Anda di halaman 1dari 26

A.

Realistic Mathematic Education (RME)


1. Pengertian Realistic Mathematics Edu
cation (RME)
Teori Realistic Matematics Education (R
ME) pertama kali diperkenalkan dan dikem
bangkan di belanda pada tahun 1970 oleh i
ntstitute Freudenthal. Menurut (Yuanita et
al., 2018) RME telah di kembangkan dan di
ujicobakan oleh Freundenthal selama 33 t
ahun di belanda guna membuktikan hasil
dari merangsang penelaran dan berpikir si
swa.” Menurut pandangan(Trends & Zaka
ria, 2017) menjelaskan “agar matematika
memiliki nilai kemanusiaannya, maka dala
m proses pembelajara seharusnya dikaitka
n dengan kenyataan dan dekat dengan pe
ngalaman siswa serta relevan dengan kehi
dupan sehari- hari”.
(Siswa et al., 2021) berpendapat bahwa
“ RME atau PMRI menggunakan konteks n
yata sebagai titik awal siswa dalam menge
mbangkan pemahaman matematika dan s
umber pengaplikasiannya”. (Roberts, 201
4) menjelaskan bahwa “matematika reali
stic menekankan pada konstruksi benda- b
enda konkret sebagai awal memperoleh k
onsep matematika”. Menurut (Edition, n.
d.; Ilmiah et al., 2017; Laurens et al., 2018)
menjelaskan bahwa “ Pendidikan matem
atika realistic digunakan sebagai fondasi
membangun konsep matematika dalam p
embelajaran secara bermakna.” (Agustin
a & Zulkardi, 2021; Astari & Kesumawati, 20
21; Zulkardi et al., 2020; Zulkardi & Putri, 2
020)mengemukakan bahwa “ RME merup
akan suatu pendekatan pembelajaran men
ggunakan masalah masalah konstekstual s
ehingga guru dapat membekali siswa deng
an kemmapuan berpikir logis, kritis, analiti
s, sistematis, kreatif, dan mampu bekerja s
ama agar dapat tercapainya suatu tujuan p
ebelajaran”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di
simpulkan bahwa realistic mathematics ed
ucation merupakan pembelajaran yang m
enggunakan masalah kontekstual sebai sti
mulus dan merekontruksi konsep sebagai r
espon siswa, lalu menuliskannya dalam ba
hasa matematika yang siswa telah pelajari.
2. Karakteristik RME
Menurut (Yilmaz, 2020) merumuskan lim
a karakteristik RME sebagai pedoman dala
m merancang pembelajaran matematika,
yaitu:
a. Pembelajaran harus dimulai dari maslaa
h yang nyata. Masalah ini haruslah masal
ah yang mungkin sering ditemui siswa ag
ar siswa lebih mudah memahami suatu a
msalah yang diberikan. Jika msalah yang
diberika bukanlah masalah yang terjadi d
isekitarnya maka akan timbul gangguan
kecemasan matematika pada siswa.
b. dunia abstrak dan nyata haruslah dijem
batani oleh sebuah model. Model terseb
ut harus seuai dengan yang dipelajari ole
h siswa. Model tersebut dapat berupa sit
uasi nyata dalam kehidupan ataupun ala
t peraga yang dibuat dari bahan- bahan y
ang ada di sekitar siswa.
c. siswa memiliki kebebasan mengekspresi
kan hasil ketrja mereka dalam menyeles
aikan masalah yang telah diberikan. Sisw
a memiliki kebebasan dalam memilih str
ategi penyelesaian pemecahan masalah t
ersebut.
d. proses pembelajaran hraus interaktif. Di
mana interaksi antara guru dan siswa ad
alah suatu peran penting agar pendekata
n ini tercapai dengan baik.
e. hubungan antara bagian matematika de
ngan disiplin ilmu lainnya saling terkait d
alam menyelesaikan masalah yang diberi
kan.
3. Langkah- Langkah Penerapan RME
Langkah- Langkah Penerapan RME men
gacu pada pendapat (2) yang menunjukka
n bahwa pengajaran matematika realistic
meliputi fase- fase sebagai berikut(Rawani
et al., 2019):
1. Fase Pendahuluan
Dimana pada fase ini guru memberikan
suatu masalah yang nyata bagi siswa yang
berarti sesuai pengalaman mereka dan tin
gkat pengetahuannya, sehingga siswa terli
bat pembelajaran bermakna.
2. Fase Pengembangan
Siswa mulai mengembangkan atau men
ciptakan suatu model simbolik terhadap m
asalah yang diberikan.
3. Fase Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap setia
p Langkah yang ditempuh dan hasil proses
pembelajaran.
4. Kelebihan dan Kekurangan RME
Tabel 2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan RME

Kelebihan Kekurangan
1. Siswa membangu 1. Karena sudah ter
n sendiri pengetahu biasa diberi info sis
an sehingga tidak m wa akan kesulitan ji
udah lupa dengan p ka mereka menemu
engetahuan yang di kan masalah yang b
dapat. elum pernah merek
2. Suasana proses pe a alami atau temui.
mbelajaran yang me 2. Membtuhkan wak
nyenangkan karena tu lama terutama ba
menggunakan realit gi siswa yang lemah
as kehidupan. 3. Siswa yang pand
3. Siswa merasa diha ai tekadang tidak sa
rgai dan semakin ter bar mennati temann
buka dalam prose pe ya
mbelajaran 4. Membutuhkan ala
4. Memupuk kerja sa t peraga yangsesuai
ma dalam kelompok dengan situasi pem
5. Melatih keberania belajaran.
n siswa berpikir kriti
s dan mengemukkak
an pendapat
6. Pendidikan budi p
ekerti
Realistic Mathematic Education (RME)
2.1.1 Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)
Teori Realistic Matematics Education (RME) pertama kali dip
erkenalkan dan dikembangkan di belanda pada tahun 1970 oleh
intstitute Freudenthal. Menurut (Yuanita et al., 2018) RME telah d
i kembangkan dan di ujicobakan oleh Freundenthal selama 33 ta
hun di belanda guna membuktikan hasil dari merangsang penel
aran dan berpikir siswa.” Menurut pandangan(Trends & Zakaria,
2017) menjelaskan “agar matematika memiliki nilai kemanusia
annya, maka dalam proses pembelajara seharusnya dikaitkan d
engan kenyataan dan dekat dengan pengalaman siswa serta rel
evan dengan kehidupan sehari- hari”.
(Siswa et al., 2021) berpendapat bahwa “ RME atau PMRI m
enggunakan konteks nyata sebagai titik awal siswa dalam meng
embangkan pemahaman matematika dan sumber pengaplikasi
annya”. (Roberts, 2014) menjelaskan bahwa “matematika real
istic menekankan pada konstruksi benda- benda konkret sebaga
i awal memperoleh konsep matematika”. Menurut (Edition, n.
d.; Ilmiah et al., 2017; Laurens et al., 2018) menjelaskan bahwa
“ Pendidikan matematika realistic digunakan sebagai fondasi
membangun konsep matematika dalam pembelajaran secara b
ermakna.” (Agustina & Zulkardi, 2021; Astari & Kesumawati, 202
1; Zulkardi et al., 2020; Zulkardi & Putri, 2020)mengemukakan ba
hwa “ RME merupakan suatu pendekatan pembelajaran mengg
unakan masalah masalah konstekstual sehingga guru dapat me
mbekali siswa dengan kemmapuan berpikir logis, kritis, analitis,
sistematis, kreatif, dan mampu bekerja sama agar dapat tercapa
inya suatu tujuan pebelajaran”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa re
alistic mathematics education merupakan pembelajaran yang m
enggunakan masalah kontekstual sebai stimulus dan merekontr
uksi konsep sebagai respon siswa, lalu menuliskannya dalam ba
hasa matematika yang siswa telah pelajari.
2.1.2 Karakteristik RME
Menurut (Yilmaz, 2020) merumuskan lima karakteristik RME
sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika,
yaitu:
a. Pembelajaran harus dimulai dari maslaah yang nyata. Masala
h ini haruslah masalah yang mungkin sering ditemui siswa ag
ar siswa lebih mudah memahami suatu amsalah yang diberik
an. Jika msalah yang diberika bukanlah masalah yang terjadi
disekitarnya maka akan timbul gangguan kecemasan matem
atika pada siswa.
b. dunia abstrak dan nyata haruslah dijembatani oleh sebuah m
odel. Model tersebut harus seuai dengan yang dipelajari oleh
siswa. Model tersebut dapat berupa situasi nyata dalam kehid
upan ataupun alat peraga yang dibuat dari bahan- bahan yan
g ada di sekitar siswa.
c. siswa memiliki kebebasan mengekspresikan hasil ketrja mere
ka dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Siswa
memiliki kebebasan dalam memilih strategi penyelesaian pe
mecahan masalah tersebut.
d. proses pembelajaran hraus interaktif. Dimana interaksi antara
guru dan siswa adalah suatu peran penting agar pendekatan i
ni tercapai dengan baik.
e. hubungan antara bagian matematika dengan disiplin ilmu lai
nnya saling terkait dalam menyelesaikan masalah yang diberi
kan.
2.1.3 Langkah- Langkah Penerapan RME
Langkah- Langkah Penerapan RME mengacu pada pendapat
(2) yang menunjukkan bahwa pengajaran matematika realistic
meliputi fase- fase sebagai berikut(Rawani et al., 2019):
1. Fase Pendahuluan
Dimana pada fase ini guru memberikan suatu masalah yang
nyata bagi siswa yang berarti sesuai pengalaman mereka dan tin
gkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat pembelajaran ber
makna.
2. Fase Pengembangan
Siswa mulai mengembangkan atau menciptakan suatu mod
el simbolik terhadap masalah yang diberikan.
3. Fase Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap setiap Langkah yang dite
mpuh dan hasil proses pembelajaran.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan RME
Tabel 2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan RME

Kelebihan Kekurangan
1. Siswa membangun sendiri p 1. Karena sudah terbiasa diber
engetahuan sehingga tidak mu i info siswa akan kesulitan jika
dah lupa dengan pengetahuan mereka menemukan masalah
yang di dapat. yang belum pernah mereka ala
2. Suasana proses pembelajara mi atau temui.
n yang menyenangkan karena 2. Membtuhkan waktu lama ter
menggunakan realitas kehidup utama bagi siswa yang lemah
an. 3. Siswa yang pandai tekadan
3. Siswa merasa dihargai dan s g tidak sabar mennati temanny
emakin terbuka dalam prose p a
embelajaran 4. Membutuhkan alat peraga y
4. Memupuk kerja sama dalam angsesuai dengan situasi pem
kelompok belajaran.
5. Melatih keberanian siswa ber
pikir kritis dan mengemukkaka
n pendapat
6. Pendidikan budi pekerti

Realistic Mathematic Education (RME)


2.1.1 Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)
Teori Realistic Matematics Education (RME) pertama kali dip
erkenalkan dan dikembangkan di belanda pada tahun 1970 oleh
intstitute Freudenthal. Menurut (Yuanita et al., 2018) RME telah d
i kembangkan dan di ujicobakan oleh Freundenthal selama 33 ta
hun di belanda guna membuktikan hasil dari merangsang penel
aran dan berpikir siswa.” Menurut pandangan(Trends & Zakaria,
2017) menjelaskan “agar matematika memiliki nilai kemanusia
annya, maka dalam proses pembelajara seharusnya dikaitkan d
engan kenyataan dan dekat dengan pengalaman siswa serta rel
evan dengan kehidupan sehari- hari”.
(Siswa et al., 2021) berpendapat bahwa “ RME atau PMRI m
enggunakan konteks nyata sebagai titik awal siswa dalam meng
embangkan pemahaman matematika dan sumber pengaplikasi
annya”. (Roberts, 2014) menjelaskan bahwa “matematika real
istic menekankan pada konstruksi benda- benda konkret sebaga
i awal memperoleh konsep matematika”. Menurut (Edition, n.
d.; Ilmiah et al., 2017; Laurens et al., 2018) menjelaskan bahwa
“ Pendidikan matematika realistic digunakan sebagai fondasi
membangun konsep matematika dalam pembelajaran secara b
ermakna.” (Agustina & Zulkardi, 2021; Astari & Kesumawati, 202
1; Zulkardi et al., 2020; Zulkardi & Putri, 2020)mengemukakan ba
hwa “ RME merupakan suatu pendekatan pembelajaran mengg
unakan masalah masalah konstekstual sehingga guru dapat me
mbekali siswa dengan kemmapuan berpikir logis, kritis, analitis,
sistematis, kreatif, dan mampu bekerja sama agar dapat tercapa
inya suatu tujuan pebelajaran”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa re
alistic mathematics education merupakan pembelajaran yang m
enggunakan masalah kontekstual sebai stimulus dan merekontr
uksi konsep sebagai respon siswa, lalu menuliskannya dalam ba
hasa matematika yang siswa telah pelajari.
2.1.2 Karakteristik RME
Menurut (Yilmaz, 2020) merumuskan lima karakteristik RME
sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika,
yaitu:
a. Pembelajaran harus dimulai dari maslaah yang nyata. Masala
h ini haruslah masalah yang mungkin sering ditemui siswa ag
ar siswa lebih mudah memahami suatu amsalah yang diberik
an. Jika msalah yang diberika bukanlah masalah yang terjadi
disekitarnya maka akan timbul gangguan kecemasan matem
atika pada siswa.
b. dunia abstrak dan nyata haruslah dijembatani oleh sebuah m
odel. Model tersebut harus seuai dengan yang dipelajari oleh
siswa. Model tersebut dapat berupa situasi nyata dalam kehid
upan ataupun alat peraga yang dibuat dari bahan- bahan yan
g ada di sekitar siswa.
c. siswa memiliki kebebasan mengekspresikan hasil ketrja mere
ka dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Siswa
memiliki kebebasan dalam memilih strategi penyelesaian pe
mecahan masalah tersebut.
d. proses pembelajaran hraus interaktif. Dimana interaksi antara
guru dan siswa adalah suatu peran penting agar pendekatan i
ni tercapai dengan baik.
e. hubungan antara bagian matematika dengan disiplin ilmu lai
nnya saling terkait dalam menyelesaikan masalah yang diberi
kan.
2.1.3 Langkah- Langkah Penerapan RME
Langkah- Langkah Penerapan RME mengacu pada pendapat
(2) yang menunjukkan bahwa pengajaran matematika realistic
meliputi fase- fase sebagai berikut(Rawani et al., 2019):
1. Fase Pendahuluan
Dimana pada fase ini guru memberikan suatu masalah yang
nyata bagi siswa yang berarti sesuai pengalaman mereka dan tin
gkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat pembelajaran ber
makna.
2. Fase Pengembangan
Siswa mulai mengembangkan atau menciptakan suatu mod
el simbolik terhadap masalah yang diberikan.
3. Fase Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap setiap Langkah yang dite
mpuh dan hasil proses pembelajaran.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan RME
Tabel 2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan RME
Kelebihan Kekurangan
1. Siswa membangun sendiri p 1. Karena sudah terbiasa diber
engetahuan sehingga tidak mu i info siswa akan kesulitan jika
dah lupa dengan pengetahuan mereka menemukan masalah
yang di dapat. yang belum pernah mereka ala
2. Suasana proses pembelajara mi atau temui.
n yang menyenangkan karena 2. Membtuhkan waktu lama ter
menggunakan realitas kehidup utama bagi siswa yang lemah
an. 3. Siswa yang pandai tekadan
3. Siswa merasa dihargai dan s g tidak sabar mennati temanny
emakin terbuka dalam prose p a
embelajaran 4. Membutuhkan alat peraga y
4. Memupuk kerja sama dalam angsesuai dengan situasi pem
kelompok belajaran.
5. Melatih keberanian siswa ber
pikir kritis dan mengemukkaka
n pendapat
6. Pendidikan budi pekerti

Realistic Mathematic Education (RME)


2.1.1 Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)
Teori Realistic Matematics Education (RME) pertama kali dip
erkenalkan dan dikembangkan di belanda pada tahun 1970 oleh
intstitute Freudenthal. Menurut (Yuanita et al., 2018) RME telah d
i kembangkan dan di ujicobakan oleh Freundenthal selama 33 ta
hun di belanda guna membuktikan hasil dari merangsang penel
aran dan berpikir siswa.” Menurut pandangan(Trends & Zakaria,
2017) menjelaskan “agar matematika memiliki nilai kemanusia
annya, maka dalam proses pembelajara seharusnya dikaitkan d
engan kenyataan dan dekat dengan pengalaman siswa serta rel
evan dengan kehidupan sehari- hari”.
(Siswa et al., 2021) berpendapat bahwa “ RME atau PMRI m
enggunakan konteks nyata sebagai titik awal siswa dalam meng
embangkan pemahaman matematika dan sumber pengaplikasi
annya”. (Roberts, 2014) menjelaskan bahwa “matematika real
istic menekankan pada konstruksi benda- benda konkret sebaga
i awal memperoleh konsep matematika”. Menurut (Edition, n.
d.; Ilmiah et al., 2017; Laurens et al., 2018) menjelaskan bahwa
“ Pendidikan matematika realistic digunakan sebagai fondasi
membangun konsep matematika dalam pembelajaran secara b
ermakna.” (Agustina & Zulkardi, 2021; Astari & Kesumawati, 202
1; Zulkardi et al., 2020; Zulkardi & Putri, 2020)mengemukakan ba
hwa “ RME merupakan suatu pendekatan pembelajaran mengg
unakan masalah masalah konstekstual sehingga guru dapat me
mbekali siswa dengan kemmapuan berpikir logis, kritis, analitis,
sistematis, kreatif, dan mampu bekerja sama agar dapat tercapa
inya suatu tujuan pebelajaran”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa re
alistic mathematics education merupakan pembelajaran yang m
enggunakan masalah kontekstual sebai stimulus dan merekontr
uksi konsep sebagai respon siswa, lalu menuliskannya dalam ba
hasa matematika yang siswa telah pelajari.
2.1.2 Karakteristik RME
Menurut (Yilmaz, 2020) merumuskan lima karakteristik RME
sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika,
yaitu:
a. Pembelajaran harus dimulai dari maslaah yang nyata. Masala
h ini haruslah masalah yang mungkin sering ditemui siswa ag
ar siswa lebih mudah memahami suatu amsalah yang diberik
an. Jika msalah yang diberika bukanlah masalah yang terjadi
disekitarnya maka akan timbul gangguan kecemasan matem
atika pada siswa.
b. dunia abstrak dan nyata haruslah dijembatani oleh sebuah m
odel. Model tersebut harus seuai dengan yang dipelajari oleh
siswa. Model tersebut dapat berupa situasi nyata dalam kehid
upan ataupun alat peraga yang dibuat dari bahan- bahan yan
g ada di sekitar siswa.
c. siswa memiliki kebebasan mengekspresikan hasil ketrja mere
ka dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Siswa
memiliki kebebasan dalam memilih strategi penyelesaian pe
mecahan masalah tersebut.
d. proses pembelajaran hraus interaktif. Dimana interaksi antara
guru dan siswa adalah suatu peran penting agar pendekatan i
ni tercapai dengan baik.
e. hubungan antara bagian matematika dengan disiplin ilmu lai
nnya saling terkait dalam menyelesaikan masalah yang diberi
kan.
2.1.3 Langkah- Langkah Penerapan RME
Langkah- Langkah Penerapan RME mengacu pada pendapat
(2) yang menunjukkan bahwa pengajaran matematika realistic
meliputi fase- fase sebagai berikut(Rawani et al., 2019):
1. Fase Pendahuluan
Dimana pada fase ini guru memberikan suatu masalah yang
nyata bagi siswa yang berarti sesuai pengalaman mereka dan tin
gkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat pembelajaran ber
makna.
2. Fase Pengembangan
Siswa mulai mengembangkan atau menciptakan suatu mod
el simbolik terhadap masalah yang diberikan.
3. Fase Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap setiap Langkah yang dite
mpuh dan hasil proses pembelajaran.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan RME
Tabel 2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan RME

Kelebihan Kekurangan
1. Siswa membangun sendiri p 1. Karena sudah terbiasa diber
engetahuan sehingga tidak mu i info siswa akan kesulitan jika
dah lupa dengan pengetahuan mereka menemukan masalah
yang di dapat. yang belum pernah mereka ala
2. Suasana proses pembelajara mi atau temui.
n yang menyenangkan karena 2. Membtuhkan waktu lama ter
menggunakan realitas kehidup utama bagi siswa yang lemah
an. 3. Siswa yang pandai tekadan
3. Siswa merasa dihargai dan s g tidak sabar mennati temanny
emakin terbuka dalam prose p a
embelajaran 4. Membutuhkan alat peraga y
4. Memupuk kerja sama dalam angsesuai dengan situasi pem
kelompok belajaran.
5. Melatih keberanian siswa ber
pikir kritis dan mengemukkaka
n pendapat
6. Pendidikan budi pekerti
Realistic Mathematic Education (RME)
2.1.1 Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)
Teori Realistic Matematics Education (RME) pertama kali dip
erkenalkan dan dikembangkan di belanda pada tahun 1970 oleh
intstitute Freudenthal. Menurut (Yuanita et al., 2018) RME telah d
i kembangkan dan di ujicobakan oleh Freundenthal selama 33 ta
hun di belanda guna membuktikan hasil dari merangsang penel
aran dan berpikir siswa.” Menurut pandangan(Trends & Zakaria,
2017) menjelaskan “agar matematika memiliki nilai kemanusia
annya, maka dalam proses pembelajara seharusnya dikaitkan d
engan kenyataan dan dekat dengan pengalaman siswa serta rel
evan dengan kehidupan sehari- hari”.
(Siswa et al., 2021) berpendapat bahwa “ RME atau PMRI m
enggunakan konteks nyata sebagai titik awal siswa dalam meng
embangkan pemahaman matematika dan sumber pengaplikasi
annya”. (Roberts, 2014) menjelaskan bahwa “matematika real
istic menekankan pada konstruksi benda- benda konkret sebaga
i awal memperoleh konsep matematika”. Menurut (Edition, n.
d.; Ilmiah et al., 2017; Laurens et al., 2018) menjelaskan bahwa
“ Pendidikan matematika realistic digunakan sebagai fondasi
membangun konsep matematika dalam pembelajaran secara b
ermakna.” (Agustina & Zulkardi, 2021; Astari & Kesumawati, 202
1; Zulkardi et al., 2020; Zulkardi & Putri, 2020)mengemukakan ba
hwa “ RME merupakan suatu pendekatan pembelajaran mengg
unakan masalah masalah konstekstual sehingga guru dapat me
mbekali siswa dengan kemmapuan berpikir logis, kritis, analitis,
sistematis, kreatif, dan mampu bekerja sama agar dapat tercapa
inya suatu tujuan pebelajaran”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa re
alistic mathematics education merupakan pembelajaran yang m
enggunakan masalah kontekstual sebai stimulus dan merekontr
uksi konsep sebagai respon siswa, lalu menuliskannya dalam ba
hasa matematika yang siswa telah pelajari.
2.1.2 Karakteristik RME
Menurut (Yilmaz, 2020) merumuskan lima karakteristik RME
sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika,
yaitu:
a. Pembelajaran harus dimulai dari maslaah yang nyata. Masala
h ini haruslah masalah yang mungkin sering ditemui siswa ag
ar siswa lebih mudah memahami suatu amsalah yang diberik
an. Jika msalah yang diberika bukanlah masalah yang terjadi
disekitarnya maka akan timbul gangguan kecemasan matem
atika pada siswa.
b. dunia abstrak dan nyata haruslah dijembatani oleh sebuah m
odel. Model tersebut harus seuai dengan yang dipelajari oleh
siswa. Model tersebut dapat berupa situasi nyata dalam kehid
upan ataupun alat peraga yang dibuat dari bahan- bahan yan
g ada di sekitar siswa.
c. siswa memiliki kebebasan mengekspresikan hasil ketrja mere
ka dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Siswa
memiliki kebebasan dalam memilih strategi penyelesaian pe
mecahan masalah tersebut.
d. proses pembelajaran hraus interaktif. Dimana interaksi antara
guru dan siswa adalah suatu peran penting agar pendekatan i
ni tercapai dengan baik.
e. hubungan antara bagian matematika dengan disiplin ilmu lai
nnya saling terkait dalam menyelesaikan masalah yang diberi
kan.
2.1.3 Langkah- Langkah Penerapan RME
Langkah- Langkah Penerapan RME mengacu pada pendapat
(2) yang menunjukkan bahwa pengajaran matematika realistic
meliputi fase- fase sebagai berikut(Rawani et al., 2019):
1. Fase Pendahuluan
Dimana pada fase ini guru memberikan suatu masalah yang
nyata bagi siswa yang berarti sesuai pengalaman mereka dan tin
gkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat pembelajaran ber
makna.
2. Fase Pengembangan
Siswa mulai mengembangkan atau menciptakan suatu mod
el simbolik terhadap masalah yang diberikan.
3. Fase Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap setiap Langkah yang dite
mpuh dan hasil proses pembelajaran.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan RME
Tabel 2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan RME

Kelebihan Kekurangan
1. Siswa membangun sendiri p 1. Karena sudah terbiasa diber
engetahuan sehingga tidak mu i info siswa akan kesulitan jika
dah lupa dengan pengetahuan mereka menemukan masalah
yang di dapat. yang belum pernah mereka ala
2. Suasana proses pembelajara mi atau temui.
n yang menyenangkan karena 2. Membtuhkan waktu lama ter
menggunakan realitas kehidup utama bagi siswa yang lemah
an. 3. Siswa yang pandai tekadan
3. Siswa merasa dihargai dan s g tidak sabar mennati temanny
emakin terbuka dalam prose p a
embelajaran 4. Membutuhkan alat peraga y
4. Memupuk kerja sama dalam angsesuai dengan situasi pem
kelompok belajaran.
5. Melatih keberanian siswa ber
pikir kritis dan mengemukkaka
n pendapat
6. Pendidikan budi pekerti
Realistic Mathematic Education (RME)
2.1.1 Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)
Teori Realistic Matematics Education (RME) pertama kali dip
erkenalkan dan dikembangkan di belanda pada tahun 1970 oleh
intstitute Freudenthal. Menurut (Yuanita et al., 2018) RME telah d
i kembangkan dan di ujicobakan oleh Freundenthal selama 33 ta
hun di belanda guna membuktikan hasil dari merangsang penel
aran dan berpikir siswa.” Menurut pandangan(Trends & Zakaria,
2017) menjelaskan “agar matematika memiliki nilai kemanusia
annya, maka dalam proses pembelajara seharusnya dikaitkan d
engan kenyataan dan dekat dengan pengalaman siswa serta rel
evan dengan kehidupan sehari- hari”.
(Siswa et al., 2021) berpendapat bahwa “ RME atau PMRI m
enggunakan konteks nyata sebagai titik awal siswa dalam meng
embangkan pemahaman matematika dan sumber pengaplikasi
annya”. (Roberts, 2014) menjelaskan bahwa “matematika real
istic menekankan pada konstruksi benda- benda konkret sebaga
i awal memperoleh konsep matematika”. Menurut (Edition, n.
d.; Ilmiah et al., 2017; Laurens et al., 2018) menjelaskan bahwa
“ Pendidikan matematika realistic digunakan sebagai fondasi
membangun konsep matematika dalam pembelajaran secara b
ermakna.” (Agustina & Zulkardi, 2021; Astari & Kesumawati, 202
1; Zulkardi et al., 2020; Zulkardi & Putri, 2020)mengemukakan ba
hwa “ RME merupakan suatu pendekatan pembelajaran mengg
unakan masalah masalah konstekstual sehingga guru dapat me
mbekali siswa dengan kemmapuan berpikir logis, kritis, analitis,
sistematis, kreatif, dan mampu bekerja sama agar dapat tercapa
inya suatu tujuan pebelajaran”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa re
alistic mathematics education merupakan pembelajaran yang m
enggunakan masalah kontekstual sebai stimulus dan merekontr
uksi konsep sebagai respon siswa, lalu menuliskannya dalam ba
hasa matematika yang siswa telah pelajari.
2.1.2 Karakteristik RME
Menurut (Yilmaz, 2020) merumuskan lima karakteristik RME
sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran matematika,
yaitu:
a. Pembelajaran harus dimulai dari maslaah yang nyata. Masala
h ini haruslah masalah yang mungkin sering ditemui siswa ag
ar siswa lebih mudah memahami suatu amsalah yang diberik
an. Jika msalah yang diberika bukanlah masalah yang terjadi
disekitarnya maka akan timbul gangguan kecemasan matem
atika pada siswa.
b. dunia abstrak dan nyata haruslah dijembatani oleh sebuah m
odel. Model tersebut harus seuai dengan yang dipelajari oleh
siswa. Model tersebut dapat berupa situasi nyata dalam kehid
upan ataupun alat peraga yang dibuat dari bahan- bahan yan
g ada di sekitar siswa.
c. siswa memiliki kebebasan mengekspresikan hasil ketrja mere
ka dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Siswa
memiliki kebebasan dalam memilih strategi penyelesaian pe
mecahan masalah tersebut.
d. proses pembelajaran hraus interaktif. Dimana interaksi antara
guru dan siswa adalah suatu peran penting agar pendekatan i
ni tercapai dengan baik.
e. hubungan antara bagian matematika dengan disiplin ilmu lai
nnya saling terkait dalam menyelesaikan masalah yang diberi
kan.
2.1.3 Langkah- Langkah Penerapan RME
Langkah- Langkah Penerapan RME mengacu pada pendapat
(2) yang menunjukkan bahwa pengajaran matematika realistic
meliputi fase- fase sebagai berikut(Rawani et al., 2019):
1. Fase Pendahuluan
Dimana pada fase ini guru memberikan suatu masalah yang
nyata bagi siswa yang berarti sesuai pengalaman mereka dan tin
gkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat pembelajaran ber
makna.
2. Fase Pengembangan
Siswa mulai mengembangkan atau menciptakan suatu mod
el simbolik terhadap masalah yang diberikan.
3. Fase Penutup
Guru melakukan refleksi terhadap setiap Langkah yang dite
mpuh dan hasil proses pembelajaran.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan RME
Tabel 2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan RME

Kelebihan Kekurangan
1. Siswa membangun sendiri p 1. Karena sudah terbiasa diber
engetahuan sehingga tidak mu i info siswa akan kesulitan jika
dah lupa dengan pengetahuan mereka menemukan masalah
yang di dapat. yang belum pernah mereka ala
2. Suasana proses pembelajara mi atau temui.
n yang menyenangkan karena 2. Membtuhkan waktu lama ter
menggunakan realitas kehidup utama bagi siswa yang lemah
an. 3. Siswa yang pandai tekadan
3. Siswa merasa dihargai dan s g tidak sabar mennati temanny
emakin terbuka dalam prose p a
embelajaran 4. Membutuhkan alat peraga y
4. Memupuk kerja sama dalam angsesuai dengan situasi pem
kelompok belajaran.
5. Melatih keberanian siswa ber
pikir kritis dan mengemukkaka
n pendapat
6. Pendidikan budi pekerti
B. COMPUTER ASSITED LEARNING (CAL)
1. Pengertian
Istilah pembelajaran bantuan computer ( CAL) mencakup berbagai
pembelajran yang berbasis komputer, yang bertujuan memberikan instruksi
secara interaktif terhadap topik- topik tertentu dan biasanya melalui internet.
Pempelajaran berbantu komputer bukan merupakan hal yang baru dalam
pendidikan, namun
2. Sintaks/ Langkah- Langkah
3. Kelebihan dan Kekurangan

C. INKUIRI
1. Pengertian
Pembelajaran inquiry berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal kemampuan siswa dalam
mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis,analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan
percaya diri(Gulo dalam Anam, Khoirul,
2017, hlm.11). Inquiry learning adalah model
pembelajaran yang secara langsung
melibatkan siswa untuk berpikir, mengajukan
pertanyaan, melakukan kegiatan ekplorasi dan
eksperimen sehingga siswa mampu
menyajikan solusi atau ide yang bersifat logis
dan ilmiah ( Coffma dlam Abidin,2018, hlm.
151)
Menurut ( Hanafiah dan Sudjana, 2010)
Inquiry merupakan metode pembelajaran yang
menuntut siswa untuk dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Meurut (Abidin, 2018) Model inkuiri
merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan untuk membuat siswa
menemukan dan menggunakan berbagai
sumber informasi serta ide- ide untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang
masalah, topik, dan isu tertentu.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa inkuiri merupakan model
pembelajaran yang menuntut siswa untuk
melakukan proses pembelajaran dengan cara
menemukan sendiri melalui serangkaian
investigasi, pencarian, eksplorasi dan
mengarahkan serta memecahkan suatu
masalah yang dipelajarinya dengan mandiri.
2. Sintaks/ Langkah- Langkah
Menurut (Wardoyo, 2015) sintak atau
langkah-langkah pembelajaran inquiry
learning adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa
2) Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang
dipelajari
3) Seleksi materi
4) Menentukan peran masing-masing siswa
5) Melakukan penjagaan terhadap kemampuan
awal siswa ( terkait materi)
6) Mmepersiapka kelas
7) Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan kegiatan penyelidikan
dan penganalisisan data
8) Melakukan tindakan penguatan
Sedangkan menurut Clevery langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Explaration tutorial
Dalam tahapan ini, siswa melakukan
kegiatan eksplorasi guna menemukan suatu
pengetahuan yang baru.
2) Self directed learning
Selanjutnya, siswa belajar secara mandiri
berdasarka pemahaman yang didapatkannya
saat ekplorasi.
3) Review tutorial
Pada tahap ini, siswa mempresentasikan
hasil temuan yang di dapat.
4) Consolidation tutorial
Siswa bersama anggota melakukan
kosolidasi (diskusi) terhadap temuan
mereka.
5) Plenary tutotial
Siswa melakukan refleksi dengan fasilitator
baik secara individu maupun kelompok.
Dalam hal ini guru sebagai pembimbing atau
fasilitator.
3. Jenis Pembelajaran Inkuiri
Menurut Kindsvatter inquiry learning
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)
Yang dimaksutkan disini yaitu peran
guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran dalam penyelidikan sangat
besar. Guru berperan sebagai penentu topik
yang akan diselidiki, menentukan langkah-
langkah, dan membimbing siswa
menganalissi data, menyediakan worksheet
yang berbentuk kolom untuk dilengkapi
oleh ssiwa dan di buat kesimpulan.
b. Open Inquiry (inkuiri terbuka)
Pada tipe ini guru hanya sebagai
fasilitator proses pemeblajaran. Siswa
bebas memilih dan memikirkan bagaimana
cara memecahkan suatu masalah yang
dihadapi.
4. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Roestiyah, 2012 Kelebihan
pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan
kemmapuan siswa menemukan konsep dan ide-
ide lebih baik.
2. Membantu dalam penguatan ingatan siswa
karena diperoleh dari diri sendiri.
3. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif,
jujur, onbjektif dan terbuka.
4. Mendorong siswa membuat hipotesis sendiri.
5. Memberikan kepuasan bersifat instrinsik.
6. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
siswa.
7. Memberi kebebasan pada siswa ketika
belajar.
8. Dapat memberikan waktu yang cukup untuk
mengasimilasi dan meng akomodasi informasi
dengan tepat.
Selain memiliki kelebihan, model inkuiri ini
juga memiliki kekurangan menurut ( Suherti dan
Rohimah, 2016) sebagai berikut:
1. Kesulitan pengontrolan kegiatan dan
keberhasilan siswa
2. Model pembelajaran inkuiri sulit dilaksanakan
karena terbentur oleh kebiasaan belajar siswa.
3. Terkadang implementasi memerlukan waktu
yang panjang dansulit menyesuaikan waktu
siswa dengan yang ditentukan.
4. Selama keriteria keberhasilan ditemukan oleh
kemampuan siswa dalam peguasaan materi,
maka model ini sulit di implementasikan oleh
setiap pendidik.

Anda mungkin juga menyukai