Anda di halaman 1dari 18

DESAIN PEMBELAJARAN PADA MATERI SPLDV DENGAN

KONTEKS MAKANAN KHAS SUMSEL UNTUK MENDUKUNG


PEMAHAMAN KONSEP MENGGUNAKAN PENDEKATAN
PMRI DI KELAS VIII SMP

Proposal Peneletian

Oleh
ARNI FARISA
NIM : 06081381722051
Program Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Banyak mata pelajaran yang sangat penting yang telah kita pelajari dalam
pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah, salah satu dari pelajaran tersebut
ialah matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dan
ilmu yang mendasari kehidupan sehari-hari manusia. Maka dari itu, pelajaran
matematika telah dipelajari dari jenjang tingkataan SD hingga Perguruan Tinggi
atau Universitas. Pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat erat dan sangat
berkaitan dengan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari manusia, akan tetapi
sangat disayangkan dalam pratiknya tak sedikit siswa yang menganggap bahwa
pelajaran matematika ini adalah pelajaran yang kurang menarik, sulit dimengerti
dan sulit dipaham siswa.
Pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran matematika bukan saja
hanya bagi meraka yang akan mendalami matematika, tentu saja juga bagi mereka
yang akan menerapkan matematika dalam bidang studi lainya dalam kehidupan
sehari-hari (Ruseffendi, 2006; Masyitoh, Dhiah:2017). Sehingga menjadikan
pemecahan masalah sebagai bagian terpenting dalam kurikulum pembelajaran.
Dengan adanya pemecahan masalah, diharapkan siswa mampu untuk lebih
meningkatkan kemampuan berpikirnya, menerapkan prosedur, dan tentnya
memperdalam pemahaman konseptualnya (Das, 2013; Handayani, kartika:2017).
Akan tetapi pada kenyataannya, kemampuan pemecahan masalah pada siswa
masih randah. Hal ini terkait pada laporan hasil studi PISA 2015 dan TIMMS 2007
yang menempatkan Indonesia pada posisi ke 83 dari 70 negara (OECD, 2016).
Menurut OECD tahun 2013, hamper 80% siswa Indonesia berada di level 1 dan
tidak sampai 25% siswa yang mencapai level 2 keatas. Berdasarkan hasil survey
tersebut, salah satu indicator kognitif yang dinilai ialah kemampuan pemecahan
masalah (Masyitoh, Dhiah :2017). Maka dari itu dengan kemampuan pemecahan
masalah siswa yang kurang baik, peneliti menyimpulkan bahwa kurangnya
pemahaman konsep dari materi pelajaran pada siswa yang akhirnya menyebabkan
kemampuan pemecahan masalah nya menjadi bermasalah.
Dalam pelajaran matematika ada banyak materi pelajaran yang harus dipelajari
siswa salah satunya ialah persamaan linier dua variabel. Persamaan linier
merupakan sebuah persamaan yang setiap suku nya mengandung konstanta atau
bisa juga antara perkalian konstanta dnegan variabel tunggal. Sebelum mempelajari
tentang sistem persamaan linier dua variabel, siswa terlebih dahulu harus

<2>
memahami konsep tentang sistem persamaan linier. Materi SPL ini banyak
digunakan pada pembelajaran matematika salah satu nya pada pembelajaran aljabar
karena merupakan materi dasar dalam matematika. Utuk memahami materi SPLDV
maka siswa harus memahami apa itu suku, variabel, koefisien, konstanta.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu
pendekatan matematika yang memandang bahwa matematika merupakan suatu
bentuk proses aktivitas manusia. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) menekakan untuk membawa matematika pada pengajaran yang bermakda
dengan mengaitkannya pada kehidupan nyata yang bersifat realistik. Maka dari itu
peneliti mengambil konteks makanan daerah sumsel agar dengan mudah siswa akan
membayangkan atau menggambarkan situasi pada soaltersebut. Sehingga lebih
mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal itusendiri.
Berdasarkan kajian teori pada uraian tersebut peneliti menduga bahwa
pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika
Realstik Indonesia dapat mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa dalam
mengerjakan soal SPLDV. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitiann dengan judul “Desain Pembelajaran pada Materi SPLDV dengan
Konteks makanan khas sumsel sengan menggunakan pendekatan PMRI di kelas
VIII SMP”.
Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah


tersebut dalam bentuk pertanyaan yaitu : “Bagaimana Desain Pembelajaran pada
Materi SPLDV dengan Konteks makanan khas sumsel untuk mendukung
pemahaman konsep menggunakan pendekatan PMRI di kelas VIII SMP?”.
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang


materi SPLDV dan mampu untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan SPLDV
menggunakan pendekatan PMRI.

<3>
Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan peneletian yang di kemukakan di atas , maka


penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :
1) Bagi Guru
Menjadi masukan bagi guru sehingga nantinya ketika menemukan siswa yng
mengaami kesulitan dalam mengerjakan soal SPLDV, maka guru mampu untuk
mengatasi persoalan tersebut.
2) Bagi siswa
Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengenali
sebuah masalah, sehingga siswa lebih mudah untuk menyelesaikan masalah
SPLDV.
3) Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan inovasi dalam meningkatkan
kualitas dan intergritas dalam pembelajaran matematika di sekolah.
4) Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan untuk atau referensi bagi peneliti lain dalam
melaksanakan tugas mengajar di masa yang akan datang.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

Kajian Teori

Tujuan pembelajaran matematika

1. Siswa memiliki kemampua untuk memahami konsep matematika,


mengaplikasikan algoritma atau konsep secara akurat, luwes, tepat dan
efisien dalam pemecahan masalah, dan juga dapat menjelaskan
keterkaitan antar konsep.
2. Siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan penalaran pada sifat
dan pola, menyusun bukti, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi,atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.

<4>
3. Siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
menafsirkan solusi, merancang model matematika, dan
menmyelesaikan model.
4. Siswa memiliki sikap mengharhai kegunaan matematika dalam
kehidupannya, ialah mempunyai rasa ingin tahu, mempunyai minat
dalam menpelajari matematika, memiliki perhatian terhadap
matematika, dan bersikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan
suatu masalah matematika.
5. Siswa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan gagasan
dengan bentuk symbol,diagram, table atau media lainnya untuk
menjelaskan sebuahkadaan atau menjelaskan suatu permasalahan.
2.1.1 Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) atau Realistic
Mathematics Education (RME) merupakan teori pembelajaran yang
berawalkan dari hal-hal yang pernah dialami siswa dikehidupan sehari-
hari, pendekatan ini menekankan padaketerampilan prses “doing
mathematics” siswa, cara berdiskusi dan berkolaborasi siswa, cara siswa
berargumen dengan teman sekelasnya sehingga ia dapat menemukan
sendiri “student inventing” dan sebagai kebalikan dari “teacher telling”
dan pada akhirnya siswa menggunakan matematiak untuk menyelesaikan
suartu prmasalahn baik secara individu maupun secara kelompok
(Zulkardi, Z., Putri, I., & Ilma, R.:2010)
RME banyak sekali diwarnai oleh pandangan-pandangan
Freudenthial tentang matematika. Mengutip dua pandangan penting
(Freudenthial:1991) yaitu “matematika harus dihubungkan dengan
realitas dan matematika sebagai aktifitas manusia”. Pertama,
matematika harus berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kehidupan
nyata, tentunya matematka harus dekat terhadap siswa. Yang kedua,
matematikaitu sebagai aktivitas bagi manusia sehingga siswa diharuskan
diberi kesempatan untuk belajar dalam melakukan aktiitas matematisasi
pada keseluruhan topic matematika.

<5>
Lima karakteristik dalam PMRI (Zulkardi, Z., Putri, I., & Ilma, R.:2010) ,
yaitu:
1) The use of context (menggunakan masalah kontekstual)
Penggunaan konteks pada pendekatan PMRI digunakan sebagai titik
tolak dari mana matematika yangdiinginkan dapat muncul.Masalah
kontekstual yang digunakan tidak hanya masalah konkret atau masalah
nyatayang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari tetapi
juga penggunaan masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa.
2) The use of models (menggunakan model)
Penggunaan model pada pendekatan PMRI bertujuan untuk
menjembatani daritingkat konkret menuju tahap formal yang dapat
dikembangkan sendiri oleh siswa.Model tersebut dapat berupa
modelyang kongkret ke abstrak atau dari abstrak ke abstrak
lainnya.Model yangserupa dengan masalah nyata disebut dengan
“model of” dan model yangmengarahkan pemikiran abstrak atau formal
disebut “model for”.
3) Student contributions (menghargai ragam jawaban dan kontribusi
siswa)
Penggunaan kontribusi pada pendekatan PMRI bertujuan supaya siswa
aktif dalam mengkonstruksisendiri pengetahuannya.Siswa diberi
kebebasan dan kesempatan untukmenggunakan berbagai ide/ strategi
mereka sendiri dalammenyelesaikan suatupermasalahan.
4) Interactivity (Interaktivitas)
Proses belajar siswa bukan hanya merupakan proses individual
melainkansuatu proses sosial. Proses sosial akan tampak pada saat
siswamengkomunikasikan ide-ide dan strategi mereka yang terjadi pada
saat.
Proses pembelajaran bukan hanya proses individual melainkan suatu
proses interaksi sosial. Pada saat pembelajaran, interaksi sosial antar
siswa ke guru maupun siswa ke siswa lain akan muncul pada saat siswa

<6>
mengkomunikasikan pendapat baik ide-ide maupun strategi yang
mereka pakai saat menyelesaikan suatu masalah.
5) Interwining (Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya)
Topik pembelajaran yang akan dicapai pada pendekatan PMRI tidak
akan dicapai secara terpisah tetapi terintegrasi dengan yang lainya,
sehingga keterkaitan antara topik, konsep, operasi,dan sebagainya
sangat erat dan terstruktur. Jika keterkaitan ini dapat digunakan dalam
pembelajaran matematika maka selainmenghemat waktu belajar, hal ini
dapat membuat kebermaksaan dalam belajar matematika.

Menurut Zulkardi (2005) ada tiga prinsip PMRI yang dapat dijadikan
sebagai acuan oleh peneliti dan pendesainan perangkat pembelajaran
baik itu materi maupun produk pendidikan lainnya. Ketiga prinsip
tersebut dijelaskan seperti berikut :
1) Penemuan terbimbing melalui matematisasi (Guided reinvention
through Mathematization). Didalam PMRI, matematika adalah suatu
aktivitas manusia. Oleh karena itu penemuan terbimbing melalui
matematisasi dapat diartikan bahwa siswa hendaknya dalam belajar
matematika harus diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses
yang sama saat matematika ditemukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan
dengan menggunakan prosedur secara informal ke tingkat belajar
matematika secara formal.
2) Fenomena mendidik (Didacitical Phenomenology). Dalam situasi
yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan bahan dan area
aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan
yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan matematika
secara formal. Upaya ini akan tercapai bila pengajaran yang dilakukan
menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang
mengandung konsep matematika secara informal ke tingkat belajar
matematika secara formal.
3) Model-model siswa sendiri (Self-develoved models). Peran Self-
develoved models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke

<7>
situasi konkrit. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan suatu masalah. Dengan menggunakan model suatu
situasi yang dekat dengan alam siswa dan dengan generalisasi model
tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of
akan bergeser menjadi model-for masalah sejenis. Pada akhirnya akan
menjadi model dalam formal matematika.
Pemahaman Konsep

Pemahaman ditentukan oleh tingkatan suatu proses, cara, perbuatan


memahami atau memahamkan. Sedangkan konsep diartikan sebagai suatu
ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek
(Depdiknas, 2003: 18; Kesumawati, N: 2008).
Pemahaman konsep ialah kemahiran atau kecakapan dalam
matematika yang diharap mampu untuk dicapai siswadalam pembelajaran
matematika dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang
telah diperlajarinya, menjelaskan keterkaitan antarkonsep (Depdiknas, 2003:
2 ; Kesumawati, N: 2008).
Ada dua jenis pemahaman konsep (Skemp dan Pollatsek ; Sumarmo, 1987:
24 ; Kesumawati, N: 2008 ), yaitu:
1. Pemahaman Instrumental, ialah pemahaman atas konsep yang saling
terpisah yang melakukan perhitungan sederhana dengan hanya
menghapal rumus.
2. Pemahaman Rasional,penyelesaian masalah yang lebil luas dengan
menggunakan struktur atau skema.
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

2.1.4.1 Persamaan Linier Dua Variabel


Persamaan linier dua variabel adalah suatu persamman yang
terdapat dua variabel didalamnya, dimana tiap variabelnya sama dengan
satu. Adapun bentukumum dari persamaan linier dua variabel yaitu :
ax+by = c.
2.1.4.2 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

<8>
Sistem persamaan linier dua vaiabel ialah dua persamaan atau lebih
yang memiliki satu penyeselaian dan keduanya saling beruhubungan.
Adapun bentuk umum sistem persamaan linier dua variabel yaitu:

,𝑎-1.x+ ,𝑏-1.y = ,𝑐-1.


,𝑎-2.x+ ,𝑏-2.y = ,𝑐-2.
.
.
.
,𝑎-𝑛.x+ ,𝑏-𝑛.y = ,𝑐-𝑛.
 x dan y adalah variabel
 ,𝑎-1.,,𝑎-2.… ,𝑎-𝑛. dan ,𝑏-1.,,𝑏-2.… ,𝑏-𝑛. disebut koefisien
 ,𝑐-1.,,𝑐-2.… ,𝑐-𝑛. adalah konstanta.
2.1.4.3 Metode Penyelesaian SPLDV
Ada tiga cara yang dapat digunakan dalam menyelesaikan sistem
persamaan linier dua variabel, yaitu:
1. Metode Substitusi, ialah dengan menggantikan satu variabel dari
persamaan yang lain. Langkah langkahnya ialah:
1) Langkah awal yang harus dilakukan ialah mengubah salah satu
persamaan menjadi bentuk y = … atau x = … .
2) Yang kedua kita harus mensubstitusikan nilai x atau nilai y yang
telah diperoleh dari langkah awal ke persamaan yang lain.
3) Lalu selesaikan persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai x atau
nilai y.
4) Langkah selanutnya ialah mensubstitusikan nilai x atau nilai y yang
telah didapat dari langkah ketigapada salah satu persamaan untuk
mendapatkan nilai ang belumdiketahui dari variabel lainnya.
5) Terakhir didapatlah penyelesaian nya yaitu (x,y)
2. Metode Eliminasi, menghilangkan salah satu variabel untuk
mendapatkan satu nilai dari variabel yang lain. Dengan cara:
1) langkah pertama yaitu menyamakan salah satu koefisien dari salah
satu variabel dari kedua persamaan dengan caya menghilangkan
konstanta yang bersesuaian.
2) lalu hilangkan variabel yang memiliki koefisien yang sama dengan
cara mengurang atau menambahkan kedua persamaan

<9>
3) dan ulangi langkah pertama dan kedua untuk mendapatkan nilai
variabel yang belum diketaui
4) terakhir didapatlah penyelesaian nya yaitu (x,y)
3. Metode Grafik, dengan menentukan koordinat titik potong dari
keduagarisdari persamaan linier. Adapun langkahnya yaitu:
1) Lagkah pertama ialah menggambrkan garis yang mewakili kedua
persamaan linier dalambidang cartecus.
2) Lalu kita dapat menemukan titik podong dari kedua garis tersebut
3) Penyelesaian nya ialah (x,y)

Kerangka Berfikir
Hubungan SPLDV dengan Konteks Makanan Khas SumSel

Sistem persamaan linier duavaiabel ialah dua persamaan atau lebih


yang memiliki satu penyeselaian dan keduanya saling beruhubungan. Yang
biasanya kebanyakan soal SPLDV untuk anak SMP kelas VIII ini
berbentuk soal cerita. Adapun fungsi dari penggunaan konteks pada
penelitian ini ialah agar soal dapat dipecahkan dan konteks tersebut dapat
menunjang akan terbentuknya ruang gerak dan transparsi dari sebuah
masalah dan harapannya dapat melahiran brbagai strategi (Van Den
Heuvel-Panhuizen; Sabandar, 2001; Zulkardi,dkk).Pada intinya
penggunaan konteks ini dapat membantu siswa dalam mengenali sebuah
masalah, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep SPLDV
dan tentunya dapat menyelesaikan suatu masalah.
Maka dari itu peneliti berharap dengan konteks makanan khas sumsel
pada materi SPLDV siswa akan lebih dalam memahami konsepdan
mengenali sebuah masalah, sehingga siswa lebih mudah untuk
menyelesaikan dan sekaligus juga siswa akan mengetahui makanan khas
dari daerahnya. Adapun konteks yang digunakan dalam penelitian ini ialah
Mi Celor, Lakso, Burgo, Celimpunan dan Tekwan.
2.2.1 Hubungan SPLDV dengan Pendekatan Pembelajaran PMRI
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkitan antara

<10>
pendekatan pendidikan matematika realistic Indonesia (PMRI) dan materi
sistem persamaan linier dua variabel. Ini dikarenakan dalam pendekatan
pendidikan matematika realistic Indonesia (PMRI) peserta didik mampu
aktif berkomunikasi dan berinteraksi, meningkatkan ketrampilan penalaran,
meningkatkan sikap kritis, membangun konsep dan menghasilkan solusi
menggunakan strategi mereka sendiri menyelesaikan SPLDV.
Pendekatan pendidikan matematika realistic Indonesia (PMRI)
merupakan pendepakan matematika yang dalam pembelajarannya
melibatkan permasalahan kontekstual yang real pada siswa agar siswa
mampu melakukan rekonstruksi ide dalam konsep matematika. Maka dari
itu peneliti memilih PMRI untuk materi SPLDV karena pada soal-soal
sistem persamaan linier dua variabel bentuk soalnya biasanya soal cerita
yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, sama hal nya dengan
pendekatan PMRI melibatkan masalah kontekstual yang real, sehingga
dengan materi SPLDV dengan menggunakan pendekatan PMRI peneliti
dengan harapan siswa lebih mudah untuk mengerjakan dan membayangkan
soal tersebut.

<11>
BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian desain research. Metode penelitian


yang digunakan penulis adalah penelitian jenis validation study. Penelitian ini
didesain melalui pembelajaran materi sistem persamaan linier dua variabel
dengan konteks makanan khas sumsel dengan tujuan untuk membantu siswa
dalam mengenali sebuah masalah dan memahami lebih dalam konsep
pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengtan materi tersebut.

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 12 Palembang tahun


2010/2021. Dengan siswa jang berjumlah 37 siswa, yang terdiri atas 17 siswa
laki-laki dan 20 siswa perempuan.

3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian


Tahapan validation studies (Gravemajeir&Cobb,2006 ; Muslimin,dkk: 2012):
1. Preparing for the Experiment (persiapan)
Tahap ini merupakan tahap perancangan aktivitas pembelajaran dengan
menemukan ide awal, mengumpulkan informasi, mengkaji dan
mempersiapkan materi pembelajaran tentang SPLDV, dan mengumpulkan
informasi juga tentang kurikulum dan model pembelajaran yang akan
digunakan guru (Eliyani, R., dkk: 2017).
Peneliti akan mewawancarai siswa mengenai materi prasyarat yang telah
dipelajari sebelumnya, guna mengetahui kemampuan dan pengetahuan
siswa. Setelah itu siswa akan diberikan soal pre-test sebagai langkah awal
peneliti untuk membuat HLT (Hypothetical Learning Trajectory). Peneliti
dapat memulai pembuatan bahan ajar tentang dugaan lintasan belajar setelah
mendapatkan hasil pre-test siswa.

<12>
2. Design Eksperiment (desain eksperimen)
HLT yang telah dirancang dan diujicobakan secara bertahap ke aktivitas
pembelajaran siswa di kelas kemudian direvisi dilaksanakan pada teaching
experiment. Fase ini memiliki dua tahapan, yaitu:
1) Pilot Eksperiment (uji coba kelompok kecil), desain yang telah dirancang
akan diujicobakan dalam kelompok kecil. Peneliti sebagai guru untuk
mengujicobakan HLT yang telah dibuat.
2) Teaching Eksperiment (uji coba kelompok besar), yang telah diujicobakan
di tahap pilot akan diujicobakan di satu kelas. Siswa akan diberikan
pembelajaran oleh guru dan peneliti sebagai observer.
Data-data penelitian dikumpulkan selama proses ekperimen pengajaran
ini. Semua data yang diperoleh disusun sesuai urutan kegiatan untuk
memudahkan analisis pada tahap selanjutnya.
3. Retrospective Analysis (analisis retrospektif)
Tahap ini menganalisis hasil kegiatan yang telah dilakukan. Tujuan nya
ialah untuk mengembangkan local instructional theory (LIT). Pada tahap ini
juga, HLT yang telah didesain lalu dibandingkan dengan jawaban siswa
untuk mengetahui pembelajaran yang bagaimana yang dapat membantu
siswa dalam memahami konsep dengan mudah.lalu data yang didapat akan
mendapat jawaban dari rumusan masalah yang telah dibuat.
Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data siswa dengan


mewawancarai siswa perihal materi prasyarat dan materi yang akan dibahas,
memberikan soal test (pre-test) untuk memulai senagai langkah awal
pembuatan HLT, siswa diberikan post-test untuk mengukur peranan model
pembelajaran yang berbeda apakan meningkatkan kemampuan siswa atau tidak,
observasi, dokumentasi selama pembelajaran berlangsung baik dalam bentuk
foto ataupun video.

<13>
Teknik Analisis Data

1) Teknik Analisis hasil Test


Mengubah skor menjadi nilai, dengan perhitungan
�=,𝑆-𝑀.𝑋 100
Keterangan :
N = Nilai Tes Siswa
S = Jumlah skor siswa
M =Jumlah skor maksimum
2) Teknik Analisis Observasi
Hal-hal yang harus diamati pada saat melakukan observasi (Sato, 2014):
a. Kejadian didalam ruangan kelas dengan teliti.
b. Membaca ekspresi wajah siswa.
c. Menyampaikan kenyataan yang telah ditemui
d. Mengenai lembar pengamatan kegiatan pembelajaran:
 Memberikan skor untuk masing – masing butir
 Menentukan jumlah skor
 Menentukan jumlah persentase jumlah skor
 Menentukan kategori persentase jumlah skor
3) Teknik Analisis Wawancara
a. Mengubah hasil wawancara dalam bentuk transkripsi wawancara. Hasil
wawancara yang masih berupa rekaman diubah menjadi bentuk tulisan
berupa transkripsi wawancara .
b. Mempelajari informasi yang didapat guna menarik kesimpulan.
4) Teknik analisis dokumentasi
Melihat dari video/foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
peneliti dapat mengamati kejadian-kejadian selama proses pembelajaran
terlaksana.
Data yang telah terkumpul akan dianalisis untuk meningkatkan validitas dan
realibitas. Yang sangat berpengaruh dalam pengambulan kesimpulan dalam
penelitian.

<14>
DAFTAR PUSTAKA

Eliyani, R., & Sari, P. (2017). Design Research: Mengembangkan Kemampuan


Berpikir Aljabar Pada Pembelajaran Fungsi Dengan Pendekatan PMRI Di SMP
Negeri 7 Jakarta. JURNAL RISET PEMBELAJARAN MATEMATIKA
SEKOLAH, 1(1), 19-28.
Handayani, K. (2017). Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Kemampuan PemecahanMasalah Soal Cerita Matematika.
Kesumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, 2, 231-234.
Masyitoh, Dhiah. (2017). ANALISIS KEMEMPUAN SISWA
MENGONTRUKSI MODEL MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MODEL
ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DI SMA N 10 PALEMBANG.
Muslimin, M., Putri, R. I. I., & Somakim, S. (2012). Desain Pembelajaran
Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Permainan Tradisional Congklak Berbasis
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar. Kreano,
Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 3(2), 100-112.
Sato, M. (2014). Dialog dan Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama Praktek
"Learning Community". Jepang: JICA.

<15>
Tohir, Mohammad, dkk (2014). BUKU GURU MATEMATIKA, Pusat
Kurikulum dan Perbukuan:Balitbang, Kemendikbud.
Zulkardi, Z., Putri, I., & Ilma, R. (2010). Pengembangan blog support untuk
membantu siswa dan guru matematika Indonesia belajar pendidikan matematika
realistic Indonesia (PMRI). Jurnal inovasi perekayasa pendidikan (JIPP), 2(1), 1-
24.
Zulkardi. (2005). Pendidikan di Indonesia: Beberapa Permasalahan dan Upaya
Penyelesaiannya. Pidato disampaikan dalam Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap
dalam bidang Pendidikan Matematika pada FKIP Universitas Sriwijaya Palembang.

LAMPIRAN

HLT (Hypothetical Learning Trajectory)

Materi: Sistem Persamaan Linier Dua Variabel


Kelas: VIII SMP semester Genap
1. Math Goal (Kemampuan Dasar)
Kompetensi Dasar:
3.5 Menjelaskan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan Penyelesaiannya
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual
Indikator:
3.5.1 Siswa mampu menjelaskan sistem persamaan linier dua variabel
3.5.2 Siswa mampu membuat model matematika dari permasalahan sehari-hari
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual
3.5.3 Siswa mampu menyelesaikan soal sistem persamaan linier dua variabel
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual
Tujuan:
1. Siswa dapat membuat model matemtika yang behubungan dengan
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV
2. Siswa dapat menyelesaikan masalah konstekstual yang behubungan
dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV
2. Problem/Activity
1) Guru menjelaskan materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

<16>
2) Guru mengajak siswa berpikir mengenai masalah kontekstual yang berkaitan
dngan SPLDV
3) Guru memberikan LKPD kepada peserta didik yang berisi masalah kontekstual
dan soal mengenai SPLDV untuk dikerjakan untuk mengasan pemahaman
siswa.

3. Student’s thinking/Hypotesis
1. Siswa yang memahami spldv dan cara pengerjaannya dapat mengerjakan LKPD
2. Siswa yangbelum memahami konsep dari materi spldv tidak dapat
mengerjakanLKPD yang diberikan

SOAL
Sehabis dari kursus, Shinta dan Jojo pergi ke toko Pempek untuk makan
siang. Pada saat itu, shinta membeli 5 Pempek Telur dan 2 Pempek Adaan
seharga Rp 13.000 sedangkan Jojo membeli 2 Pempek Telur dan 5 Pempek
Adaan seharga Rp 11.500.
a. Buatlah Model Matematika nya!
Prediksi jawaban:
Langkah 1: Melakukan pemisalan
Misalkan 𝑥= harga 1 pempek telur
𝑦= harga 1 pempek adaan
Langkah 2: Membuat model matematika
 Harga 5 pempek telur dan 2 pempek adaan adalah Rp 13.000,
sehingga persamaannya adalah
5𝑥+2𝑦=13.000 ... (1)
 Harga 2pempek telur dan 5 pempek adaan adalah Rp 11.500,
sehingga persamaannya adalah
2𝑥+5𝑦=11.500 ... (2)

Jadi, SPLDV dari permasalahan tersebut adalah:


5𝑥+2𝑦=13.000 ... (1)
2𝑥+5𝑦=11.500 ... (2)

<17>
b. Hitunglah harga masing – masing pempek telur dan pempek adaan yang
dibeli Shinta dan Jojo!
Prediksi jawaban:
Menyelesaikan permasalahan SPLDV dengan metode gabungan (eliminasi-
substitusi).
Metode Eliminasi
5𝑥+2𝑦=13.000 ×5 =25𝑥+10𝑦=65.000
2𝑥+5𝑦=11.500 ×2 =4𝑥+10𝑦=23.000 −
21 𝑥=42.000
𝑥=,42.000-21.
�=𝟐𝟎𝟎𝟎
Metode Substitusi
Subtitusi nilai 𝑥=2.000, ke persamaan (1)
5𝑥+2𝑦=13.000
5(2.000)+2𝑦=13.000
10.000+2𝑦=13.000
2𝑦=13.000−10.000
2𝑦=3.000
𝑦=,3.000-2.
�=𝟏.𝟓𝟎𝟎
Jadi, harga masing – masing buku dan pena adalah Rp 3.000 dan Rp
2.000.

<18>

Anda mungkin juga menyukai