Proposal
Dibuat unntuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metode penelitian kualitatif
Disusun Oleh :
Kelompok I
3. Bagi Peneliti
Sebagai bekal membangun pengalaman dalam mencari pendekatan
pembelajaran yang tepat, guna membantu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting dan masuk dalam
ujian nasional, baik dari sekolah dasar maupun sekolah menengah. Sedangkan di
Perguruan Tinggi, matematika dapat dijadikan sebagai dasar ketika memulai suatu
perhitungan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari telah menerapkan
matematika. Jadi, matematika dapat dikatakan sebagai mata pelajaran pokok dan
penting dalam pendidikan.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang sistem-
sistem abstrak yang terbentuk berdasarakan elemen-elemen abstrak pula dan
elemen-elemen tersebut tidak dapat digambarkan dalam alur atau pola yang konkrit
(Siagian, 2016). Matematika ialah cabang ilmu pengetahuan yang memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia dan menjadi dasar bagi ilmu-ilmu
pengetahuan yang lainnya.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Selain itu, siswa dituntut mampu mampu mengembangkan kemampuan matematika
dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Hal ini sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika di Indonesia yang tercantum di dalam kurikulum Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2006) diantaranya; (1)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
dan (2) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah. Oleh karena itu kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematis siswa penting untuk ditingkatkan.
Pada pembelajaran daring, kita mengenal ada istilah pembelajaran sinkron
dan pembelajaran asinkron. Pembelajaran sinkron, siswa dan guru berada di tempat
yang sama pada waktu yang sama. Ini mirip dengan kelas tatap muka. Salah satu
contoh pembelajaran sinkron adalah ketika siswa dan guru berpartisipasi dalam
kelas melalui aplikasi web conference. Ini menciptakan ruang kelas virtual yang
memungkinkan siswa mengajukan pertanyaan dan para guru menjawab secara
instan. Secara keseluruhan, pembelajaran yang sinkron memungkinkan siswa dan
guru untuk berpartisipasi dan belajar secara langsung dan terlibat dalam diskusi
langsung. Sedangkan pembelajaran asinkron adalah pendekatan belajar mandiri
dengan interaksi asinkron untuk mendorong pembelajaran. Email, papan diskusi
online, Wikipedia, dan blog adalah sumber daya yang mendukung pembelajaran
asinkron.
Kemampuan komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan
berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas dan juga digunakan sebagai wahana
interaksi antar siswa dan juga sebagai sarana komunikasi siswa dengan guru.
Menurut Saleh Haji (2012) kemampuan komunikasi matematika sangat penting
bagi siswa. Semakin berkembang bahasa matematika siswa, maka semakin baik
pula siswa dalam beragumentasi. Kemampuan beragumentasi tentunya memberikan
peluang siswa dalam memahami berbagai konsep/ prinsip dalam matematika.
Ansari (2003) mengatakan, komunikasi matematis merupakan; (1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika; (2) modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematik dan (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan
temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah
pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. Choridah
(2013) mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi sangat penting untuk
dimunculkan agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan menghilangkan
kesan matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Melalui komunikasi, guru sebagai sumber menyampaikan informasi, yang
dalam konteks belajar dan pembelajaran adalah materi pelajaran, kepada penerima
yaitu siswa dengan menggunakan simbol-simbol baik lisan, tulisan, dan bahasa non
verbal. Sebaliknya, siswa akan menyampaikan berbagai pesan sebagai respon
kepada guru sehingga terjadi komunikasi dua arah guna meningkatkan komunikasi
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
komunikasi merupakan alat bantu dalam interaksi pembelajaran matematika.
Selain kemampuan komunikasi matematika, kemampuan pemecahan
masalah juga perlu dikembangkan. Kemampuan pemecahan masalah digunakan
sebagai kemampuan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep dan modal
keberhasilan bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Selain itu
siswa bisa mengembangkan ide atau gagasan yang dimilikinya. Menurut
Simanjuntak (dalam Anikrohmah, 2013) sentral pengajaran matematika adalah
pemecahan masalah yang lebih mengutamakan proses dari pada produk. Hal ini
sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran umum matematika yang tertuang
dalam kurikulum yaitu peserta didik dapat menerapkan matematika secara tepat
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang
lain.
Halmos (NCTM, 2000) mengatakan bahwa pemecahan masalah adalah
jantungnya matematika. Dalam bidang studi matematika, banyak sekali ditemukan
berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan perhitungan dalam
memecahkan masalah. Oleh sebab itu, siswa harus selalu dilatih dan dibiasakan
berpikir mandiri untuk memecahkan masalah. Karena dalam pemecahan masalah,
selain siswa dituntut untuk berpikir juga sebagai alat utama untuk bekerja dalam
matematika. Melalui pelajaran matematika juga diharapkan dapat ditumbuhkan
kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang
diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan.
Menurut Sumarmo (2010) beberapa indikator pemecahan masalah ma-
tematis adalah; 1) mengidentifikasikan unsur-unsur yang diketahui, yang dita-
nyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan; 2) merumuskan masalah matematik
atau menyusun model matematik; 3) menerapkan strategi untuk menyelesaikan
berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika; 4)
menjelaskan atau menginterprestasikan hasil sesuai permasalahan asal; 5)
menggunakan matematika secara bermakna.
Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematis siswa, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk aktif dan dapat mengkomunikasikan ide-ide mereka.
Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika melalui
pembelajaran daring siswa SMP Negeri 3 Medan yang ingin digali lebih dalam
untuk dicari kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika
secara daring dan kendala apa saja dalam belajar daring terutama pelajaran
matematika. Penyebab tersebut dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu faktor
dalam diri siswa dan dari luar siswa, sehingga siswa mengalami kendala selama
mengikuti pembelajaran di kelas. Untuk menggali lebih dalam permasalahan
tersebut, peneliti melalukan wawancara dengan siswa secara daring yaitu melalui
google form.
Tahap terakhir peneliti melakukan analisis dari hasil wawancara berupa
persentase dam informasi sesuai dengan indikator. Keseluruhan hasil analisis dapat
dibuat kesimpulan terkait apa yang menyebabkan siswa SMP Negeri 3 Medan
dalam pemecahan masalah dan komunikasi matematika melalui daring.
BAB III
METODE PENELIAIAN
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sasaran yang akan diteliti sesuai dengan masalah
yang terjadi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia obyek adalah alat auperkara
orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek penelitian ini adalah proses
pembelajaran matematika yang dilaksanakan secara daring di SMPN 3
MEDAN
3. Data dan SumberData
30
a. Data
Data yang digali dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data
pokok dan data penunjang.
i. DataPokok
a. Data yang berhubungan denga npembelajaran matematika secara
daring dikelas V SMPN 3 MEDAN yang meliputi:
a. Perencanan
b. Pelaksanaan
c. Evaluasi
ii. DataPenunjang
Data Penunjang ini digali untuk melengkapi data pokok yan gmeliputi:
a. Gambaran umum lokasi Penelitian, sejarah singkat berdirinya SMPN
3 MEDAN
b. Visi danMisi SMPN 3 MEDAN
c. Keadaan kepala sekolah, guru, dan penjagas ekolah
d. Keadaan Siswa Keadaan Sarana dan Prasaran
30
b. SumberData
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
i. Responden, yaitu guru MatematikA dan siswa SMPN 3 MEDAN
ii. Informan,yaitu kepala sekolah, guru, dan penjaga SMPN 3
MEDAN.
iii. Dokumen-dokumen, yaitu melihat semua arsip atau catatanm
SMPN 3 MEDAN Yang Terkait dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
30
B. Wawancara
TeknikPeng
No Data SumberData umpulanDat
a
30
1. DataPokok
Data yang berhubungan dengan Guru Observasi dan
pembelajaran Matematika secara Matematik Wawancara
daring di kelas V SMPN 3 MEDAN adan
yang meliputi: Siswa
6. Perencanaan
7. Pelaksanaan
8. Evaluasi
30
b.Faktor Penghambat
2. Data Penunjang
Data penunjang ini digali untuk Kepala
melengkapi data pokok yan Sekolah Wawancara dan
gmeliputi: dan Guru Dokumentasi
a. Gambaran umum lokasi
Penelitian, sejarah singkat
berdirinya SMPN 3 MEDAN
b. Visi dan Misi SMPN 3 MEDAN
c. Keadaan kepala sekolah, guru, dan
penjaga sekolah
d. Keadaan Siswa
e. Keadaan Sarana dan Prasarana
30
6. AnalisisData
3. Prosedur Penelitian
• Tahap pelaksanaan
30
Melaksanakan riset.
30
3
21
3
22
3
23
3
24
3
25
3
26
3
27