Anda di halaman 1dari 8

Modul 6

Konsep Penegakan Hukum di Indonesia

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Hukum
A. Pengertian Hukum Menurut Para Ahli
Menurut Prof. Dr, L.J. van Apeldoorn tidak mungkin memberi suatu
pengertian (definisi) untuk hukum.
Dalam “Het Adatrecht van Ned Indie” : “Hukum adalah suatu gejala dalam
pergaulan hidup yang bergolak terus menerus dalam keadaan bentur dan
membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya”, kemudian
beliau menambahkan : “Tidak mungkin memberi sesuatu definisi untuk
hukum, karena hubungan-hubungan anggota masyarakat yang diatur oleh
hukum ada 1001 macam”. Lemaire dalam bukunya Hukum di Indonesia (Het
recht in Indonesia) “Hukum banyak seginya serta meliputi segala lapangan
yang menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu definisi apa hukum
itu sebenarnya”.
Kisch. Mr. Dr. Dalam karangannya “Rectswetenscap” mengatakan bahwa
oleh karena hukum itu tidak dapat dilihat/ditangkap oleh pancaindra, maka
sukarlah untuk membuat suatu definisi tentang “hukum” yang memuaskan
umum.
Prof. Sudiran dalam “pengantar Tata Hukum di Indonesia” : “Hukum adalah
pikiran/anggapan orang tentang adil dan tidak adil mengenai hubungan
antarmanusia.
Grotius dalam “De lure Belli ac facis tahun 1625” : “Hukum adalah peraturan
tentang perbuatan moral yang menjamin keadilan”.
Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H dalam bukunya “Pengantar Hukum
Indonesia” mengatakan bahwa : “Hukum adalah pikiran atau anggapan orang
adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia”.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H LLM dalam bukunya “Hukum
Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional” mengatakan : “Hukum adalah
keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang
meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya
kaidah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat”.
J.C.T Simorangkir, S.H dan Woeryono Sastropranoto, S.H dalam bukunya
“Pelajaran Hukum Indonesia” mengemukakan : “Hukum itu ialah peraturan-
peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan
diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu”.
Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang hukum sebagai
pegangan : “Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau izin untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam
kehidupan masyarakat”.
“Hukum adalah peraturan-peraturan hidup = peraturan-peraturan yang
mengadakan tata tertib dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat
sehari-hari”.
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para sarjana
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum itu meliputi beberapa
unsur, yaitu sebagai berikut :
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
3. Peraturan itu bersifat memaksa;
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

B. Konsep Negaran Hukum Menurut Para Ahli


Negara yang berdasarkan atas nama hukum pada hakikatnya adalah suatu
“negara hukum” Negara hukum adalah negara yang berlandaskan hukum dan
keadilan bagi warganya.
Pengertian lain negara hukum secara umum dimana kekuasaannya dibatasi
oleh hukum dalam arti bahwa segala sikap, tingkah laku dan perbuatan baik
dilakukan oleh para warga negara harus berdasarkan atas hukum. Konsep
negara hukum menurut yang dikemukakan oleh Immanuel Kant, yaitu yang
dikenal sebagai negara hukum liberal atau negara hukum dalam arti kata
sempit yang diistilahkan dengan “nachtwakerstaat”. Merupakan “negara
hukum dalam arti kata sempit” karena pemerintah hanya bertugas membuat
dan mempertahankan hukum dengan maksud menjamin serta melindungi
kepentingan golongan yang disebut “menschen von besitz and bildung”,
yakni kaum berjuis liberal. Dan sebagai “nachtwakerstaat”, karena negara
hanya berfungsi seperti penjaga malam yang menjamin/menjaga keamanan
dalam sempit. Sedangkan negara hukum dalam arti sempit maksudnya bahwa
pemerintah hanya bertugas membuat dan mempertahankan hukum yang
bersifat dan menjaga keamanan dan keselamatan para warganya. Negara
bersifat pasif, tidak ada campur tangan dalam bidang ekonomi, negara hanya
menjaga keamanan supaya warganya tetap tenang dan aman. Negara
berfungsi sekedar penjaga yang dikenal dengan istilah Negara Penjaga malam
(nachtwakerstaat). Disebut pula negara hukum liberal karena karena
berdasarkan paham liberal yang menitikberatkan kepada individu atau
perseorangan.
Fungsi negara yang hanya sebagai penjaga malam sudah berubah dan
berkembang menjadi lebih luas dan aktif ikut campur dalam bidang ekonomi,
sosial, dan budaya. Konsepsi negara hukum yang demikian ini dikenal
dengan istilah “Negara Kesejahteraan” atau Welvaarstaat yang dikemukakan
oleh F.J Stahl.
Apabila timbul perselisihan antara pemerintah dan rakyat, akan diselesaikan
oleh suatu peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Baik Kant maupun
Stahl mempergunakan istilah “rechstaat” terhadap “negara hukum”
Lain pula konsep negara hukum menurut sistem Anglo Saxon yang dikenal
dengan “the rule of law” yang dikemukakan oleh A.V. Dicey.

C. Ciri-ciri dan Macam-macam Pembagian Hukum


Untuk dapat mengenal hukum itu, kita harus dapat mengenal ciri-ciri hukum,
yaitu sebagai berikut :
a. Adanya perintah dan/atau larangan;
b. Perintah dan/atau larangan itu harus ditaati oleh setiap orang.

Hukum dapat dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut beberapa asas
pembagian, sebagai berikut :
1. Menurut sumbernya
a. Hukum undang-undang yaitu hukum yang tercantum dalam
peraturan perundang-undangan;
b. Hukum kebiasaan (adat) yaitu hukum yang terletak didalam
peraturan-peraturan kebiasaan (adat);
c. Hukum traktat yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara
dalam suatu perjanjian antar negara;
d. Hukum yurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim.
2. Menurut bentuknya
a. Hukum tertulis yaitu hukum yang dicantumkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan;
b. Hukum tak tertulis yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan).
3. Menurut tempat berlakunya
a. Hukum nasional yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara;
b. Hukum Internasional yaitu hukum yang mengatur hukum dalam dunia
internasional;
c. Hukum asing yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain;
d. Hukum gereja yaitu yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan
oleh Gereja untuk para anggota-anggotanya.
4. Menurut waktu berlakunya
a. Ius Constitutum (hukum positif) yaitu hukum yang berlaku pada waktu
yang akan datang;
b. Ius Constituendum yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu
yang akan datang;
c. Hukum Asasi (hukum alam) yaitu hukum yang berlaku dimana-mana
dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
5. Menurut cara mempertahankan fungsinya
a. Hukum materiil = materieel recht = substantive law yaitu aturan
hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
jadi yang menentukan hak-hak dan kewajiban, memerintahkan dan
melarang berbagai perbuatan kepada orang-orang dalam masyarakat.
b. Hukum formil = formeel recht = hukum proses = adjective law, yaitu
aturan hukum yang mengatur cara bagaimana mempertahankan dan
melaksanakan aturan hukum materiil.
6. Menurut sifatnya atau daya kerjanya atau sanksinya
a. Hukum yang memaksa (dwigent recht) yaitu aturan hukum yang dalam
keadaan konkret tidak dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang
diadakan para pihak.
b. Hukum mengatur = hukum pelengkap = hukum penambah ialah
hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan oleh
perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak dapat menyelesaikan
soal mereka dengan membuat sendiri suatu peraturan maka peraturan
hukum yang tercantum dalam pasal yang bersangkutan, tidak perlu
dijalankan.
7. Sedangkan menurut isinya maka aturan hukum dapat dibagi menjadi :
a. Hukum public (public law) yaitu aturan hukum yang mengatur
kepentingan umum atau aturan hukum yang mengatur hubungan
antara negara dengan orang, negara dengan alat-alat
perlengkapannya, dan negara yang satu dengan negara yang lainnya.
b. Hukum privat (private law) atau hukum sipil yaitu aturan hukum
yang mengatur kepentingan perseorangan atau dapat dikatakan
sebagai aturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang lainnya.

D. Hukum Normatif-Hukum Ideal-Hukum Wajar


Rumusan-rumusan yang dikemukakan oleh Zinsheimer dalam bukunya
“Recht-sociologie” dengan mengadakan perbedaan-pernedaan sebagai berikut
:
1. Hukum normatif
Hukum yang nampak dalam peraturan perundang-undangan, tetapi toh
diindahkan/ditaati oleh masyarakat karena keyakinan bahwa peraturan
hidup itu sudah sewajarnya wajib ditaati.
2. Hukum ideal
Hukum ini ialah hukum yang dapat memenuhi perasaan keadilan semua
bangsa di seluruh dunia. Hukum ini adalah benar-benar objektif.
3. Hukum wajar
Hukum yang nampak sehari-hari menyimpang dari hukum normatif
(yang tercantum dalam peraturan perundangan) karena tidak diambil
tindakan oleh alat-alat kekuasaan pemerintah maka pelanggaran tersebut
lambat laun dianggap biasa oleh masyarakat.

Pengertian negara hukum yang merupakan penggabungan dari dua kata


“negara” dan “hukum” yang istilah asingnya “rechtsstaat” (Belanda).
Menurut Moh. Yamin, sh sejarah istilah negara “kata kembar negara hukum
yang kini menjadi istilah tetap hukum sudah dipakai secara resmi dalam
Konstitusi Indonesia meliputi dua patah kata yang sangat berlainan asal-
usulnya. Kata negara yang menjadi negara dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Sansekerta dan mulai di pakai sejak abad ke-5 dalam
ketatanegaraan Indonesia, awalnya untuk menamai negara tarum (taruma
negara) di bawah kepala negara purnawarman di Jawa Barat. Sedangkan kata
“hukum” berasal dari bahasa Arab dan masuk ke dalam bahasa Indonesia
sejak abad ke-12. Walaupun kata kembar negara hukum itu terbentuk dari dua
patah kata yang berasal dari dua bahasa peradaban, tetapi kata majemuk itu
mewujudkan satu makna pengertian tetap dan tertentu batas-batas isinya.
Berdasarkan pendapat Mr. Moh. Yamin di atas jelaslah bagi kita bahwa
istilah negara hukum berasal dari masing-masing kata “negara” dan “hukum”
yang digabungkan menjadi satu istilah dengan pengertian yang mengandung
makna tersendiri dan baku.
Prof Dr. Sudargo Gautama, SH. Mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur
dari negara hukum, yakni berikut ini:
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan;
2. Asasi legalitas;
3. Pemisahan kekuasaan.

Sementara Friedman melihat Negara Hukum dalam 2 arti, yaitu ;


1. Dalam arti formal di mana kekuasaan umum yang terorganisir (organize
punlic power) maksudnya setiap organisasi hukum atau organisasi negara
mempunyai hukum.
2. Dalam arti material (ideological sense) hukum atau undang-undang yang
bisa diukur atau dinilai apakah baik atau tidak baik, adil atau tidak adil.

Berdasarkan pendapat Friedman di atas dapat kita bagi 2 golongan, yaitu :


1. Negara hukum dalam arti sempit;
2. Negara hukum dalam arti luas.

Negara dalam arti sempit diartikan negara berfungsi sekedar penjaga atau
dikenal dengan sebutan Negara penjaga malam. Menurut ajaran ini ada dua
unsur penting negara hukum yang dikemukakan oleh Kant adalah sebagai
berikut ;
1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
2. Pemisahan kekuasaan.

Konsepsi negara hukum yang dikemukakan oleh F. J. Stahl adalah “Negara


Kesejahteraan” atau Welvaarstaat (Belanda), Social Service State (Inggris).
Beliau mengatakan sebagai elemen dari negara hukum, antara lain :
1. Adanya jaminan atau hak dasar manusia;
2. Adanya pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan hukum;
4. Adanya peradilan administrasi negara.

Sementara A.V. Dicey yang menganut sistem Anglo Saxon yaitu “the rule of
law” konsep negara hukum menurutnya mengandung 3 unsur penting :
1. Supremacy of law;
2. Equality before the law;
3. Human right.

Selanjutnya oleh para jurist Asia Tenggara dan Pasifik seperti tercantum
dalam buku “The Dynamics Aspect of the rule of law in the Modern Age”,
dikemukakan syarat rule of law sebagai berikut :
1. Perlindungan konstitutional;
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
4. Pemilihan umum yang bebas;
5. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;
6. Pendidikan civic (kewarganegaraan).

Anda mungkin juga menyukai