Abstrak
Pecahan merupakan salah satu topik matematika yang hampir selalu menjadi masalah bagi
siswa sekolah dasar (SD). Masalah tersebut muncul karena umumnya siswa tidak memahami
konsep pecahan. Penelitian ini merupakan penelitian desain (design research) yang dirancang
untuk memberikan suatu pertimbangan yang baik terhadap proses pembelajaran operasi
pecahan melalui dugaan-dugaan yang dibangun dalam kerangka analisis hypotetical learning
trajectory (HLT) yang kemudian diujicobakan dalam pembelajaran matematika realistik (PMR).
PMR mendasari dari seluruh kegiatan penelitian desain riset. Hasil penelitian ini tergambar
dari teori instruksional lokal (local instructional theory). Design research dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu desain pendahuluan, percobaan mengajar yang terdiri siklus 1 dan siklus 2, dan
tahap ketiga analisis retrospektif. Penelitian melibatkan menggunakan sampel sebanyak 29
siswa kelas V di SDI Nurul Hasanah yang terdiri 4 orang siswa pada siklus satu dan 25 siswa
pada siklus kedua. Hasil penelitian dapat menunjukan bahwa serangkaian kegiatan
pembelajaran dengan PMR dapat membawa siswa dari situasi konkret menuju situasi yang
lebih formal. Siswa mampu mengerjakan bilangan pecahan dari bentuk kontektual dengan
disertai alasan.
Kata Kunci: Design research, pembelajaran matematika realistik, hypotetical learning
trajectory, dan local instructional theory.
Proses matematisasi ini menjadi hal yang (Suwarsono, 2001), kelima karakteristik
sangat penting dan menjadi bagian yang PMR tersebut mencakup hal-hal sebagai
harus dibangun dengan kokoh agar berikut.
pemahaman siswa terhadap matematika 1) Menggunakan konteks nyata (real
menjadi utuh. context).
Pada PMR terdapat dua bentuk 2) Menggunakan model-model, skema-
matematisasi, yaitu: matematisasi skema, diagram-diagram, simbol-
horizontal dan matematisasi vertikal. simbol.
Treffers (van Den Heuvel-Panhuizen, 2003) 3) Menggunakan proses yang konstruktif
menjelaskan bahwa matematisasi dalam pembelajaran, dimana siswa
horizontal terkait dengan tools mengkonstruksi sendiri penyelesaian
matematika yang ditampilkan dan soal.
digunakan untuk mengorganisasikan dan 4) Terdapat Interaksi yang multiarah, baik
memecahkan masalah dalam kehidupan antar siswa maupun antara siswa dan
sehari-hari, sedangkan matematisasi guru.
vertikal merupakan pengorganisasian 5) Keterkaitan antara unit matematika dan
kembali dan operasi yang dilakukan oleh masalah-masalah yang ada dalam dunia
siswa dalam sistem matematika itu sendiri. ini.
Contoh dari aktivitas matematisasi Sesuai dengan permasalahan di SDI
horizontal adalah mengidentifikasi Nurul Hasanah Kota Tangerang, studi
masalah matematika ke dalam konteks mengenai desain didaktis pada topik
yang lebih umum, mengadakan pecahan menarik untuk ditelusuri lebih
penskemaan, merumuskan dan lanjut melalui penelitian. Alasannya paling
memvisualisasikan masalah kedalam cara tidak karena dua hal; (1) perbedaan
yang berbeda, menemukan relasi karakteristik siswa sekolah dasar antara
(hubungan), dan menemukan keteraturan. tingkat perkembangan berpikir siswa yang
Sedangkan contoh aktivitas matematisasi berada pada taraf berpikir konkret dengan
vertikal adalah menyatakan suatu hakikat matematika sebagai pengetahuan
hubungan dalam suatu rumus, abstrak (Amir, 2014), (2) masalah pecahan
membuktikan keteraturan, menggunakan adalah masalah yang senantiasa inheren
model-model yang berbeda, merumuskan dalam aktivitas pembelajaran matematika
konsep matematika baru, dan sekolah dasar yang tidak hanya berdampak
menggeneralisasikan. pada pencapaian hasil belajar siswa saja
Agar matematisasi dapat terjadi, PMR tetapi akan berefek pada kemampuan
hendaknya memperhatikan lima siswa di masa mendatang.
karakteristik PMR. Menurut de Lange
Pada tahap ini dilakukan penganalisisan pecahan, wawancara awal dengan siswa,
terhadap hypothetical learning trajectory diskusi dengan guru, serta diskusi dengan
(HLT) pada topik pecahan di mana siswa ahli sebelum mendesain aktivitas
dapat mengkontruksi pengetahuan formal pembelajaran yang akan dilakukan. Hasil
dari pengetahuan informal yang dibangun dari analisis HLT ini kemudian dituangkan
melalui proses matematisasi. Analisis dalam tabel HLT, yang kolom-kolomnya
bersumber/diperoleh dari kajian literatur berisi aktifitas, tujuan pembelajaran,
(termasuk didalamnya hasil penelitian deskripsi aktivitas dan konjektur pemikiran
terdahulu), analisis hambatan belajar siswa disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
(learning obstacle) siswa pada topik
Tabel 1.
Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
Aktivitas Tujuan Deskripsi Aktifitas Konjektur Pemikiran Siswa
Pembelajaran
Memotong Siswa dapat Guru mendorong siswa untuk Siswa memotong pizza secara sembarang
Pizza mengetahui menyebutkan nilai pecahan. Siswa memotong pizza sesuai intruksi guru
makna pecahan Siswa menyebutkan potongan pizza bernilai satuan
Menggambar Siswa dapat Siswa bekerja dalam kelompok Siswa menggambar potongan lingkaran secara
Potongan menyebutkan nilai untuk menggambar potongan pizza sembarang sehingga potonganya luasnya juringnya
Pizza pecahan tertentu berbentuk lingkaran yang dipotong- tidak sama
potong.
Siswa menggambar potongan lingkaran secara
Siswa mewarnai salah satu proporsional
potongan pizza atau potongan
lingkaran
Juring Siswa dapat Siswa bekerja dalam kelompok Siswa mencoba meletakan juring pada lingkaran
Pecahan menyebutkan untuk membandingkan dua utama (tempat juring pecahan) sehingga diperoleh
pecahan senilai. pecahan yang sama melalui nilai pecahan yang tepat.
beberapa juring pecahan yang
sama. Siswa membandingkan beberapa juring yang
menunjukan nilai pecahan yang sama.
Petak Siswa dapat Dalam kegiatan kelompok siswa Siswa dapat mewarnai petak dengan tepat pada
pecahan menjumlahkan mewarnai petak-petak pecahan penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama
dua pecahan. yang menunjukan pecahan tertentu
Siswa mengalami kebuntuan untuk menggabungkan
Guru mendorong siswa dengan petak yang diwarnai pada penjumlahan pencahan
menujukan bahwa gabungan dari yang berpenyebut tidak sama
petak-petak yang diwarnai
menunjukan hasil penjumlahan dua
pecahan yang senilai
Menjumlahka Siswa dapat Guru mendorong siswa mencari Siswa mendapatkan pecahan senilai dari dua pecahan
n dua menjumlahkan pecahan senilai dari dua pecahan tetapi kedua pecahan tersebut tidak dapat
pecahan dua pecahan yang sehingga penyebut dari kedua dijumlahkan.
berpenyebut yang pecahan tersebut dapat
tidak sama dijumlahkan. Siswa mendapatkan pecahan senilai dengan cara
mengalikan pembilang dan penyebut masing-masing.
Setiap kelompok akan mendapat satu Kemudian hasil simulasi dtulis dalam
pizza yang masih utuh, kemudian masing- lembar kerja siswa (LKS), seperti pada
masing kelompok dibantu oleh peneliti Gambar 3 berikut:
dan guru kelas untuk memotong pizza
menjadi beberapa bagian yang sama
besar.
Pada kegiatan ini, diharapkan siswa
dapat memahami dan menentukan
pecahan senilai dan penjumlahan
pencahan dengan menggunakan konsteks
pizza. Berikut ini adalah kutipan diskusi: Gambar 3. Pecahan dengan Pizza.
Gambar 5. Kegiatan 2.
Untuk mengetahui tentang aktifitas
kegiatan 2, berikut aktifitas selama riset
Gambar 4. Pecahan Senilai.
yang terangkum dalam percakapan antara
Pada ekplorasi menentukan pecahan
peneliti dengan siswa
senilai, siswa melakukan kegiatan lanjut
Peneliti : “Coba pisahkan dulu juring
dengan cara memotong gambar lingkaran, berdasarkan ukuranya”
sebagai wujud bentuk pizza dengan Fatin : “sudah pak”
pecahan setengah. Mula-mula siswa Peneliti : “ Coba pasang juring yang ukuranya
membagi lingkaran menjadi 4 bagian. sama sehingga menutupi lingkaran
dibawahnya.
Siswa kemudian meletakan 2 buah juring
Fatin : “Yang ukuran besar atau kecil dulu pak ?
pecahan masing-masing bernilai Peneliti : “Coba mulai juring yang besar dulu”
seperempat. Nilai kedua buah juring ini Fatin : “ Pak, saya dapat dua during besar ini
menjadi 2/4, karena ada 2 bagian dari 4 menenutupi lingkaran”
bagian lingkaran dasar. Siswa kemudian Peneliti : “ada berapa jumlah juringnya?”
Fatin :” 2 pak”
mencocokkan kedua juring pecahan
Peneliti : “ Masih ingat, pizza kemarin kan?”.
tersebut dengan juring pecahan setengah Berapa nilai 1 bagian juring ini
sehingga diperoleh ½ sama dengan 2/4. terhadap seluruh lingkaran?
B. Kegiatan 2 Fatin : “ ½ pak”
Pada kegiatan 2, aktifitas yang diberikan
siswa yaitu menggunakan pecahan senilai
32 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Warsito, Nuraini, & Sukirwan e-ISSN: 2527-8827
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah dikelas melalui tahapan dari tahap
lintasan-lintasan belajar yang dilalui siswa informal menuju tahap formal
melalui dari penggunaan konteks pizza Beberapa rekomendasi diantaranya
dalam mengenal pecahan dan pecahan adalah pelaksanaan siklus 1 perlu
senilai. Selain itu, dengan menggunakan kerjasama yang baik dengan guru kelas,
konstek kertas yang dilipat dan diarsir, sehingga akan menjadi masukan siklus 2,
aktivitas berbasis pengalaman telah dan kelompok belajar sebaiknya ukuran
membantu meningkatkan pemahaman kecil agar lebih maksimal untuk
siswa tentang konsep pecahan senilai. mengetahui lintasan belajar
Sehingga dalam proses penentukan
penjumlahan pecahan siswa mampu DAFTAR PUSTAKA
melakukan dengan menggunakan konsep Afriansyah, E. A. (2016). Investigasi
senilai. Kemampuan Problem Solving dan
Problem Posing Matematis
IV. PENUTUP Mahasiswa via Pendekatan Realistic.
Pendekatan matematika realistik (PMR) Mosharafa: Jurnal Pendidikan
memiliki peranan penting untuk Matematika, 5(3), 269-280.
menghasilkan lintasan belajar siswa dalam Afriansyah, E. A. (2017). Desain Lintasan
pembelajaran matematika materi Pembelajaran Pecahan melalui
pecahan. Melalui aktivitas-aktivitas seperti Pendekatan Realistic Mathematics
memotong, melipat, menggambar maka Education. Mosharafa: Jurnal
pemahanan matematika materi pecahan Pendidikan Matematika, 6(3), 463-
lebih mudah dipahami. Lintasan belajar 474.
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Amir, A. (2014). Pembelajaran matematika
lintasan-lintasan belajar yang dilalui siswa SD dengan menggunakan media
melalui dari penggunaan konteks pizza manipulatif. Pedagogik, 6(1), 72-89.
dalam mengenal pecahan dan pecahan Anwar, Z. (2012). Pelaksanaan
senilai. Selain itu, dengan menggunakan Pembelajaran Matematika di Sekolah
konstek kertas yang dilipat dan diarsir, Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu
aktivitas berbasis pengalaman telah Pendidikan, 5(2), 24-32.
membantu meningkatkan pemahaman Danoebroto, S.W. (2008). Improving
siswa tentang konsep pecahan senilai. problem solving skill using the PMRI
Sehingga dalam proses penentukan and metacognitive training. Jurnal
penjumlahan pecahan siswa mampu Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
melakukan dengan menggunakan konsep 1(11), 73-87.
senilai. Pada PMR, proses pembelajaran Diba, F., Zulkardi, & Saleh, T. (2009).
Pengembangan materi pembelajaran
bilangan berdasarkan pendidikan
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 35
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa