memonitor pelaksanaan tugas,
3. Memberikan umpan balik,
4. Memamerkan hasil portofoio siswa.
E.TAHAP PENILAIAN
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian,
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten,
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan
KEGIATAN BELAJAR 4
PENILAIAN RANAH AFEKTIF
A.KONSEP DASAR
Kemampuan afektif merupakan bagian hasil dari hasil belajar siswa yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi
afektif siswa. Menurut krathwohl ranah afektif terdiri atas lima level yaitu:
1. Receiving. Merupakan keinginan siswa untuk memperlihatkan suatu gejala atau stimulus
misalnya, aktivitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding adalah partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.
3. Valuing. Merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai keyakinan atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen
4. Organization. Merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai dan konflik yang
satu dengan nilai yang lain agar mampu diselesaikan siswa dengan membangun sisten
nilai yang internal.
5. Characterization. Pada level ini siswa sudah memiliki sistem nilai yang mampu
mengendalikan perilaku menjadi pola hidupnya.