Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BANGUN DATAR MELALUI METODE MAKE A
MATCH BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS
IV SDN 1 BANYUROTO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN
2019/2020

Ditulis dan diajukan pada penelitian angka kredit unsur


pengembangan Profesi guru untuk kenaikan pangkat dari golongan
III/c ke III/d

Oleh
Purwati,S.Pd.SD
NIP.19690419 200801 2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan
usaha dan kerja keras demi tercapainya mutu pendidikan yang lebih baik.
Yaitu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mutu pendidikan
dapat terwujud jika proses pembelajaran diselenggarakan secara efektif,
artinya pembelajaran dapat berlangsung secara lancar, terarah dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, dimana
didalamnya terdapat kesatuan kegiatan yang melekat antara siswa dan guru
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Yaitu proses belajar yang
dilakukan siswa, sedangkan guru bertugas sebagai mediator, dan fasilitator.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatifuntuk mencapai tujuan tertentu (Usman,
1995:7). Pengembangan ketrampilan sangat penting bagi siswa, hal ini akan
tercapai manakala terjadi keaktifan belajar. Tapi dalam pembelajaran banyak
faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi saat ini
sangat pesat, sehingga mendorong adanya persaingan yang sangat ketat di
berbagai bidang kehidupan. Bahkan menimbulkan berbagai masalah yang
menyebabkan kehidupan tidak menentu.
Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk membekali siswa agar
mampu menghadapi tantangan, persaingan ,ketidakpastian, dan permasalahan
pelik dan rumit. Generasi muda sekarang perlu memperoleh bekal
pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan ketrampilan yang sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kemajuan.

1
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ilmu yang berhubungan dengan
proses pembelajaran. Salah satunya adalah ilmu matematika. Banyak definisi
dan deskripsi tentang ilmu matematika. Apa itu matematika? Hingga saat ini
belum ada kesepakatan yang bulat di antara para matematikawan tentang apa
yang disebut matematika itu. Untuk mendeskripsikan definisi matematika,
para matematikawan belum pernah mencapai satu titik “puncak” kesepakatan
yang “sempurna”. Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi yang berbeda
dikemukakan oleh para ahli mungkin disebabkan oleh pribadi (ilmu)
matematika itu sendiri, dimana matematika termasuk salah satu disiplim ilmu
yang memiliki kajian sangat luas, sehingga masing-masing ahli bebas
mengemukakan pendapatnya tentang matematika berdasarkan sudut pandang,
kemampuan, pemahaman, dan pengalamanya masing-masing.
Oleh sebab itu, matematika tidak akan pernah selesai untuk didiskusikan,
dibahas, maupun diperdebatkan. Penjelasan mengenai apa dan bagaimana
sebenarnya matematika itu akan terus mengalami perkembangan seiring
dengan pengetahuan dan kebutuhan serta laju perubahan zaman (Fathani, dkk.
2009: 17).
Menurut Jannah (2011: 25) Pada awalnya, matematika adalah ilmu
hitung atau ilmu tentang perhitungan angka-angka untuk menghitung
berbagai benda ataupun yang lainnya. Ini merupakan bentuk matematika
sederhana yang dalam penggunaannya di kehidupan sehari hari sangat simpel.
Misalnya, dalam skala kecil, ilmu hitung ini digunakan oleh orang-orang
zaman dahulu untuk menghitung pasukan, menghitung jumlah barang atau
uang yang harus ditukarkan saat barter, menghitung hasil panen, dan lain
sebagainya.
Sedangkan dalam skala yang lebih besar, ilmu hitung ini digunkan oleh
orang -orang zaman dahulu untuk mengukur ruang, benda, dan lainnya saat
mebuat rumah.
Bahkan, dalam membuat sebuah bangunan macam istana hingga candi,
ilmu hitung ini (terutama ilmu ukur) sangat mutlak digunakan. Matematika
adalah suatu pengetahuan yang sangat penting menunjang pengetahuan lain.

2
Misalnya di bidang teknik, ekonomi, ilmu sosial, serta matematika dari
ilmu pengetahuan alam sendiri. Memahami ilmu matematika sebagai salah
satu upaya mengenal matematika merupakan hal penting. Sebab, pemahaman
berkaitan dengan persepsi atau anggapan yang terbentuk. Jika persepsi
terhadap matematika itu rumit, maka orang cenderung memahami matematika
sebagai sesuatu yang sulit. Oleh karena itu, baik siswa, guru, maupun orang
tua, harus memiliki pemahaman yang tepat terhadap ilmu eksas yang satu ini
Dalam proses pemebelajaran matematika, bagi pengajar ataupun orang
tua jangan sekali-kali memberikan persepsi negatif tentang matematika.
Hindari mengatakan bahwa matematika itu sulit di depan siswa. Karena
persepsi seperti itu memberikan kesan mendalam dalam memori bahwa sadar
manusia. Persepsi negatif dalam belajar matematika sangat berbahaya, karena
bisa mempengaruhi minat seseorang dalam mempelajarinya.
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang di ajarkan
pada jenjang sekolah dasar. Berkaitan dengan hal tersebut, Daryanto dan
Rahardjo (2012: 240) menyatakan bahwa, “Mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
membekali mereka dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama”.
Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang selanjutnya. Karena dengan belajar matematika, kita
akan bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif (Susanto, 2013: 183). Memang
harus diakui, selama ini tidak mudah mengajarkan matematika kepada siswa.
Realita di lapangan matematika menjadi momok yang menakutkan bagi
siswa. Ketika anak di suruh untuk menghitung, menghafal rumus, dan
mengerjakan soal matematika itu sangat tidak disukai anak-anak dan banyak
menguras pikiran siswa sehingga mereka merasa bosan utnuk belajar.
Membuat matematika kelihatan susah dan menjadi momok menakutkan
dikalangan siswa adalah adanya faktor lain dari matematika yaitu penghafalan
rumus dan banyak menghitung angka, seperti lingkungan, metode
pembelajaran, guru, dan lain sebagainya (Jannah,2011:25). Selain itu metode

3
yang digunakan oleh guru masih sangat sederhana seperti menjelaskan
pelajaran hanya dengan berceramah di depan kelas. Tentu saja siswa akan
cenderung bosan untuk mengikuti pembelajaran. Diskusi kelompok yang
dilakukanpun masih sederhana, siswa yang mau mengungkapkan hasil
kelompoknya hanyalah siswa yang pandai dan yang lainnya hanya ikut-
ikutan.Media yang digunakan oleh guru masih sangat sederhana, hanya
menggunakan gambar yang ada di dalam lembar kerja siswa dan buku paket.
Jadi siswa hanya terpaku kedalam buku pelajaran. Dalam pembelajaran
matematika media pembelajaran berpengaruh dalam keberhasilan siswa.
Hamalik (1989: 18) mengemukakan bahwa pemakain media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi siswa dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran penyampaian pesan dan isi materi yang akan
disampaikan.
Siswa akan lebih mudah menyerap ilmu baru dan lebih aktif di kelas.
Media pembelajaran matematika relatif sama dengan media dalam
pembelajaran lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa: (1) sederhana,
misalnya papan tulis, papan grafik, (2) cetak, misalnya buku, modul, LKS,
dan (3) media elektronik, misalnya OHP, LCD.
Dari hasil pra survey peneliti pada tanggal 6 Januari 2020 kepada Ibu
Purwati, selaku wali kelas IV di SDN 1Banyuroto menunjukkan siswa
kesulitan dalam menerima dan memahami pelajaran dengan materi yang
berhubungan dengan menghitung keliling dan luas bangun datar. Terutama
ketika berhadapan dengan rumus-rumus dan menghitung sudut bangun datar.
Dibuktikan dengan masih ada beberapa siswa atau setengah siswa yang
nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). KKM untuk mata
pelajaran matematika yang diterapkan di SDN 1 Banyuroto ini adalah 75.
Dari 15 siswa kelas IV, baru 5 (33%) siswa mampu mencapai KKM. Guru
menjelaskan hal ini karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal

4
tersebut. Faktor tersebut antara lain adalah kesulitanya guru dalam
menggunakan atau memanfaatnya metode pembelajaran yang tepat. Guru
masih masih menggunakan metode mengajar ceramah. Faktor lain karena
keterbatasan biaya untuk menunjang keberadaannya media pembelajaran.
Berdasarkan masalah di atas guru selayaknya melakukan perubahan dalam
gaya mengajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan metode
pembelajaran cooperative learning yaitu Make a Match. Menurut Suprijono
(2013: 58) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Unsur- unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individu, interaksi promotif, komunikasi antar anggota dan
pemprosesan kelompok.Menurut Rusman (2011: 223-233) metode
pembelajaran Make a Match (mencari pasangan) merupakan salah satu jenis
dari metode dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini dikembangan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara
keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
AnitaLie(2008:56) menyatakan bahwa metode pembelajaran tipe Make a
Match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi
kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain atau temannya.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia peserta didik. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di
atas bahwa pembelajaran tipe Make a Match adalah teknik mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam semua mata pelajaran
dan tingkatan kelas. Teknik ini dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang
menyenangkan karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk
berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan
waktu yang cepat. Pembelajaran ini merupakan belajar yang dilakukan sambil
bermain. Ditambah dengan penggunaan media dalam pembelajaran, siswa
akan lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran di kelas. Kehadiran media

5
mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak
jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak
didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Dalam hal ini alat peraga
yang di gunakan adalah miniatur segitiga dan persegi panjang. Agar
mempermudah siswa untuk menyerap pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat
judul penelitian “Peningkatan minat dan hasil belajar matematika materi
bangun datar melalui metode make a match berbantu media gambar pada
siswa kelas IV SDN 1 Banyuroto tahun pelajaran 2019/2020”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah penggunaan metode Make a Match berbantu media gambar dapat
meningkatkan minat belajar matematika materi bangun datar pada siswa
kelas IV SDN 1 Banyuroto Tahun pelajaran 2019/2020?
2. Apakah penggunaan metode Make a match berbantu media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar pada siswa
kelas IV SDN 1 Banyuroto Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dampak penggunaan metode make a match berbantu
media gambar sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar
matematika tentang bangun datar bagi siswa kelas IV SDN 1 Banyuroto
Tahun Pelajaran2019/2020.
2. Untuk mengetahui dampak penggunaan metode make a match berbantu
media gambar sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
matematika tentang bangun datar bagi siswa kelas IV SDN1 Banyuroto
Tahun Pelajaran 2019/2020

6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
atau referensi dalam penelitian yang terdahulu, khususnya penerapan
Make a Match berbantu media Gambar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran disekolah serta menciptakan peserta didik yang
berkualitas.
b. Bagi Guru
1) Temuan-temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh guru dalam merancang dan melaksanakan
progam pembelajaran dengan menggunakan alternatif model
Pembelajaran.Memberikan pengalaman langsung kepada guru
untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika
siswa.
c. Bagi Siswa
1) Melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dapat menumbuhkan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga menghilangkan rasa jenuh dan bosan
yang dialami siswa pada saat proses pembelajaran.
2) Membangun interaksi antar siswa dalam kegiatan pembelajaran di
kelas sehingga siswa turut serta dan aktif dalam proses
pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi
peneliti lain dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match pada materi maupun mata pelajaran yang lain.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Pengertian Minat
Minat adalah : Merupakan suatu keadaan di manaseseorang mempunyai
perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan
mempelajari maupun membuktikannya lebih lanjut.
Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat
“kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
Hera Lestari Mikarsa, Agus Taufik, dan Puji Lestari Prianto(008:3,4)
mengemukakan penegrtian minat sebagai berikut:
a. Minat Pribadi
Minat Pribadi memberikan pengertian sebagai suatu ciri pribadi
individu yang merupakan disposisi abadi yang relative stabil. Minat
pribadi umumnya ditujukan pada suatu kegiatan khusus, misalnya
minat khusus pada olahraga, ilmu pengetahuan, musik, tarian, dan
komputer.
b. Minat Situsional
Minat Situsional merupakan minat yang ditimbulkan oleh kondisi atau
faktor-faktor lingkungan.
c. Minat sebagai keadaan Psikologis
Minat sebagai Keadaan Psikologis menggambarkan pandanagan yang
interaktif dan berkaitan denagn minat, pada saat minat pribadi
seseorang saling interaksi dengan lingkungan untuk menghasilkan
suatu keadaan psikologis dari minat diri seseorang.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang
menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang
menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang mngutungkan,

8
menyenangkan, dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan
dalam dirinya.
Menurut Hurlock (1989) dalam Hera Lestari Mikarsa dkk,
(2008:3.7)ada empat cara minat mempengaruhi perkembangan anak,
yaitu sebagai berikut:
1) Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi.
Anak mulai memikirkan tentang masa depan maka anak akan
mencoba menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dan
dilakukan jika ia bertambah besar.
2) Minat dapat sebagai pendorong
Anak yang berminat pada suatu kegiatan akan lebih berusaha untuk
melakukan kegiatan dengan lebih baik.
3) Minat berpengaruh pada prestasi
Anak yang berminat pada suatu pelajaran, akan belajar dan
berusaha supaya mendapat nilai yang lebuh baik.
4) Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak dapat menjadi
minat selamanya. Anak yang selalu melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan minatnya lama kelamaan akan timbul kebiasaan
dan akan terus bertahan menjadi minat selamanya.

2. Pengertian Hasil Belajar


Hasil Belajar adalah: kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, Nana 2004:22)
Para ahli pendidikan mengemukakan pendapat mereka. Hasil adalah
suatu pendapatan atau perolehan dari sesuatu yang telah dikerjakan (Surayin,
2001; 207). Belajar adalah dalam kamus besar Bahasa Indonesia, secara
etimologi belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.
Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian (Bahrudin, dkk, 2007:13). Hasil belajar pada dasarnya
adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai
akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan

9
Briggs mengidentifikasi hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh
sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010:33).
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa
ketrampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman
yang diperoleh (Sam’s, 2010: 30). Hasil belajar dapat diperoleh sesudah
mengikuti proses belajar.
Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya
(Sudjana, 2013:22).
Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak tanpa
seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan kemampuan yang
diperolehnya melalui belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang
mengakibatkan orang berubah dalam perilaku, sikap dan kemampuannya
(Sam’s, 2010: 34).

3. Klasifikasi Hasil Belajar


Klasifikasi hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotorik (Sam’s, 2010: 37). Sudjana (2013: 22)
Howard Kingley membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan
dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara gratis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual ke satu yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.

10
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomtorik, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
4. Penilaian Hasil Belajar
a. Pengertian Penilaian
Menurut Sudjana (2013: 3) penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

b. Fungsi dan Tujuan Penilaian


1) Fungsi penilaian sebagai berikut :
a) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.
b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
c) Dasar dalam menyusun laporan kemampuan belajar siswa kepada
orang tuannya.
2) Tujuan penilaian adalah sebagai berikut :
a) Mendiskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang
studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah
tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
c) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan
pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

11
d) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak
sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Jenis dan Sistem Penilaian
Menurut Djamarah (2006: 106) berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya,
penilaian prestasi belajar dapat digolongkan menjadi
1) Penilaian Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya
serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu
tertentu.
2) Penilaian Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar
siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot.
3) Penilaian Sumatif
Tes ini dijadikan untuk mengukur daya serap siwa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau
dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan
belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu
Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas,
menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
A. Bangun Datar
Bangun datar adalah suatu bangun geometri yang berbentuk datar
(rata) yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak
mempunyai tinggi dan tebal.

12
a. Persegi
Bangun datar memiliki dua dimensi yang dibentuk oleh empat sisi
yang sama panjang.
Contoh gambar persegi HIJK
K J

H I
b. Persegi panjang
Persegi panjang adalah bangun datar dua dimensi yang di bentuk
oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar
dengan pasangannya dan memiliki empat buah sudut siku-siku yang
berhadapan sama besar.
Perhatikan gambar persegi panjang ABCD berikut.
D C

A B
1) Sifat-sifat persegi panjang
a. Sisi yang sejajar sama panjang.
- Panjang AB = Panjang CD
- Panjang AD = Panjang BC
b. Sudut yang berhadapan sama besar.
- Sudut A = Sudut C
- Sudut B = Sudut D
c. Persegi panjang mempunyai panjang dan lebar.

13
2) Keliling dan Luas persegi panjang
a. Keliling persegi panjang
Keliling adalah ukuran panjang sisi yang mengitari bangun
datar AB, BC, CD, AD adalah sisi-sisi yang membentuk
persegi panjang ABCD. Keliling persegi panjang sama dengan
jumlah panjang ruas garis yang membatasi persegi panjang
tersebut.
D C

A B
Keliling persegi panjang ABCD adalah jumlah panjang sisi-
sisinya, yaitu dirumuskan sebagai berikut Karena panjang AB
= CD dan panjang AD = BC Maka rumus kelilingnya ABCD
dapat dituliskan :
K=2 x ( p + l )
b. Luas Persegi panjang adalah daerah yang berada di dalam batas
ruas persegi panjang tersebut. Untuk menghitung luas daerah
persegi panjang. Maka rumus persegi panjang dapat di tulis:
L=pxl
3) Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dapat diperoleh dengan
menghubungkan tiga titik tidak segaris.
Perhatikan gambar dibawah.
Segitiga ABC diperoleh dengan menghubungkan titik A, B, dan C.
Titik A, B, dan C dihubungkan dengan garis lurus.
C

A B

14
Sifat-sifat Segitiga:
- Mempunyai 3 sisi.
- Mempunyai 3 titik sudut.
Segitiga ABC diatas mempunyai sisi AB, AC, dan BC. Serta sudut
A, B, dan C.
Jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisinya.
1. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama
panjang dan ketiga sudutnya sama besar.
C

A B

2. Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai 2 sisi sama


panjang.

A B

3. Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak


sama panjang.
C

A B
Jenis-jenis Segitiga berdasarkan besar sudutnya

15
1. Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya
merupakan sudut lancip (besarnya kurang dari 90 0
C

A B

2. Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya


merupakan sudut tumpul (besarnya lebih dari 90 derajat
dan kurang dari 180 derajat ).
C B

A
3. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya
merupakan sudut siku-siku (besarnya 90 derajat).
C

A B

18

4. Keliling dan Luas Segitiga


a. Keliling Segitiga
Keliling segitiga adalah jumlah panjang sisi-sis
berbentuk segitiga . AB, AC, dan BC adalah sisi-sisi
keliling segitiga ABC:

16
C

A B

Kelilingsegitiga ABC = AB + BC + CA

K = AB+Bc+CA

b. Luas Segitiga
Diketahui: a = alas
t = tinggi
C. METODE MAKE A MATCH
1. Metode Make A Match Adalah: Metode permaianan dengan cara
bekerja sama 2 anak atau lebih dengan sistem mencari pasangan yang
tepat dari soal dan jawaban yang ada.
Dikembangakan pertama kalinya pada 1994 oleh Lorns Curran,
strategi Make a Match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam
ruang kelas. Tujuan dari metode ini antara lain: 1) pendalam materi; 2)
penggalian materi; 3)pembelajaran yang menyenangkan. (Huda, 2013:
251). Tata laksananya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan
beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini.

Beberapa persiapannya antara lain:


a. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang
dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian
menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan.
c. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat
dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika
kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.

17
d. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil
dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat aturan
ini bersama-sama dengan siswa).
e. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang
berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.
2. Langkah-langkah pembelajaran dengan Metode Make a Match.
a. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi di rumah.
b. Siswa dibagi ke dalam 2 atau 3 kelompok, misalnya kelompok A
dan B. Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
c. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu
jawaban untuk kelompok B.
d. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari
atau mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok
lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu
yang ia berikan kepada mereka.
e. Guru meminta semua anggota kelompok A mencari pasangannya di
kelompok B.Jika mereka sudah menemukan pasangan masing
masing,
guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat
mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan.

f. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu


sudah habis. Siswa yang belum menemukan pasangannya diminta
berkumpul sendiri.
g. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan
siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pertanyaan dan jawaban cocok atau
tidak.

18
h. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang
memberikan presentasi.
i. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai
seluruh pasangan melakukan presentasi.
3. Kelebihan dan kelemahan metode Make a Match
Kelebihan:
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar, baik secara kognitif maupun
fisik.
b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
c. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Efektif sebagai saran melatih keberanian siswa untuk tampil.
e. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Kelemahan:
a. Jika metode ini tidak persiapkan dengan baik, akan banyak waktu
yang terbuang
b. Pada awal-awal penerapan metode banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenis.
c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak
siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan,
karena mereka bisa malu.

d. Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan


ke-bosanan.
D. Media Gambar
1. Pengertian Media
Sebelum uraian ini sampai pada penggunaan media oleh guru
dalam proses belajar mengajar, ada baiknya dipahami apa yang
dimaksud media itu sebenarnya. Kata “media” berasal dari bahasa

19
Latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang secara
harfiah berarti “perantara atau pengantar”.
Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi
belajar atau penyalur pesan (Djamarah, 2013:120). Bila media adalah
sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan
manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti
yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebutketidakjelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada
anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat
mewakili apa yang guru kurang mampu ucapkan melalui kata-kata
atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan
dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah
mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Menurut Djamarah
(2013:121), bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan
sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media, maka media bukan
lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja
yang dapat dijadikan sebagai penyalur pengguna mencapai tujuan
pengajaran.
2. Media gambar
Dalam KBBI, gambar adalah tiruan barang (orang, binatang,
tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan
sebagainya pada kertas, kayu seperti gambar dua dimensi.

20
Jenis media gambar adalah media yang merupakan reproduksi bentuk
asli dalam dua dimensi, yang berupa foto, lukisan.
Fungsi media gambar
a. Membantu memudahkan siswa dan juga memudahkan
pengajaran guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata.
c. Menarik perhatian siswa.
d. Semua indra murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitas (nyata).
E. Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran awal, peneliti belum menggunakan metode
pembelajaran yang efektif akibatnya hasil pembelajarn rendah. Untuk
memperbaiki pembelajaran peneliti menggunakan metode Make A Match.
Dengan metode baru ini peneliti berharap hasil pembelajaran matematika
tentang bangun datar bagi siswa kelas IV SDN1 Banyuroto, Kecamatan
Adimulyo Tahun Pelajaran 2019/2020 meningkat

Secara garis besar kerangka pemikiran dari uraian di atas dapat ditunjukkan
dengan gambar sebagai berikut:

Guru belum Hasil belajar


Kondisi awal
menggunakanmet metematika rendah
ode pembelajaran
Guru Siklus I
efektif
Tindakan menggunakan menggunakan
metode Make A metode Make A
Hasil Belajar
Match Match secara klasikal
Kondisi matematika Siklus II
Akhir meningkat menggunakan
21
Metode Make A
Match secara
berkelompok
Gambar 2.10 Kerangka Berpikir

F. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dalam penelitian tindakan kelas
ini, penulis mengambil hipotesis tindakan “Metode Make A match
berbantu media gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika
materi bangun datar pada siswa kelas IV SDN 1 Banyuroto Tahun pelajarn
2019/2020.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan pihak yang membantu.
1. Subjek Penelitian
a. Karakteristik Siswa
Salah satu karakteristik PTK adalah penelitian yang dilakukan di
dalam kelas, sehingga penelitian ini berfokus pada perilaku interaksi
yang di lakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Karena siswa terlibat dalam penelitian, maka karakteristik siswa perlu
dipahami agar PTK berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang telag
dirumuskan. PTK dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Bnyuroto dengan
jumlah siswa 15 anak yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan. Usia mereka rata-rata 10 sampai dengan 11 tahun.
Kondisi fisik semua siswa semuanya baik, tidak ada yang mengalami
cacad. Mayoritas siswa berangka kesekolah dengan bersepeda, dengan

22
alasan lebih senang naik sepeda, namun ada 2 siswa yang berjalan
kaki. Prestasi akademik siswa pada hasil Penilaian Tengah Semester
(PTS) tahun Pelajaran 2019/2020 cukup bagus, namun masih terdapat
beberapa siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar pada
mata pelajaran tertentu.
b. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang menjadi bahan penelitian adalah:
Matematika tentang Bangun datar dengan spesifikasi sebagai berikut:
Standar Kompetensi (4)memahami dan menggunakan keliling dan
luas persegipanjang dan segitiga, dengan Kompetensi Dasar (4.9)
Menentukan keliling dan luas persegipanjang dan segitiga., dan

Indikatornya (4.9.1) Memahami rumus keliling dan luas


persegipanjang, dan (4.9.2) Memahami lrumus keliling dan luas
segitig
1. Tempat Penelitian
Subyek penelitian adalah tempat peneliti memperoleh informasi atau
data penelitian.

Gambar 3.1 Papan Nama SDN1 Banyuroto


Subyek penelitian adalah tempat peneliti memperoleh keterangan
atau data penelitian.

23
Gambar 3.2 Gapura dan gedung SDN1 Banyuroto

Subyek penelitian ini adalah semua siswa kelas IV sekolah SDN1


Banyuroto yang keseluruh berjumlah 15 siswa. Kelas tersebut
diambil sebagai subyek penelitian karena rata-rata hasil belajar
mereka yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa pada
umumnya sulit memahami materi, kurang aktif, dan kurang
bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran sehingga berimbas
pada hasil belajar yang rendah.

Gambar 3.3 Guru dan siswa kelas IV


Mata pelajaran yang menjadi bahan penelitian adalah: Matematika,
yaitu
Mengenai” Bangun Datar” Materi Semester II dengan spesifikasi
sebagai barikut:
a. Standar Kompetensi
4.Memahami dan menggunakan keliling dan luas persegi
panjang dan segitiga dalam pemecahan masalah.

24
b. Kompetensi Dasar
4.9Menentukan keliling dan luas persegi, persegipanjang dan
segitiga.

c. Indikator
4.9.1Menyelesaikan permasalahan tentang keliling dan luas
persegi
4.9.2Menyelesaikan permasalahan keliling dan luas persegi
panjang
4.9.3Menyelesaikan permasalahan keliling dan luas segitiga
Denah Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN1 Banyuroto, Kec. Banyuroto Kab,
Kebumen yang berlokasi di Rt 02/Rw 06, Desa Banyuroto Untuk lebih
jelasnya SDN1 Banyuroto dapat dilihat pada denah berikut:

Denah Lokasi Penelitian U


Wc kamar mandi S
dapur kantin
jl
R. UKS Kls I kantor R.KS parkiran .R
Kelas IV
R
II
R. perpus Rk
Kelas V
III

Kelas VI

mushola parkir

Jalan lingkungan

25
Gambar 3.4 Denah Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester II menurut kalender
pendidikan di SDN1 Banyuroto. Penelitian ini memerlukan waktu 3
(tiga) bulan yang mulai bulan Februari sampai dengan bulan April
2020. Kegiatan mulai dari izin penelitian sampai dengan Penelitian
laporan. Pengumpulan data dan penelitian setiap siklusnya adalah
sebagai berikut:
a. Siklus I: Pertemuan I Senin, 2 Maret 2020
Pertemuan II Senin, 9 Maret 2020
b. Siklus II:Pertemuan I Senin, 16 Maret 2020
Pertemuan II Senin, 23 Maret 2020
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

N Waktu Pelaksanaan
Jenis Kegiatan Februari Maret April
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

Penyusunan
2
Proposal
Penyusunan
3
Instrumen
Pengamatan
4
Awal
Pelaksanaan
5
Siklus I
Pelaksanaan
6
Siklus II
Analisis hasil per
8
siklus
9 Penyusunan

26
Laporan
a. Pihak yang membantu
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Dalam pelaksanaannya, peneliti dibantu oleh:

Nama : Suratmi, S,Pd.SD


NIP : 19681230 200701 2 012
Jabatan : Guru Kelas VI
Unit Kerja : SDN1 Banyuroto
Tugas :Mengobservasi pelaksanaan perbaikan
pembelajaran
Mulai Siklus I sampai dengan selesai.Memberikan masukan tentang
kekuatan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.Ikut
serta merencanakan perbaikan pembelajaran.
B. Desain Prosedur Perbaikan pembelajaran
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan Tindakan
a. Prosedur umum PTK
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian
yang berdaur, yang terdiri dari empat tahap yaitu:
1) Melakukan perencanaan. 2)Melakukan tindakan. 3) Mengamati
4) Refeksi.
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan dijadikan pedoman

27
Melakukan revisi rencana pembelajaran jika ternyata tindakan yang
dilakukan belum dianggap berhasil. Tahap-tahap Penelitian Tindakan
Kelas digambarkan seperti gambar berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Bagan 3.1 Daur Penelitian Tindakan Kelas (Ritata, 2007: 7)


Setelah siklus berlangsung beberapa kali, peneliti dapat menganalisa
hasilnya. Jika perbaikan yang diinginkan sudah berhasil, daur PTK pun
sudah berakhir. Setelah tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
dilaksanakan biasanya akan muncul masalah yang harus segera diperbaiki
agar tindakan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Berbagai
masalah yang timbul akan dapat dipecahkan melalui daur Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian dilaksnakan diawali adanya ide awal dari
peneliti. Dari ide tersebut peneliti melakukan study pendahuluan yang
dapat berupa wawancara dengan siswa, tes diagonik dan tes formatif.
Setelah memperoleh data, baru diadakan persiapan penelitian.

28
Jika perbaikan rencana yang ada, peneliti baru melaksanakan tindakan
penelitian. Bila perbaikan dianggap belum berhasil, maka diadakan
tindakan siklus berikutnya.Daur Penelitian Tindakan Kelas dalam dua
siklus dapat digambarkan sebagai berikut
IDE AWAL

Studi Pendahuluan
1.Proses pembelajaran
2.Tes diagnostik (data awal)
3.Analisis dokumen kelas
4.Wawancara dengan siswa
5.Diskusi dengan supervisor

Pemantapan
1.Refleksi
2.Studi literatur
3.Diskusi dengan supervisor

Persiapan Penelitian
1.Penyusunan RPPP, Tes Formatif, Lembar Observasi dan LKS
2.Mempersiapkan observer
3.demonstrasi

Tindakan Siklus I
1.Perencanaan Tindakan
2.Pelaksanaan Tindakan
3.Observasi
4.Refleksi Siklus I

Belum Tindakan Siklus II Berhasil


1.Perencanaan Tindakan
2.Pelaksanaan Tindakan
Revisi 3.Observasi Simpulan
4.Refleksi Siklus II

Gambar 3.3 Bagan Alur Proses Penelitian Tindakan Kelas

1. Deskripsi Pelaksanaan Perbaikan Persiklus


Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan perbaikan peneliti dengan
observer menentukan rencana perbaikan pembelajaran dengan materi
pembelajaran menjelaskan mata pelajaran matematika materi bangun
datar. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

29
1. Memeriksa kembali RPP yang telah disusun lengkap dengan semua
alat peraga yang dibutuhkan; 2. Memeriksa kelengkapan dan
ketersediaan alat pengumpul data; 3. Memeriksa skenario
pembelajaran yang akan diimplementasikan mulai kegiatan awal
sampai kegiatan akhir.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada pertemuan pertama, kegiatan awal dilaksanakan dengan
memberikan salam, mengabsen siswa, mengkondisikan siswa agar
siswa siap menerima pelajaran, memotivasi siswa, memberikan
apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam
kegiatan ini dilakukan dengan memberikan 5 buah pertanyaan yang
dikerjakan siswa secara tertulis sebagai tes awal atau pretes untuk
mengetahui keadaan awal siswa. Soal tes berbentuk uraian, semua
soal ditulis dipapan tulis. Selama siswa melakukan tes awal,
sesekali peneliti berkeliling melihat pekerjaan siswa, sampai batas
waktu yang ditentukan habis. Akhirnya pekerjaan siswa
dikumpulkan. Pada kegiatan akhir, setelah pekerjaan siswa
dikumpulkan, peneliti memerika hasil pekerjaan dengan dibantu
oleh siswa pula cara memerika pekerjaan siswa lain, menganalisis
hasil, memberikan tindakan tindakan tindak lanjut, akhirnya
pembelajaran pertemuan pertama berakhir. Peneliti menutup
pelajarn dengan mengucapkan salam. Kemudian mengajak siswa
membuat kesimpulan bersama. Pembelajaran berakhir dengan
mengucapkan salam.
Pertemuan kedua, diawali dengan memberikan salam,
mengabsen siswa, mengkondisikan siswa, memotivasi siwa,
melakukan tanya jawab sebagai berikut, sambil menunjukkan
gambar bangun kepada siswa, anak-anak benda yang bu guru

tunjukan kekalian tahukan ini disebut dengan nama bangun


datar apa? Ssaya tahu bu? Y nama bangun datar persegipanjang. Y

30
betul. Coba ini lagi benda yang b guru pegang tahukah kalian
benda yang berbentuk bangun datar apa? Segitiga b, Y benar. Nah,
Mari kita belajar matematika tentang bangun datar persegi panjang
dan segitiga. Siswa terlihat antusias, Guru membagi siswa dalam
dua kelompok A dan B kemudian meminta siswa untuk bergabung
dengan kelompoknya masing-masing. Guru membagikan materi
cara mencari keliling dan luas persegipanjang dan segitiga. Guru
meminta siswa pada kelompok A mencari jawaban dan
mencocokan soal yang dipegang dengan jawaban pada kelompok
B.Setiap siswa memastikan jawaban dan soalnya sudah benar.
Setiap anggota kelompok pada soal dan jawaban yang sudah benar
bergabung menjadi satu kelompok. Siswa diminta untuk
bekerjasama menyelesaikan tugas dari guru sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Guru memantau setiap kelompok dan
mempersilahkan siswa bertanya jika ada kesulitan. Guru mengecek
pemahaman siswa dengan memanggil salah satu kelompok dari
beberapa kelompok yang sudah terbentuk untuk mempersentasikan
jawabannya begitu seterusnya hingga semua kelompok
mempersentasikan jawabannya. Siswa yang ditunjuk maju kedepan
untuk menjawab pertanyaan, jawaban dari siswa yang ditunjuk
merupakan wakil dari jawaban kelompok.
Kelompok lain menanggapi jika ada jawaban yang lainnya. Guru
memberikan penghargaan berupa tanda bintang kepada kelompok
yang menjawab betul .
Kegitan penutup, guru bersama siswa menympulkan materi yang
dipelajari.

c. Tahap refleksi
Berdasarkan data yang terkumpul dan data hasil diskusi,
dilakukan pe-nelaahan dan mencoba menyimpulkan. Kesimpulan

31
menunjukkan bahwa pemahaman siswa mulai meningkat. Peneliti
melakukan re fleksi dengan mengajukan pertanyaan kepada diri
sendiri; mengapa siswa tidak diberi kesempatan satu persatu untuk
menjawab pertanyaan secara lisan sehingga melatih siswa
berpendapat dan berbicara?; mengapa kelas menjadi ribut?;
mengapa banyak siswa yang belum mencapai kkm?
Berdasarkan hasil refleksi, peneliti memutuskan untuk mengadakan
Perbaikan siklus dua sebagai berikut; posisi duduk diubah menjadi
setengah lingkaran. Dengan cara ini diharapkan seluruh siswa
melihat peragaan, setiap siswa bebas mengekspresikan diri dengan
melakukan percakapan yang telah dibuat dengan teman
sekelompoknya.
1. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I, dalam
rencana per-baikan siklus II, peneliti mencoba
menyempurnakan tindakan dengan melakukan persiapan
sebagai berikut; siswa diberi kesempatan dalam kelompok
salah satu siswa untuk mewakili menjelaskan luas bangun
datar dan menerapkan metode make a match dengan teman
sekelompoknya.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama kegiatan diawali dengan
mengucapkan salam,Mengabsen siswa, mengkondisikan siswa,
memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan ini menggunakan metode Make A Match.

Kegiatan dilanjutkan dengan setiap kelompok memprosentasikan


hasil dengan pasangannya didepan kelas. Sementara kelompok
yang lain menanggapi dan memberikan komentarnya sehingga

32
kondisi kelas sangat hidup seluruh kelompok aktif, peneliti
mengajak siswa mengajak siswa membuat kesimpulan.
Hasil kesimpulan ditulis di buku tulis siswa masing-masing.
Pembelajaran berakhir. Pembelajaran ditutup dengan salam.
Pertemuan kedua, kegiatan diawali dengan mengucapkan salam,
mengabsen siswa, memotivasi, menyampaikan tujuan
pembelajaran. Kemudian memberikan dua soal matematika bangun
datar yang secara tertulis. Hasil dikumpulkan, diperiksa, dinilai,
dianalisis dan ditindaklanjuti. Pembelajaran berakhir. Peneliti
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
a. Tahap Pengamatan
Seperti pada pertemuan pertama, teman sejawat yang bertugas
sebagai observer mulai mengamati jalannya proses perbaikan
pembelajaran yang berlangsung dalam dua kali pertemuan. Dengan
berbekal lembar observasi yang telah disepakati bersama, diakhir
pembelajarn observer dan peneliti memanggil beberapa siswa
untuk diminta komentarnya apakah metode yang dilakukan
mempermudah mereka memahami materi. Peneliti dan observer
melakukan diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan
kelebihan dari proses pembelajaran, Hal ini dijadikan sebagai
dasar refleksi untuk proses perbaikan pembelajaran berikutnya.
b. Tahap Refleksi
Dari hasil diskusi balikan diperoleh data hasil observasi antara lain:
1) Pembelajaran berlangsung kondusif dan interaktif. Siswa
kelihatan
senang belajar. Hal ini tampak keaktifan dan keseriusan siswa
dalam melaksanakan tugasnya;

2) Jumlah siswa 15, yang 14 siswa mencapai kkm yang telah


ditetapkan;

33
3) Sesuai indikator yang ditentukan, siswa yang benar-benar aktif
dan sungguh-sungguh dalam belajar berjumlah 15 siswa.
Hal ini berarti bahwa semua siswa telah menunjukkan
keaktifan kesungguhannya dalam belajar, Empat dari lima
siswa berhasil diminta komentarnya, seluruh siswa
mengatakan bahwa metode pembelajaran menggunakan Make
A Match sangat membantu mereka dalam memahami materi
belajar, sehingga proses perbaikan pembelajaran dihentikan
pada siklus II ini.
C. Analisa data adalah: Proses mengatur urutan data.
Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,
1) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: data kuantitatatif dan
Kualitatif. Wina Sanjaya (2009; 106) mengatakan bahwa data PTK
bisa dilakukan dengan data kuantitatif dan kualitatif.
a) Jenis data Kualittif dan Kuantitatif
Jenis Data Kuantitatif
Data Penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data tentang hasil
tes formatif siswa sebelum dan sesudah diadakan perbaikan dan
data kualitatif data tentang keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran.
b) Sumber Data Kualitatif
Data Penelitian ini diperoleh dari siswa yang berupa hasil belajar
dan aktivitas siswa ketika diamati dalam kegiatan pembelajaran
yang tertuang dalam lembar pengamatan yaitu dari siswa kelas IV
SDN1 Banyuroto.

Data juga diperoleh dari peneliti sendiri sebagai guru kelas IV.
Pengamat juga merupakan sumber data penelitian ini, yaitu melalui

34
lembar pengamatan pembelajarn yang akan digunakan untuk bahan
penelitian dan pengambilan tindakan selanjutnya.
c) Teknnik Pengumpulan Data
Tekni atau cara yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
lembar penamatan, angket siswa, lembar evaluasi, lembar analisis,
dan daftar nilai tes formatif siswa.
2) Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi sistematis, yaitu menggunakan instrumen pengamatan.
Instrumen pengamatan berupa daftar pengamatan yang berisi item-
item kejadian atau tindakan yang dilakukan dalam penelitian.
Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan pembelajaran.
D. Indikator Kinerja
Indikator kinerja untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Keaktifan belajar
Seorang peserta didik dinyatakan aktif belajar apabila memberikan respon
positif terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru.
Perbaikan pembelajaran dilihat dari segi keaktifan belajar dinyatakan
berhasil apabila 93% atau lebih dari jumlah peserta didik memberikan
respon positif terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru.

2. Hasil belajar
Seorang peserta didik dinyatakan tuntas belajar apabila berhasil
memperoleh nilai 75 atau lebih dalam mengikuti tes akhir pembelajaran
sesuai dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 75

35
Perbaikan pembelajaran dilihat dari hasil belajar dinyatakan berhasil
apabila 93% atau lebih dari jumlah peserta didik berhasil mencapai kriteria
tuntas belajar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran
Matematika dengan Kompetensi dasar menentukan keliling persegipanjang dan
segitiga, Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bahwa metode Make a Match
berbantu Media Gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika materi Bangun Datar kelas IV di SDN1 Banyuroto
Tahun Pelajaran 2019/2020 .
a. Studi Awal

36
Data kondisi awal dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1 Nilai tes formatif Studi Awal


No Nama Siswa KKM Studi Keterangan
Awal
1 Gita Anisa Putri 75 70 - Belum tuntas
2 Akbar Fatir Nurohman 75 50 - Belum tuntas
3 Andika Maulana S 75 70 - Belum tuntas
4 Bintang Ghinaa K 75 80 Tuntas -
5 Fandi Dwi Hartanto 75 70 - Belum tuntas
6 Kayza Purbanasari Sy 75 50 - Belum tuntas
7 Khilisyah Ajeng T.W 75 80 Tuntas -
8 Lifia Ayu Saputri 75 90 Tuntas -
9 Rahma Aulia Safitri 75 60 - Belum tuntas
10 Resti Shifa Rahmawati 75 80 Tuntas -
11 Ridwan Abid Rifai 75 60 - Belum tuntas
12 Risma Nanda Latiffah 75 80 Tuntas -
13 Tiara Mahdiah 75 70 - Belum tuntas
14 Zyfara Angelina Rosadi 75 60 - Belum tuntas
15 Fhindy Nur Ainy 75 60 - Belum tuntas
Jumlah 75 1.030 5 10
Rata-rata 69

Data Kondisi awal dapat dilihat sebagai berikut:


Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pembelajaran studi awal, dari 15
siswa, baru 5 anak yang tuntas belajar anak yang tuntas belajar, sedangkan 10
siswa yang lain belum tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
grafik ketuntasan belajar awal berikut ini:

37
80

70

60

50

40 Tuntas
Column1
30

20

10

0
Prosentase

Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Belajar Studi Awal

Dari tabel dan diagram di atas dapat diperoleh keterangan bahwa pada studi
awal, kelas IV SDN1 Banyuroto dari jumlah 15 siswa, baru 33% yang tuntas
belajar dan 67% belum Tuntas. Siswa yang benar-benar telah menunjukkan
keaktifan belajar sebanyak 5, Sedangkan sisanya yang belum aktif mengikuti
pembelajaran.
Dengan demikian pembelajaran pada studi awal belum sesuai dengan yang
diharapkan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I.

B. Deskripsi Siklus 1
1. Siklus Pertama pertemuan pertama (1)
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan meliputi:
1) Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dan
materi yang akan diajarkan.

38
2) Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode Make A
Match.
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai SK 4
Memahami dan menggunakan keliling dan luas persegi, persegi
panjang dan segitiga dalam pemecahan masalah, KD 4.9
Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan luas persegi,
persegi panjang dan segitiga.
4) Menyiapkan media pembelajaran.
5) Melakukan koordinasi dengan observer.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan pembelajaran mengguna-
kan metode Make A Match dari kegiatan awal sampai akhir. Tindakan
siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari senin, Senin, 2 Maret 2020,
mulai dari pukul 07.30- pukul 08.40 WIB ( 2 jam pembelajaran atau 2x 35
menit). Pelaksanaan tindakan dihadiri ( 4 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan). Peneliti melibatkan satu observer untuk mengamati kegiatan
pembelajaran. Materi yang diajarkan menentukan rumus persegi, persegi
panjang, dan segitiga. Kegitan pembelajaran ini meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

1). Kegiatan awal


a) Guru mengucapkan salam
b) Mengajak siswa berdoa
c) Mengecek kehadiran siswa
d) Guru menyampaikan acuan dan tujuan pembelajarn mengenai ru-
mus keliling dan luas bangun datar.
e) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.

39
2) Kegiatan Inti
a) Siswa bersama guru mencermati bangun persegi dari berbagai
benda yang dibawa oleh guru.
b) Siswa bertanya-jawab dengan guru/teman sekelompok tentang
keliling persegi
c) Siswa mengelompok sesuai dengan petunjuk.
d) Siswa mengambil kartu belajar di meja guru.
e) Siswa dalam kelompok merumuskan masalah tentang rumus keliling
Persegi, persegi panjang dan segitiga.
f) Siswa dalam kelompok mengambil undian kartu belajar tentang rumus
Luas persegi, persegi panjang, dan luas segitiga.
g) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba beraktivitas dalam mencari
pasangan rumus bangun tersebut.
h) Siswa diberi kesempatan untuk berpikir dan bekerja sama dalam
kelompok.
i) Siswa dalam kelompok mencari pasangan soal pertanyaan dan soal
jawaban tentang rumus keliling persegi, persegi panjang, segitiga
dan luas persegi,persegi panjang dan segitiga.
j) Siswa mempresentasikan hasil penyelidikan hasil kelompok tentang
bangun seperti diatas.
k) Siswa dipandu untuk membuat kesimpulan tentang rumus bangun
datar, persegi, persegi panjang, dan segitiga.

l) Siswa diberi penguatan dan umpan balik positif terhadap


keberhasilannya, dengan acungan jempol.
m)Siswa memperhatiakn penjelasan/konfirmasi guru tentang hasil
memasangkan rumus, keliling dan luas bangun datar.
n) Siswa memperhatikan penjelasan/konfirmasi guru tentang hasil
memasangkan rumus luas persegi panjang.
o) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang luas segitiga
p) Siswa melakukan refleksi.

40
q) Siswa diberi motivasi, terutama bagi yang belum berpartisipasi aktif
3) Kegiatan Akhir
a) Menanyakan materi yang belum dipahami .
b) Mencatat hal-hal yang penting
c) Melakukan refleksi
d) Mengerjakan soal evaluasi dan tindak lanjut.
Foto kegiatan guru dan siswa pada siklus pertama (1) pertemuan pertama

Gambar 1. Guru menjelaskan materi

Gambar 2. Siswa berdiskusi dalam kelompok besar dan observer mengamati.

41
Gambar 3. Guru membimbing bersama siswa

c. Pengamatan/Observasi
1). Penerapan metode Make A Match
Kegiatan observasi mengenai penerapan metode make A Match
dilaksanakan terhadap guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung
dengan berpedoman pada lembar observasi. Observer dalam penelitian ini
adalah teman sejawat.
Observer atau teman sejawat juga membantu mengadakan tanya
jawab dengan siswa yang belum tuntas belajar. Kami kemudian
mengadakan diskusi setelah pembelajaran selesai sebagai refleksi kegiatan
tersebbut. Hasil diskusi dan refleksi akan peneliti jadikan dasar siklus
berikutnya. Hasil observasi yang dilakukan selama siklus pertemuan
pertama berlangsung menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, yakni
keberhasilan dalam proses pembelajran dan hasil pembelajaran meningkat,
yang dapat didiskripsikan sebagai berikut:
a) Keberhasilan Proses
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran matematika
kompetensi dasar menghitung luas persegi, persegi panjang dan segitiga
yang dilaksanakan secara kelompok, tampak bahwa siswa tertarik dan
termotivasi menyelesaikan LKS tentang rumus keliling dan luas persegi,
persegi panjang dan segitiga. Siswa mulai mengerjakan dengan
menggunkan prosedur yang benar . Ada beberapa siswa yang masih

42
bingung menerapkan rumus keliling dan luas persegi, persegi panjang,
segitiga.
b) Keberhasilan Produk
Berdasarkan data hasil belajar menunjukan adanya peningkatan
hasil belajar siswa dalam matematika kompetensi dasar menentukan
rumus unutk menghitung keliling dan luas persegi panjang dalam
pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran belum menggunakan
metode Make A Match.

d. Refleksi
Siklus pertama pertemuan pertama menunjukkan bahwa masih
terdapat kendala dalam pembelajaran dengan metode Make A Match
,Konsep tersebut belum sepenuhnya dapat dipahami oleh siswa. Selama
tindakan pada siklus pertama berlangsung, peneliti dan kolaborator
melakukan pengamatan serta menganalisa hasil pembelajaran menghitung
luas persegi panjang. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada akhir
pembelajaran matematiak kompetensi menghitung luas segitiga dapat
direfleksikan bahwa masih muncul kendala kekurangan dan kelemahan.
Namun bukan karena tingkat kemampuan siswa tetapi proses pembelajaran
yang dilaksanakan guru belum sepenuhnya dapat dipahami secara
maksimal. Guru telah menerapkan metode Make A Match dengan memberi
contoh dan memberi contoh dan mengerjakan tugas secara kelompok
maupun individu tetapi pemahaman mereka belum dapat maksimal .
Walaupun belum dapat memaksimalkan hasil tetapi peningkatannya cukup
yaitu tuntas 67%. Siswa sudah melakukan operasi hitung keliling persegi
sesuai dengan prosedur. Memang semua siswa belum termotivasi secara
maksimal, tetapi perkembangannya dan pemahamannya sudah bangus. Hal
tesebut terlihat pada hasil pekerjaanya. Kesulitan yang masih dihadapi
siswa adalah:
1. Siswa kesulitan memasukan bilangan kerumus segitiga.

43
Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut
diatas adalah guru memberi contoh cara memasukan angka kedalam
rumus segitiga. Selanjutnya guru dibantu kolaborator membimbing
siswa, memberi motivasi dan semangat agar siswa rajin berlatih
dirumah untuk menghitung luas segitiga.

2. Siklus Pertama Pertemuan Kedua.


a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus I pertemuan II pada dasarnya tidak
berbeda dengan perencanaan pada siklus I pertemuan I. Perencanaan
yang dlakukan peneliti pada siklus I pertemuan II antara lain: 1)sharing
dengan teman sejawat/observer mengenai refleksi tindakan pada siklus
1 pertemuan 1, 2)Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mengenai SK 4. Memahami dan menggunakan keliling dan luas
persegi, persegi panjang dan segitiga dalam pemecahan masalah,
KD4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan rumus keliling dan
luas persegi, persegi panjang dan segitiga. 3) menyiapkan media
pembelajaran, yaitu benda-benda berbentuk persegi,persegipanjang,
segitiga, dan 4) melakukan koordinasi dengan observer mengenai
pelaksanaan pembelajaran sesuai rencana yang telah disusun.
b. Pelaksanaan
Tindakan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 9 Maret 2020, mulai dari 07.30-08.40 WIB (jam
pembelajaran atau 2x35 menit). Pelaksanaan tindakan dilakukan
oleh peneliti dan dihadiri 15 siswa ( 4 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan). Peneliti melibatkan observer untuk mengamati
kegiatan pembelajarn. Materi yang diajarkan adalah perkalian dan

44
pembagian pada rumus segitiga. Kegiatan pembelajaran ini
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan awal
a) Guru mengucap salam
b) Guru mengajak siswa berdoa
c) Mengecek kehadiran siswa

d) Guru menyampaikan acuan dan tujuan pembelajaran


mengenai perkalian dan pembagian pada rumus luas
persegi, persegi panjang dan luas segitiga.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa bersama guru mencermati gambar berbentuk,
persegi,persegi panjang dan segitiga.
b) Siswa bertanya jawab dengan guru/teman sekelompok
tentang keliling persegi.
c) Siswa mengelompok sesuai dengan petunjuk.
d) Siswa dalam kelompok merumuskan masalah tentang luas
persegi, persegi panjang dan segitiga.
e) Siswa dalam kelompok mengajukan hipotesis tentang luas
bangun persegi, persegi panjang dan segitiga.
f) Siswa melakukan penyelidikan dalam kelompok tentang
langkah-langkah mengitung luas bangun persegi panjang
yang sudah diketahui lebar dan panjangnya.
g) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba berkreativitas
dalam menghitung kreatifitas menghitung bangun segitiga
yang sudah diketahui sisi segitiga dengan panduan lKS.
h) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menyelidiki luas
persegi panjang dengan panduan LKS.
i) Siswa diberi kesempatan untuk berpikir dan bekerja sama
dalam kelompok

45
j) Siswa dalam kelompok melakukan penyelidikan tentang
luas n segitiga yang sudah diketahui tinggi segitiga .
k) Siswa diberi contoh oleh guru untuk menyelidiki luas
persegi panjang yang sudah diketahui sisinya.
l) Siswa dalam kelompok menganalisis data yang telah
diperoleh tentang luas persegi panjang.

m) Siswa dalam kelompok menyimpulkan hasil penyelidikan


tentang luas persegi yang diketahui sisinya. Siswa dalam
kelompok menghitung luas berbagai bangun datar sudah di
ketahui panjangnya.
n) Siswa mempresentasiakn hasil penyelidikan tentang luas
segitiga sudah diketahui sisinya.
o) Siswa mengumpulkan LKS tentang hasil penyelidikan luas
segitiga diketahui sisinya.
p) Siswa dipandu untuk membuat kesimpulan tentang
penyelidikan luas segitiga.
q) Siswa diberi penguatan dan umpan balik positif terhadap
keberhasilannya.
r) Siswa memperhatikan penjelasan/konfirmasi guru tentang
hasil penyelidikan luas segitiga yang diketahui sisnya.
s) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang luas persegi
panjang yang diketahui lebar dan panjangnya,
t) Siswa melakukan refleksi.
u) Siswa di bei motivasi, terutama bagi ayng belum
berpartisipasi aktif.
3) Kegiatan Akhir
a) Menanyakan materi yang belum dipahami.
b) Mencatat hal-hal yang penting.
c) Melakukan refleksi.
d) Mengerjakan soal evaluasi.

46
e) Melakukan remidi atau pengayaan.
Foto kegiatan guru dan siswa pada siklus pertama (1)
pertemuan kedua adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Siswa bersama dalam satu kelompok

Gambar 5. Guru membimbing siswa dalam kegiatan kelompok

c. Pengamatan/Observasi
1) Penerapan metode make a match

47
Kegiatan observasi mengenai metode make a match
dilaksanakan terhadap guru dan siswa selama pembelaja berlangsung
dengan berpedoman pada lembar observasi. Observer dalam
penelitian ini adalah teman sejawat.
Hasil observasi yang dilakukan selama siklus pertama
pertemuan pertama berlangsung menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar yang sangat signifikan, yakni keberhasilan dalam proses
pembelajaran dibuktikan dengan siswa yang sudah memberikan
respon positif dan mulai aktif saat kegiatan saat pembelajaran
pembelajaran berlangsung, dan mengomunikasikan hasil diskusi .
Adanya peningkatan motivasi belajar berdampak pada hasil
pembelajaran meningkat, yang dapat didiskripsikan sebagai berikut:
a). Keberhasilan Proses
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran
matematika kompetensi dasar menghitung keliling dan luas abngun
datar persegi yang dilaksanakan secara berkelompok besar tampak
bahwa siswa tertarik dan motivasi menyelesaikan LKS tentang
menghitung luas persegi. Siswa mulai mengerjakan dengan
menggunakan prosedur yang benar. Ada beberapa siswa yang dalam
menghitung masih belum cermat.
c) Keberhasilan produk
Berdasarkan data hasil belajar pada siklus pertama pertem
muan pertama, menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa
dalam matematika kompetensi dasar menghitung luas segitiga.

Perubahan hasil belajar siswa tampak pada kemampuan siswa


menghitung luas segitiga. Berdasarkan data hasil belajar menunjukkan
adanya perbedaan yang cukup signifikan antara hasil belajar setelah
guru menggunakan metode amake a match.

48
Refleksi
Secara keseluruhan, kegiatan gur, respon siswa, dan hasil belajar dalam
penerapan metode make a match pada siklus I pertemuan II sudah baik.
Kegiatan guru sudah mencapai target penelitian yaitu, namun respon
siswa dan hasil belajar siswa belum mencapai target penelitian. Hasil
observasi terhadap kegiatan guru adalah 77%, hasil observasi terhadap
siswa adalah 67% dan ketuntasan hasil siswa adalah 73%. Terdapat
beberapa kendala dalam penerapan metode make a match yang terjadi
pada siklus I pertemuan II, yaitu: 1) beberapa siswa masih sering
bermain-main, 2) siswa gadhuj ketika dibentuk kelompok belajar, 3)
Guru kurang membimbine siswa untuk aktif mencari informasi yang
berkaitan dengan pemecahan masalah, sehingga hanya beberapa siswa
yang aktif mengumpulkan informasi, 4) guru kurang mengarahkan
siswa untuk emperhatikan kelompok yang sedang mempersentasikan
hasil diskusi, sehingga siswa main-main sendiri ketika kelompok lain
menyampaikan hasil diskusi, 5)tidak semua siswa memberikan
tanggapan atas pertanyaan yang diberikan guru, 6) guru belum
membimbing siswa menuliskan kesimpulan materi yang telah dipelajari
di papan tulis, 7) guru sulit mengarahkan siswa untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diberikan dan siswa merasa malu untuk
bertanya dan takut salah untuk menjawab pertanyaan guru, serta 8)
kurangnya alokasi waktu.

Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi kendala tersebut


adalah: 1) guru lebih memotivasi siswa agar siap menerima
pembelajaran, 2) guru meminta siswa untuk tenang dan menertibkan
siswa, 3) guru lebih membimbing siswa untuk aktif mencari informasi
yang berkaitan dengan pemecahan masalah, 4) guru lebih mengarahkan
siswa untuk memperhatikankelompok yang sedang mempresentasikan

49
hasil diskusi, 5) guru lebih memotivasi siswa untuk berani menjawab
pertanyaan guru, 6) guru lebih membimbing siswa untuk menuliskan
kesimpulan materi yang telah dipelajari, 7) guru lebih memotivasi siswa
untuk berani bertanya dan mengajukan pertanyaan, serta 8) guru lebih
pandai dalam mengatur waktu pembelajaran.
3. Analisis Tindakan Siklus I
a. Penerapan Metode Make a match
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dapat dibandingkan
hasil observasi antara petemuan I dan pertemuan II.
Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Observasi pada siklus I
Hasil Belajar Rata-rata Belum Tuntas Tuntas
Pra siklus 69 67% 33%
Siklus I 77 27% 73%

Dari tabel dan diagram di atas diperoleh keterangan bahwa pada


studi awal, kelas IV SDN 1 Banyuroto dari jumlah 15 siswa, baru
33% yang tuntas belajar dan 67% belum tuntas. Siswa yang benar-
benar telah menunjukkan keaktifan belajar sebanyak, Sedangkan
sisanya yang belum aktif mengikuti pembelajaran.

Dengan demikian pembelajaran pada studi awal belum sesuai


dengan yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan siklus
I.

50
90

80

70

60

50 Rata-rata
Belum Tuntas
40
Tuntas
30

20

10

0
Pra siklus Siklus 1

Dari grafik diatas dijelaskan sebagai berikut:


1. Pada studi awal yang tuntas 33%, nilai rata-ratanya 67.
2. Pada siklus I yang tuntas 73%, nilai rata-ratanya 77.
b.Peningkatan hasil belajar siswa
Perbandingan hasil belajar siswa pada pra siklus dan siklus I dapat
dilihat pada grafik diatas.
1. Siklus II Pertemuan pertama (1)
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang dilakukan meliputi:
1) Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode Make A Match:
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Menyiapkn media pembelajaran.
4) Melakukan koordinasi observer.

b.Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan pembelajaran menggunakan

51
Metode Make A Match dari kegiatan awal sampai akhir. Tindakan siklus II
pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin, 16 maret 2020, mulai dari 07.30-
08.40 ( 2 jam pembelajaan atau 2 x 35 menit). Pelaksanaan tindakan dihadiri
15 siswa (4 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan). Peneliti melibatkan
satu observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran. Materi yang
diajarkan adalah menghitung kelilling dan luas bagian setitiga. Kegiatan
pembelajaran ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan awal
a) Guru mengucapkan salam
b) Mengajak siswa berdoa
c) Mengecek kehadiran siswa
d) Guru menyampaikan acuan dan tujuan pembelajaran mengenai
penerapan rumus bangun datar pada bangu persegi panjang.
e) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa bersama guru mencermati berbagai bangun datar yang dibawa
oleh guru.
b) Siswa bertanya jawab dengan guru/teman sekelompok tentang luas
persegi panjang.
c) Siswa mengelompok sesuai dengan petunjuk.
d) Siswa mengambil beberapa benda berbentuk persegi dimeja guru.
e) Siswa dalam kelompok merumuskan tentang luas segitiga.
f) Siswa dalam kelompok mengajukan hipotesis tentang luas persegi.
g) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba berkreativitas dalam
mencari rumus luas persegi panjang dengan panduan LKS.

56
h) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menyelidiki mencari rumus
luas persegi dengan panduan LKS.
i) Siswa diberi kesempatan untuk berpikir dan bekerja sama dalam
kelompok.

52
j) Siswa diberi contoh oleh guru untuk mencari rumus keliling persegi.
k) Siswa dalam kelompok menganalisis data yang telah diperoleh.
l) Siswa dalam kelompok menyimpilkan hasil penyelidikan tentang
keliling persegi panjang.
m) Siswa mempresntasikan hasil penyelidikan tentang keliling segitiga.
n) Siswa dipandu untuk membuat kesimpulan tentang penyelidikan luas
persegi.
o) Siswa diberi penguatan dan umpan balik positif terhadap
keberhasilannya, dengan memberi acung jempol.
p). Siswa memperhatikan penjelasan/konfirmasi guru tentang hasil
penyelidikan luas segitiga.
q) Siswa memperhatikan penjelasan guru trntang luas persegi panjang .
r) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang luas bangun datar.
s) Siswa melakukan refleksi.
t) Siswa diberi motivasi, terutama bagi yang belum berprestasi aktif.
Kegiatan Akhir
a). Menanyakan materi yang belum dipahami
b) Mencatat hal-hal yang penting
c) melakukan refleksi
d) Mengerjakan soal evaluasi
e) melakukan remidi atau pengayaan

57
Foto Kegiatan guru dan siswa pada siklus kedua (II) pertemuan (1) adalah
sebagai berikut:

53
Gambar 6. Guru menjelaskan dan bertanya jawab tentang luas segitiga

Gambar 7. Siswa dalam kelompok kecil

Gambar 8. Guru membimbing siswa saat berdiskusi penarik kesimpulan

54
Gambar 9. Kelompok mempersentasikan hasil diskusi observer melakukan
Pengamatan
59

Gambar 10. Tanya jawab materi presentasi


a. Pengamatan/Observasi
1) Penerapan metode Make A Match
Kegiatan observasi mengenai penerapan metode make a match di
laksanakan terhadap guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung
dengan berpedoman pada lembar observasi. Observer dalam penelitian
ini adalah teman sejawat.
Hasil observasi yang dilakukan selama siklus kedua pertemuan
pertama berlangsung menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar yang sangat signifikan, yakni keberhasilan dalam
pembelajaran dibuktikan dengan siswa yang sudah memberikan
respon positif dan mulai aktif saat kegiatan pembelajaran
berlangsung, dan mengomunikasikan hasil diskusi. Adanya
peningkatan motivasi belajar berdampak pada hasil pembelajaran
meningkat, yang dapat didiskripsikan sebagai berikut:

55
c)Keberhasilan Proses
Berdasarkan pengamatan selama Proses pembelajaran matematika
kompetensi dasar menghitung keliling dan luas persegi,persegi panjang
dan segitiga yang dilaksanakan secara kelompok kecil, tampak bahwa
siswa tertarik dan termotivasi menyelesaikan LKS tentang menghitung
bangun datar segitiga mengerjakan dengan prosedur yang benar.
a) Keberhasilan Produk
Berdasarkan data hasil belajar pada siklus kedua pertemuan
pertama, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa
b) Refleksi
Secara keseluruhan, kegiatan guru, respon siswa, dan hasil belajar
siswa dalam penerapan metode make a match pada siklus II pertemuan
I sudah baik, mencapai 73%.
Terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode make a match
yang terjadi pada siklus II pertemuan I, yaitu 1) beberapa siswa masih
sering bermain-main, 2) siswa gaduh ketika dibentuk kelompok belajar.
Solusi yang diberikan untuk mengatasi kendala tersebut adalah: 1)
guru lebih memotivasi agar siswa siap menerima pembelajaran, 2) guru
meminta siswa untuk tenang dan menertibkan siswa.
2.Siklus Kedua Pertemuan Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II pertemuan II pada dasarnya tidak ber-
Beda dengan perencanaan pada siklus II pertemuan I. Perencanaan yang
dilakukan peneliti pada siklus I pertemuan II antara lain:
1) sharing dengan teman sejawat/observer mengenai refleksi tindakan
pada siklus II pertemuan I, 2) menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) KD 4.9 Menghitung keliling dan luas bangun
datar peregi dengan menggunakan rumus.

56
3)Menyiapkan media pembelajaran, dan 4) melakukan koordinasi
dengan observer mengenai pelaksanaan pembelajarn sesuai rencana
yang telah disusun.
b.Pelaksanaan
Tindakan siklus II pertemuan II dilaksanakan pada hari
Senin, tanggal 23 Maret 2020, mulai dari 07.30-08.40 WIB ( 2jam
pembelajaran atau 2x35 menit). Pelaksanaan tindakan dilakukan
oleh peneliti dan di hadiri 15 siswa ( 4 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan). Peneliti melibatkan observer untuk mengamati
kegiatan pembelajaran. Materi yang diajarkan adalah menghitung
bangun persegi, persegi panjang dan segitiga menggunakan rumus.
Kegiatan pembelajaran ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan awal
a) Guru mengucapkan salam
b) Mengajak siswa berdoa
c) Mengecek kehadiran siswa
d) Guru menanyakan acuan dan tujuan pembelajaran mengenai
bangun datar persegi, pesegi panjang dan segitiga.
e) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa bersama guru mencermati bangun datar.
b) Siswa bertanya jawab dengan guru/teman sekelompok tentang
konsep luas bangun datar.
c) Siswa mengelompok merumuskan masalah tentang keliling dan
luas bangun datar.
d) Siswa dalam kelompok merumuskan masalah tentang luas abgun
datar.

e) Siswa dalam kelompok mengajukan hipotesis tentang luas bangun


datar.

57
f) Siswa melakukan penyelidikan dalam kelompok tentang langkah-
langkah pengitungan bangun datar dengan panduan LKS.
g) Siswa diberi kesempatan untuk berakreativitas dalam menghitung
keliling dan luas bangun datar.
h) Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menyelidiki luas bangun
datar .
i) Siswa diberi kesempatan untuk berpikir dan bekerja sama dalam
kelompok
j) Siswa dalam kelompok melakukan penyelidikan tentang luas
bangun datar segitiga.
k) Siswa diberi contoh oleh guru untuk menyelidiki luas bangun datar.
l) Siswa dalam kelompok menganalisa data yang telah diperoleh
tentang luas bangun datar.
m) Siswa dalam kelompok menyimpulkan hasil penyelidikan tentang
luas bangun datar.
n) Siswa dalam kelompok menghitung berbgai bangu datar.
o) Siswa mengumpulka LKS tentang hasil penyelidikan bangun datar.
p) Siswa dipandu untuk membuat kesimpulan tentang penyelidikan
luas bangun datar.
q) Siswa diberi penguatan dan umpan balik positif terhadap
keberhasilannya.
r) Siswa memperhatikan penjelasan/konfirmasi guru tentang hasil
penyelidikan luas bangun dasar.
s) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang luas bangun datar.
t) Siswa melakukan refleksi.
u) Siswa diberi motivasi, terutama bagi yang belum berpartisipasi
aktif.

3) Kegiatan Akhir
a) Menanyakan materi yang belum dipahami.
b) Mencatat hal-hal yang penting

58
c) Melakukan refleksi
d) Mengerjakan soal evaluasi
e) Melakukan remidi atau pengayaan
Foto kegiatan guru dan siswa pada siklus kedua (II) pertemuan adalah
sebagai berikut:

Gambar 11. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan bertanya jawab

Gambar 12. Siswa mencermati materi pembelajaran

Gambar 13. Guru membimbing diskusi kelompok


c.Pengamatan/observasi

59
1) Penerapan metode make a match
Kegiatan observasi mengenai penerapan metode make amatch
dilaksanakan terhadap guru dan siswa selama pembelajaran
Berlangsung dengan berpedoman pada lembar observasi. Observasi
dalam penelitian aini adalah teman sejawat.
Hasil observasi yang dilakukan selama siklus kedua pertemuan
kedua berlangsung menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
sangat signifikan, yakni keberhasilan dalam proses pembelajaran
dibuktikan dengan siswa yang sudah memberikan respon positif dan
mulai aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung, dan
mengomunikasikan hasil diskusi. Adanya peningkatan motivasi belajar
berdampak pada hasil pembelajaran meningkat, yang dapat
didiskripsikan sebagai berikut:
a) Keberhasilan Proses
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran matematika
kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun datar.
65
Siswa mengerjakan dengan menggunakan prosedur yang benar. Ada
beberapa siswa yang masih bingung menentukan ukuran sisi
bangun.
b) Keberhasilan Produk
Berdasarkan data hasil belajar pada siklus II pertemuan
kedua, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar . Perubahan
hasil belajar siswa tampak pada kemampuan siswa menghitung luas
bangun datar. Berdasarkan data hasil belajar menunjukkan adanya
perbedaan yang cukup signifikan antara hasil belajar setelah guru
menggunakan metode make a Match pada kelompok kecil.
c) Refleksi
Secara keseluruhan, kegiatan guru, respon siswa, dan hasil
belajar siswa dalam penerapan metode make a match pada siklus II

60
pertemuan 2 sudah baik. Hasil observasi terhadap ketuntasan hasil
belajar adalah 93%.
Terdapat beberapa kendala dalam penerapan metod make a match
yang terjadi pada siklus II pertemuan II, yaitu: 1)beberapa siswa
masih sering bermain.
Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi kendala
tersebut adalah: 1) guru lebih memotivasi siswa agar siap menerima
pembelajaran.
3.Analisis Tindakan siklus II
a. Penerapan metode Make A match
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II dapat
dibandingkan hasil observasi antar pertemuan I dan pertemuan II.
Perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Observasi pada siklus II


Hasil Belajar Rata-rata Belum Tuntas Tuntas
Siklus I 77 27 % 73%
Siklus II 87 7% 93%

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa mengikuti proses


pembelajaran dengan baik dan jauh lebih meningkat, yaitu dari 73%
menjadi 93%. Peningkatan ketuntasan pada siklus II sebanyak 14 siswa
yang lulus dengan nilai diatas kkm.
Jelasnya, perbandingan hasil kegiatan guru dan respon siswa dapat dilihat
pada grafik berikut:

61
100

90

80

70

60
Rata-rata
50
Belum tuntas
40 Tuntas

30

20

10

0
siklus 1 siklus 2

Gambar 10 Perbandingan hasil observasi siklus I dan siklus II

Dari hasil data diatas disimpulkan bahwa ketuntasan belajar mengalami


peningkatan, dari mulai dari pra siklus, yang mencapai ketuntasan 5 siswa (33%).
Sedangkan pada siklus 1 sebanyak 11 siswa (73%), dan siklus II sebanyak 14
siswa (93%), 1 siswa tidak hadir karena sakit. Hasil belajar siswa ini dipengaruhi
karena motivasi belajar siswa yang sangat tinggi pada mata pelajaran matematika
dengan metode make a match berbantu media gambar. Adapan faktor lain yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa adalah faktor semangat belajar yang
tinggi, tingkat minat dan karakteristik belajar anak, dan metode yang digunakan
guru dalam pembelajaran.
b. Peningkatan hasil belajar
Dilihat dari presentase ketuntasan pertemuan kedua masing-masing
siklus perbandingan hasil belajar siswa antara siklus I, dan II dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Perbandingan hasil belajar pada siklus 1 dan 2
Hasil Belajar Hasil belajar siswa

62
Rata-rata Tuntas Belum Tuntas
Pra Siklus 69 33 67
Siklus 1 77 73 27
Siklus 2 87 93 7

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa mengikuti proses


pembelajaran dengan baik dan jauh lebih meningkat, yaitu dari 73%
menjadi 93%. Peningkatan ketuntasan pada siklus II sebanyak 14
siswayang lulus dengan nilai diatas KKM.
Jelasnya, perbandingan hasil kegiatan guru dan respon siswa dapat
dilihat pada grafik berikut:

100

90

80

70

60
Rata-rata
50
Belum Tuntas
40 Tuntas

30

20

10

0
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Dari hasil data diatas disimpulkan bahwa ketuntasan belajar mengalami


peningkatan, dari mulai pra siklus, yang mencapai ketuntasan 5 siswa
(33%,) sedangkan pada siklus 1 sebanyak 11 siswa (73%) dan siklus II

63
sebanyak 14 siswa, ( 93% ), 1 Siswa yang belum mencapai kkm. Hasil
belajar siswa ini dipengaruhi karena motivasi belajar siswa yang sangat
tinggi pada mata pelajaran matematika mempengaruhi tingkat
keberhasilan

D.Pembahasan
1. Pembelajaran matematika mengenai menghitung, keliling dan luas
bangun datar, persegi, persegi panjang dan segitiga, pada kelas IV
SDN 1 Banyuroto dilaksanakan menggunakan metode make a match
pada pembelajaran matematika mengenai menghitung keliling dan luas
bangun datar pada kelas IV SDN 1 Banyuroto dilaksanakan dalam dua
siklus dengan masing-masing siklus terdapat dua pertemuan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama pembelajaran
menerapkan metode make a match berlangsung, terlihat bahwa siswa
terlibat dalam aktivitas ilmiah dan lebih berpartisipasi aktif dalam
diskusi kelompok. Selain itu, siswa yng sudah paham membantu siswa
yang masih mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan yang
diberikan guru.
Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru
dalam penerapan metode make a match mengalami peningkatan 21%
pada siklus II.
2. Peningkatan hasil Belajar Matematika tentang menggunakan rumus
bangun datar keliling dan luas persegi, persegi panjang dan segitiga
pada siswa kelas IV SDN 1 Banyuroto.

64
Karena siswa menemukan sendiri cara menghitung keliling
persegi dalam pembelajaran, siswa memperoleh pengalaman nyata
yang merangsang aktivitas belajar, memiliki kemampuan membangun
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, sehingga jenjang
pencapaian belajar siswa dapat meningkat.
Penerapan model make a match berbantu media gambar langkah
yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang
menghitung luas persegi, persegi panjang, dan segitiga pada siswa
kelas IV SD N 1 Banyuroto tahun 2019/2020.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah dilaksanakan
tindakan dengan menerapkan metode make a match berbantu media
gambar pada pembelajaran tentang menghitung luas segitiga mengalami
peningkatan. Pada saat pra tindakan, dari 15 siswa diketahui bahwa ada
5 siswa yang telah mencapai kkm(>75). Nilai rata-rata pada kondisi
awal yaitu 69. Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode
make a match berbantu media gambar, presentase siswa yang mencapai
kkm mengalami peningkata. Pada siklus I adalah 67% yang belum
mencapai kkm(<75)adalah dengan nilai rata-rata 69. Pada siklus II
sebanyak 92% siswa telah mencapai kkm (>75) dan 7% belum
mencapai kkm (<75) dengan nilai rata-rata 87.
Peningkatan hasil belajar siswa berupa hasil belajar pengetahuan
Sikap, keterampilan proses terjadi karena penerapan langkah-langkah
metode make a match berbantu media gambar dilaksanakan dengan
optimal oleh guru.
3. Kendala dan Solusi dari Penerapan metode Make A Match
Secara umum, kendala yang muncul dalam penerapan metode
Make a match adalah:1) beberapa siswa dilihat kurang
mempersiapkan diri ketika pembelajarn dimulai, 2) pada tahap
pembimbingan , ditemukan beberapa siswa yang mengalami kesulitan
tetapi tidak berani bertanya, 3) pada tahap penyajian hasil kerja atau

65
diskusi, beberapa siswa kurang memperhatikan penyajian hasil diskusi
yang dilakukan kelompok lain, 4) pada tahap analisisdan evaluasi
pemecahan masalah, siswa kurang memperhatikan evaluasi hasil
diskusi kelompok dan refleksi yang dilakukan guru, 5) kurangnya
alokasi waktu.

Adapun solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi kendala tersebut


adalah: 1) guru lebih memotivasi dan membantu mempersiapkan diri
sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru lebih memotivasi siswa untuk
berani bertanya, 3) guru meminta siswa untuk memperhatikan penyajian
hasil diskusi kelompok lain dan menegur siswa yang kurang
memperhatikan penyajaian hasil diskusi yang dilakukan kelompok lain,
3)guru meminta siswa mmemperhatikan evaluasi hasil diskusi kelompok
dan refleksi yang dilakukan guru, dan 6) guru lebih memperhatikan
alokasi waktu

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

66
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada
siklus I dan siklus II ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode Make a Match dapat meningkatkan minat belajar
siswa dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN 1 Banyuroto.
2. Penggunaan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN 1 Banyuroto.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
Guru sebagai mediator dan motivator bagi siswa, sangatlah mem-
pengaruhi kemajuan siswa yang dibawanya. Oleh sebab itu, sebagai guru
hendaknya memiliki sikap aktif dan kreatif agar mampu mengolah
pembelajaran menjadi hal yang baru setiap harinya. Selain itu guru juga
pandai memilih pendekatan pembelajaran agar siswa menjadi tertarik dan
senang dalam menerima materi pelajaran yang mana disesuaikan dengan
alat peraga dan media pembelajaran yang dipakai. Seperti penggunaan
Metode Make A Match sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Bagi sekolah
Sekolah hendaknya lebih mengenalkan model-model pembelajaran
inofatif kepada guru, salah satunya yaitu metode make a match serta
memfasilitasi kelengkapan media pembelajaran yang dimiliki sekolah,
sehingga guru dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah dan mutu
pendidikan disekolah dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

67
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Daryanto, & Mudjo Raharjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Gava Media.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2013.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika.
Yogyakarta: Ar Ruaz Media.
Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV
Wacana Prima
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan
Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul.2013. Model-model Pengajran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Jannah, Raodatul. 2011. Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksas
Lainnya. Yogyakarta: Diva press.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sam’s, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas.


Yogyakarta: Sukses Offset.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensido Offset.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosada Karya.
Sudono, Anggani. 2006. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT
Gramedia.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013.Teori Belajar & Pembelajran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.

68
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
B. Kerangka Teori
6. Pengertian Minat
Minat adalah : Merupakan suatu keadaan di manaseseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk
mengetahui dan mempelajari maupun membuktikannya lebih lanjut.
Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat
“kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
Hera Lestari Mikarsa, Agus Taufik, dan Puji Lestari
Prianto(008:3,4) mengemukakan penegrtian minat sebagai berikut:
d. Minat Pribadi
Minat Pribadi memberikan pengertian sebagai suatu ciri pribadi
individu yang merupakan disposisi abadi yang relative stabil.
Minat pribadi umumnya ditujukan pada suatu kegiatan khusus,
misalnya minat khusus pada olahraga, ilmu pengetahuan, musik,
tarian, dan komputer.
e. Minat Situsional
Minat Situsional merupakan minat yang ditimbulkan oleh kondisi
atau faktor-faktor lingkungan.

69
f. Minat sebagai keadaan Psikologis
Minat sebagai Keadaan Psikologis menggambarkan pandanagan
yang interaktif dan berkaitan denagn minat, pada saat minat pribadi
seseorang saling interaksi dengan lingkungan untuk menghasilkan
suatu keadaan psikologis dari minat diri seseorang.

70

Anda mungkin juga menyukai