Anda di halaman 1dari 56

Tugas Kelompok

Proses Berpikir Matematika

OLEH

Kelompok 4

LA ADAM (G2I1 20 001)

NOER JUNIATY (G2I1 20 010)

HERLIN (G2I1 20 015)

PROGRAM PASCA SARJANA

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan

pengajar dan siswa secara aktif untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan

matematika (Sudjana, 2010: 22). Pembelajaran matematika dapat diartikan

sebagai proses interaksi pengajar dan siswa, siswa dan siswa dengan berbagai

pendekatan, model, strategi, metode, teknik, serta taktik dalam lingkungan materi

matematika (Sutama, 2013: 2).

Depdiknas (Siagian, 2016: 63-64) menyatakan tujuan pembelajaran

matematika diantaranya adalah agar siswa memiliki kemampuan: 1) memahami

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan

masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) mengkomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah, serta 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah.

2
3

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000:29),

menetapkan standar-standar kemampuan matematis seperti pemecahan masalah,

penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi, seharusnya

dapat dimiliki oleh peserta didik. Semua kemampuan tersebut yang diharapkan

dapat dimiliki oleh siswa tidak serta merta dapat terwujud hanya dengan

mengandalkan proses pembelajaran yang selama ini terbiasa ada di sekolah kita,

dengan urutan-urutan langkah seperti, diajarkan teori dan definisi, diberikan

contoh-contoh dan diberikan latihan soal tanpa melibatkan siswa secara aktif di

dalam pembelajaran. Proses belajar seperti ini tidak membuat anak didik

berkembang dan memiliki kemampuan bernalar berdasarkan pemikirannya, tapi

justru lebih menerima ilmu secara pasif. Dengan demikian, langkah-langkah dan

proses pembelajaran yang selama ini umumnya dilakukan di sekolah kurang tepat,

karena justru akan membuat anak didik menjadi pribadi yang pasif. Muhammad

Daut Siagian(2016: 58-59).

Salah satu kemampuan peserta didik dalam matematika yang masih

dirasakan rendah adalah kemampuan koneksi matematis.Berdasarkan hasil

observasi di SMPNegeri19 pada tanggal 26oktober 2020 dengan mewawancarai

salah satu guru matematika kelas VII, diperolehinformasi bahwa koneksi

matematis siswa masih rendah.Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian

matematika yang masih banyak mendapatkan nilai dibawa standar KKM yakni 75

dengan masing-masing memperoleh nilai rata-rata pada kelas VII A 56, VIIB 46,8

dan VIIC 48. Hal tersebut disebabkan karena (1) siswa kurang memaknai konsep

yang telah dipelajari sehingga siswa kurang mampu mengaitkan konsep


4

matematika dengan pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, ketika diberikan soal latihan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari mereka kurang mampu menuliskan model matematikanya sehingga mereka

tidak dapat menyelesaikan soal tersebut (2) siswa kurang mampu memahami

makna soal latihan terlebih dahulu dalam mengerjakaan soal, sehingga

beranggapan bahwa soal tersebut sulit untuk dikerjakan, (3) siswa kurang mampu

mengaitkan antar topik dalam matematika. Contohnya, mereka kurang mampu

menyelesaikan soal latihan yang dikaitkan dengan materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

Kemampuan koneksi matematis sangat diperlukan sejak dini oleh setiap

peserta didik termasuk di dalamnya mahasiswa.dengan koneksi, mereka dapat

membangun pemahaman baru dari pengetahuan sebelumnya (NCTM, 2000).

Menurut Sumarmo (2013), jika siswa mampu melakukan koneksi antar beberapa

ide matematis, maka mereka akan memahami setiap materi matematika dengan

lebih dalam. Konsep pemikiran dan wawasan mahasiswa akan semakin terbuka

dan luas terhadap matematika karena mereka akan memandang matematika

sebagai suatu bagian yang terintegrasi bukan sebagai sekumpulan topik yang

terpisah-pisah, serta mengakui adanya keterkaitan atau hubungan dan aplikasi di

dalam kehidupan atau lingkungan sekitar mereka. Menurut Afgani (2011), bahwa

koneksi matematis didasarkan pada konsep bahwa matematika sebagai ilmu yang

terstruktur dan utuh, yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan.

Koneksi matematis merupakan suatu keterampilan yang harus dibangun

dan dipelajari, karena dengan kemampuan koneksi matematis yang baik


5

akanmembantu peserta didik untuk dapat mengetahui hubungan berbagai konsep

dalam matematika dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kemampuan koneksi matematis siswa akan merasakan manfaat dalam

mempelajari matematika, dan kemelakatan pemahaman siswa terhadap konsep

yang dipelajarainya akan bertahan lebih lama. Dalam kurikulum matematika

sekolah, koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan dasar matematika

yang harus dikuasai peserta didik.

Pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam


pembelajaran matematika, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang
diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan. Namun lebih dari itu,
dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu
sendiri. Pemahaman matematis merupakan landasan untuk berpikir dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan matematika maupun persoalan-persoalan di
kehidupan sehari-hari. Mengembangkan kemampuan pemahaman matematis,
selain sudah merupakan salah satu tujuan kurikulum, kemampuan tersebut sangat
mendukung pada kemampuan-kemampuan matematis lain, yaitu komunikasi
matematis, penalaran matematis, representasi matematis dan problem solving.
Pemahaman matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika. Siswa dalam belajar matematika harus dengan pemahaman. Hal
tersebut berakibat bahwa dalam setiap belajar matematika harus ada unsur
pemahaman matematisnya.

Kemampuan pemahaman matematis merupakan bagian dari hasil belajar.


Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh oleh individu setelah
pembelajaran berlangsung sehingga memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik yang lebih baik dari
sebelumnya. Hasil belajar merupakan hasil interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar merupakan berakhirnya proses evaluasi
6

hasil belajar dan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman
dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 30).

Selain kemampuan koneksi dan pemahaman matematis, terdapat juga soft


skill yang harus dimiliki oleh siswa, diantaranya adalah self-regulated learning.
Self-regulated learning adalah kemampuan siswa mengatur diri dalam belajar atau
disebut juga kemandirian belajar siswa.Kemampuan mengatur diri dalam belajar
matematika berperan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas diri dalam
belajar. Secara prinsipal,self-regulated learning menempatkan pentingnya
kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengendalikan diri sendiri terutama
bila menghadapi tugas (Zamnah, 2017: 32). Hal ini sejalan dengan pendapat
Sumarmo (2004) bahwa kemandirian belajar merupakan proses perancangan dan
pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam
menyelesaikan suatu tugas akademik. Apabila siswa mempunyai self-regulated
learning yang tinggi siswa cenderung belajar dengan lebih baik.
Self-regulated learning menunjuk kepada belajar yang sebagian besar
terjadi dari pikiran, strategi, dan perilaku yang dihasilkan pembelajar sendiri yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan. Siswa dikembangkan menjadi seseorang
yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar yang efektif, yang sesuai
dengan gaya belajarnya, dan tahu bagaimana serta kapan menggunakan
pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran yang berbeda (Suyono,111).
Penggunaan self-regulated learning sebagai suatu bentuk upaya siswa dalam
memotivasi diri untuk dapat mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
Jadi dapat dikatakan bahwa semakin baik self-regulated learning, maka
akan semakin baik hasil prestasi yang dapat dicapai. Sebaliknya, jika siswa
memiliki self-regulated learning yang rendah, maka kurang dapat melakukan
perencanaan, pemantauan, evaluasi pembelajaran dengan baik, kurang mampu
melakukan pengelolaan potensi dan sumber daya yang baik dan sebagainya,
sehingga hasil dari belajarnya tidak optimal, sesuai dengan potensi diri yang
dimilikinya (Suyono,112).
7

Eksistensi dari self-regulated learning hubungannya dengan hasil belajar


dan kemampuan koneksi dan pemahaman matematis cukup baik. Penelitian yang
dilakukan oleh Asdar (2018) menunjukkan bahwa self-regulated learning secara
langsung memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Enrekang. Menurut
Sundayana (2016), kemampuan koneksi matematis siswa dipengaruhi oleh tingkat
self regulated learning (kemandirian belajar) siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melaksanakan penelitian
yang berjudul: Analisis kemampuan koneksi dan pemahaman matematis siswa
ditinjau dari Self-regulated learning Kelas VII SMP Negeri 19 Kendari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Bagaimana deskripsi analisis kemampuan koneksi matematis siswa kelas VII

SMP Negeri 19 Kendari?

2. Bagaimana deskripsi analisis kemampuan pemahaman matematis siswa kelas

VII SMP Negeri 19 Kendari?

3. Bagaimana deskripsi analisis kemampuan koneksi dan pemahan matematis

siswa ditinjau dari self regulated learning kelas VII SMP Negeri 19 Kendari?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah

1. Mengetahui deskripsi analisis kemampuan koneksi matematis siswa kelas VII

SMP Negeri 19 Kendari?


8

2. Mengetahui deskripsi analisis kemampuan koneksi matematis siswa kelas VII

SMP Negeri 19 Kendari?

3. Mengetahui deskripsi analisis kemampuan koneksi dan pemahaman matematis

siswa ditinjau dari self regulated learning kelas VII SMP Negeri 19 Kendari?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu

meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa guna mencapai hasil

belajar matematika yang maksimal.

2. Bagi guru

Sebagai referensi agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika sehingga pada pembelajaran berikutnya guru dapat

memiliki metode pembelajaran yang lebih baik dan sesuai dengan kurikulum

yang diterapkan pemerintah.

3. Bagi sekolah

Dapat menjadi masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran dengan

melakukan kontrol terhadap proses belajar mengajar, pemenuhan sarana dan

prasarana yang memadai, penyempurnaan kurikulum, penilaian, metode

pengajaran yang tepat bagi guru serta penemuan cara belajar yang tepat bagi

siswa sehingga hasil belajar matematika siswa bisa lebih meningkat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.

1. Pembelajaran Matematika
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan

proses siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya (Jihad dan Haris, 2013:1).

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan

dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamanya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar

dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang

manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun (Suardi, 2018:7).

Matematika adalah ilmu yang berperan penting dalam berbagai aspek

kehidupan dan tidak dapat terlepas dari kehidupan.Karena pentingnya matematika

dalam kehidupan sehari-hari, matematika dijadikan salah satu pelajaran wajib

pada setiap jenjang pendidikan di sekolah (Hidayati, dkk, 2015:131).

Matematikamerupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan

9
10

akurat representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti

serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah. Disamping itu juga, dapat

dikatakan bahwa matematika itu terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan

bukan saling terpisah, dalam matematika ada hirarki yaitu adanya unsur yang satu

merupakan syarat dari yang lain atau suatu konsep atau entitas matematika

dibangun dari konsep atau entitas lainnya.

Bruner (Sagian, 2017: 64) menyatakan bahwa pembelajaran matematika

adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi

yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di

dalamnya.Selanjutnya Sutama (2013: 2) Pembelajaran matematika dapat diartikan

sebagai proses interaksi pengajar dan siswa, siswa dan siswa dengan berbagai

pendekatan, model, strategi, metode, teknik, serta taktik dalam lingkungan materi

matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang

melibatkan pola berfikir dalam ilmu atau konsep-konsep abstrak pada suatu

lingkungan belajar yang sengaja dirancang oleh guru sehingga proses belajar

mengajar dapat berlangsung secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan

belajar secara efektif dan efisien.

2. Kemampuan Koneksi Matematis

Koneksi matematis merupakan dua kata yang berasal dari Mathematical

Connection, yangdipopulerkan oleh NCTM dan dijadikan sebagai standar

kurikulum pembelajaran matematika sekolah dan menengah (Sumarmo,


11

2006).Untuk dapat melakukan koneksi terlebih dahulu mengerti dengan

permasalahannya dan untuk dapat mengerti permasalahan harus mampu membuat

koneksi dengan topik-topik yang terkait.

Koneksi matematis adalah pengaitan matematika dengan pelajaran lain

atau topik lain. Menurut NCTM (1989), ada dua tipe umum koneksi matematis,

yaitu modeling connection dan mathematical connection. Modeling connection

merupakan hubunngan antara situasi masalah yang muncul di dunia nyata atau

dalam disiplin ilmu lain dengan representasi matematisnya, sedangkan

mathematical connection adalah hubungan antara dua representasi yang

ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing reprsentasi.

Menurut Coxford dalam (Pratiwi, 2016) mengemukakan bahwa

kemampuan koneksi matematis meliputi: (1) mengkoneksikan pengetahuan

konseptual dan prosedural, (2) menggunakan matematika pada topik lain (other

curriculum areas), (3) menggunakan matematika dalam aktivitas kehidupan, (4)

melihat matematika sebagai satu kesatuan yang terintegrasi, (5) menerapkan

kemampuan berfikir matematis dan membuat model untuk menyelesaikan

masalah dalam pelajaran lain (6) mengetahui koneksi diantara topik-topik dalam

matematika, dan (7) mengenal berbagai representasi untuk konsep yang sama.

Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

koneksi matematis adalah kemampuan dalam mencari hubungan suatu

representasi konsep dan prosedur, memahami antar topik matematika, dan

kemampaun siswa dalam mengaplikasikan konsep matematika dalam bidang lain

atau dalam kehidupan sehari-hari.


12

a. Jenis-jenis koneksi matematis

Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM (2000), yaitu

modeling connections dan mathematical connections.Dalam penelitian ini

menggunakan jenis koneksi matematis.

a) Modeling connections merupakan hubungan antara situasi masalah yang

muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan representasi

matematiknya. Tipe ini lebih mengarah koneksi antar ilmu lain yaitu

bagaimana siswa mengkoneksikan ilmu matematika dengan ilmu selain

matematika dan koneksi antar dunia nyata yaitu bagaimana siswa dapat

mengkoneksikan matematika dengan ilmu nyata. Koneksi ini biasa juga disebut

koneksi eksternal.

b) Mathematical connections adalah hubungan antara dua representasi yang

ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing representasi.

Koneksi atau biasa disebut koneksi antar topik matematika yaitu bagaimana

siswa bisa mongkoneksikan antar materi-materi matematika. Koneksi ini biasa

juga disebut koneksi internal.

b. Tujuan koneksi matematis

Menurut NCTM, tujuan koneksi matematika di sekolah yaitu memperluas

wawasan matematika siswa, memandang matematika sebagai suatu keseluruhan

yang padu bukan bukan sebagai materi yang berdiri sendiri-sendiri, dan mengenal

relevansi serta manfaat matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah.


13

a. Memperluas wawasan matematika. Dengan koneksi matematis, siswa

diberikan materi yang mencakup berbagai aspek permasalahan. Maka

pengetahuan siswa tidak selalu fokus pada materi yang sedang diajarkan

saja.Dengan demikian secara tidak langsung siswa memperoleh banyak

pengetahuan yang pada akhirnya menunjang pada peningkatan kualitas

pengetahuan siswa.

b. Memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang padu bukan sebagai

materi yang berdiri sendiri-sendiri.Dalam proses pengajaran sebaiknya materi-

materi bisa dikaitkan satu sama karena matematika tidak diajarkan beberapa

topik yang terpisah, melainkan materi tersebut bisa dilibatkan pada materi yang

berhubungan.

c. Mengenal relevansi serta manfaat matematika baik disekolah maupun luar

sekolah. Dengan koneksi matematis, konsep matematika bisa digunakan diluar

bidang matematika dan lebih lagi di kehidupan sehari-hari siswa.

c. Indikator kemampuan koneksi matematis

Sumarmo dan Utari (2013), kemampuan koneksi matematis siswa dapat

dilihat dari indikator-indikator berikut:

a. Mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama;

b. Mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi ke prosedur

representasi yang ekuivalen;

c. Menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik matematika dan keterkaitan

diluar matematika; dan

d. Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.


14

Indikator kemampuan koneksi menurut Sendi Ramdani (2012) adalah

a. Menemukan hubungan antar berbagai representasi konsep dan prosedur.

b. Memahami setiap topic dalam matematik

c. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari

d. Memahami representasi konsep ekuivalen.

e. Menemukan hubungan antara prosedur satu dengan lainya.

f. Menggunakan koneksi antara matematika dengan matematika sendri maupun

dengan ilmu lain.

Adapun pedoman penskoran kemampuan koneksi matematis dapat dilihat

pada tabel berikut :

Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

Indikator Reaksi terhadap Skor

soal/masalah
1. Menemukan hubungan antar 1.Tidak ada jawaban 0
berbagai representasi konsep 2. Jawaban hampir tidakmirip/ 1
dan prosedur, serta memahami sesuai dengan pertanyaan,
hubungan antar topic personalan atau dengan
matematika masalah
1. Memahami setiap topik dalam
3. Jawaban ada beberapa 2
matematik
mirip/sesuai dengan
pertanyaan,
2. Menggunakan matematika
persoalanataudenganmasalaht
dalam bidang studi lain atau
etapimasalahkoneksinyatidak
kehidupan sehari-hari
3. Memahami representasi konsep jelas
ekuivalen 4. Jawaban ada beberapa 3
4. Menemukan hubungan antara
15

prosedur satu dengan lainya mirip/atau sesuai dengan


5. Menggunakan koneksi antara
pertanyaan, persoalan atau
matematika dengan matematika
dengan masalah dan
sendri maupun dengan ilmu lain
koneksinya jelas tetapi
kurang lengkap
5. Jawaban mirip/sesuai dengan 4
pertanyaan, persoalan atau
dengan masalah atau kurang
lengkap
6. Jawaban mirip/sesuai dengan
pertanyaan, persoalan atau 5
dengan masalah secara
lengkap
(Sendi Ramdani, 2012: 45)

3. Kemampuan Pemahaman Matematis

Menurut kamus Bahas Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham


yang artinya mengerti benar dalam satu hal. Pemahaman merupakan terjemahan
dari comprehension. Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah
“mengerti”. Kemampuan pemahaman matematik adalah sal ah satu tujuan penting
dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan
pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri
(Hodijah,2014: 351).

(Ruseffendi, 2006: 221) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan


pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti
mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih
dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu
mengaplikasikannya.Pemahaman merupakan salah satu daerah kognitif dan
Taksonomi Bloom (Ruseffendi, 2006: 220), yang menyatakan bahwa tujuan
16

pendidikan daerah konitif itu dibagi kedalam 6 aspek, salah satunya aspek
pemahaman (Comprehention). Apabila siswa mengerti tentang sesuatu maka ia
telah memahami sesuatu. Dengan berhasilnya siswa menjelaskan atau
mendefinisikan suatu konsep, hal itu menunjukan bahwa siswa telah memahami
prinsip pelajaran tersebut walaupun memiliki susunan kata dan kalimat yang
berbeda tetapi maknanya tidak berubah (Rahamawati, 2014: 279).

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam
suatu hal. Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Tahap pemahaman sifatnya lebih kompleks dari pada tahap pengetahuan.
Untuk dapat mencapai tahap pemahaman terhadap suatu konsep matematika maka
siswa harus mempunyai pengetahuan terhadap konsep tersebut (Sudijono, 2005:
50).

Pemahaman matematis merupakan salah satu kemampuan dasar yang


harus dimiliki oleh siswa agar mereka dapat mencapai kemampuan-kemampuan
matematis lainnya serta mampu memahami materi matematika pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Suherman (2008: 5) dalam bukunya
mengungkapkan kemampuan pemahaman matematis sebagai kemampuan kognitif
yang berada satu tingkat di atas pengetahuan. Jika pengetahuan cukup hanya
dengan mengenal dan mengetahui berkenaan dengan fakta, konsep, atau aturan,
pertanyaan apa, berapa, tulisan,sebutkan, atau gambarkan cenderung berkisar pada
pengetahuan (Lisdianti, 2011).

Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting


dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan. Namun lebih dari itu, dengan
pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang
17

disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai
konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo yang mengatakan:
“Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaiakan dapat dipahami
peserta didik”. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa
kepada tujuan yang ingin yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami
sepenuhnya oleh siswa (Herdian, 2010).

Kemampuan pemahaman matematis dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:

a. Pemahaman instrumental, yaitu hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan


yang lainnya, dengan menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan
mengerjakan perhitungan secara algoritmik. Kemampuan tergolong
kemampuan berpikir matematis tingkat rendah.
b. Pemahaman relasional, yaitu mengaitkan satu konsep/prinsip dengan
konsep/prinsip lainnya. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berpikir
matematis tingkat tinggi (Ferdianto, 2011: 51).
Adapun pedoman penskoran Kemampuan pemahaman matematis dapat
dilihat pada tabel berikut

No Indikator Keterangan Skor

1 Menginterpretasika Tidak mampu mengingat sifat-sifat konsep 0


n dan dapat yang telah dipelajari dan tidak mampu
menerapkan rumus merumuskan dan memanipulasi konsep.
dalam perhitungan Hanya mampu mengingat sifat-sifat konsep 1
sederhana dan yang dipelajari.
mengerjakan Jawaban salah dimana siswa mampu 2
perhitungan secara mengingat sifat-sifat konsep yang telah
algoritmik dipelajari dan mampu merumuskan dan
(Pemahaman memanipulasi konsep tetapi sangat terbatas.
Instrumental)
Jawaban benar dimana siswa mampu 3
mengingat sifat-sifat konsep yang telah
dipelajari dan mampu merumuskan dan
memanipulasi konsep, perhitungan secara
umum benar namun mengandung sedikit
kesalahan.
18

Jawaban sangat benar dimana mampu 4


mengingat sifat-sifat konsep yang telah
dipelajari dan mampu merumuskan dan
memanipulasi konsep secara lengkap dan
benar.

2 Mengaitkan suatu Tidak mengaplikasikan konsep dalam 0


konsep menyelesaikan serta menganalisis masalah.
dengan konsep Hanya mengaplikasikan konsep dalam 1
menyelesaikan masalah.
yang lain
Jawaban salah dimana siswa mengaplikasikan 2
(Pemahaman konsep dalam menyelesaikan serta
menganalisis masalah, tetapi sangat terbatas.
Relasional)
Jawaban benar dimana siswa mengaplikasikan 3
konsep dalam menyelesaikan masalah,
perhitungan secara umum benar namun
mengandung sedikit kesalahan.
Jawaban sangat benar dimana siswa 4
mengaplikasikan konsep dalam menyelesaikan
serta menganalisis masalah secara lengkap dan
benar.

(Rizki 2020: 35)

4. Self-Regulated Learning

a. Definisi Self-Regulated Learning


Regulasi diri (self regulation) merupakan salah satu komponen penggerak
utama kepribadian manusia menurut Boeree (Alfiana, 2013: 246). Istilah regulasi
diri pertama kali dimunculkan oleh Albert Bandura dalam teori belajar sosialnya,
yang diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengontrol perilakunya
sendiri.
Regulasi diri merupakan motivasi internal, yang berakibat pada timbulnya
keinginan seseorang untuk menentukan tujuan-tujuan dalam hidupnya,
merencanakan strategi yang akan digunakan, serta mengevaluasi dan
memodifikasi perilaku yang akan dilakukan menurut Cervone & Pervin (Alfiana,
2013: 246).
19

Regulasi diri (self regulation) merupakan proses dimana individu secara


sistematis mengarahkan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan tindakan-tindakan
kepada pencapaian tujuan menurut Schunk (Utamaningsih, 2017: 133). Siswa
yang memiliki regulasi diri dalam belajar mampu menetapkan tujuan,
merencanakan, dan menggunakan strategi belajar yang efektif. Sebaliknya siswa
yang regulasi dirinya rendah sering gagal dalam menerapkan strategi belajar yang
efektif.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa regulasi
diri (self regulation) merupakan kemampuan seseorang dalam mengontrol,
mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku dalam
melakukan kegiatan untuk dapat mencapai tujuan dengan menggunakan strategi
tertentu agar apa yang dilakukan sesuai dengan tujuannya.
Self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dimana
individu menetapkan tujuan untuk proses pembelajaran mereka dan berusaha
untuk memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi dan perilaku
mereka yang diarahkan dan dibatasi oleh tujuan mereka dan fitur kontekstual yang
ada dilingkungannya (Wolters, Pintrich & Karabenick, 2003: 251).
Sumarmo (Zamnah, 2017: 33) self-regulated learning merupakan proses
perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan
afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik. Self-regulated learning
merupakan kombinasi keterampilan belajar akademik dan pengendalian diri yang
membuat pembelajaran terasa lebih mudah, sehingga para siswa lebih termotivasi
menurut Glynn, Aultman, & Owens (Latipah, 2010: 112).
Zimmerman (Asri, 2013: 18) menyatakan bahwa self-regulated learning
bukanlah suatu kemampuan mental atau keterampilan performance akademik,
melainkan suatu proses self-directive dimana siswa mengubah kemampuan mental
mereka ke dalam keterampilan akademik. Belajar dipandang sebagai aktivitas
siswa yang dilakukannya sendiri degan cara yang proaktif, dan menyadari akan
kekuatan dan kekurangannya.
Schunk and Zimmerman (1998) (Sumarmo, 2013: 63) mengungkapkan
bahwa self-regulated learning adalah proses belajar yang terjadi akibat adanya
20

pengaruh pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri untuk fokus mencapai
tujuan. Kemandirian belajar adalah suatu proses belajar dimana setiap individu
dapat mengambil inisiatif dalam hal menentukan kegiatan belajarnya seperti
merumuskan tujuan belajar, sumber belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar dan
mengontrol sendiri proses pembelajarannya (Sundayana, 2016: 78).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa self-
regulated learning merupakan proses aktif pengarahan diri individu untuk
mengubah kemampuan mental yang dimilikinya menjadi keterampilan akademik
dalam suatu bentuk aktivitas atau strategi yang diorientasikan kepada pencapaian
tujuan belajar, mereka akan berusaha untuk memonitor, mengatur dan mengontrol
kognisi, motivasi dan perilaku untuk mencapai tujuan belajar tersebut.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulated learning


Alwisol (Alfiana, 2013: 249) terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi self-regulated learning, yaitu sebagai berikut: (a) faktor eksternal,
dalam hal ini ada dua hal yang mempengaruhi self-regulated learning, pertama
memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi
dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang.
Yang kedua adalah memberi penguatan (reinforcement) ketika orang dapat
mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku
semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi. (b) faktor internal, sedangkan
dalam faktor ini self-regulated learning dipengaruhi oleh tiga hal, diantaranya
mengobservasi diri (self observation) terhadap perilaku yang dimunculkannya.
Selanjutnya adalah pemberian penilaian dari tingkah laku tersebut (judgemental
proces), yaitu tingkah laku kita akan dibandingkan dengan norma pribadi dan
norma pada masyarakat. Setelah itu akan muncul reaksi-diri-afeksi (self respon),
hasil dari penilaian tersebut akan menentukan apakah akan mendapatkan hukuman
atau hadiah.
Zimmerman (Purnamasari, 2013:19) dalam teori sosial kognitif terdapat
tiga hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan self-regulated
learning, yakni individu, perilaku dan lingkungan. Faktor individu meliputi
21

pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan metakognisi serta afeksi diri.
Faktor perilaku meliputi behavior self reaction, personal self reaction serta
ecvironment self reaction. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan pergaulan dan lain sebagainya.
c. Aspek-aspek dan strategi self-regulated learning
Zimmerman (Purnamasari, 2013: 19) mengungkapkan bahwa ada tiga
aspek dalam self-regulated learning, yaitu metakognisi, motivasi, dan perilaku.
Metakognisi adalah kemampuan individu dalam merencanakan,
mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan
melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari
kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi
yang dimiliki setiap individu. Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur
diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan
yang mendukung aktivitas belajar.
Strategi self-regulated learning meliputi aktivitas-aktivitas yang berfokus
pada tujuan belajar yakni secara langsung dapat dilakukan, dapat dimodifikasi dan
dapat di maintain/dijaga segala aktivitas belajarnya menurut Cahyadi (Saraswati,
2017: 214). Menurut Zimmerman (Rizqiyah, 2016: 28) tujuan dari self-regulated
learning adalah untuk meningkatkan (a) fungsi pribadi mereka, (b) performa
dalam pendidikan mereka, dan (c) lingkungan pembelajaran mereka. Sehingga
self-regulated learning merupakan aktivitas yang dilakukan untuk dapat
tercapainya tujuan dalam belajarnya yang berhubungan dengan metakognitif,
motivasi dan perilaku.
Zimmerman (Latipah, 2010: 116) mengidentifikasi beberapa strategi
belajar yang umumnya digunakan oleh self-regulated learner, yaitu:
1. Self-evaluating, mengindikasikan adanya inisiatif dari diri siswa untuk
mengevaluasi kualitas atau progres yang telah mereka kerjakan.
2. Organizing and transforming, mengindikasikan adanya inisiatif dari siswa
untuk mengatur dan menyusun kembali materi pelajaran agar lebih mudah
dipelajari.
22

3. Goal-setting and planning, mengindikasikan siswa untuk mengatur tujuan


akademik dan merencanakan kegiatan yang dilaksanakan yang berhubungan
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Seeking information, indikasi dari siswa untuk mencari informasi dari sumber
non sosial ketika mengerjakan tugas.
5. Keeping record and monitoring, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk
merekam peristiwa atau hasil yang telah didapatkan.
6. Environmental structuring, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk
mengatur lingkungan belajarnya untuk mempermudah dalam belajar, seperti
mengatur lingkungan fisik.
7. Self-consequating, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk menyusun
atau berimaginasi akan mendapatkan hadiah ketika berhasil, dan hukuman jika
gagal.
8. Rehearsing and memorizing, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk
menghafal materi pelajaran dengan latihan yang tampak maupun tidak tampak.
9. Seeking social assistance peers, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk
mencari bantuan kepada teman.
10. Seeking social assistance teachers, mengindikasikan kepada inisiatif siswa
untuk mencari bantuan kepada guru-guru.
11. Seeking social assistance adults, mengindikasikan kepada inisiatif siswa
untuk mencari bantuan kepada orangtua/ orang yang lebih dewasa.
12. Reviewing records notes, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk
membaca kembali catatan-catatannya.
13. Reviewing records tests, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk
melihat kembali soal-soal ujian yang telah dilakukan sebelumnya.
14. Reviewing records textbooks, mengindikasikan kepada inisiatif siswa untuk
melihat kembali buku-buku pedoman yang dimilikinya.

B. Penelitian yang Relevan


23

Beberapa penelitian yang relevan yang terkait penelitian inia dalah sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fineldi (2020) mengatakan bahwa siswa

dengan kategori self regulated learning yang tinggi memiliki kemampuan

koneksi matematis sedang, siswa dengan kategori self regulated learning yang

tinggi memiliki kemampuan koneksi matematis sedang, dan siswa dengan

kategori self regulated learning yang rendah memiliki kemampuan koneksi

matematis rendah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Nurjamil (2019) mengatakan bahwa: (1)

Siswa yang memliki kemandirian baik melakukan kesalahan lebih sedikit

dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemandirian sedang dan rendah, (2)

Siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah memerlukan

solusi pemecahan masalah dengan pendekatan yang disesuaikan latar belakang

siswa, (3) Beberapa siswa setelah diambil beberapa sampel soal dan dianalisis

berdasarkan kesalahan siswa dalam mengerjakannya, paling tinggi melakukan

kesalahan pada indikator tertentu berdasarkan kemampuan siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Lesatri (2014) melalui koneksi matematik,

wawasan siswa akan semakin terbuka terhadap matematika, yang akan

menimbulkan sikap positif terhadap matematika itu sendiri. maka apabila siswa

memiliki pandangan yang luas maka dia akan memeiliki kecakapan yang bagus

dalam memecahkan masalah serta akan memberikan keputusan yang logis,

mendalam serta dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan pemikiran cerdas

dan dapat memberikan konstribusi yang baik bagi kegiatan belajarnya.


24

4. Penelitian yang dilakukan oleh Lala Naila Zamnah (2017) dengan judul
“Hubungan antara self-regulated learning dengan kemampuan pemahaman
matematis siswa mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 3 Cipaku
tahun pelajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian dan
pengolahan data, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara self-
regulated learning siswa dengan kemampuan pemahaman mateamtis siswa.
5. Penilitian yang dilakukan oleh Angra Meta Ruswana (2018) dengan judul
Korelasi antara self-regulated learning dengan kemampuan pemahaman
matematis mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Galuh
menyimpulkan bahwa terdapat korelasi / hubungan antara self regulated
learning dengan kemampuan pemahaman matematis mahasiswa saling
mempengaruhi.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Massdie Azizah, Maimunah, dan Yenita Roza
(2019) dengan judul “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada
Materi Peluang Berdasarkan Self-Regulated Learning (S-RL)” menyimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan teori Polya pada
materi peluang secara umum masuk dalam kategori pemecahan maslah tinggi
untuk siswa kemandirian belajar sangat tinggi, kategori pemecahan masalah
sedang untuk siswa kemandirian tinggi dan sedang, dan kategori pemecahan
maslah rendah untuk siswa kemandirian belajar rendah dan sangat rendah.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Oktavera (2017) dengan judul “Self-Regulated

Learning Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Strategi Thingking Aloud

Pair Problem Solving” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pencapaian

self-regulated learning siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan strategi TAPPS dengan siswa yang memperoleh pembelajaran strategi

konvensional.

C. Kerangka Berpikir
25

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata

pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika pada siswanya yang

didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang

matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan

siswa dalam mempelajari matematika tersebut.

Dalam mempelajari matematika tentu tidak lepas dari suatu masalah.


Masalah yang dihadapi siswa dalam mempelajari matematika salah satu faktor
penyebabnya adalah rendahnya kemampuan koneksi matematis dan pemahaman
matematisnya. Kemampuan koneksi matematis dianggap penting dalam
pembelajaran dan penerapan matematika. Selain membantu individu dalam
mengingat fakta, aturan, dan langkah-langkah penyelesaian masalah, kemampuan
koneksi matematis juga dapat membantu dalam menghubungkan konsep-konsep
atau topik-topik yang di ajarkan, dan Pemahaman matematis yang dimaksud
adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian
bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan.
Namun, lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep
materi pelajaran itu sendiri. Untuk meraih koneksi dan pemahaman matematis
tersebut tidaklah mudah bagi manusia sehingga membutuhkan proses belajar.

Self-regulated learning dapat mempengaruhi kemampuan koneksi dan


pemahaman matematis siswa. Sebab self-regulated learning dapat menempatkan
pentingnya kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengendalikan diri
sendiri, terutama bila menghadapi tugas. Selain itu, self-regulated learning dapat
mengembangkan kebiasaan dan sikap belajar yang terlukis pada karakteristik self-
regulated learning yaitu menganalisis kebutuhan belajar matematika,
merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan strategi belajar, memantau dan
mengevaluasi diri apakah strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa
hasil, serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik. Seseorang yang memiliki
26

self-regulated leaening cenderung belajar lebih baik, mampu memantau,


mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam
menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien.
Dengan demikian, self-regulated learning tidak hanya mempengaruhi
kemampuan koneksi dan pemahaman matematis siswa, tetapi juga diperlukan oleh
setiap individu yang belajar matematika. Hal ini yang kemudian menjadi penting
bagi guru untuk menganalisis lebih jauh self-regulated learning siswa yang
menyebabkan tinggi atau rendahnya kemampuan koneksi dan pemahaman
matematis siswa.
Penelitian ini dilakukan melalui proses tes tertulis, angket dan

wawancara..Tes tertulis matematika dan angket ini merupakan langkah awal untuk

mendapatkan gambaran kemampuan koneksi matematis siswa.Wawancara

merupakan langkah lanjutan untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran

kemampuan koneksi matematis siswa.

Hasil tes yang telah diberikan siswa perlu kita analisis lebih lanjut, agar

mendapatkan gambaran yang jelas dan rinci atas kemampuan koneksi matematis.

Gambaran kemampuan koneksi matematis siswa dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan pengajaran dalam usaha meningkatkan kegiatan pembelajaran yang

diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar atau prestasi belajar matematika

siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang

mendeskripsikan kemampuan koneksi dan pemahan matematis siswa pada kelas

VII SMP Negeri 19 kendari. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode

penelitian yang berusaha mengumpulkan fakta suatu kejadian objek, aktivitas, dan

proses manusia secara “apa adanya” pada waktu sekarang dan jangka waktu yang

masih memungkinkan dalam ingatan responden. Di dalamnya tidak terdapat

perlakuan atau manipulasi terhadap objek penelitian. Penelitian deskriptif

bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan faktual mengenai fakta-

fakta tentang sesuatu yang akan diteliti sehingga penelitian ini bertujuan untuk

memberikan informasi mengenai kemampuan koneksi dan pemahaman matematis

yang dimiliki siswa.

B. Tempat danWaktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 kendari yang terletak di

jalan kampung baru No. 19 kelurahan wua-wua kecamatan wua-wua kota kendari

Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester ganjiltahun ajaran 2020/2021

di kelas VII SMP Negeri 19 Kendari.

27
C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri19 kendari kelas

VIIA,VIIB,dan VIIC seperti pada tabel berikut

Tabel Subjek Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 kendari Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2020/2021
No. Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata Ulangan
Harian Matematika
L P Total
1. VIIA 12 13 25 56,00
2. VIIB 13 12 25 46,80
3. VIIC 11 14 25 48,00

Penyebaran siswa di setiap kelas paralel tidak dibedakan berdasarkan

tingkat kemampuan matematikanya. Oleh karena itu, untuk keperluan penelitian

ini akan dipilih 1 kelas berdasarkan pertimbangan hasil nilai rata-rata ulangan

harian siswa kelas VII SMP Negeri 19 kendari yang mempunyai kemampuan

matematika yang rendah sebagai sasaran penelitian. Adapun Subjek dalam

penelitian ini yaitu kelas VIIb berjumlah 25 siswa dan diambil 10 orang untuk

keperluan penelitian.

Dalam menentukan siswa yang terpilih sebagai subjek penelitian yang

akan diberi test, angket dan diwawancarai digunakan teknik purposive sampling,

yaitu penelitian yangmenggunakan teknik penentuan subjek dengan kriteria

tertentu (purposive) yakni 2 orang siswa yang mendapatkan nilai sangat tinggi, 2

orang yang mendapatkan nilai tinggi, 2 orang yang mendapatkan nilai sedang, 2

orang mempunyai nilai rendah dan 2 orang mempunyai nilai sangat rendah.

Berdasarkan kriteria tersebut dan memperhatikan hasil tes, maka siswa

yang terpilih sebagai subjek penelitian yang di wawancarai adalah berjumlah 10

orang.

28
D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan


koneksi dan pemahaman matematis, angket self-regulated learning, dan
Wawancara.
1. Tes Kemampuan Koneksi dan Pemahaman Matematis

Tes tertulis matematika merupakan langkah awal untuk mendapatkan

gambaran kemampuan koneksi dan pemahaman matematis siswa dengan

mengikuti pedoman indikator kemampuan masing-masing instrument.

Kisi-Kisi Instrument Soal Postest Kemampuan Koneksi Matematis

Materi Kompetensi Dasar Indikator Kemampuan No


Koneksi Matematis Soal

Segitiga a. Mendeskripsikan dan 1. Menemukan hubungan 5


dan Segi menyatakan relasi dan antar berbagai
Empat fungsi dengan representasi konsep dan
menggunakan berbagai prosedur.
representasi. 2. Memahami setiap topic 1,3
dalam matematik
b. Menyelesaikan masalah
3. Menggunakan 4
yang berkaitan dengan
matematika dalam bidang
relasi dan fungsi dengan
studi lain atau kehidupan
menggunakan berbagai
sehari-hari
representasi.
4. Memahami representasi 2
konsep ekuivalen.
5. Menemukan hubungan 2
antara prosedur satu
dengan lainya.
6. Menggunakan koneksi
antara matematika

29
dengan matematika
sendri maupun dengan
ilmu lain
(sendi ramdani, 2012)
Adapun kisi kisi Kemampuan pemahaman matematis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman instrumental, yaitu hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan

yang lainnya, dengan menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan

mengerjakan perhitungan secara algoritmik. Kemampuan ini tergolong pada

kemampuan berpikir matematis tingkat rendah.

b. Pemahaman relasional, yaitu mengaitkan satu konsep/prinsip dengan

konsep/prinsip lainnya. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berpikir

matematis tingkat tinggi (Ferdianto, 2011: 51).

Tabel kisi – kisi Kemampuan Pemahaman Matematis yaitu sebagai berikut :

Materi Aspek Pemahaman Indikator Item


yang Diukur Soal
Segitiga Pemahaman Siswa dapat menuliskan jenis- 3
instrumental dimana jenis segitiga berdasarkan
siswa mampu panjang sisinya.
menghapal
rumus/prinsip, dapat
menerapkan rumus
dalam perhitungan
sederhana dan
mengerjakan
pehitungan secara
algoritmik
Pemahaman Siswa dapat memecahkan 4
relasional, dimana masalah yang berkaitan dengan
siswa mampu segitiga
mengaitkan konsep
matematika dengan Siswa dapat menyelesaikan 5
konsep matematika permasalahan dengan
yang lain mengaitkan konsep luas segitiga

Segi Empat Pemahaman Siswa dapat mengidentifikasi 1

30
instrumental dimana sifat-sifat segiempat
siswa mampu
menghapal Siswa dapat memecahkan 2
rumus/prinsip, dapat permasalahan dengan
menerapkan rumus mengaitkan konsep luas
dalam perhitungan segiempat
sederhana dan
mengerjakan
pehitungan secara
algoritmik

2. Angket Self-regulated learning


Kisi-kisi instrumen angket dari indikator self-regulated learning dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Self-Regulated Learning
No. Instrumen
Aspek Indikator Jumlah
Favorable Unfavorable
Organizing and
11 16 2
transforming
Goal-setting and
25 20 2
Metakognitif planning
Self-consequences 3 8 2
Keeping records and
24 13 2
monitoring
Seeking information 18 21 2
Self-evaluation 15 27 2
Seeking social
22 28 2
assistance teachers
Seeking social
Motivasi 2 30 2
assistance adults
Seeking social
29 6 2
assistance peers
Rehearsing and
19 5, 10 3
memorizing
Reviewing books 1, 9 14 3
Reviewing test 12 23 2
Perilaku Reviewing records 26 4 2
Environmental
7 17 2
structuring
Total 15 15 30

3. Wawancara

31
Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan peneliti dalam melakukan
wawancara kepada subjek mengenai kemandirian belajar dan menyelesaikan soal
tes yang telah di berikan. Pedoman wawancara ini bersifat semi terstruktur dengan
tujuan menemukan masalah secara terbuka. Artinya subjek di ajak untuk
mengemukakan ide dan pendapatnya setelah diberikan tes koneksi dan
pemahaman matematis. Hal ini di lakukan karena tidak semua yang ada di dalam
pikiran subjek penelitian tertuang secara tertulis.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan memberikan instrument berupa tes tertulis, dan angket.

1. Pemberian Tes Tertulis

Tes tertulis diberikan kepada 10 orang siswa berupa soal uraian

berdasarkan indikator kemampuan koneksi matematis dan pemahaman matematis

yang masing masing berjumlah 4 nomor untuk dikerjakan dengan waktu

pengerjaan telah ditentukan peneliti. Setelah waktu pengerjaan soal selesai maka

peneliti mengambil jawaban masing-masing siswa untuk diberikan penilaian/skor

berdasarkan teknik penskoran.

Pemberian tes tertulis diberikan berdasarkan indikator kemampuan


koneksi dan pemahaman matematis berupa soal uraian. hasil tes kemampuan
koneksi dan pemahaman matematis siswa yang dianalisa berdasarkan pedoman
penskoran yang telah dbuat. Selanjutnya, Skor perolehan peserta didik dikonversi
ke skala 100 dengan aturan:
skor perolehan peserta didik
Nilai perolehan peserta didik = x 100
skor maksimum
Kategori Tingkat Kemampuan Koneksi dan pemahaman matematis

32
Nilai yang diperoleh siswa inilah yang dijadikan data dalam penelitian.

Adapun kriteria kategori kemampuan koneksi dan pemahaman matematis


siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Klasifikasi Kualitas Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

Nilai Klasifikasi
85,00 ≤ A ≤ 100 Sangat Baik
70,00 ≤ B < 84,99 Baik
55,00 ≤ C < 69,99 Cukup
40,00 ≤ D < 54,99 Rendah
0,00 ≤ E < 39,99 Sangat rendah

Klasifikasi Kualitas Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa

Nilai Klasifikasi
90 ≤ A ≤ 100 Sangat tinggi
75 ≤ B < 90 Tinggi
55 ≤ C < 75 Cukup
40 ≤ D < 55 Rendah
0 ≤ E < 40 Sangat rendah
Rizki, 2020 : 36

2. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah pemberian angket dan tes dilakukan, wawancara

dilaksanakan kepada siswa yang telah dipilih berdasarkan tingkatan kemampuan

koneksi dan pemahaman matematisnya, yang telah dikategorikan menjadi 5

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Dimana

wawancara dilakukan terhadap 5 orang siswa yang menjadi subjek penelitian

yaitu masing-masing siswa mewakili 1 kategori kemampuan matematikanya.

33
3. Angket Self Regulated learning

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam


penelitian dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup yakni angket yang disajikan sedemikian rupa agar responden
menjawab dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada pilihan jawaban
mereka. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket self-regulated
learning.

Angket diberikan kepada subjek penelitian yakni perwakilan dari beberapa

Siswa kelas VIIb . Angket yang digunakan menggunakan bentuk skala sikap

model Likert, dimana skala sikap ini disusun untuk mengnungkap sikap pro dan

kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial.

Dalam skala ini terdapat beberapa butir pernyataan sikap, pernyataan ini terdiri

atas dua macam, yaitu pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada

objek sikap (favorable) dan pernyataan yang tidak mendukung objek sikap

(unfavorable).Jawaban setiap butir yang diberikan pada respon dalam tingkatan

negatif hingga positif dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).Setelah angket diisi,

jawaban setiap responden diperiksa dan diberi skor. Pemberian skor jawaban

dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.5
Skor Jawaban
Pilihan Jawaban Skor
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
(Sugiyono, 2016)

34
Kemudian analisis deskriptif self-regulated learning siswa digunakan
pedoman sebagai berikut:
X > X́ +1,5 SD : Sangat tinggi
X + 0,5 SD< X ≤ X́ +1,5 SD : Tinggi
X́ −0,5 SD< X ≤ X́ + 0,5 SD : Sedang
X́ −1,5 SD< X ≤ X́ −0,5 SD : Rendah
X ≤ X́−1,5 SD : Sangat rendah
Keterangan:
X́ = Rata-rata nilai siswa
X = Nilai yang diperoleh siswa
SD= Standar deviasi nilai total

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang


dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data
yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2016:
226). Padapenelitiankualitatif, tingkatkeabsahanlebihditekankanpada data yang
diperoleh. Melihat hal terebut maka kepercayaan data hasil penelitian dapat
dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasialn sebuah
penelitian.
Moleong (2004: 178), untuk menentukan keabsahan suatu data diperlukan
teknik pemeriksaan yang didasarkan atas derajat kepercayaan, keteralihan,
ketergantungan, dan kepastian. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan
adalah menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Peneliti menggunakan
triangulasi teknik yakni teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu angket, tes, dan wawancara. Bila

35
dengan teknik pengujian kredibilitas tersebut menghasilkan data yang berbeda,
maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2018:
241).
Validitas dan keabsahan data adalah yang tidak berbeda antara data yang

diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada objek

penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat dipertanggung

jawabkan.

G. Teknik Analisis Data


Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 337),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif, dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data yaitu kegiatan yang mengacu kepada proses
mentraformasikan data mentah yang tertulis di lapangan, menyeleksi,
menyederhanakan dan mengelompokkan. Tahap reduksi data dalam penelitianini
meliputi: (a) membagikan angket dan menyusun hasil angket, (b) memberikan tes
dan mengoreksi hasil pekerjaan siswa yang akan digunakan untuk menggunakan
subjek penelitian.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang member
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiatan ini
memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang terorganisasi
dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan atau tindakan.
Data yang disajikan adalah hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soals
egitiga dan segiempat.
Tahap penyajian data dalam penelitian ini meliputi: (a) menyajikan
hasilangket dan (b) menyaikan hasil tes hasil belajar matematika yang telah dipilih

36
menjadi subjek penelitian. Dari hasil penyajian data di atas dilakukan analisis,
kemudian disimpulkan yang berupa data temuan sehingga mampu menjawab
permasalahan dalam penelitian ini.
3. Verifikasi (pengecekan) data danpenarikankesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data dan
merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan
dengan kalimat yang singkat, padat, dan mudah dipahami. Verifikasi adalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga mampu menjawab
pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif Kemampuan Koneksi dan Pemahaman Matematis


 Hasil Analisis Deskriptif Kemampuan Koneksi dan pemahaman
Matematis Kelas VIIb

Tes diberikan kepada siswa setelah seluruh materi pelajaran selesai.


Selanjutnya hasil tes ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan subjek yang
akan diwawancarai dan bahan pengamatan mengenai kesalahan yang akan dialami
siswa dalam menyelesaikan soal. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal dapat ditemukan beberapa kesalahan yang dialami siswa.

37
Untuk mengetahui letak kesalahan siswa pada masing-masing
kemampuan koneksi dan pemahaman matematis dapat dilihat dari kesalahan-
kesalahan siswa dalam menuliskan setiap langkah pengerjaannya dari butir soal
nomor 1, 2 , 3, 4 dan 5. Berdasarkan data hasil analisis pengerjaan siswa tersebut,
kemudian dihitung persentase kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
persoalan dalam menyelesaikan soal.
Adapun selengkapnya hasil analisis dari masing-masing kesalahan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil analisis kemampuan koneksi matematis
Materi Kompetensi Dasar Indikator Kemampuan Salah Benar %
Koneksi Matematis

Segitiga a. Mendeskripsikan dan 1. Menemukan hubungan


dan Segi menyatakan relasi dan antar berbagai
4 1 20
Empat fungsi dengan representasi konsep dan
menggunakan berbagai prosedur.
0 5 100
representasi. 2. Memahami setiap topic
dalam matematika
b. Menyelesaikan masalah
3. Menggunakan 3 2 40
yang berkaitan dengan
matematika dalam
relasi dan fungsi dengan
bidang studi lain atau
menggunakan berbagai
kehidupan sehari-hari
representasi.
4. Memahami representasi 3 2 40
konsep ekuivalen.
5. Menemukan hubungan 3 2 40
antara prosedur satu
dengan lainya.

38
6. Menggunakan koneksi 0 0 0
antara matematika
dengan matematika
sendri maupun dengan
ilmu lain

Berdasarkan tabel 4.1 untuk kemampuan koneksi matematis siswa, diperoleh 1


siswa yang salah dalam Mengemukakan hubungan antar berbagai representasi
konsep dan prosedur dan 4 siswa lainnya dapat Mengemukakan hubungan antar
berbagai representasi konsep dan prosedur pada soal nomor nomor 5 dengan
represenetase kebenaran 80 %. Pada indikator Memahami setiap topik dalam
matematika pada soal nomor 1 dan 3 semua siswa mampu menjawab dengan
benar dengan presentase 100%. Untuk indikator selanjutnya yaitu menggunakan
matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari yang terdapat pada
soal nomor 4 hanya terdapat 2 orang siswa yang mampu menyelesaikan dengan
benar sedangkan siswa lainnya tidak dapat menyelesaikannya. Sama halnya
dengan indikator Memahami representasi konsep ekuivalen yang terdapat pada
soal nomor 2 dengan presentase 40 %. Selanjutnya untuk indikator terakhir yaitu
Memahami representasi konsep ekuivalen siswa yang dapat menjawab dengan
benar sebanyak 2 siswa dengan presentase 40%.

Tabel 4.2 hasil analisis kemampuan pemahaman matematis siswa


Materi Aspek Pemahaman Indikator salah benar %
yang Diukur
Segitiga Pemahaman Siswa dapat menuliskan jenis- 1 4 80
instrumental dimana jenis segitiga berdasarkan
siswa mampu panjang sisinya.
menghapal
rumus/prinsip, dapat
menerapkan rumus
dalam perhitungan
sederhana dan
mengerjakan
pehitungan secara

39
algoritmik
Pemahaman Siswa dapat memecahkan 3 2 40
relasional, dimana masalah yang berkaitan dengan
siswa mampu segitiga
mengaitkan konsep
matematika dengan Siswa dapat menyelesaikan 4 1 20
konsep matematika permasalahan dengan
yang lain mengaitkan konsep luas segitiga

Segi Empat Pemahaman Siswa dapat mengidentifikasi 0 5 100


instrumental dimana sifat-sifat segiempat
siswa mampu
menghapal Siswa dapat memecahkan 3 2 40
rumus/prinsip, dapat permasalahan dengan
menerapkan rumus mengaitkan konsep luas
dalam perhitungan segiempat
sederhana dan
mengerjakan
pehitungan secara
algoritmik

Berdasarkan tabel 4.2 untuk kemampuan pemahaman matematis siswa pada


materi segitiga diperoleh 1 siswa yang salah dalam Pemahaman instrumental
dimana siswa mampu menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam
perhitungan sederhana dan mengerjakan pehitungan secara algoritmik dan 4 siswa
lainnya dapat Pemahaman instrumental dimana siswa mampu menghapal
rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan
mengerjakan pehitungan secara algoritmik pada soal nomor 3 dengan
represenetase kebenaran 80 %. Pada indikator Pemahaman relasional, dimana
siswa mampu mengaitkan konsep matematika dengan konsep matematika yang
lain pada soal nomor 4, ada 3 sisawa yang menjawab salah dan 2 siswa yang
menjawab benar dengan persentase 40% dan untuk soal nomor 5 terdapat 4 siswa
yang menjawab salah dan 1 siswa yang menjawab benar dengan persentase 20 %.
dan Untuk materi segiempat indikator Pemahaman instrumental dimana siswa
mampu menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan
sederhana dan mengerjakan pehitungan secara algoritmik pada soal nomor 1
terdapat 5 siswa yang menjawab benar dengan persentase 100% sedangkan untuk

40
soal nomor 2 terdapat 3 siswa yang menjawab salah dan 2 siswa yang menjawab
benar dengan persentase 40%.
2. Distribusi Kemampuan Koneksi dan Pemahaman Matematis Siswa
a. Distribusi Kemampuan Koneksi matematis Kelas VII.B
Tabel 4.3 Distribusi Kemampuan Koneksi Siswa Kelas VII.1
NO Nilai Kategori F Presentase
(fekuensi (%)
)
1 85-100 Sangat Baik 1 20
2 70-84,99 Baik 1 20
3 55-69,99 Cukup 1 20
4 40-54,99 Rendah 1 20
5 0-39,99 Sangat Rendah 1 20
Jumlah 5 100

Berdasarkan tabel 4.3 kemampuan koneksi matematis dengan kategori


baik sekali, baik, cukup, rendah dan sedang masing-masing kategori memiliki
frekuensi 1 degan presentase sebesar 20%.
b. Distribusi Kemampuan Pemahaman Matematis siswa Kelas VII.B
Tabel 4.4 Distribusi Pemahaman Matematis Siswa Kelas VII.B
NO Nilai Kategori F Presentase
(fekuensi (%)
)
1 90≤ A ≤100 Sangat 1 20
Tinggi
2 75≤ A ≤90 Tinggi 1 20
3 55≤ A ≤75 Cukup 1 20
4 40≤ A ≤55 Rendah 1 20
5 0≤ A ≤ 40 Sangat 1 20
Rendah
Jumlah 5 100

Berdasarkan tabel 4.4 kemampuan pemahaman matematis dengan kategori


baik sekali, baik, cukup, rendah dan sedang masing-masing kategori memiliki
frekuensi 1 degan presentase sebesar 20%.
c. Distribusi Self Regulated Learning siswa Kelas VII.B
Tabel 4.5 Distribusi Self Regulated Learning Siswa Kelas VII.B
NO Nilai Kategori F Presentase

41
(fekuensi (%)
)
1 87,4 – 100 Sangat 1 20
Tinggi
2 75,06 – 87,3 Tinggi 1 20
3 62,82- 75,05 Sedang 1 20
4 50,59 – 62,81 Rendah 2 40
5 0 – 50,58 Sangat 0 0
Rendah
Jumlah 5 100

Berdasarkan tabel 4.5 hasil angket tes regulated siswa dengan kategori
sangat tinggi dengan persentase sebesar 20%, tinggi sebesar 20%, sedang sebesar
20% dan rendah sebesar 40% sedangkan sangat rendah dengan persentase 0%.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa temuan penelitian seperti
yang dijelaskan sebelumnya, dari paparan sebelumnya dapat diketahui bahwa
penelitian mengenai kemampuan koneksi dan pemahaman matematis siswa dalam
menyelesaikan soal tes koneksi dan pemahaman serta tes angket self regulated
pada siswa kelas VIIB pada materi Segitiga dan Segi Empat mengenai anlaisis
kemampuan koneksi dan pemahaman matematis siswa di tinaju dari self regulated
nya bahwa terdapat masing- masing siswa yang sudah memenuhi kategori sangat
baik, baik, cukup , rendah dan sangat rendah. Hal ini didasarkan pada pada hasil
tes kedua kemampuan dan pemberian angket tersebut.
Berdasarkan tabel 4.1 untuk kemampuan koneksi matematis siswa,
diperoleh 1 siswa yang salah dalam Mengemukakan hubungan antar berbagai
representasi konsep dan prosedur dan 4 siswa lainnya dapat Mengemukakan
hubungan antar berbagai representasi konsep dan prosedur pada soal nomor
nomor 5 dengan represenetase kebenaran 80 %. Pada indikator Memahami setiap
topik dalam matematika pada soal nomor 1 dan 3 semua siswa mampu menjawab
dengan benar dengan presentase 100%. Untuk indikator selanjutnya yaitu
menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari
yang terdapat pada soal nomor 4 hanya terdapat 2 orang siswa yang mampu

42
menyelesaikan dengan benar sedangkan siswa lainnya tidak dapat
menyelesaikannya. Sama halnya dengan indikator Memahami representasi
konsep ekuivalen yang terdapat pada soal nomor 2 dengan presentase 40 %.
Selanjutnya untuk indikator terakhir yaitu Memahami representasi konsep
ekuivalen siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 2 siswa dengan
presentase 40%.
Berdasarkan tabel 4.2 untuk kemampuan pemahaman matematis siswa
pada materi segitiga diperoleh 1 siswa yang salah dalam Pemahaman instrumental
dimana siswa mampu menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam
perhitungan sederhana dan mengerjakan pehitungan secara algoritmik dan 4 siswa
lainnya dapat Pemahaman instrumental dimana siswa mampu menghapal
rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan
mengerjakan pehitungan secara algoritmik pada soal nomor nomor 3 dengan
represenetase kebenaran 80 %. Pada indikator Pemahaman relasional, dimana
siswa mampu mengaitkan konsep matematika dengan konsep matematika yang
lain pada soal nomor 4, ada 3 sisawa yang menjawab salah dan 2 siswa yang
menjawab benar dengan persentase 40% dan untuk soal nomor 5 terdapat 4 siswa
yang menjawab salah dan 1 siswa yang menjawab benar dengan persentase 20 %.
dan Untuk materi segiempat indikator Pemahaman instrumental dimana siswa
mampu menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan
sederhana dan mengerjakan pehitungan secara algoritmik pada soal nomor 1
terdapat 5 siswa yang menjawab benar dengan persentase 100% sedangkan untuk
soal nomor 2 terdapat 3 siswa yang menjawab salah dan 2 siswa yang menjawab
benar dengan persentase 40%.
Dengan demikian bahwa siswa dengan kategori self regulated laerning

yang sangat tinggi memiliki kemampuan koneksi dan pemahaman sangat tinggi,

siswa dengan kategori self regulated learning yang tinggi memiliki kemampuan

koneksi dan pemahaman matematis tinggi, siswa dengan kategori self regulated

learning yang sedang memiliki kemampuan koneksi dan pemahaman matematis

43
cukup, siswa dengan kategori self regulated learning yang rendah memiliki

kemampuan koneksi dan pemahaman matematis rendah sedangkan siswa dengan

kategori self regulated learning yang rendah memiliki kemampuan koneksi dan

pemahaman matematis sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi selef regulatednya maka kemampuan koneksi dan pemahamanya

juga tinggi sebaliknya bahwa semakin rendah self regulatednya maka kemampuan

koneksi dan pemahamannya juga rendah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan serta
sesuai rumusan masalah yang ada, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :

44
1. Pada kemampuan pemahaman koneksi matematis siswa terdapat beberapa

indikator dimana siswa hanya mampu menjawab sebagian indikator. Pada

indikator diperoleh 1 siswa yang menjawab salah dan 4 siswa lainnya

menjawab benar pada. Pada indikator Memahami setiap topik dalam

matematika pada soal nomor 1 dan 3 semua siswa mampu menjawab dengan

benar dengan presentase 100%. Untuk indikator selanjutnya yaitu

menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari

yang terdapat pada soal nomor 4 hanya terdapat 2 orang siswa yang mampu

menyelesaikan dengan benar sedangkan siswa lainnya tidak dapat

menyelesaikannya. Sama halnya dengan indikator Memahami representasi

konsep ekuivalen yang terdapat pada soal nomor 2 dengan presentase 40 %.

Selanjutnya untuk indikator terakhir yaitu Memahami representasi konsep

ekuivalen siswa yang dapat menjawab dengan benar sebanyak 2 siswa dengan

presentase 40%.

2. Pada kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi segitiga

diperoleh 1 siswa yang salah dalam Pemahaman instrumental dimana siswa

mampu menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam

perhitungan sederhana dan mengerjakan pehitungan secara algoritmik dan 4

siswa lainnya dapat Pemahaman instrumental dimana siswa mampu

menghapal rumus/prinsip, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan

sederhana dan mengerjakan pehitungan secara algoritmik pada soal nomor 3

dengan represenetase kebenaran 80 %. Pada indikator Pemahaman relasional,

dimana siswa mampu mengaitkan konsep matematika dengan konsep

45
matematika yang lain pada soal nomor 4, ada 3 sisawa yang menjawab salah

dan 2 siswa yang menjawab benar dengan persentase 40% dan untuk soal

nomor 5 terdapat 4 siswa yang menjawab salah dan 1 siswa yang menjawab

benar dengan persentase 20 %. dan Untuk materi segiempat indikator

Pemahaman instrumental dimana siswa mampu menghapal rumus/prinsip,

dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan

pehitungan secara algoritmik pada soal nomor 1 terdapat 5 siswa yang

menjawab benar dengan persentase 100% sedangkan untuk soal nomor 2

terdapat 3 siswa yang menjawab salah dan 2 siswa yang menjawab benar

dengan persentase 40%.

3. Berdasarkan kemampuan dan pemahaman matematis ditinjau dari self

regulatednya bahwa semakin tinggi self regulated siswa maka semakin tinggi

kemampuan dan pemahaman matematisnya begitupun sebaliknya, bahwa

semakin rendah self regulated siswa maka semakin rendah kemampuan dan

pemahaman matematis siswa.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada peniliti selanjutnya untuk dapat mengatur waktu dengan
lebih dan efisien. Sehingga setiap prosedur penelitian dapat berjalan dengan
baik dan lancar tanpa mengganggu pihak manapun.
2. Pada penelitian kualitatif diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk selalu
mengasah kemampuan dan pengetahuannya dengan banyak membaca dan
memahami bahan bacaan yang sesuai dengan apa yang di teliti dan juga
mengkondisikan biaya yang diperlukan pada peneltian.

46
DAFTAR PUSTAKA

Afgani, J. 2011. Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka

Alfiana, A. D. 2013. Regulasi diri mahasiswa ditinjau dari keikut sertaan dalam
organisasi kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 245-
259.

47
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ferdianto, Ferry. 2011. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa


Melalui Problem Posing. Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Jurnal Euclid, vol 1(1). hal.51.

Herdian.2010.PemahamanMatematika.
[Online]TersediaDihttp://Herdy07.Wordpress.Com/2010/05/27/Kemampu
an-Pemahaman-Matematis (diakses 10 November 2017).

Hidayati, A & Widodo, S 2015.Proses Penalaran Matematis Siswa dalam

Memecahkan Masalah Matematika pada Materi Pokok Dimensi Tiga

Berdasarkan Kemampuan Siswa di SMA Negeri 5 Kediri. Jurnal Math

Education Nusantara, vol. 1, no. 2, hh. 131.

Hodijah, Yoyo. 2014. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan


Kemampuan Pemahaman Matematis. Program Pasca Sarjana STKIP
Siliwangi Bandung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika,
vol.1. hal. 351.

Huda.2011.KemampuanPemahamanMatematis.http://www.alidesharw.net/Interes
matematika_2011/pp-pemahaman-matematis-tina-lisdianti(diakses10
November 2017).

48
49

Jihad, A & Haris, A. 2013. Evaluasi Pembelajaran, PT Multi Pressindo.

Yogyakarta.

Latipah, E. 2015.Strategiself regulated learning danprestasibelajar: kajian meta


analisis. Jurnal psikologi, 37(1), 110-129.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and

standard for School Mathematics. Reston: NCTM.

Nurjannah. 2006. Hakikat Pemahaman Konsep. [Online]. Tersedia:


http://holisohe.blogspot.co.id/2011/04/hakekat-pemahaman-
konsep.html. (diakses pada 20 Oktober 2017).

Rahmawati, Asri. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik


Siswa SMP Melalui Metode Terbimbing. Program Pasca Sarjana
STKIP Siliwangi Bandung . Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika. Vol.1. hal.279.

Ramhdani, sendi. 2012. Pembeljaran matematika dengan problem posing untik

meningkatkan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa.Jurnal

matematika. Universitas pendidikan matematika

Siagian, M.D 2017, Pembelajaran Matematika dalam Perspektif

Konstruktivisme. Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan,

vol. 7, no. 2, hh. 61-73.

Suardi, M. 2018. Belajar dan Pembelajaran Edisi 1. Deepublish, Yogyakarata.

Sumarmo, U. 2013. Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisidan Disposisi

Matematik Serta Pembelajarannya. Bandung: UPI

Sundayana, R. 2016. Statistika penelitian. Bandung: Alfabeta


50

Sudijono. 2005. Hakikat Pemahaman Konsep. [Online]. Tersedia:


http://holisohe.blogspot.co.id/2011/04/hakekat-pemahaman-
konsep.html. (diakses pada 20 Oktober 2017).

Sudjana, N. 2010.PenilaianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung: PT


RemajaRosadakarya.
Sugiyono. 2015. MetodepenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta.

2017. MetodePenelitianKuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. 2004. Kemandirianbelajar: apa, mengapa,


danbagaimanadikembangkanpadapesertadidik. In Makalahpada
Seminar Tingkat Nasional.FPMIPA UNY Yogyakarta Tanggal (Vol. 8).
Sundayana, R. 2016. Kaitan Antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran
Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Garut, 8
(1): 31-40.
Sutama. 2013. PengelolahPembelajaranMatematikaSekolahStandarNasional.
JurnalIlmiahPendidikanMatematika, Vol.1(1).1-15.
Suyono, H. 2011. BelajardanPembelajaran.Bandung :RemajaRosdakarya.
Zamnah, L. N. 2017. Hubunganantara Self-Regulated Learning
denganKemampuanPemecahanMasalahMatematispada Mata
PelajaranMatematikaKelas VIII SMP Negeri 3 CipakuTahunPelajaran
2011/2012. Teorema: TeoridanRisetMatematika, 1(2), 31-38.
51

Lampiran 1. Soal Tes uji Instrumen Kemampuan Koneksi dan

peamahaman Matematis Siswa

Nama :

Kelas : VIIIC

Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

Petunjuk : Jawablah Dengan Jelas dan Benar

1. Perhatikan sifat-sifat segiempat berikut.


a. Setiap pasang sisi berhadapan sejajar.
b. Semua sisi sama panjang.
c. Semua sudut sama besar.
d. Kedua diagonal berpotongan di titik tengah masing-masing.
e. Kedua diagonal saling tegak lurus.
Dari kelima sifat segiempat tersebut manakah yang merupakan sifat dari
persegi panjang?

2. Perhatikan gambar berikut.

Pada gambar di atas, 𝐴𝐵𝐶𝐷 adalah suatu persegi panjang dengan ukuran

panjang 14 cm dan ukuran lebar 9 cm, sedangkan 𝑃𝑄𝑅𝑆 adalah suatu persegi

dengan panjang sisi 8 cm. Jika luas daerah yang diarsir adalah 17,5 cm2 maka

tentukanlah luas daerah yang tidak diarsir!


52

3.Tuliskan jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisinya!


4. Sebidang tanah berbentuk segitiga dengan panjang tiap sisi tanah berturut-
turut 4 m, 5 m, dan 7 m. Di sekeliling tanah tersebut akan dipasang pagar
dengan biaya Rp. 85.000,00 per meter. Berapakah biaya yang diperlukan
untuk pemasangan pagar tersebut?
5. Perhatikan gambar berikut.

Pada gambar segiempat 𝐴𝐵𝐶𝐷 di atas, ukuran sisi AE=4,7 cm, CF=6,8 cm dan

DB=16 cm. Tentukanlah luas segiempat 𝐴𝐵𝐶𝐷 tersebut!


53

Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Koneksi dan Pemahaman

Matematis

No Kunci Jawaban Pedomanan

Penskoran
1. Sifat-sifat persegi panjang adalah: 0-4
a. Setiap pasang sisi berhadapan sejajar
c.Semua sudut sama besar

d. Kedua diagonal berpotongan di titik tengah masing-


Masing

2. Luas daerah yang tidak diarsir


=(luas ABCD−luas yang diarsir)+(luas PQRS− luas yang diarsir)
=(14×9−17,5)+(8×8−17,5)
=(126−17,5)+(64−17,5)
=108,5+46,5 0-4
=155 cm2
Jadi, luas daerah yang tidak diarsir adalah 155 cm2
3. 0-4
1) segitiga samakaki
2) segitiga samasisi
3) segitiga sebarang

4. Diketahui tanah berbentuk segitiga dengan panjang tiap sisi 0-4


tanah berturut-turut 4 m, 5 m, dan 7 m, maka:
K =4 m+5 m+7 m
=16 m
Di sekeliling tanah tersebut akan dipasang pagar dengan biaya
Rp. 85.000,00 per meter, maka:
Biaya =16×85.000
=1.360.000
Jadi, biaya yang diperlukan untuk pemasangan pagar tersebut

adalah Rp. 1.360.000,00.


5. 1 1 0-4
Luas segiempat ABCD=Luas ΔABD+Luas ΔDBC = ×𝐷𝐵×𝐴𝐸+
2 2
×𝐷𝐵×𝐶𝐹
1 1
= ×16×4,7+ ×16×6,8
2 2
= 37,6+54,4
= 92
54

Jadi, luas segiempat ABCD adalah 92 cm2.

Lampiran 2
Angket Self-Regulated Learning
Nama :
55

Kelas :
Jenis Kelamin :
Usia :
Petunjuk Pengisian:
Pada tabel dibawah ini akan diberikan beberapa pertanyaan, berilah penilaian
anda sendiri dengan JUJUR dengan memberikan checklist () pada setiap kolom
yang sesuai dengan diri anda. Isilah pernyataan ini dengan penuh ketelitian,
dan pastikan semua pernyataan telah dijawab. Tidak ada jawaban benar atau
salah, dan jawaban anda tidak mempengaruhi nilai akademik anda.
Dengan ketentuan jawaban sebagai berikut:
S : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak
Setuju

No
Pernyataan SS S TS STS
.
Ketika sampai dirumah, saya melihat lagi
1.
materi-materi yang dipelajari di sekolah.
Saya meminta bantuan kepada orang tua saya
2.
ketika menemukan suatu hal yang sulit.
Saya memuji diri saya sendiri ketika
3.
memperoleh nilai yang tinggi.
Ketika hendak ujian, saya tidak pernah melihat
4.
kembali catatan-catatan saya.
5. Saya tidak pernah menghafal materi pelajaran.
Ketika sedang ujian, saya selalu minta bantuan
6.
teman.
Saya menjadikan ruang perpustakaan sebagai
7.
tempat belajar agar lebih nyaman.
Saya tidak menghukum diri saya sendiri ketika
8.
melakukan kesalahan.
Setiap malam saya selalu membaca materi
9. pelajaran esok hari di dalam buku pegangan
saya.
10. Saya merasa sulit mengingat materi pelajaran.
Saya suka menulis kembali catatan yang
11. membuat saya mudah memahami materi
pelajaran.
12. Ketika ujian, saya membaca soal-soal ujian
56

sebelumnya.
Saya mudah lupa, terutama terhadap materi
13.
pelajaran.
Buku pegangan saya hanya sebagai koleksi,
14.
dan saya jarang membacanya.
Saya suka menilai kemajuan-kemajuan yang
15.
telah saya peroleh.
Ketika malam, saya habiskan waktu untuk
menonton TV atau bermain HP daripada
16.
menyusun kembali materi pelajaran agar lebih
mudah dipelajari.
Saya dapat belajar dimana saja, meski
17.
diruangan yang kondisinya bising/berisik.
Saya sering browsing di internet tentang materi
18.
pelajaran.
Setelah shalat subuh, biasanya saya menghafal
19.
materi pelajaran.
Setiap malam, saya jarang menyiapkan buku
20.
pelajaran untuk esok hari.
Saya menggunakan internet hanya untuk eksis
21. di media sosial, dan tidak pernah mencari
materi pelajaran di internet.
Saya akan bertanya kepada guru ketika ada hal
22.
yang kurang saya pahami.
Terkadang saya membakar/membuang kertas-
23.
kertas soal ujian yang telah dilaksanakan.
Saya lebih suka menyimpan hasil nilai
24.
ujian/ulangan.
Saya memiliki jadwal pelajaran yang tertulis
25.
rapi.
Saya sering membaca kembali catatan yang
26.
saya miliki.
Saya merasa tidak sadar dengan kesalahan-
27.
kesalahan yang telah saya lakukan.
Saya kurang suka dengan salah satu guru, dan
28.
itu membuat saya pasif ketika beliau mengajar.
Saya senang untuk bertanya kepada teman
29.
ketika saya mendapatkan kesulitan.
Saya tidak pernah meminta bantuan kepada
30.
orang tua saya dalam hal materi pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai