Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan

Vol 8, No. 2, Oktober 2019


e-ISSN 2620-9209

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN


PENDEKATAN KIRKPATRICK

Rabukit Damanik
Dosen STKIP Budi Daya Binjai

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) makin tinggi penguasaan kompetensi pedagogik
guru maka makin tinggi pula tingkat penguasaan reaksi siswa, belajar siswa, perilaku siswa, dan hasilnya; (2)
makin tinggi penguasaan kompetensi profesional guru maka makin tinggi pula tingkat penguasaan reaksi
siswa, belajar siswa, perilaku siswa, dan hasilnya. (3) makin tinggi penguasaan kompetensi pedagogik guru
dan professional guru secara bersama-sama maka makin tinggi pula tingkat penguasaan reaksi siswa, belajar
siswa, perilaku siswa, dan hasilnya. Metode penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan desain penelitian
expost facto. Tujuan penelitian evaluasi adalah untuk mengukur efek program, yang dimaksudkan untuk
memperbaiki program atau mengembangkan program yang akan datang, sebagai pranata untuk membuat
keputusan yang akan datang tentang program tersebut. Populasi penelitian ini adalah guru dan siswa SMA
Sub Rayon 3 Kota Medan, sebanyak 258 orang siswa dan 14 orang guru pada mata pelajaran matematika.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah kuesioner skala Likert. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) makin tinggi penguasaan kompetensi pedagogic guru maka makin tinggi pula
tingkat penguasaan reaksi siswa, belajar siswa, perilaku siswa, dan hasilnya; (2) bila ubahan kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional dikendalikan maka tingkat penguasaan reaksi dan perilaku yang
signifikan sedangkan belajar dan hasil tidak signifikan; dan (3) ubahan kanonis bebas (kompetensi pedagogic
dan kompetensi professional berpengaruh terhadap reaksi (dengan muatan kanonis 0,99), terhadap belajar
(dengan muatan kanonis 0,09), terhadap perilaku (dengan muatan kanonis 0,59), dan terhadap hasil (dengan
muatan kanonis 0,19).

Kata Kunci : Evaluasi Program, Pembelajaran Matematika, dan Kirkpatrick

A. Pendahuluan mutu pendidikan dapat menghambat penyediaan


Masalah pendidikan di Indonesia saat ini sumber daya manusia yang mempunyai keahlian
masih seputar rendahnya kualitas, relevansi, dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan
efisiensi dan produktifitas serta efektifitas. bangsa di berbagai bidang. Penyebab rendahnya
Penyebabnya adalah: (1) ketersediaan pendidik dan mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah
tenaga kependidikan yang belum memadai baik masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi
secara kuantitas maupun kualitas, (2) kesejahteraan pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah
pendidik yang belum memadai, (3) sarana dan pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun
prasarana yang kurang dan belum didayagunakan permasalahan khusus dalam dunia pendidikan
secara optimal, (4) biaya pendidikan yang belum yaitu: (1) rendahnya sarana fisik, (2) rendahnya
memadai untuk menunjang mutu pembelajaran. kualitas guru, (3) rendahnya kesejahteraan guru, (4)
Masalah lain yang serius dalam peningkatan mutu rendahnya prestasi siswa, (5) rendahnya
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu kesempatan pemerataan pendidikan, (6) rendahnya
pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan (7)
pendidikan formal maupun informal. Rendahnya mahalnya biaya pendidikan http:
28
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

//uses.wordpress.com /kualitas-pendidikan-di- menggembirakan. Seperti yang diungkapkan


indonesia. Sujono (1988:81) dalam bukunya: “.......ternyata
Kondisi tersebut menyebabkan sebagian banyak orang takut terhadap matematika dan sejauh
masyarakat menjadi pesimis terhadap sekolah. Ada mungkin berusaha menghindari bilangan-bilangan”.
anggapan bahwa pendidikan tidak lagi mampu Sejalan dengan itu Ruseffendi (2001:15) juga
menciptakan mobilitas sosial mereka secara menemukakan bahwa: “Pelajaran matematika dan
vertikal, karena sekolah tidak menjanjikan ilmu pasti tersebut bagi anak-anak pada umumnya
pekerjaan yang layak. Sekolah kurang menjamin merupakan pelajaran yang tidak disenangi kalau
masa depan anak yang lebih baik. Pengertian mutu bukan yang paling dibenci”. Mereka menganggap
secara umum adalah gambaran dan karakteristik matematika sebagai pelajaran sulit, tidak
yang menyeluruh dari barang-barang dan jasa yang menyenangkan dan menakutkan.
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan Dalam hal ini Andi Hakim juga
kebutuhan yang ditentukan dalam konteks mengatakan “ada guru yang menggunakan soal
pendidikan. Pengertian mutu mencakup Input, matematika untuk menghukum muridnya yang
proses dan output pendidikan (Depdiknas Buku 1 nakal. Lebih celaka lagi, sebagaian masyarakat pun
MPMBS, 2001:25). tidak memberikan apresiasi yang positif terhadap
Gambaran pendidikan dilihat dari teori pelajaran matematika”. Anggapan dan kondisi
pendidikan secara faktual adalah aktivitas seperti ini belum berubah hingga saat ini.
sekelompok orang atau guru yang melaksanakan (http;//www.15.Brinkster.com/Smun21/mainshowf
kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda dan ull.asp?id:83). Bahkan anggapan tentang sulitnya
secara perspektif memberi petunujk bahwa mata pelajaran matematika kelihatannya semakin
pendidikan adalah muatan, arahan, pilihan yang dipertegas dengan munculnya peraturan baru dari
telah ditetapkan sebagai wahana pengembangan pemerintah akhir-akhir ini yang menetapkan bahwa
masa depan anak didik yang tidak terlepas dari mata pelajaran matematika ini merupakan salah
keharusan kontrol manusia. Pemahaman mengenai satu penentu lulus atau tidak lulusnya siswa dalam
pendidikan mengacu pada konsep tersebut satu jenjang pendidikan dengan standar kelulusan
menggambarkan bahwa pendidikan seperti sifat yang ditetapkan oleh pemerintah melalui
sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak Mendiknas (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifat Walaupun usaha perbaikan dari segala
yang demikian kompleks itu, maka tidak suatu segi yang menyangkut pendidikan matematika telah
batasan pun yang cukup memadai untuk dilakukan secara terus menerus, namun di sana sini
menjelaskan arti pendidikan secara lengkap masih terdapat hambatan-hambatan serta
(Sagala, 2005:4-5). Pendidikan ialah segala kekurangan maupun kegagalan. Hal yang paling
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala memprihatinkan yang dapat langsung di lihat
lingkungan dan sepanjang hayat serta pendidikan adalah mutu pendidikan matematika yang belum
dapat diartikan sebagai pengajaran yang mencapai hasil yang diharapkan. Nilai rata-rata
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga matematika siswa di sekolah sangat rendah dan
pendidikan formal (Mudyahardjo, 2001:3). masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai
Matematika memiliki karakteristik yaitu mata pelajaran lainnya (Karnasih dalam Sianipar,
mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat 2001:2). Menurut Suherman dan Winatapura
abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami (1993:120) menyatakan bahwa matematika itu
kesulitan dalam matematika. Kesulitan tersebut bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
jelas terlihat dari rata-rata nilai matematika yang sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan mata matematika itu terutama untuk membantu manusia
pelajaran lainnya. Secara Nasional maupun dalam memahami dan menguasai permasalahan
Internasional prestasi matematika siswa belum sosial, ekonomi dan alam.
29
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

Hutauruk (2000:1) menyatakan (terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio


matematika merupakan salah satu puncak visual juga komputer) serta prosedur (meliputi:
kegemilangan intelektual. Disamping sebagai ilmu, jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
matematika juga memberikan bahasa, proses dan belajar, ujian dan sebagainya) yang saling
teori perhitungan matematika yang menjadi dasar mempengaruhi dalam pencapaian tujuan
bagi desain ilmu teknik. Bahkan jatuh bangunnya pembelajaran. Dari semua faktor tersebut yang
suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan memegang peranan adalah guru. Ada tiga fungsi
di bidang matematika tersebut. Selain itu yang dapat diperankan guru dalam mengajar yakni
matematika juga mempunyai peran yang sangat sebagai perancang, pengelola, sebagai evaluator
dominan dalam mencerdaskan siswa dengan jalan pendidikan, kemampuan guru dalam memahami
mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, fungsi kurikulum dan prinsip-prinsip PBM masih
analitis dan sistematis seperti yang dikemukakan kurang (Suyanto, 1999:15). Masih banyak guru-
oleh beberapa ahli matematika (Soedjadi, 1999:7). guru yang belum menguasai proses belajar
Rendahnya hasil belajar matematika siswa mengajar (Wardiman, 1996:23).
disebabkan oleh 2 faktor yaitu: (1) Faktor Intern Guru adalah adalah seorang pengajar
(faktor dalam diri siswa) yang meliputi gangguan suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru
atau ketidakmampuan psiko-fisik seperti: umumnya merujuk pendidik profesional dengan
intelektual/intelegensi siswa rendah, kelabilan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
emosi dan sikap juga gangguan alat penglihatan dan mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
pendengaran, (2) Faktor Ekstern (faktor dari luar peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar
diri siswa seperti: situasi dan kondisi lingkungan pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau
yang tidak mendukung, ekonomi keluarga yang pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
rendah, kondisi guru dan alat-alat belajar yang pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus
berkualitas rendah, teman sepermainan yang nakal mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam
dan letak gedung yang buruk (Syah, 2003:183). definisi yang lebih luas, setiap orang yang
Menurut Muljani dalam Pasaribu (2005:5) mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga
mengemukakan berdasarkan penelitian di berbagai dianggap seorang guru (http:
negara menunjukkan faktor yang mempengaruhi //umnifkipunisma.blogspot.com
mutu hasil pendidikan secara signifikan adalah /2009/06/Pengertian.guru.html).
antara lain guru, buku, laboratorium dan Guru adalah figur pemimpin yang dalam
manajemen. Sedangkan Rezeki (2004:2) batas-batas tertentu dapat mengendalikan para
mengemukakan sebab-sebab lulusan kurang siswanya, dia seorang arsitek yang berusaha
bermutu atau belum memenuhi harapan adalah (1) membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru juga
input yang kurang baik kualitasnya, (2) guru dan memiliki peluang menentukan untuk membangun
personal yang kurang tepat, (3) materi yang tidak sikap hidup atau kepribadian anak didiknya
atau kurang cocok, (4) metode mengajar dan sistem sehingga dapat berguna bagi diri dan keluarganya
evaluasi yang kurang memadai, (5) kurangnya kelak. Guru bekerja melaksanakan tugas
sarana pendukung, dan (6) sistem administrasi yang profesional kependidikan tidak karena takut pada
kurang tepat. pimpinannya, tetapi karena panggilan tugas
Hamalik (2001:57) ada lima komponen profesionalnya. Guru mendidik para siswanya juga
utama yang berperan dalam proses pembelajaran atas panggilan tugas profesional kependidikan,
yaitu unsur-unsur manusiawi (terdiri dari: siswa, sehingga siswa tersebut hendaknya juga bermanfaat
guru, dan tenaga lainnya misalnya tenaga bagi agama, negara, bangsa dan masyarakat
laboratorium), material (meliputi: buku-buku, lingkungannya (Sagala, dan Anwar, 2006:110).
papan tulis dan kapur, fotografi, slide, dan film, Ada beberapa faktor yang meyebabkan
audio dan audio tape), fasilitas dan perlengkapan guru kurang menguasai proses belajar mengajar
30
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

tersebut. Kebanyakan guru mengalami kesulitan maka dapat dikatakan bahwa siswa adalah
dalam: (1) perencanaan pembelajaran meliputi: komponen terpenting di antara komponen lainnya
merumuskan TPK yang lengkap, merumuskan TPK (Hamalik, 2009:99). Hubungan guru dengan siswa
yang mengacu pada TPU dan GBPP, di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor
mempertimbangkan antara waktu yang disediakan yang sangat menentukan. Bagaimanapun
dengan GBPP dengan materi dan sebagainya; (2) sempurnanya metode yang digunakan, namun jika
pelaksanaan pembelajaran meliputi: menyediakan hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang
alat bantu/media pembelajaran, mendorong peserta tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu
didik untuk berpendapat berbeda, mendorong keluaran yang tidak diinginkan (Sardiman,
terjadinya multi arah dan sebagainya PPIN-Batan 2001:145).
Digital Library, (online), (http://jiptumm/gdl). Sarana dan prasarana pendidikan adalah
Kompetensi yang dibutuhkan agar guru peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
mampu melaksanakan pembelajaran (khusus mata dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
pelajaran matematika) diperlukan 4 kompetensi khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung,
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media
profesional, kompetensi kepribadian, dan pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan
kompetensi profesional. Hal ini Sejalan dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak
Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang langsung menunjang jalannya proses pendidikan
guru dan dosen, menuntut peningkatan kualitas atau pengajaran (Hafiz, 1999:21). Sarana dan
penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan
peningkatan profesionalisme guru. Guru sekolah yang bersih, indah sehingga menciptakan
profesional harus memiliki kualifikasi akademik, kondisi yang menyenangkan baik bagi guru
kompetensi, dan sertifikat pendidik. Menurut Alma maupun siswa untuk berada disekolah. Disamping
(2008:17) seorang guru profesional, memiliki itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau
kemampuan atau kompetensi yaitu seperangkat fasilitas belajar yang memadai serta kuantitatif,
kemampuan sehingga dapat mewujudkan kinerja kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat
profesionalnya. Kemampuan yang perlu dimilki dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan
guru dalam melaksakan tugas pokoknya ialah: (1) proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru
kompetensi pedagogik untuk mengelola sebagai pengajar maupun siswa-siswa sebagai
pembelajaran. Ini mencakup konsep kesiapan pelajar (Mulyasa dalam Muhammad, 2007:65).
mengajar yang ditunjukkan dengan penguasaan Pembelajaran pada hakekatnya adalah
pengetahuan dan keterampilan mengajar; (2) proses interaksi antara peserta didik dengan
kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan yang lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku
stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut
dan berakhlak mulia; (3) kompetensi profesional banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran faktor internal yang datang dari dalam diri individu,
secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik maupun faktor eksternal yang datang dari
mengajar yang sesuai dan dipahami oleh murid, lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang
mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan paling utama adalah mengkondisikan. Pembelajaran
keraguan; (4) kompetensi sosial yaitu kemampuan merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
efektif dengan lingkungan sekolah dan di luar sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
lingkungan sekolah. murid (Sagala, 2005:61). Pembelajaran pada
Siswa adalah salah satu komponen dalam hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen
31
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik keterampilan, dan sikap tentang matematika itu
(Mulyasa, 2007:255). sendiri (Hujodo, 1988:5).
Menurut Ambarita (2004) yang Ada tiga hal di dalam suatu program
disampaikan dalam seminar nasional dan pembelajaran dapat ajarkan: pengetahuan,
workshop pendidikan matematika mengatakan: ketrampilan, dan sikap. Mengukur pembelajaran,
Pembelajaran matematika adalah usaha membantu oleh karenanya, bermakna menentukan satu atau
siswa mengonstruksikan pengetahuan melalui lebih yang berikut: (1) pengetahuan apa yang telah
proses yang dimulai dari pengalaman, dimana siswa dipelajari?, (2) ketrampilan apa yang telah
harus aktif berinteraksi dengan lingkungan dikembangkan atau ditingkatkan?, (3) sikap apa
belajarnya sehingga dapat membantu siswa yang telah diubah? Adalah penting untuk
memperoleh pemahaman yang lebih tinggi. mengukur pembelajaran sebab tidak ada perubahan
Pembelajaran matematika lebih efektif bila di dalam perilaku dapat diharapkan kecuali jika satu
menerapkan pembelajaran bermakna. Dalam atau lebih sasaran pembelajaran ini telah terpenuhi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi, ada beberapa Lebih dari itu, jika gurulah yang mengukur
fungsi pembelajaran matematika SMA yang tertulis perubahan perilaku (tingkat 3) dan tidak belajar dan
yaitu: (a) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam jika guru tidak menemukan perubahan apapun di
menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan dalam perilaku, mungkin kesimpulannya adalah
penyelidikan, ekplorasi, eksperimen, menunjukkan bahwa tidak ada pembelajaran yang terjadi.
kesamaan, perbedaan dan inkonsistensi; (b) Kesimpulan ini mungkin sangat salah. Alasan
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan mengapa tidak ada perubahan di dalam perilaku
imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan telah diamati mungkin bahwa iklim sedang
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa mencegah atau menakut-nakuti. Di dalam situasi
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta ini, pembelajaran mungkin telah berlangsung, dan
mencoba-coba; (c) Mengembangkan kemampuan siswa bahkan telah bersemangat untuk merubah
memecahkan masalah; dan (d)Mengembangkan perilakunya. Tetapi sebab gurunya mencegah
kemampuan menyampaikan informasi atau ataupun menakut-nakuti siswa itu dari menerapkan
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembelajarannya, tidak ada perubahan di dalam
pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam perilaku yang terjadi. Mengevaluasi pembelajaran
menjelaskan gagasan. (Depdiknas, 2003:1). adalah penting. Tanpa belajar, tidak ada perubahan
Guru matematika adalah pelaku utama dalam sikap akan terjadi. Kadang-kadang, sasaran
dalam setiap aktivitas pembelajaran di sekolah. pembelajaran adalah untuk meningkatkan
Berhasil tidaknya pembelajaran matematika di pengetahuan. Meningkatnya pengetahuan relatif
kelas, sangat berkaitan dengan kualitas guru mudah untuk diukur dengan cara test yang
tersebut. Menyadari hal itu, maka penguasaan berhubungan dengan isi program yang diajarkan
materi matematika dan cara penyampaiannya guru sebelum dan sesudah pembelajaran. Jika
merupakan syarat yang tidak dapat ditawar lagi pengetahuannya baru, tidak perlu ada pretest lagi.
bagi guru matematika. Seorang guru yang tidak Tetapi jika guru sedang mengajarkan konsep,
menguasai materi matematika yang akan diajarkan, prinsip dan teknik yang mungkin yang telah
tidak mungkin dapat mengajar matematika dengan diketahui siswa, suatu pretest adalah penting bagi
baik (Slamet, 2007:4). Mengajar matematika adalah guru untuk bahan perbandingan (Kirkpatrick,
suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan 1994:42).
pengetahuan atau pengalaman yang dimilikinya Menurut Kirkpatrick (1959) evaluasi
kepada peserta didik. Mengajar matematika didefinisikan sebagai kegiatan untuk menentukan
merupakan suatu kegiatan agar siswa belajar untuk tingkat efektifitas suatu program pelatihan. Dalam
mendapatkan matematika yaitu kemampuan, model Kirkpatrick, evaluasi dilakukan melalui
empat tahap evaluasi atau kategori. Tahap ini
32
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

adalah: (1) reaction adalah evaluasi untuk adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.
mengetahui tingkat kepuasan peserta terhadap (g) pemberian latihan atau tugas. Indikatornya
pelaksanaan suatu pelatihan; (2) learning adalah adalah peserta diberikan soal. (h) studi kasus.
evaluasi untuk mengukur tingkat tambahan Indikatornya adalah memberikan kasus kepada
pengetahuan, ketrampilan maupun perubahan sikap peserta untuk dipecahkan. (i) handouts. Dalam
peserta setelah mengikuti pelatihan; (3) behavior komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah
adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat handouts yang diperoleh, apakah membantu atau
perubahan perilaku kerja peserta pelatihan setelah tidak, (2) Pembelajaran. Pada level evaluasi ini
kembali ke lingkungan kerjanya; dan (4) result; untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta
adalah evaluasi untuk mengetahui dampak program pelatihan pada materi pelatihan yang telah
perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari
tingkat produktifitas organisasi. program pelatihan yang diikuti para peserta dalam
Penerapan model evaluasi empat level hal peningkatan knowledge, skill dan attitude
dari Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan.
dengan persyaratan yang diperlukan sebagai Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa
berikut. (1) Reaksi. Evaluasi reaksi ini sama halnya evaluasi pembelajaran ini untuk mengetahui
dengan mengukur tingkat kepuasan peserta peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk yang diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena
dalam level reaksi ini merupakan acuan untuk itu diperlukan tes guna utnuk mengetahui
dijadikan ukuran. Komponen-komponen tersebut kesungguhan apakah para peserta megikuti dan
indikatornya adalah: (a) instruktur/ pelatih. Dalam memperhatikan materi pelatihan yang diberikan.
komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan
yang dapat diukur, disebut juga dengan indikator. membandingkan hasil dari pengukuran sebelum
Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah
pelatih dengan bidang materi, kemampuan pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap
komunikasi dan keterampilan pelatih dalam peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian
mengikutsertakan peserta pelatihan untuk rupa sehingga mencakup semua isi materi dari
berpartisipasi. (b) fasilitas pelatihan. Dalam pelatihan. (3) Perilaku. Pada level ini, diharapkan
komponen ini, yang termasuk dalam indikator- setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan
indikatornya adalah ruang kelas, pengaturan suhu di tingkah laku peserta (karyawan) dalam melakukan
dalam ruangan dan bahan dan alat yang digunakan. pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah
(c) jadwal pelatihan. Yang termasuk indikator- pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai
indikator dalam komponen ini adalah ketepatan dampak dari program pelatihan, benar-benar
waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam perilaku
pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar. kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan
(d) media pelatihan. Dalam komponen ini, terhadap peningkatan kinerja/ kompetensi di unit
indikator-indikatornya adalah kesesuaian media kerjanya masing-masing, (4) Hasil. Mengukur
dengan bidang materi yang akan diajarkan yang hasil dari training terhadap keuntungan perusahaan
mampu berkomunikasi dengan peserta dan (profitability), produktifitas, kualitas kerja,
menyokong instruktur/ pelatihan dalam penjualan, turnover dan pengeluaran (expenses),
memberikan materi pelatihan. (e) materi Pelatihan. hanya sekitar 7% organisasi yang menerapkan cara
Yang termasuk indikator dalam komponen ini ini. Reaksi, didefinisikan sebagai bagaimana
adalah kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, tanggapan peserta terhadap program training
kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang tersebut. Pembelajaran, suatu tingkatan dimana
diselenggarakan. (f) konsumsi selama pelatihan peserta secara tertulis diuji untuk dapat mengetahui
berlangsung. Yang termasuk indikator di dalamnya sejauh mana materi training telah diterima oleh
33
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

mereka. Perilaku, ditujukan untuk mengukur akan datang tentang program tersebut. Kriteria
perubahan sikap kerja dalam kegiatan sehari-hari. yang digunakan dalam penelitian seperti ini adalah
Hasil digunakan untuk mengetahui seberapa besar bersifat isomorphisme yaitu membendingkan hasil
program pelatihan berpengaruh terhadap kinerja yang diharapkan (kriteria) dengan hasil yang
perusahaan. Hasil akhir tersebut meliputi, diperoleh. Pendekatan analisis yang digunakan
peningkatan hasil produksi dan kualitas, penurunan adalah analisis kanonikal.
harga, peningkatan penjualan. Tujuan dari Populasi dalam penelitian ini adalah
pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk Populasi penelitian evaluasi ini adalah guru dan
menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja siswa SMA Rayon 3 Medan yang berjumlah 47
atau organisasi secara keseluruhan. Sasaran orang guru dan 6161 orang siswa. sedangkan
pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang sampel berjumlah 14 orang guru dan 258 orang
nyata yang akan disumbangkan kepada perusahaan siswa. Subjek guru dimaksudkan untuk mengetahui
sebagai pihak yang berkepentingan. Walaupun pengaruh kompetensi pedagogik dan kompetensi
tidak memberikan hasil yang nyata bagi perusahan profesional. Subjek siswa dimaksudkan untuk
dalam jangka pendek, bukan berarti program mengetahui respon siswa, yaitu: (1) reaksi, (2)
pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan belajar, (3) perilaku, dan (4) hasil.
berbagai faktor yang mempengaruhi hal tersebut, Analisa data dilakukan dengan metode
dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera deskriptif dan korelasional. Metode deskriptif
diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula dimaksudkan untuk menggambarkan situasi yang
sesegera mungkin diperbaiki. diajukan masalah penelitian secara sistematis,
Kirkpatrick (1994:131) menggunakan metode korelasional dimaksudkan untuk meneliti
suatu proses yang sistematis untuk dan member gambaran sejauhmana variasi yang
mengevaluasi pelatihan di semua level. Proses terjadi pada suatu factor berhubungan dengan
tersebut berisi langkah-langkah khusus dan kriteria variasi factor lainnya. Metode korelasional yang
untuk diikuti ketika melakukan suatu studi evaluasi. digunakan adalah metode statistik ketergantungan
Ini adalah suatu petunjuk yang dilengkapi dengan (dependent methods). Metode ini dimaksudkan
spesifikasi proses dan contoh yang membantu untuk menetnukan apakah variabel bebas
pengguna untuk merencanakan, mengembangkan, mempengaruhi variabel terikat secara individual
mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan dan/atau secara bersama-sama (Hair dalam
berbagai tipe data evaluasi di semua level. Ini Sumarno, 2007:144). Metode statistik
cukup pliksibel untuk menuntun kita melalui ketergantungan yang digunakan dalam penelitian
analisis deskriptif sederhana dan cukup rinci untuk ini mencakup : multivariate analysis of variance
membimbing kita melalui studi komparatif dan (MANOVA), dan korelasi kanonis (canonical
korelasi kausal. Berdasarkan latar belakang correlation). Untuk analisis MANOVA dan
permasalahan di atas maka penulis menganggap korelasi kanonis dilakukan dengan bantuan
penting membuat penelitian dengan judul ”Evaluasi kompeter program SPSS 16.0 for windows.
Program Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Kirkpatrick”. C. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
B. Metode Penelitian Hasil penelitian menunjukkan kompetensi
Penelitian ini termasuk evaluasi program pedagogik dan kompetensi profesional guru mata
dengan pendekatan Kirkpatrick, tujuan penelitian pelajaran matematika di SMA Rayon 3 Kota Medan
evaluasi adalah untuk mengukur efek program, termasuk dalam kategori cukup, ini menunjukkan
yang dimaksudkan untuk memperbaiki program bahwa ukuran keberhasilan (in school success
atau mengembangkan program yang akan datang, standard) yang dicapai oleh siswa SMA Rayon 3
sebagai pranata untuk membuat keputusan yang Kota Medan dalam hal reaksi, belajar, perilaku dan
34
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

hasil cukup memadai. Kompetensi profesional di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu, untuk
berkaitan dengan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mampu membangkitkan motivasi peserta didik
mendalam, diisamping itu kompetensi professional sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
juga dapa diukur dengan pengetahuan, Kemampuan belajar yang mencakup
keterampilan, dan sikap. Menurut Sanjaya keterampilan pengetahuan (acquisition of
(2008:52) guru adalah komponen yang sangat knowledge), dan kecakapan sikap atau perilaku
mentukan dalam implemetasi suatu strategi. (attitude skill) termasuk komponen yang paling
Diyakini setiap guru akan memiliki pengalaman, tidak dikuasai. Sedangkan perilaku yang mencakup
pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pengembangan pengetahuan, pengembangan
pandangan yang berbeda dalam mengajar. Artinya keterampilan (skill), dan sikap bekerjasama
kompetensi guru sangat berpengaruh terhadap, (attitude of teamwork) termasuk dalam kategori
belajar, perilaku dan hasil, ini sejalan dengan cukup. Temuan penelitian menunjukkan bahwa
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa
tentang StandarNasional Pendidikan,7 Pasal 28 dalam hal keterampilan pengetahuan dan kecakapan
dinyatakan bahwa : Pendidik harus sikap masih perlu ditingkatkan. Hal ini sejalan
memilikikualifikasi akademik dan kompetensi dengan konsep Ring (1993) mengenai fungsi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan mengajar yaitu agar guru terfokus pada “tujuan”
rohani, serta memiliki kemampuan untuk perilaku yang ditampilkannya pada saat mengajar
mewujudkan tujuan pendidikan daripada hanya sekedar terpokus pada “perilaku”
nasional.Kualifikasi akademik adalah tingkat mengajarnya itu sendiri. Walaupun para guru
pendidikan minimal yang harus dipenuhi memiliki kebebasan untuk memilih dan
olehseorang pendidik yang dibuktikan dengan menggunakan berbagai teknik dan keterampilan
ijazah dan/atau sertifikat keahlian yangrelevan mengajar, kriteria dan prinsip efektivitas
sesuai ketentuan perundang-undangan yang pembelajaran yang sifatnya umum masih tetap bisa
berlaku. Kompetensi sebagaiagen pembelajaran dibuat, misalnya: penyampaian tugas gerak yang
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah baik membuahkan siswa memahami cara
meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi melakukannya demikian juga tujuannya. Hal ini
kepribadian, kompetensi profesional, perlu diketahui oleh setiap guru sebagai alat untuk
dankompetensi sosial mengevaluasi efektivitas proses pembelajaran yang
Dari keempat komponen (reaksi, belajar, dilakukannya. Demikian juga berbagai teknik dan
perilaku, dan hasil) dalam hal mengikuti keterampilan mengajar perlu diketahui dan dimiliki
pembelajar, siswa SMA Rayon 3 Kota Medan para guru agar dapat diterapkan dan disesuaikan
untuk komponen reaksi dan perilaku termasuk dengan konteks tempat mereka mengajar.
dalam kategori menguasai. Dengan reaksi yang Hasil penelitian ini juga dikuatkan
dimilikinya dimungkinkan dapat melakukan pernyataan (Tim Pengajar Unimed, 2002:100)
sesuatu tugas pembelajaran yang dibebankan Pembelajaran adalah suatu kegiatan atau aktivitas
kepadanya; karena reaksi mencakup kepuasan untuk menciptakan suatu kondisi yang
siswa selama mengikuti pembelajaran (leaner memungkinkan terjadinya atau berlangsungnya
satisfaction), dan motivasi (motivation) dapat belajar. Dalam suatu pengajaran, belajar dikatakan
dikuasai. Temuan penelitian dikuatkan oleh belajar telah terjadi perubahan-perubahan dalam
pendapat Tu’u, Tulus (2003) kekurangan atau diri siswa, baik dalam pengetahuan, sikap dan
ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal keterampilan (Tim Pengajar Unimed, 2002:100). Di
maupun yang bersifat eksternal akan menyebabkan samping itu kondisi sekolah dan siswa juga ikut
kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan mempengaruhi belajar siswa, seperti: motivasi
proses pembelajaran materi-materi pelajaran, baik siswa termasuk rendah, kondisi sarana yang kurang
35
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

memadai terutama di SMA swasta. Dengan kondisi diterminasi pribadi dan diterminasi-diterminasi
seperti ini dapat mengakibatkan motivasi untuk lingkungan
belajar belum memuaskan. Menurut Merson U Dengan demikian untuk mengembangkan
Sangalang, 2004 ( faktor-faktor yang belajar dan hasil diperlukan adanya kemauan,
mempengaruhi prestasi belajar tersebut terdiri dari kerjasama dan kesadaran dari siswa sendiri, guru,
kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motivasi, serta perangkat sekolah lainnya. Belajar dan hasil
kesehatan, cara belajar, disiplin, lingkungan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan etos
keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah, dan kerja siswa, dan pengembangan diri. Proses self
sarana pendukung. control seperti self instruction, imagery, attention
Hasil deskripsi terhadap kompetensi focusing, dan task strategies, membantu siswa
pedagogik termasuk dalam katagori baik dan menfokuskan pada tugas yang dihadapinya dan
kompetensi profesional katagori kurang, maka guru mengoptimalkan usaha untuk mencapai tujuan
di SMA Rayon 3 Kota Medan perlu meningkatkan yangtelah ditetapkannya. Salah satu perilaku yang
kemampuannya dalam hal kompetensi profesional dapat diamati pada saat seseorang sedang berada di
agar dapat meningkatkan kemampuan siswanya. fase ini adalah saat anak mencoba untuk
Sedangkan reaksi, belajar, perilaku dan hasil juga memecahkan persoalan matematika, anak
dalam katagori kurang, ini disebabkan oleh masik memperlihatkan verbalisasi dalam mengingat
belum maksimalnya kompetensi profesional guru. rumus-rumus matematika (self instruction),
Artinya Keberadaan guru yang bermutu merupakan mencoba untuk membentuk suatu gambaran mental
syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik secara utuh misalnya dengan cara melakukan
pendidikan yang berkualitas yang pada akhirnya proses encoding (imagery) ataupun mencoba
akan meningkatkan kemmapuan siswa dalam hal berbagai teknik untuk melatih konsentrasi agar
reaksi, belajar, perilaku dan hasil. Menurut Alma dapat dengan mudah menghapalkan rumus-rumus
(2008:17) seorang guru profesional, memiliki matematika tersebut (attention focusing) //www.
kemampuan atau kompetensi yaitu seperangkat bpkpenabur.or.id /files /2010 /).
kemampuan sehingga dapat mewujudkan kinerja Dilihat dari tes signifikansi multivariate
profesionalnya. Sedangkan hasil penelitian analisis korelasi kanonis menunjukkan bahwa
Suherman, 2007 dan Rink, 2002 menunjukkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional
bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar berkorelasi dengan tingkat penguasaan reaksi,
terhadap efektivitas pembelajaran dan pada belajar, perilaku, dan hasil secara bersama-sama.
gilirannya mempengaruhi prestasi anak didik. Hasil menunjukkan bahwa makin tinggi
Sementara temuan penelitian penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi
menunjukkan ada perbedaan signifikan tingkat profesional guru di SMA Rayon 3 Kota Medan
penguasaan reaksi dan perilaku dengan belajar dan maka makin tinggi pula reaksi, belajar, perilaku,
hasil, ini menunjukkan bahwa belajar dan hasil dan hasil. Namun demikan dilihat dari muatan
dapat dipelajari dan dikembangkan. Dalam proses kanonis, hanya ubahan kompetensi professional
belajar/pengembangan belajar dan hasil tidak saja yang berkaitan erat dengan ubahan reaksi
semata-mata tergantung pada guru dan proses (muatan kanonis = 0,999) dan perilaku (muatan
pembelajaran di sekolah, tetapi juga tergantung kanonis = 0,595).
pada diri siswa. Menurut teori belajar social yang Temuan penelitian ini menunjukkan
dikembangkan oleh Bandura (Sumarno, 2007: 303) bahwa dari keempat komponen (reaksi, belajar,
manusia tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan perilaku, dan hasil), komponen yang berkembang
dalam, dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus- seiring dengan tingginya kompetensi profesional
stimulus lingkungan, tetapi merupakan interaksi guru dalah rekasi dan perilaku. Sedangkan
yang kontinu dan timbale balik dari diterminasi- komponen belajar dan hasil yang diperlukan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa masih kurang
36
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

muatan kanonisnya, hal seperti ini dapat professional, menunjukkan bahwa tidak
mengakibatkan prestasi belajar siswa kurang terdapat perbedaan antara tingkat penguasaan
meningkat. Menurut Hamalik (1995:159) “Prestasi reaksi yang dibutuhkan dengan reaksi yang
belajar merupakan tingkat hasil belajar yang dikuasai siswa SMA Rayon 3 Kota Medan
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
secara umum.
belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
Saran-saran yang disampaikan sehubungan
yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut
dengan temuan penelitian ini adalah sebagai
Abdurrohman (1999:37) prestasi belajar adalah
berikut: Kepala Dinas Pendidikan Pemko
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.
Medan beserta jajaran yang terkait lainnya
terutama dalam hal peningkatan kompetensi
D. Penutup guru disarankan memberikan perhatian khusus
Berdasarkan data dan hasil analisis yang dalam hal ini : (a) melakukan pembinaan
telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulkan terhadap kemampuan guru dalam
sebagai berikut: Kompetensi pedagogik dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
kompetensi profesional yang dimilki guru (b) memberikan reward bagi guru yang
secara srimultan berpengaruh terhadap berprestasi dalam melaksanakan tugasnya, (c)
penguasaan reaksi dan perilaku, sedangkan membuka kesempatan pada guru untuk
pada belajar dan hasil menunjukkan besaran melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang
yang tidak signifikan. Kompetensi professional lebih tinggi, dan (d) menyediakan anggaran
mempunyai muatan kanonis 0,99 terhadap yang memadai untuk kegiatan pelatihan yang
ubahan kanonisnya (reaksi), sedangkan berkaitan dengan peningkatan kemampuan
kompetensi pedagogic mempunyai muatan kompetensi guru. Peningkatan kemampuan
kanonis 0,19. Hasil ini menunjukkan makin guru hendaknya terus dikembangkan melalui
tinggi penguasaan kompetensi professional pelatihan dan penataran yang efektif sehingga
guru di SMA Rayon 3 Kota Medan makin akan menjadi faktor pendorong yang positif
tinggi pula penguasaan reaksi dan perilaku bagi peningkatan kinerja guru khususnya
siswanya; Makin tinggi penguasaan dalam hal kompetensi guru.
kompetensi pedagogic dan kompetensi
professional guru di SMA Rayon 3 Kota
Medan makin tinggi pula penguasaan reaksi DAFTAR PUSTAKA
siswa, belajar sisiwa, perilaku siswanya, dan
hasilnya. Dilihat dari tes signifikansi Anonimus. 2003. Panduan Umum Dewan
multivariate analisis korelasi kanonis Pendidikan dan Komite Sekolah.
menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik Departemen Pendidikan Nasional.
dan kompetensi profesional berkorelasi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan
tingkat penguasaan reaksi, belajar, perilaku, Dasar dan Menengah. Jakarta.
dan hasil secara bersama-sama. Korelasi
kanonis 0,99 (reaksi); 0,09 (belajar); 0,59 Anonimus. 2006. Panduan Penilaian Kinerja
(Perilaku); dan 0,19 (Hasil). Ini menunjukkan Sekolah Dasar. Departemen
bahwa muatan kanonis reaksi dan perilaku Pendidikan Nasional. Direktorat
yang signifikan; Dengan mengendalikan Jenderal Manajemen Pendidikan
kompetensi pedagogic dan kompetensi Dasar dan Menengah. Direktorat
37
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan ………… 2006. Manajemen Berbasis Sekolah


Sekolah Dasar. Jakarta. (MBS) Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Jakarta: Dharma Bhakti.
Arcaro, Jerome S.2007. Pendidikan Berbasis Mutu.
Prinsip - prinsip Perumusan dan Tata
............... 2007. Manajemen Berbasis Sekolah
Langkah Penerapan. Yogyakarta.
(MBS). Jakarta: Direktorat
Pustaka Pelajar.
Pembinaan SMP.
Danim Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam
Upaya Peningkatan Profesionalisme Fattah Nanang. 2000. Manajemen Berbasis
Tenaga Kependidikan. Bandung: Sekolah, Strategi Pemberdayaan
Pustaka Setia. olah Sekolah dalam rangka
Peningkatan Mutu dan Kemandirian
.............................. 2002. Konsep dan Teori . Bandung Andira.
Manajemen Berbsis Sekolah.
Bengkulu: Proyek Peningkatan Hatton and D. Smith. 1992. Perspective on
Penelitian Dikti, Ditjen Dikti. Efective Schools. Sidney: Allen &
Unwin Pty Ltd.
Depdiknas. 2000. Panduan Manajemen
Sekolah. Jakarta: Proyek Manullang, Belferik. 2001. Manajemen
Peningkatan Mutu SLTP. Direktorat Berbasis Sekolah (MBS),
PLP. (Makalah), Disampaikan pada
Seminar Sehari Dinas Pendidikan
------------ 2002. Keputusan dan Pengajaran Kecamatan Lubuk
MenteriPendidikan Nasional Nomor: Pakam, di Lubuk Pakam, tanggal 29
044/U/2002 tentang Dewan Maret 2001.
Pendidikan dan Komite Sekolah.
Jakarta: Eka Jaya. Moedjiarto. 2002. Karakteristik Sekolah
Unggul, Metodologi untuk
------------- 2002. Manajemen Peningkatan Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Jakarta: Duta Graha Pustaka.
Proyek Peningkatan Mutu SLTP,
Direktorat PLP. Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah
Profesional dalam Konteks
…………. 2003. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Menyukseskan MBS dan KBK,
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Bandung: Remaja Rosdakarya.
Eka Jaya.
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis
………… 2005. Manjemen Berbasis Sekolah. Sekolah, Jakarta: Grasindo.
Jakarta: Direktorat PLP.
Sagala, S. 2007. Manajemen Strategik Dalam
PeningkatanMutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
38
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2620-9209

................ 2004. Manajemen Berbasis Sekolah


dan Masyarakat. Jakarta: Nimas
Multima.

Slamet. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah,


(Makalah), Dipresentasikan Pada
Workshop Sekolah Standar
Nasional, tanggal 18-21 Oktober
2005, di LPMP Jakarta.

Soemantrie, Hermana. 2004. Manajemen


Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang.

39

Anda mungkin juga menyukai