Anda di halaman 1dari 29

Peningakatan Kemampuan Pemecahan Masalah

dan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Daring


Siswa SMPN 3 Medan

Proposal
Dibuat unntuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metode penelitian kualitatif

Disusun Oleh :
Kelompok I

Haqqy Tamimah (0305193120)


Hendra Utama Zein (0305193136)
Hilda Andriani (0305193194)
Lisa Ratna Sari (0305192096)
Wulan Sipahutar (0305192048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan


disetiap jenjang pendidikan. Matematika sebagai ilmu pengetahuan
mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia dan faktor pendukung
dalam laju perkembangan IPTEK serta persaingan dalam berbagai bidang.
Dan matematika juga merupakan salah satu ilmu pendidikan mendasar yang
dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan sangat dibutuhkan
dalam perkembangan ilmu dan teknologi, seperti yang dikemukakan oleh
Russeffendi (1991: 58) “untuk memajukan kecerdasan bangsanya, kekuatan
teknologi dan perekonomian diperlukan manusia–manusia yang menguasai
matematika.
Dalam mempelajari matematika banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mempelajarinya, dimana siswa beranggapan bahwa
matematika pelajaran yang tidak menarik dan tidak disenangi. Sriyanto
(2007) menyatakan bahwa matematika sering dianggap sebagai momok
yang menakutkan oleh sebagian besar siswa dan selama ini matematika
cenderung dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai
saat ini mutu pendidikan matematika siswa masih rendah dibandingkan
dengan pendidikan matematika dinegara lain di dunia. Hal ini ditandai
dengan rendahnya perolehan ketuntasan belajar siswa kelas VII SMP Negeri
29 Medan yang masih rendah yaitu 60 untuk rata-rata kelas, 60% untuk
daya serap, dan 65% untuk ketuntasan belajar. Dari data tersebut terlihat
bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai yang
diharapkan oleh kurikulum, yaitu 65 untuk rata-rata kelas, 65% untuk daya
serap dan 85% untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport siswa tahun
pelajaran 20011/2012).
Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis
merupakan kemampuan matematika yang harus dimiliki siswa dalam
pencapaian kurikulum. Keberhasilan pembelajaran matematika tidak
terlepas dari kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis
siswa. Komunikasi matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam
menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah (Jihad
dan Haris, 2010:149). Bervariasinya kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematis siswa dikarenakan beberapa hal. Pertama, metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru yang masih bersifat konvensional.
Kedua, kurang pedulinya siswa terhadap pembelajaran matematika.
Keinginan dan minat yang dalam pembelajaran matematika masih rendah.
Kedua hal ini sangat diperlukan siswa dalam mengembangkan ketrampilan
matematis, kemampuan pemecahan masalah, dan komunikasi matematis
disebut sebagai daya matematika atau ketrampilan matematis. Agar
kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi berkembang, maka
pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa dapat terlibat secara
aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat.
Pemecahan masalah merupakan suatu upaya untuk mencari jalan keluar
yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang memerlukan kesiapan,
kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Tuntutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas
secara eksplisit dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai kompetensi dasar
yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang
sesuai. Oleh karenanya kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan
umum pembelajaran matematika. Turmudi (2009:1) mengemukakan bahwa,
melalui pemecahan masalah dalam matematika siswa hendaknya
memperoleh cara-cara berfikir, kebiasaan untuk tekun dan menumbuhkan
rasa ingin tahu, serta rasa percaya diri dalam situasi tak mereka kenal yang
akan mereka gunakan di luar kelas. Namun, yang terjadi di lapangan
menunjukkan bahwa pemecahan masalah dalam proses pembelajaran
matematika belum dijadikan kegiatan utama dan masih dianggap bagian
yang paling sulit dalam matematika baik bagi siswa dalam mempelajarinya
maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Kemampuan komunikasi matematik secara garis besar terdiri dari
komunikasi matematik lisan dan tulisan. Komunikasi matematik lisan dapat
diartikan sebagai suatu peristiwa saling interaksi (dialog) yang terjadi dalam
suatu lingkungan kelas atau kelompok kecil, dan terjadi pengalihan pesan
berisi tentang materi matematik yang sedang dipelajari baik antar guru
dengan siswa maupun antar siswa itu sendiri. Sedangkan komunikasi
matematik tulisan adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam
menggunakan kosa-katanya, notasi, dan struktur matematik baik dalam
bentuk penalaran, koneksi, maupun dalam pemecahan masalah (Ansari,
2009:11). Baroody dalam Shafridla (2012:4), menjelaskan ada dua alasan
mengapa komunikasi dalam matematika siswa peranan penting dan perlu
ditingkatkan di dalam pembelajaran matematika. Pertama mathematics as
languange, artinya matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan
pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi
matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan
berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as
social activity, artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan
juga komunikasi antara guru dan siswa. Menurut hasil temuan penelitian
Siti dan Roziati (dalam Maryani, 2011:23) menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa dinilai masih rendah terutama
keterampilan dan ketelitian dalam mencermati atau mengenali sebuah
persoalan matematika. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang
dikelola secara efektif dan berpusat pada peserta belajar. Pembelajaran yang
ideal dapat tercipta bila peserta didik dapat secara kritis menanggapi hal-hal
yang dikemukakan atau dipertanyakan oleh guru sehingga mereka dapat
menemukan hakikat aktivitas yang mereka lakukan. Pembelajaran yang
berpusat pada peserta belajar dimaknai sebagai proses belajar yang
memungkinkan peserta belajar melihat bahwa hal-hal yang mereka pelajari
dan kerjakan itu mempunyai tujuan dan relevansi dengan kehidupannya
sehingga mereka juga mempunyai motivasi untuk terlibat di dalamnya.
Pembentukan pemahaman matematis peserta didik melalui pemecahan
masalah yang tejadi dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan
beberapa keuntungan bagi siswa. Pertama, peserta didik memahami
hubungan antara matematika dengan situasi nyata yang terjadi di
lingkungannya. Kedua, peserta didik lebih terampil dalam memecahkan
masalah. Ketiga, meningkatkan rasa percaya diri dalam
mengkomunikasikan istilah matematika (Slamet dan Setyaningsih,
2010:126).
Tugas guru dalam proses pembelajaran meliputi tugas pedagogik
dan administratif. Tugas pedagogik adalah membantu, membimbing dan
memimpin peserta didik dalam realitas pembelajaran. Sedangkan tugas
administratif guru berkaitan dengan penyiapan administrasi dalam proses
pembelajaran seperti menyusun Silabus, Rencana Pembelajaran,
Pengembangan materi/bahan ajar, alat/instrumen penilaian, dan lainnya
yang berupa dokumen (Muchith, 2008: 24). Kedua tugas guru tersebut harus
dilakukan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Bahkan sering
dikatakan bahwa apabila persiapan administrasi guru lengkap dan baik,
sepertiga tugas guru sudah berhasil. Efisiensi dan efektivitas proses
pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru dalam melakukan
improvisasi pembelajaran. Di sinilah peran penting guru dalam menentukan
keberhasilan mengelola proses pembelajaran yang ideal. Siswa atau peserta
didik adalah inti dari proses belajar mengajar. Dalam sebuah pembelajaran
yang efektif, guru dan siswa akan saling melengkapi. Dimana guru bertugas
merencanakan pembelajaran dan siswa adalah peserta didik yang akan
mendapatkan pembelajaran dari yang direncanakan guru, siswa sebagai
subjek yang aktif melakukan proses berfikir, mencari, mengolah, mengurai,
menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah (Sagala,
2009:164). Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana
siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Akibatnya,
mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam membangun
pemahaman siswa. Adapun hal-hal yang harus diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran yang ideal, yaitu: (1) mengajar berpusat pada siswa; (2) siswa
sebagai subjek belajar; (3) proses pembelajaran berlangsung dimana saja;
(5) pembelajaran berlangsung sepanjang hayat (Sanjaya, 2011:99).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas VIII SMP


Muhammadiyah 06 Dau, diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai
berikut.
1. Belum digunakan secara efektif tes uraian untuk mengidentifikasi
seberapa jauh kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
2. Beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran di dalam kelas.
3. Kurang tertariknya siswa pada pembelajaran karena sulit untuk dipahami.
4. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika belum
optimal untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan
kemampuan pemecahan masalah matematika.
5. Aspek memahami dan mengerti dalam materi yang diserap siswa belum
teraplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka


rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang
diberi pembelajaran langsung?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematik antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan
siswa yang diberi pembelajaran langsung?
3. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa?
4. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik
siswa ?
5. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam
menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran?

1.4 Batasan Masalah


Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran
matematika seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu
dibatasi supaya apa yang diteliti menjadi lebih terfokus pada permasalahan yang
mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap hasil belajar apabila
permasalahan ini diteliti. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan
(1) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa;
(2) kemampuan komunikasi matematik siswa;
(3) penerapan pendekatan pemebelajaran berbasis masalah;
(4) Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika
terhadap kemampuan komunikasi dan sikap posistif siswa dan
(5) Proses penyelesaian masalah yang dihasilkan siswa.

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah,
maka tujuan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan
masalah antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan siswa
yang diberi pembelajaran langsung.
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematik antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan siswa
yang diberi pembelajaran langsung.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah
siswa.
4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
kemampuan awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa
dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
Mendapat pengalaman yang lebih menarik dan menyenangkan
sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajarannya dan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa dalam
belajar matematika yang pada gilirannya akan membawa pengaruh positif
yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar matematika siswa dan penguasaan
konsep serta keterampilannya.
2. Bagi Guru
a. Menjadi acuan bagi guru matematika tentang penerapan pembelajaran
dengan pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.
b. Memberikan informasi sejauh mana perbedaan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis
masalah.
c. Memberikan alternatif pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
matematika untuk dikembangkan menjadi lebih baik dengan cara memperbaiki
kelemahan dan kekurangannya serta mengoptimalkan hal-hal yang sudah baik.

3. Bagi Peneliti
Sebagai bekal membangun pengalaman dalam mencari pendekatan
pembelajaran yang tepat, guna membantu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting dan masuk dalam
ujian nasional, baik dari sekolah dasar maupun sekolah menengah. Sedangkan di
Perguruan Tinggi, matematika dapat dijadikan sebagai dasar ketika memulai suatu
perhitungan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari telah menerapkan
matematika. Jadi, matematika dapat dikatakan sebagai mata pelajaran pokok dan
penting dalam pendidikan.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang sistem-
sistem abstrak yang terbentuk berdasarakan elemen-elemen abstrak pula dan
elemen-elemen tersebut tidak dapat digambarkan dalam alur atau pola yang konkrit
(Siagian, 2016). Matematika ialah cabang ilmu pengetahuan yang memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia dan menjadi dasar bagi ilmu-ilmu
pengetahuan yang lainnya.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Selain itu, siswa dituntut mampu mampu mengembangkan kemampuan matematika
dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Hal ini sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika di Indonesia yang tercantum di dalam kurikulum Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2006) diantaranya; (1)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
dan (2) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah. Oleh karena itu kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematis siswa penting untuk ditingkatkan.
Pada pembelajaran daring, kita mengenal ada istilah pembelajaran sinkron
dan pembelajaran asinkron. Pembelajaran sinkron, siswa dan guru berada di tempat
yang sama pada waktu yang sama. Ini mirip dengan kelas tatap muka. Salah satu
contoh pembelajaran sinkron adalah ketika siswa dan guru berpartisipasi dalam
kelas melalui aplikasi web conference. Ini menciptakan ruang kelas virtual yang
memungkinkan siswa mengajukan pertanyaan dan para guru menjawab secara
instan. Secara keseluruhan, pembelajaran yang sinkron memungkinkan siswa dan
guru untuk berpartisipasi dan belajar secara langsung dan terlibat dalam diskusi
langsung. Sedangkan pembelajaran asinkron adalah pendekatan belajar mandiri
dengan interaksi asinkron untuk mendorong pembelajaran. Email, papan diskusi
online, Wikipedia, dan blog adalah sumber daya yang mendukung pembelajaran
asinkron.
Kemampuan komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan
berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas dan juga digunakan sebagai wahana
interaksi antar siswa dan juga sebagai sarana komunikasi siswa dengan guru.
Menurut Saleh Haji (2012) kemampuan komunikasi matematika sangat penting
bagi siswa. Semakin berkembang bahasa matematika siswa, maka semakin baik
pula siswa dalam beragumentasi. Kemampuan beragumentasi tentunya memberikan
peluang siswa dalam memahami berbagai konsep/ prinsip dalam matematika.
Ansari (2003) mengatakan, komunikasi matematis merupakan; (1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika; (2) modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematik dan (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan
temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah
pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. Choridah
(2013) mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi sangat penting untuk
dimunculkan agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan menghilangkan
kesan matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Melalui komunikasi, guru sebagai sumber menyampaikan informasi, yang
dalam konteks belajar dan pembelajaran adalah materi pelajaran, kepada penerima
yaitu siswa dengan menggunakan simbol-simbol baik lisan, tulisan, dan bahasa non
verbal. Sebaliknya, siswa akan menyampaikan berbagai pesan sebagai respon
kepada guru sehingga terjadi komunikasi dua arah guna meningkatkan komunikasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
komunikasi merupakan alat bantu dalam interaksi pembelajaran matematika.
Selain kemampuan komunikasi matematika, kemampuan pemecahan
masalah juga perlu dikembangkan. Kemampuan pemecahan masalah digunakan
sebagai kemampuan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep dan modal
keberhasilan bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Selain itu
siswa bisa mengembangkan ide atau gagasan yang dimilikinya. Menurut
Simanjuntak (dalam Anikrohmah, 2013) sentral pengajaran matematika adalah
pemecahan masalah yang lebih mengutamakan proses dari pada produk. Hal ini
sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran umum matematika yang tertuang
dalam kurikulum yaitu peserta didik dapat menerapkan matematika secara tepat
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang
lain.
Halmos (NCTM, 2000) mengatakan bahwa pemecahan masalah adalah
jantungnya matematika. Dalam bidang studi matematika, banyak sekali ditemukan
berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan perhitungan dalam
memecahkan masalah. Oleh sebab itu, siswa harus selalu dilatih dan dibiasakan
berpikir mandiri untuk memecahkan masalah. Karena dalam pemecahan masalah,
selain siswa dituntut untuk berpikir juga sebagai alat utama untuk bekerja dalam
matematika. Melalui pelajaran matematika juga diharapkan dapat ditumbuhkan
kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang
diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan.
Menurut Sumarmo (2010) beberapa indikator pemecahan masalah ma-
tematis adalah; 1) mengidentifikasikan unsur-unsur yang diketahui, yang dita-
nyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan; 2) merumuskan masalah matematik
atau menyusun model matematik; 3) menerapkan strategi untuk menyelesaikan
berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika; 4)
menjelaskan atau menginterprestasikan hasil sesuai permasalahan asal; 5)
menggunakan matematika secara bermakna.
Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis siswa, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk aktif dan dapat mengkomunikasikan ide-ide mereka.

Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika melalui
pembelajaran daring siswa SMP Negeri 3 Medan yang ingin digali lebih dalam
untuk dicari kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika
secara daring dan kendala apa saja dalam belajar daring terutama pelajaran
matematika. Penyebab tersebut dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu faktor
dalam diri siswa dan dari luar siswa, sehingga siswa mengalami kendala selama
mengikuti pembelajaran di kelas. Untuk menggali lebih dalam permasalahan
tersebut, peneliti melalukan wawancara dengan siswa secara daring yaitu melalui
google form.
Tahap terakhir peneliti melakukan analisis dari hasil wawancara berupa
persentase dam informasi sesuai dengan indikator. Keseluruhan hasil analisis dapat
dibuat kesimpulan terkait apa yang menyebabkan siswa SMP Negeri 3 Medan
dalam pemecahan masalah dan komunikasi matematika melalui daring.
BAB III

METODE PENELIAIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan


(fieldresearch) yang dilakukan dengan terjun langsung kelapangan untuk meneliti
kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di SMPN
3 Medan. Sedangkan pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif,
dimana pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati serta lebih mengutamakan proses daripada hasil1. Pendekatan
kualitatif ini digunakan dengan tujuan untuk meneliti latar belakang fenomena
yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif, dan juga untuk meneliti
tentang hal-hal yang berkaitan dengan latarbelakang subyek penelitian.
2. DesainPenelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif, karena


dalam penelitian ini peneliti membuat gambaran situasi atau deskripsi atau keadaan
yang terjadi yaitu dengan cara pengambilan data dilapangan secara langsung.
Secara harfiah jenis penelitian deskriptif adalah jenis penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak
mengadakan akumulasi data dasar belaka.
3. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 3 Medan. Pemilihan tempat ini didasari


dengan pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut:
a. Masalahyangditelitisangatmenarikdanlayakuntukditeliti.
b. Sekolahnyayangterletakdidesamenjadikanmasalahyangditetapkanpadap
enelitianinisangatpentinguntukditeliti.
c. Adanya dukungan dan ketersediaan dari kepala sekolah dan guru-guru
di MIN2 Banjar untuk memberikan informasi yang dipergunakan dalam
penelitian ini.

4. Subjek dan Objek Penelitian


1. SubjekPenelitian
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan
evaluasiadapandangan lain yang disebut subjek evaluasi ialah siswa, yakni
orang yang dievaluasi, dalam hal ini yang dipandang sebagai objek ialah :
prestasi, kemampuan membaca, kecepatan lari, dansebagainya. Singkatnya
yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran
Matematika dan siswa kelas V SMPN 3 MEDAN, dimana guru dan siswa di
sini merupakan sumber data yang akan diteliti.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sasaran yang akan diteliti sesuai dengan masalah
yang terjadi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia obyek adalah alat auperkara
orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek penelitian ini adalah proses
pembelajaran matematika yang dilaksanakan secara daring di SMPN 3
MEDAN
3. Data dan SumberData

30
a. Data
Data yang digali dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data
pokok dan data penunjang.
i. DataPokok
a. Data yang berhubungan denga npembelajaran matematika secara
daring dikelas V SMPN 3 MEDAN yang meliputi:
a. Perencanan
b. Pelaksanaan
c. Evaluasi

b. Data yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab


dilaksanakannya pembelajaran Matematika secara daring di
kelas V SMPN 3 MEDAN, yaitu:
a. FaktorPendukung
b. FaktorPenghambat

ii. DataPenunjang

Data Penunjang ini digali untuk melengkapi data pokok yan gmeliputi:
a. Gambaran umum lokasi Penelitian, sejarah singkat berdirinya SMPN
3 MEDAN
b. Visi danMisi SMPN 3 MEDAN
c. Keadaan kepala sekolah, guru, dan penjagas ekolah
d. Keadaan Siswa Keadaan Sarana dan Prasaran

30
b. SumberData
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
i. Responden, yaitu guru MatematikA dan siswa SMPN 3 MEDAN
ii. Informan,yaitu kepala sekolah, guru, dan penjaga SMPN 3
MEDAN.
iii. Dokumen-dokumen, yaitu melihat semua arsip atau catatanm
SMPN 3 MEDAN Yang Terkait dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk


memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi
yang dapat dipercaya .Untuk memperoleh data seperti yang dimaksud,
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
a. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis


dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati indvidu atau kelompok aktivitas guru dan
siswa secara langsung. Dalam proses pengumpulan data ini peneliti
menggunakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi
yang telah dirancang secara sistematik, tentang apa yang diamati, kapan dan
dimana tempatnya.

Dalam hal ini pengamatan langsung terhadap berbagai kejadianatau


situasi nyata di kelas, sehingga melalui metode ini diperoleh gambaran,
rekaman atau catatan secara teliti dan utuh peristiwa dalams ituasi yang
berkaitan dengan penelitian.

30
B. Wawancara

Wawancara atau yang sering disebut interview adalah interaksi


denganresponden, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
cara Tanya jawab untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya dianggap
sebagai data penelitian. Dalam penelitian ini, Metode wawancara ini
dilakukan untuk pengumpulan data terkait pelaksanaan pembelajaran
Matematika secara daring dikelas V SMPN 3 MEDAN. Wawancara ini
dilakukan pada guru Matematika untuk mengetahui factor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring disana.

Selain itu, kepala sekolah juga menjadi subjek wawancara. Hasil


yang ingin didapat dari wawancara dengan kepala sekolah adalah terkait
profil smpn 3 medan rsecara umum.
a. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data


tentang berbagai proses pembelajaran yang terjadi selama pembelajaran
Matematika secara daring berlangsung di kelas V SMPN 3 MEDAN.
Serta untuk menggambarkanl angkah-langkah kongkrit yang dilakukan
peneliti dalam proses observasi. Dokumentasi sebagai pelengkap yang
dilakukan kepada guru untuk tentang kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Lebih jelasnya tentang jenis, sumberdata,
dan teknik pengumpulan data ini dapat dilihat pada matriks berikut:
TABELI. Matriks Data, Sumber Data,dan Teknik Pengumpulan Data

TeknikPeng
No Data SumberData umpulanDat
a

30
1. DataPokok
Data yang berhubungan dengan Guru Observasi dan
pembelajaran Matematika secara Matematik Wawancara
daring di kelas V SMPN 3 MEDAN adan
yang meliputi: Siswa
6. Perencanaan
7. Pelaksanaan
8. Evaluasi

Data yang berhubungan dengan


faktor-
faktorpenyebabdilaksanakannyapem
belajaranMatematika
secaradaringdikelasVSMPN3MEDA
N,yaitu:
a.FaktorPendukung

30
b.Faktor Penghambat
2. Data Penunjang
Data penunjang ini digali untuk Kepala
melengkapi data pokok yan Sekolah Wawancara dan
gmeliputi: dan Guru Dokumentasi
a. Gambaran umum lokasi
Penelitian, sejarah singkat
berdirinya SMPN 3 MEDAN
b. Visi dan Misi SMPN 3 MEDAN
c. Keadaan kepala sekolah, guru, dan
penjaga sekolah
d. Keadaan Siswa
e. Keadaan Sarana dan Prasarana

5. Teknik Pengolahan Data

Pada penelitian ini,ada beberapa teknik pengolahan data yang


digunakan diantaranya adalah:
a. Editing, yaitu penulis mencatat kembali data yang telaht erkumpul
untuk mengetahui apakah semua data sudah lengkap dan dapat
dipahami.
b. Klasifikasi, yaitu pengelompokkan data sesuai dengan jenis-jenis
data yang diperlukan.
c. Interprestas iData, yaitu member ipenjelasan data yang disajikan
agar data mudah dipahami dan tidak mengandung penafsiran lain.

30
6. AnalisisData

Analisis yang digunakan peneliti dalam meneliti ini adalah


menggunakan metode deskrifitif kualitatif dan data dalam penarikan
kesimpulan menggunakanmetode induktif. Metode deskriftif kualitatif
adalah suatu metode yang bertujuanuntuk memberikan gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat dari subjek
penelitian, sedangkan metode induktif adalah suatu metode yang bertujuan
mengumpulkan data-data yang bersifat khusus, kemudian dari fakta-fakta
tersebut ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

3. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian yang peneliti laksanakan dibagi dalam beberapa


tahapan sebagai berikut:
 Tahap perencanaan
Penjajakan awal kelokasi penelitian.
Membuat desain proposal.
Mengajukan desain proposal kepada pembimbing untuk diadakan koreksi.
Mengajukan desain proposal ke Biro Skripsi jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUMATERA
UTARA
 Tahap persiapan
Mengadakan seminar desain proposal skripsi.
Membuat rangcangan instrumen penelitian.
Mohon surat pengantar riset kepada Fakultas Tarbiyah dan
KeguruanUIN SUMATERA UTARA.
Menyampaikan surat riset kepada juruasan yang bersangkutan.

 Tahap pelaksanaan

30
Melaksanakan riset.

Mengolah,menyusun, dan menganalisis data yang diperoleh dari


hasil penelitian.
Menyimpulkan hasil penelitian.

 Tahap penyusunan laporan


Dalam tahap ini akan dilakukan penyusunan hasil penelitian yang
ditulis dalam bentuk skripsi,s elanjutny adikonsultasikan dengan dosen
pembimbing untuk dikoreksi dan disetujui,setelah laporan dianggap sempurna
selanjutnya diperbanyak sesuai dengan keperluan dan siap untuk dibawa ke
siding munaqasah skripsi.

30
31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai