Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN: 2086-4280

Warsito, Nuraini, & Sukirwan e-ISSN: 2527-8827

Desain Pembelajaran Pecahan melalui Pendekatan


Realistik di Kelas V
Warsito1*, Yeni Nuraini2 dan Sukirwan3
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Jalan Perintis Kemerdekaan I/33 Tangerang
1*,2warsito@umt.ac.id

Unversitas Sultan Ageng Tirtayasa


Jalan Raya Jakarta Km.4 Kota Serang Banten
3sukirwan@untirta.ac.id

Artikel diterima: 02-10-2018, direvisi: 31-01-2019, diterbitkan: 31-01-2019

Abstrak
Pecahan merupakan salah satu topik matematika yang hampir selalu menjadi masalah bagi
siswa sekolah dasar (SD). Masalah tersebut muncul karena umumnya siswa tidak memahami
konsep pecahan. Penelitian ini merupakan penelitian desain (design research) yang dirancang
untuk memberikan suatu pertimbangan yang baik terhadap proses pembelajaran operasi
pecahan melalui dugaan-dugaan yang dibangun dalam kerangka analisis hypotetical learning
trajectory (HLT) yang kemudian diujicobakan dalam pembelajaran matematika realistik (PMR).
PMR mendasari dari seluruh kegiatan penelitian desain riset. Hasil penelitian ini tergambar
dari teori instruksional lokal (local instructional theory). Design research dilakukan dalam tiga
tahap, yaitu desain pendahuluan, percobaan mengajar yang terdiri siklus 1 dan siklus 2, dan
tahap ketiga analisis retrospektif. Penelitian melibatkan menggunakan sampel sebanyak 29
siswa kelas V di SDI Nurul Hasanah yang terdiri 4 orang siswa pada siklus satu dan 25 siswa
pada siklus kedua. Hasil penelitian dapat menunjukan bahwa serangkaian kegiatan
pembelajaran dengan PMR dapat membawa siswa dari situasi konkret menuju situasi yang
lebih formal. Siswa mampu mengerjakan bilangan pecahan dari bentuk kontektual dengan
disertai alasan.
Kata Kunci: Design research, pembelajaran matematika realistik, hypotetical learning
trajectory, dan local instructional theory.

Learning Design Fractions through Realistic Approach in Class V


Abstract
Fractions is one of the mathematics topic that are almost to be problem for elementary school
(SD) . This problem arises because generally studenst do no understand about concept of
fraction. This research is design research designed to provide a good consideration of learning
process of fractional operations through allegations built in framework analysis hypotetical
learning trajectory (HLT), which later tested in learning mathematics realistic (PMR). PMR
underlies all research design research activities. The results of this study are drawn from local
instructional theory. Design research is carried out in three stages, namely preliminary design,
teaching experiment consisting of cycle 1 and cycle 2, and the third stage of retrospective
analysis. The study involved using a sample of 29 grade V students at SDI Nurul Hasanah
consisting of 4 students in cycle one and 25 students in the second cycle. The results of the
study can show that a series of learning activities with PMR can bring students from concrete
situations to a more formal situation. Students are able to work fractions of a contextual form
with reason.
Keyword: Design research, realistic mathematics education, hypothetical learning trajectory ,
and local instructional theory.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 25


Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

I. PENDAHULUAN pentingnya belajar matematika secara


Pada level sekolah dasar, pelajaran bermakna. Dengan belajar bermakna,
matematika merupakan salah satu mata siswa akan memiliki banyak kesempatan
pelajaran yang perlu mendapat perhatian untuk mengkontruksi pengetahuannya
khusus. Selain karena dianggap sulit oleh sendiri tanpa peran guru yang dominan.
siswa, pelajaran matematika adalah Tugas guru berikutnya adalah
tonggak awal pengetahuan matematika memfasilitasi siswa agar siswa dapat
untuk jenjang berikutnya. Dengan mengambil peran dalam belajar bermakna
demikian, keberhasilan pada jenjang melalui proses doing math. Proses doing
sekolah dasar akan berpengaruh pada math tersebut dapat ditempuh bila siswa
keberhasilan pembelajaran matematika dihadapkan pada situasi yang
pada jenjang berikutnya. Mengacu pada berhubungan dengan kehidupan nyata
tujuan operasional pendidikan dasar (Zulkardi, 2010). Wijaya (2012:31)
(Anwar, 2012), matematika adalah bagian kemudian menegaskan bahwa ketika anak
dari keterampilan berhitung yang harus belajar matematika terpisah dari
dikuasai siswa sekolah dasar. Keterampilan pengalaman nyata, anak akan segera
berhitung adalah keterampilan dasar yang melupakannya dan tidak akan bisa
menjadi tujuan pertama dan utama, selain menerapkannya. Dalam hal ini belajar
membaca dan menulis. Keterampilan matematika sesungguhnya tidak cukup
berhitung ini mesti dilatihkan kepada siswa dengan mengandalkan keterampilan
sehingga siswa benar-benar mekanistik tetapi memerlukan suatu
menguasainya. Keterampilan berhitung proses yang disebut repersonalisasi.
termasuk di dalamnya keterampilan dalam Repersonalisasi adalah melakukan
mengoperasikan bilangan-bilangan adalah matematisasi seperti yang dilakukan
modal dasar bagi siswa untuk matematikawan, menghubungkan antara
menyelesaikan masalah yang berkaitan konsep dengan konsep sebelumnya, serta
dengan pemecahan masalah matematis. mengaitkan antara konsep dengan
Menilik pada salah satu teori konteksnya (Rosmalia, 2015:2).
perkembangan kognitif dari Piaget Pemahaman ini merupakan implikasi
(Frenky, 2010), siswa pada jenjang sekolah dari filosofi suatu pendekatan
dasar berada pada taraf berpikir konkret. pembelajaran yang disebut pembelajaran
Berdasarkan pada teori ini, siswa dapat matematika realistik (PMR). PMR adalah
memahami suatu objek apabila objek pendekatan pembelajaran yang
tersebut disajikan dalam konteks yang menempatkan matematika sebagai
sifatnya konkret. Selain itu, menurut aktivitas manusia dan bersumber dari
Wijaya (2012:24) menyatakan tentang dunia nyata atau dunia yang dekat dengan

26 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Warsito, Nuraini, & Sukirwan e-ISSN: 2527-8827

siswa. Gagasan utama pembelajaran suatu topik pembelajaran bisa


realistik adalah matematika sebagai disampaikan sesuai dengan karakteristik
aktivitas manusia (human activity) yang serta tujuan yang ingin dicapai.
bermula dari situasi realistic (Afriansyah, Sementara itu, Muslich (Diba, Zulkardi,
2016), siswa mengkontruksi sendiri model- & Saleh, 2009) mengemukakan lima
model matematika, kemudian prinsip pembelajaran yang berorientasi
menggunakan matematika untuk pada potensi yang dimiliki siswa, yaitu: (1)
menyelesaikan masalah kontekstual Kegiatan yang berpusat pada siswa, (2)
(Danoebroto, 2008:77). belajar melalui berbuat, (3)
PMR menawarkan suatu proses mengembangkan kecerdasan intelektual,
pembelajaran secara bertahap mulai dari emosional, spiritual, dan sosial, (4) belajar
konsep yang sederhana menuju pada sepanjang hayat, dan (5) belajar mandiri
konsep yang lebih kompleks. Rangkaian dan belajar bekerja sama. Kelima prinsip
proses ini merumuskan suatu learning pembelajaran serta ciri-ciri dari
trajectory (lintasan belajar) yang harus pembelajaran yang berpusat pada siswa
muncul dalam pembelajaran. Agar tersebut salah satunya tercermin pada
learning trajectory ini dapat muncul dalam pembelajaran matematika realistik (PMR).
pembelajaran, maka guru harus bisa Dalam pandangan PMR, siswa tidak bisa
merumuskan suatu antisipasi didaktis dianggap sebagai penerima pasif, namun
pedagogis melalui Hypothetical Learning pembelajaran matematika hendaknya
Trajectory (HLT). HLT dapat dilakukan memberikan kesempatan kepada siswa
melalui analisis terhadap hambatan- untuk menemukan kembali (reinvent)
hambatan belajar (learning obstacles) yang matematika melalui bimbingan guru
dihadapi oleh siswa sehingga penyebab dengan memanfaatkan berbagai
kesulitan siswa dapat diantisipasi atau kesempatan dan situasi nyata yang dialami
bahkan dihindari. HLT merujuk pada siswa (Shadiq & Mustajab, 2010). PMR ini
rencana pembelajaran berdasarkan menjadi dasar dari desain seluruh konteks
antisipasi belajar siswa yang mungkin dan aktivitas pembelajaran (Afriansyah,
dicapai dalam proses pembelajaran yang 2017). Wijaya (2012) mengemukakan
didasari pada tujuan pembelajaran bahwa pembelajaran realistik merupakan
matematika yang diharapkan pada siswa, pendekatan pembelajaran yang
pengetahuan, dan perkiraan tingkat mengutamakan kebermaknaan konsep
pemahaman siswa, serta pilihan aktivitas matematika sebagai titik awal (starting
matematika secara berurut (Fuadiah, point) pembelajaran. Kebermaknaan ini
2017). Dengan demikian, tugas guru dibangun melalui pemahaman terhadap
adalah membuat suatu desain didaktis konteks dunia nyata yang kemudian
pembelajaran yang bisa memberikan berkembang menjadi konsep yang
antisipasi didaktis pedagogis sehingga dipahami oleh siswa melalui matematisasi.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 27
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Proses matematisasi ini menjadi hal yang (Suwarsono, 2001), kelima karakteristik
sangat penting dan menjadi bagian yang PMR tersebut mencakup hal-hal sebagai
harus dibangun dengan kokoh agar berikut.
pemahaman siswa terhadap matematika 1) Menggunakan konteks nyata (real
menjadi utuh. context).
Pada PMR terdapat dua bentuk 2) Menggunakan model-model, skema-
matematisasi, yaitu: matematisasi skema, diagram-diagram, simbol-
horizontal dan matematisasi vertikal. simbol.
Treffers (van Den Heuvel-Panhuizen, 2003) 3) Menggunakan proses yang konstruktif
menjelaskan bahwa matematisasi dalam pembelajaran, dimana siswa
horizontal terkait dengan tools mengkonstruksi sendiri penyelesaian
matematika yang ditampilkan dan soal.
digunakan untuk mengorganisasikan dan 4) Terdapat Interaksi yang multiarah, baik
memecahkan masalah dalam kehidupan antar siswa maupun antara siswa dan
sehari-hari, sedangkan matematisasi guru.
vertikal merupakan pengorganisasian 5) Keterkaitan antara unit matematika dan
kembali dan operasi yang dilakukan oleh masalah-masalah yang ada dalam dunia
siswa dalam sistem matematika itu sendiri. ini.
Contoh dari aktivitas matematisasi Sesuai dengan permasalahan di SDI
horizontal adalah mengidentifikasi Nurul Hasanah Kota Tangerang, studi
masalah matematika ke dalam konteks mengenai desain didaktis pada topik
yang lebih umum, mengadakan pecahan menarik untuk ditelusuri lebih
penskemaan, merumuskan dan lanjut melalui penelitian. Alasannya paling
memvisualisasikan masalah kedalam cara tidak karena dua hal; (1) perbedaan
yang berbeda, menemukan relasi karakteristik siswa sekolah dasar antara
(hubungan), dan menemukan keteraturan. tingkat perkembangan berpikir siswa yang
Sedangkan contoh aktivitas matematisasi berada pada taraf berpikir konkret dengan
vertikal adalah menyatakan suatu hakikat matematika sebagai pengetahuan
hubungan dalam suatu rumus, abstrak (Amir, 2014), (2) masalah pecahan
membuktikan keteraturan, menggunakan adalah masalah yang senantiasa inheren
model-model yang berbeda, merumuskan dalam aktivitas pembelajaran matematika
konsep matematika baru, dan sekolah dasar yang tidak hanya berdampak
menggeneralisasikan. pada pencapaian hasil belajar siswa saja
Agar matematisasi dapat terjadi, PMR tetapi akan berefek pada kemampuan
hendaknya memperhatikan lima siswa di masa mendatang.
karakteristik PMR. Menurut de Lange

28 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Warsito, Nuraini, & Sukirwan e-ISSN: 2527-8827

II. METODE pembelajaran serta penurunan teori


Penelitian ini dirancang dengan pembelajaran empiris. Karena teori yang
menggunakan metode penelitian desain dikembangkan bersifat empiris, maka teori
(design research method). Sedangkan yang dikontruksi dari hasil penelitian ini
tahapan penelitiannya mengacu pada berupa teori instruksional lokal (local
tahapan penelitian desain dari instructional theory) yang memberikan
Gravemeijer & Cobb (2006), mencakup: 1) jawaban secara umum terhadap suatu
persiapan penelitian (preparing for the topik yang diajarkan. Sementara itu proses
experiment) atau desain awal (preliminary untuk mendapatkan teori instruksional
design), 2) pelaksanaan desain eksperimen lokal ini muncul dari proses perancangan
(design experiment), atau eksperimen pembelajaran yang bersifat siklikal,
pembelajaran (teaching experiment), dan sehingga hasil dari HLT tetap juga
3) analisis tinjauan/analisis data yang merupakan HLT atau dikatakan sebagai
diperoleh dari tahap sebelumnya dugaan teori intruksional lokal. Skema dari
(retrospective analysis). Sesuai dengan tahapan penelitian desain ini secara
karakteristik dari penelitian desain, tujuan eksplisit diilustrasikan pada gambar
dari penelitian ini memberikan suatu berikut.
pertimbangan yang baik terhadap proses

Gambar 1. Siklus Design Research (Gravemijer, 2004)

Penelitian ini dilakukan pada semester dokumentasi, data tertulis, wawancara,


ganjil tahun akademik 2017/2018. Sebagai dan observasi untuk mendapatkan
subjek adalah 4 siswa kelas VA, 25 siswa informasi tentang pemahaman dan
kelas VB di Sekolah Dasar Islam Nurul penguasaan siswa terhadap materi
Hasanah Kota Tangerang. Berbagai pecahan.
sumber dikumpulkan dari rekaman vidio,
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 29
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

Pada tahap ini dilakukan penganalisisan pecahan, wawancara awal dengan siswa,
terhadap hypothetical learning trajectory diskusi dengan guru, serta diskusi dengan
(HLT) pada topik pecahan di mana siswa ahli sebelum mendesain aktivitas
dapat mengkontruksi pengetahuan formal pembelajaran yang akan dilakukan. Hasil
dari pengetahuan informal yang dibangun dari analisis HLT ini kemudian dituangkan
melalui proses matematisasi. Analisis dalam tabel HLT, yang kolom-kolomnya
bersumber/diperoleh dari kajian literatur berisi aktifitas, tujuan pembelajaran,
(termasuk didalamnya hasil penelitian deskripsi aktivitas dan konjektur pemikiran
terdahulu), analisis hambatan belajar siswa disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
(learning obstacle) siswa pada topik
Tabel 1.
Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
Aktivitas Tujuan Deskripsi Aktifitas Konjektur Pemikiran Siswa
Pembelajaran
Memotong Siswa dapat Guru mendorong siswa untuk Siswa memotong pizza secara sembarang
Pizza mengetahui menyebutkan nilai pecahan. Siswa memotong pizza sesuai intruksi guru
makna pecahan Siswa menyebutkan potongan pizza bernilai satuan
Menggambar Siswa dapat Siswa bekerja dalam kelompok Siswa menggambar potongan lingkaran secara
Potongan menyebutkan nilai untuk menggambar potongan pizza sembarang sehingga potonganya luasnya juringnya
Pizza pecahan tertentu berbentuk lingkaran yang dipotong- tidak sama
potong.
Siswa menggambar potongan lingkaran secara
Siswa mewarnai salah satu proporsional
potongan pizza atau potongan
lingkaran
Juring Siswa dapat Siswa bekerja dalam kelompok Siswa mencoba meletakan juring pada lingkaran
Pecahan menyebutkan untuk membandingkan dua utama (tempat juring pecahan) sehingga diperoleh
pecahan senilai. pecahan yang sama melalui nilai pecahan yang tepat.
beberapa juring pecahan yang
sama. Siswa membandingkan beberapa juring yang
menunjukan nilai pecahan yang sama.
Petak Siswa dapat Dalam kegiatan kelompok siswa Siswa dapat mewarnai petak dengan tepat pada
pecahan menjumlahkan mewarnai petak-petak pecahan penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama
dua pecahan. yang menunjukan pecahan tertentu
Siswa mengalami kebuntuan untuk menggabungkan
Guru mendorong siswa dengan petak yang diwarnai pada penjumlahan pencahan
menujukan bahwa gabungan dari yang berpenyebut tidak sama
petak-petak yang diwarnai
menunjukan hasil penjumlahan dua
pecahan yang senilai
Menjumlahka Siswa dapat Guru mendorong siswa mencari Siswa mendapatkan pecahan senilai dari dua pecahan
n dua menjumlahkan pecahan senilai dari dua pecahan tetapi kedua pecahan tersebut tidak dapat
pecahan dua pecahan yang sehingga penyebut dari kedua dijumlahkan.
berpenyebut yang pecahan tersebut dapat
tidak sama dijumlahkan. Siswa mendapatkan pecahan senilai dengan cara
mengalikan pembilang dan penyebut masing-masing.

Tabel 1 di atas, digunakan sebagai Selanjutnya, desain HLT didiskusikan


rujukan utama dalam menyusun perangkat dengan guru, kemudian diterapkan dalam
pembelajaran: skenario, bahan ajar, penelitian pendahuluan (pilot experiment).
lembar kerja siswa, dan alat evaluasinya.
30 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Warsito, Nuraini, & Sukirwan e-ISSN: 2527-8827

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Natasya : “saya mendapatkan setengah bagian


pak”
A. Kegiatan 1
Peneliti : “ Sekarang potong lagi pizza, sehingga
Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan menjadi 4 bagian” Sekarang apa makna
tes awal atau pretes untuk mengetahui ¼?”
kemampuan awal matematika. Tujuan Natasya: “1 bagian potongan pizza dari 4
dari aktivitas ini adalah siswa mampu potongan pizza”.
Peneliti : “Biar jelas,coba sketsa potongan pizza?”
memahami dan menentukan pecahan,
pecahan senilai dengan menggunakan Dari transkip percakapan 1, terlihat
konteks pizza. Kegiatan 1 yang dilakukan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan
siswa dalam riset ini adalah memotong dalam menjelaskan konsep pecahan.
pizza menjadi beberapa bagian melalui
bentuk dan besarnya potongan pizza
terhadap pizza yang sebelumnya dengan
ukuran sama besar. Kegiatan 1 dilakukan
untuk mengeksplorasi pengetahuan siswa
dalam memahami tentang pecahan. Pada
penelitian ini, siswa dibagi dalam 4
kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari beberapa siswa yang memiliki Gambar 2. Simulasi Memotong Pizza Menentukan
kemampuan matematika yang heterogen. Makna Bagian.

Setiap kelompok akan mendapat satu Kemudian hasil simulasi dtulis dalam
pizza yang masih utuh, kemudian masing- lembar kerja siswa (LKS), seperti pada
masing kelompok dibantu oleh peneliti Gambar 3 berikut:
dan guru kelas untuk memotong pizza
menjadi beberapa bagian yang sama
besar.
Pada kegiatan ini, diharapkan siswa
dapat memahami dan menentukan
pecahan senilai dan penjumlahan
pencahan dengan menggunakan konsteks
pizza. Berikut ini adalah kutipan diskusi: Gambar 3. Pecahan dengan Pizza.

Peneliti: “Untuk menentukan pecahan 1/2, Pada Gambar 3, setelah dipotong


bagaimana caranya!” pizzanya siswa menggambar hasil
Natasya: “ caranya, memotong pizza pada bagian potongan pada LKS yang telah ditentukan.
tengah menjadi 2 bagian yang sama Siswa membuat pecahan dengan
besar?”
memotong pizza yang telah disiapkan oleh
Peneliti : “ Jika hasil potongan pizza tadi diambil 1
bagian, apa maknanya” peneliti dengan ukuran yang sudah

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 31


Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

ditentukan, yaitu 2 bagian dan 4 bagian dengan menggunakan juring pecahan.


potongan. Pada lembar kerja siswa 1, Pada aktifitas ini, siswa akan mencocokan
siswa bekerja secara berkelompok untuk bentuk juring yang telah potong
menentukan potongan atau bagian pizza sebelumnya dengan lingkaran penuh.
jika dipotong dengan ukuran yang sama. Berikut aktifitas 2 yang disajikan pada
Selanjutnya, siswa menentukan Gambar 5 berikut:
pecahan senilai berdasarkan hasil simulasi
yang telah dilkukan kelompok dengan
potongan pizza. Beberapa permasalahan
cara membagi pizza kepada kelompok
belajar menjadi diskusi yang menarik.
Berikut hasil LKS, temanya yang disajikan
pada Gambar 4 berikut:

Gambar 5. Kegiatan 2.
Untuk mengetahui tentang aktifitas
kegiatan 2, berikut aktifitas selama riset
Gambar 4. Pecahan Senilai.
yang terangkum dalam percakapan antara
Pada ekplorasi menentukan pecahan
peneliti dengan siswa
senilai, siswa melakukan kegiatan lanjut
Peneliti : “Coba pisahkan dulu juring
dengan cara memotong gambar lingkaran, berdasarkan ukuranya”
sebagai wujud bentuk pizza dengan Fatin : “sudah pak”
pecahan setengah. Mula-mula siswa Peneliti : “ Coba pasang juring yang ukuranya
membagi lingkaran menjadi 4 bagian. sama sehingga menutupi lingkaran
dibawahnya.
Siswa kemudian meletakan 2 buah juring
Fatin : “Yang ukuran besar atau kecil dulu pak ?
pecahan masing-masing bernilai Peneliti : “Coba mulai juring yang besar dulu”
seperempat. Nilai kedua buah juring ini Fatin : “ Pak, saya dapat dua during besar ini
menjadi 2/4, karena ada 2 bagian dari 4 menenutupi lingkaran”
bagian lingkaran dasar. Siswa kemudian Peneliti : “ada berapa jumlah juringnya?”
Fatin :” 2 pak”
mencocokkan kedua juring pecahan
Peneliti : “ Masih ingat, pizza kemarin kan?”.
tersebut dengan juring pecahan setengah Berapa nilai 1 bagian juring ini
sehingga diperoleh ½ sama dengan 2/4. terhadap seluruh lingkaran?
B. Kegiatan 2 Fatin : “ ½ pak”
Pada kegiatan 2, aktifitas yang diberikan
siswa yaitu menggunakan pecahan senilai
32 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Warsito, Nuraini, & Sukirwan e-ISSN: 2527-8827

C. Kegiatan 3 Pada akhir siklus atau akhir penelitian


Pada kegiatan 3, aktifitas siswa yang diberikan tes akhir (postes). Berdasarkan
dilakukan adalah eksplorasi pecahan hasil tes antara pretes dan postes terdapat
senilai dengan menggunakan kertas yang perbedaan yang sangat signifikan
dilipat. Berdasarkan permasalahan yang kemampuan pemahaman materi pecahan.
diberikan pada LKS muncul pertanyaan Melalui aktifitas desain riset yang telah
siswa baik pada guru (peneliti) maupun dilakukan, ternyata dapat dianalisis bahwa
sesama siswa. Berikut ini kutipan diskusi: pengetahuan siswa tentang materi
Peneliti : “Bagaimana cara menentukan pecahan mengalami peningkatan dari
pecahan senilai?”. kemampuan pemahaman materi pecahan.
Nayla: “dilakukan dengan melihat ukuran
Selanjutnya analisis soal postes yang
lipatan”.
Zahra: “saya biasanya dengan melihat ukuran dilakukan setelah desain riset dilakukan
arsiran dan lipatan”. dengan pendekatan pembelajaran
Peneliti :”maksutnya apa?” matematika realistik. Berdasarkan temuan
Zahra : “Pertama saya buat arsiran pecahan hasil postes, sebagian besar siswa
yang dimaksut, terus pada kertas arsiran
mengalami kemajuan dalam memahami
dilipat lagi”.
Peneliti : “ apakah sulit menentukan pecahan dan menyelesaikan masalah matematika.
senilai?” Misalnya pada saat pretes hampir semua
Zahra: “ kalo saya tidak menemukan masalah” belum bisa menyelesaikan. Tetapi pada
Dari percakapan di atas, nampak bahwa saat postes, sebagian besar siswa bisa
siswa mampu menentukan pecahan senilai menyelesaikan masalah matematika.
yang dilakukan dengan menggunakan Berdasarkan analisis hasil postes, bahwa
media kertas yang dilipat. Selanjutnya siswa kelas V SDI Nurul Hasanah
akan dilakukan operasi penjumlahan mengalami peningkatan kemampuan
dengan menggunakan pecahan senilai. pemahaman dan kemampuan penalaran
Siswa dapat menentukan penjumlahan matematis dalam menyelesaikan masalah
yang penyebutnya sama dengan matematika. Selain itu, siswa merasa lebih
menggunakan bantuan kertas diarsir. nyaman dan senang dengan pembelajaran
yang dilakukan dengan desain riset.
D. Retrospective analysis
Pada tahap ini, HLT yang telah dibuat
dibandingkan dengan proses
pembelajaran siswa yang sebenarnya yaitu
menunjukan pembelajaran sesuai dengan
HLT yang didesain dan siswa memahami
materi pecahan. Hal ini terlihat dari hasil
Gambar 6. Kegiatan 4. analisis retrospektif, ketika hasil pretes
dilakukan diperoleh hasil yang nilainya
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 33
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

dibawah kreteria ketuntasan minimum pecahan. Berdasarkan desain HLT yang


dan sebagian besar dari jawaban pretes, telah disusun dan dilakukan oleh peneliti.
siswa belum mampu menjawab soal yang HLT disusun untuk membantu peneliti
diberikan oleh peneliti. Sedangkan dalam merencaranakan pembelajaran
berdasarkan hasil postes yang dilakukan, materi pecahan sehingga dapat
dapat di analisis bahwa sebagian besar diantisipasi kemungkinan-kemungkinan
siswa mampu menjawab dan terjadinya masalah pemahanan materi
mengungkapkan penalaran secara baik pecahan.
dalam menyelesaikan soal matematika Memahami konsep pecahan pada
yang diberikan oleh peneliti. Berdasarkan pembelajaran matematika realistik (PMR)
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan konteks pizza akan
kemampuan siswa dan kemampuan memberikan stimulus pengalaman-
pemahaman matematis siswa mengalami pengalaman sebelumnya. Pendekatan
peningkatan yang signifikan. PMR yang dilakukan terdiri serangkaian
Berdasarkan rumusan masalah, hasil tahapan kegiatan penelitian yang menjadi
analisis data, dan temuan maka diperoleh acuan utama dalam setiap aktivitas
penelitian ini tergambar dari teori pembelajaran yang telah dilaksanakan
instruksional lokal (local instructional pada setiap siklus. Pendesainan aktivitas
theory) yakni berupa suatu pertimbangan pembelajaran atau penelitian ini
yang baik terhadap proses pembelajaran berpedoman pada karakteristik PMR yaitu
yang memberikan jawaban secara umum dimulai dengan penggunaan konteks pada
terhadap suatu topik yang diajarkan. awal pembelajaran yang bertujuan untuk
Design research dilakukan dalam tiga meningkatkan motivasi dan ketertarikan
tahap, yaitu desain pendahuluan, siswa dalam belajar (de Lange dalam
percobaan mengajar yang terdiri siklus 1 wijaya, 2012). Tahapan penelitian PMR
dan siklus 2, dan tahap ketiga analisis dilaksanakan menggunakan konteks pizza
retrospektif. sebagai titik awal dalam mengawali materi
Penelitian ini didesain untuk pecahan.
mengetahui bagaimana peran konteks Pendekatan matematika realistik (PMR)
dapat mendukung pemahaman konsep memiliki peranan penting untuk
pecahan kepada siswa. Oleh karena itu, menghasilkan lintasan belajar siswa dalam
tujuan desain riset dilakukan untuk pembelajaran matematika materi
memahami konsep pecahan melalui pecahan. Melalui aktivitas-aktivitas seperti
aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memotong, melipat, menggambar maka
menjadikan siswa tidak mengalami pemahanan matematika materi pecahan
kesulitan dalam memahami konsep lebih mudah dipahami. Lintasan belajar

34 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Warsito, Nuraini, & Sukirwan e-ISSN: 2527-8827

yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah dikelas melalui tahapan dari tahap
lintasan-lintasan belajar yang dilalui siswa informal menuju tahap formal
melalui dari penggunaan konteks pizza Beberapa rekomendasi diantaranya
dalam mengenal pecahan dan pecahan adalah pelaksanaan siklus 1 perlu
senilai. Selain itu, dengan menggunakan kerjasama yang baik dengan guru kelas,
konstek kertas yang dilipat dan diarsir, sehingga akan menjadi masukan siklus 2,
aktivitas berbasis pengalaman telah dan kelompok belajar sebaiknya ukuran
membantu meningkatkan pemahaman kecil agar lebih maksimal untuk
siswa tentang konsep pecahan senilai. mengetahui lintasan belajar
Sehingga dalam proses penentukan
penjumlahan pecahan siswa mampu DAFTAR PUSTAKA
melakukan dengan menggunakan konsep Afriansyah, E. A. (2016). Investigasi
senilai. Kemampuan Problem Solving dan
Problem Posing Matematis
IV. PENUTUP Mahasiswa via Pendekatan Realistic.
Pendekatan matematika realistik (PMR) Mosharafa: Jurnal Pendidikan
memiliki peranan penting untuk Matematika, 5(3), 269-280.
menghasilkan lintasan belajar siswa dalam Afriansyah, E. A. (2017). Desain Lintasan
pembelajaran matematika materi Pembelajaran Pecahan melalui
pecahan. Melalui aktivitas-aktivitas seperti Pendekatan Realistic Mathematics
memotong, melipat, menggambar maka Education. Mosharafa: Jurnal
pemahanan matematika materi pecahan Pendidikan Matematika, 6(3), 463-
lebih mudah dipahami. Lintasan belajar 474.
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Amir, A. (2014). Pembelajaran matematika
lintasan-lintasan belajar yang dilalui siswa SD dengan menggunakan media
melalui dari penggunaan konteks pizza manipulatif. Pedagogik, 6(1), 72-89.
dalam mengenal pecahan dan pecahan Anwar, Z. (2012). Pelaksanaan
senilai. Selain itu, dengan menggunakan Pembelajaran Matematika di Sekolah
konstek kertas yang dilipat dan diarsir, Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu
aktivitas berbasis pengalaman telah Pendidikan, 5(2), 24-32.
membantu meningkatkan pemahaman Danoebroto, S.W. (2008). Improving
siswa tentang konsep pecahan senilai. problem solving skill using the PMRI
Sehingga dalam proses penentukan and metacognitive training. Jurnal
penjumlahan pecahan siswa mampu Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
melakukan dengan menggunakan konsep 1(11), 73-87.
senilai. Pada PMR, proses pembelajaran Diba, F., Zulkardi, & Saleh, T. (2009).
Pengembangan materi pembelajaran
bilangan berdasarkan pendidikan
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 35
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
http://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa

matematika realistik untuk siswa kelas Suwarsono. (2001). Beberapa


V sekolah dasar. Jurnal Pendidikan permasalahan yang terkait dengan
Matematika, 3(1), 33-46. upaya implementasi pendidikan
Frengky. (2010). Model pembelajaran matematika realistik di indonesia.
matematika siswa kelas satu sekolah Makalah. Disampaikan dalam Seminar
dasar. Jurnal Psikologi, 35(2), 151-163 Nasional Pendidikan Matematika
Fuadiah, N. F. (2017). Hypothetical Realistik di USD, 14-15 November
Learning Trajectory pada 2001.
Pembelajaran Bilangan Negatif van Den Heuvel-Panhuizen, M. (2003). The
Berdasarkan Teori Situasi Didaktis di didactical use of models in realistic
Sekolah Menengah. Mosharafa: Jurnal mathematics education: An example
Pendidikan Matematika, 6(1), 13-24. from a longitudinal trajectory on
Gravemeijer & Cobb. (2006). Design percentage. Educational Studies in
Research from a Learning Perspective, Mathematics, 54, 9–35.
dalam Educational Design Research. Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika
New York : Routledge. Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan
Nuraeni, E, Lidinillah, D.A.M., & Pembelajaran Matematika.
Sakinatussaadah, A. (2012). Model Yogyakarta: Graha Ilmu.
disain didaktis pembagian pecahan Yeni, R.F.(2013). Desain pembelajaran
berbasis pendidikan matematika aturan sinus dan aturan cosinus
realistik untuk siswa kelas V Sekolah berbasis PMRI untuk mengetahui
Dasar. Prosiding Seminar Nasional strategi siswa. Jurnal Kreano, Jurusan
Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES, 4(1) hlm.
Matematika FMIPA UNY Yogyakarta, 88-97
297-308. Zulkardi. (2010). How to Design Mathe-
Rosmalia, N.L. (2015). Desain Didaktis Luas matics Lesson based on the Realistic
Permukaan dan Volume Limas pada Approach?. Terdapat pada
Pembelajaran Matematika di SMP. http://eprints.unsri.ac.id/692/1/rme.h
(Skripsi). Bandung: Jurusan Pendidikan tml. [On line]. Diakses tanggal 17 Juni
Matematika, Universitas Pendidikan 2017a
Indonesia.
Shadiq, F., & Mustajab, N.A. (2010).
Pembelajaran matematika dengan
pendekatan realistik di SMP.
Yogyakarta: P4TK Matematika.

36 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika


Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Copyright © 2019 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Anda mungkin juga menyukai