Anda di halaman 1dari 10

Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

Pembelajaran Kontesktual untuk Meningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Dimensi Tiga di
Kelas XI SMK.

NORHAIDAH WATY
Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya
(haidah19820809@gmail.com)
Pembimbing: (I) Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D., dan (II) Dr. Agung Lukito, M.S.

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang diawali dengan penelitian pengembangan. Tujuan
penelitian ini adalah 1) menghasilkan perangkat pembelajaran kontesktual pada materi dimensi tiga di kelas XI SMK
yang valid, praktis dan efektif, 2) mendeskripsikan keefektifan pembelajaran kontesktual pada materi dimensi tiga di
kelas XI SMK, dan 3) membandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual dengan hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada materi dimensi tiga di kelas XI SMK. Pengembangan
perangkat pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model 4-D (model Thiagarajan dkk) yang telah dimodifikasi.
Perangkat pembelajaran yang dihasilkan berupa: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Lembar Kerja
Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB).
Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 17 Samarinda. Dari empat kelas yang
ada, akan diambil dua kelas yang digunakan sebagai sampel. Dua kelas akan dipakai sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Sedangkan pemilihan kelas untuk uji coba, akan dilakukan pada satu kelas yang lain. Pada kelas
eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran kontesktual dan pada kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan hasil uji coba perangkat, diperoleh perangkat pembelajaran kontesktual valid menurut para validator
serta memenuhi syarat: (1) kemampuan guru mengelola pembelajaran berkriteria baik, (2) aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran aktif, (3) respon siswa terhadap komponen belajar positif, (4) tes hasil belajar memenuhi kriteria valid,
reliabel, dan sensitif.
Sedangkan hasil penelitian pada kelas eksperimen berdasarkan analisis deskriptif diperoleh hasil bahwa model
pembelajaran kontesktual efektif untuk digunakan dalam mengajarkan materi dimensi tiga. Hal ini dikarenakan syarat-
syarat keefektifan pembelajaran kontesktual telah terpenuhi, antara lain: (1) Ketuntasan belajar secara klasikal yaitu
sebanyak 91% dari seluruh siswa memperoleh skor ≥ 70% dari skor total tes, (2) Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran memenuhi kriteria baik, (3) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran memenuhi kriteria aktif, (4)
Respon siswa terhadap pembelajaran adalah positif. Sedangkan berdasarkan analisis statistik inferensial dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran Kontesktual lebih baik dibandingkan dengan hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk materi dimensi tiga siswa kelas XI SMK Negeri 17
Samarinda.
Kata Kunci: Pembelajaran Kontesktual, prisma dan limas.

Abstract

This study is a quasi-experimental research that begins with development research. The purpose of this study is
to produce learning documents using contextual learning for three dimension material in class XI SMK which valid,
practical, and effective, 2) to describe the effectiveness of contextual learning for three dimension material in class XI
SMK, and 3) to compare the learning outcomes of students who take contextual learning whit the learning outcomes of
students who take conventional learning for three dimension material in class XI SMK. The learning device
development was conducted by using 4-D model (model Thiagarajan et al) which has been modified. The learning
device produced in the form of: (1) Lesson Plan (RPP), (2) Student Worksheet (LKS), and (3) Learning outcome test
(THB).
Population and sample of study was the students of class XI SMK Negeri 17 Samarinda. Two of four classes
were used as examples. Two classes were used as experiment and control class. While the class selection for tryout was
conducted in another class. The experiment class was given a treatment contextual learning and the control class was
given conventional treatment learning.
Based on the test results, it was found that contextual learning which valid according to the validator and
qualified: (1) the teacher ability to manage the learning criteria of good, (2) the students activity in the learning process
effective, (3) the students response toward learning component is positive, (4) learning outcome test fulfils valid,
reliable, and sensitive criteria.

1
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

While the results of the study on the experiment class based on descriptive analysis was obtained that contextual
learning is effective material for use in teaching three dimension material. It is because the requirements of
effectiveness of contextual learning have been fulfilled, among others: (1) classical mastery learning, 91% of all
students obtained a scored of ≥ 70% of total score, (2) teacher ability in managing the learning is good criteria, (3)
students activity in the learning process meets good criteria, (4) Students’ response toward the learning are positive.
Meanwhile, based on inferential statistical analysis it can be concluded that the learning outcomes of students who take
contextual learning is better than the learning outcomes of students who take conventional learning to three dimension
material in the class XI SMK.
Keywords: contextual, prism and pyramid

PENDAHULUAN pengajaran yang telah ditetapkan. Namun dalam


Matematika merupakan ilmu melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang
pengetahuan yang memegang peranan berhubungan dengan matematika, ternyata masih banyak
penting dalam berbagai bidang kehidupan. mengalami hambatan-hambatan baik yang dialami guru
Dalam perkembangannya, ternyata banyak maupun siswa.
konsep matematika diperlukan untuk Dalam proses kegiatan belajar
membantu menyelesaikan masalah dalam mengajar, interaksi yang terjadi kadang
kehidupan sehari-hari yang dihadapi, berjalan searah. Dalam hal ini fungsi dan
seperti halnya untuk membantu manusia peran guru menjadi dominan. Di lain pihak
dalam memahami dan menyelesaikan siswa hanya mendengarkan informasi atau
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. pengetahuan yang diberikan guru. Ini
Matematika juga merupakan ilmu yang menjadikan kondisi yang tidak proporsional
mendasari perkembangan teknologi modern dan guru sangatlah aktif, tetapi sebaliknya
dan mempunyai peran penting dalam siswa menjadi pasif dan tidak kreatif.
mengembangkan berbagai displin ilmu. Bahkan kadang-kadang masih ada
Pada umumnya tidak ada satupun anggapan yang keliru, yang memandang
disiplin ilmu yang perkembangannya siswa sebagai objek sehingga siswa kurang
terlepas dari matematika, paling kurang dapat mengembangkan potensinya.
perhitungan matematika tingkat rendah Hambatan yang lain adalah pelajaran
yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, matematika untuk siswa ternyata tidak
dan pembagian. Matematika membekali seiring dengan sikap siswa terhadap
siswa untuk mempunyai kemampuan pengajaran matematika. Banyak siswa yang
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis tidak menyukai pelajaran matematika.
serta kemampuan bekerja sama di masa Sikap tidak menyukai pelajaran matematika
yang akan datang. Adapun Soedjadi ini akan menyebabkan siswa dapat
(2000:45) menyatakan bahwa ada dua mengalami kesulitan belajar matematika.
tujuan pokok pembelajaran matematika di Sehingga hal ini berakibat rendahnya hasil
setiap jenjang pendidikan, yaitu tujuan yang belajar siswa yang ditunjukkan oleh hasil
bersifat formal dan tujuan yang bersifat nilai UN yang masih jauh dari standar yang
material. Tujuan formal lebih menekankan diharapkan.
kepada menata penalaran dan membentuk Kesulitan siswa terhadap pelajaran
kepribadian. Sedangkan tujuan material matematika disebabkan karena matematika
lebih menekankan kepada kemampuan banyak berhitung dan bersifat abstrak,
menerapkan matematika dan keterampilan selain itu ada beberapa faktor yang
matematika. mempengaruhi kesulitan siswa dalam
Mengajarkan matematika merupakan suatu kegiatan belajar matematika, misalnya suasana kelas
pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa belajar yang tidak mendukung dan tidak
untuk mendapatkan kemampuan dan keterampilan menyenangkan. Faktor dari guru juga dapat
tentang matematika. Kemampuan dan keterampilan menyebabkan matematika menjadi sulit
tersebut ditandai dengan adanya interaksi yang positif untuk dimengerti, misalnya kurang
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun bervariasi dalam metode mengajar, tidak
siswa dengan lingkungannya yang sesuai dengan tujuan menghubungkan konsep matematika

2
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

dengan kehidupan nyata sehingga konsep aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun
matematika tidak bermakna, konsep sosial.
matematika yang diberikan berupa Pembelajaran kontekstual menekankan
berhitung yang bersifat abstrak sehingga pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik
proses belajar mengajar menjadi maupun mental untuk dapat
membosankan. menghubungkan dengan situasi kehidupan
Begitu juga terjadi pada pembelajaran nyata sehingga mendorong siswa untuk
matematika di sekolah peneliti. Penyajian dapat menerapkannya dalam kehidupan
materi yang disampaikan guru selalu mereka. Hal ini sesuai dengan yang
diawali dengan pemberian teori, rumus- dikemukakan Rosalin (2008:25) bahwa
rumus kemudian dilanjutkan dengan tujuan utama dalam pembelajaran
pemberian contoh soal yang sesuai dengan kontekstual adalah membantu siswa dengan
rumus yang telah dijelaskan. Setelah itu cara yang tepat untuk mengaitkan makna
siswa diberi soal latihan yang tidak jauh pada pelajaran-pelajaran akademik mereka.
dengan contoh soal yang telah diberikan Pembelajaran kontekstual membuat siswa
oleh guru. Selain soal penerapan rumus, mampu menghubungkan isi dari subjek-
guru juga memberikan soal cerita untuk subjek akademik dengan konteks kehidupan
beberapa materi matematika. Namun soal keseharian mereka untuk menemukan
yang diberikan berupa soal cerita yang tidak makna. Karena itu pembelajaran
memiliki makna. Sehingga siswa merasa kontekstual lebih sesuai dengan situasi di
bahwa mempelajari matematika tidak tempat peneliti mengajar yakni Sekolah
memberikan manfaat pada kehidupan Menengah Kejuruan (SMK) yang siswanya
mereka, apalagi untuk menyelesaikan terlibat langsung dengan praktik-praktik
permasalahan sehari-hari. yang ada di jurusan. Materi pelajaran di
Sehingga tidak heran ketika belajar sekolah kejuruan banyak yang berhubungan
matematika, ada siswa yang bertanya untuk dengan praktik sehingga sesuai dengan
apa mereka mempelajari materi tersebut. situasi kehidupan nyata.
Hal ini sesuai dengan pengalaman peneliti Peneliti memilih pembelajaran kontekstual karena
sendiri. Ketika peneliti mengajar, ada siswa pendekatan kontesktual lebih sesuai dengan kondisi siswa
memberikan komentar bahwa mempelajari kejuruan yang memiliki banyak kegiatan pembelajaran
matematika adalah pekerjaan yang sia-sia, praktik dalam kehidupan nyata. Kegiatan pembelajaran
karena tidak memberikan manfaat apa-apa siswa di SMK adalah berupa 40% praktik kejuruan
bagi mereka. Yang penting bisa operasi (pelajaran produktif) sedangkan 60% adalah pelajaran
hitung dasar, seperti: penjumlahan, normatif dan adaptif. Dari hasil pengalaman dan
pengurangan, perkalian, dan pembagian. pengamatan peneliti selama mengajar di SMK, mereka
Senada dengan kasus yang dialami peneliti, lebih tertarik untuk belajar mata pelajaran produktif
Johnson (2002:4) mengatakan bahwa: karena melakukan praktek langsung daripada
“Asked to learn something that seems mempelajari matematika yang identik dengan kegiatan
meaningless, students seem envariably to menghitung. Siswa menganggap lebih penting
ask, “Why do we have to learn this?” mempelajari mata pelajaran produktif daripada
rightly the student look for the meaning, for mempelajari matematika karena kebanyakan dari mereka
significance and purpose, in their school menganggap setelah lulus mereka akan bekerja dengan
work” keahlian yang diperoleh pada mata pelajaran produktif,
Suatu upaya untuk mengubah citra negatif dalam dan mereka tidak menggunakan matematika ketika
pembelajaran matematika perlu dilakukan sehinga citra bekerja.
pembelajaran matematika menjadi lebih baik, yakni Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di
matematika adalah pelajaran yang menarik, salah satu SMK, ternyata masih banyak siswa yang
menyenangkan untuk dipelajari dan berguna dalam mengalami kesulitan dalam menentukan volume atau luas
kehidupan. Salah satu pembelajaran matematika yang permukaan jika diketahui unsur-unsurnya, menentukan
sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut adalah unsur-unsurnya jika diketahui volume atau luas
pembelajaran kontekstual, yang melibatkan siswa untuk permukaannya. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil Ujian
Nasioanl setiap tahunnya kebanyakan siswa terkendala

3
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

pada materi tersebut. Berdasarkan diskusi singkat dengan nyata siswa dan mendorong siswa
beberapa siswa, ternyata ada siswa yang lupa rumusnya; membuat hubungan antara pengetahuan
ada siswa yang salah menggunakan unsur diketahui, yang dimiliki dengan penerapannya dalam
misalnya untuk mencari jumlah luas sisi tegak pada kehidupan mereka sebagai anggota
limas, menggunakan tinggi limas bukan tinggi sisi tegak. keluarga dan masyarakat.
Dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut Berdasarkan beberapa pendapat yang
dimensi tiga seringnya siswa hanya bermodal diuraikan di atas, maka yang dimaksud
memasukkan angka ke rumus tanpa disertai pemahaman dengan pembelajaran kontekstual dalam
konsep yang mendalam. Melalui pembelajaran penelitian ini adalah pembelajaran yang
kontekstual diharapkan siswa dapat mengetahui dari mengaitkan materi pelajaran dengan situasi
mana sebenarnya rumus yang digunakan berasal. dunia nyata yang dialami siswa, sehingga
Diharapkan pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa mampu menemukan sendiri konsep-
siswa memahami konsep-konsep yang sedang diajarkan. konsep dari materi yang dipelajari serta
Informasi lain yang diperoleh peneliti bahwa kemampuan dapat menerapkannya dalam kehidupan
siswa pada materi dimensi tiga masih rendah, hal ini sehari-hari.
terlihat dari ulangan harian pada tahun pelajaran Menurut Johnson (2014:65) sistem
2011/2012 hampir 60% siswa yang tidak tuntas. pembelajaran Kontekstual (CTL)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mencakup delapan komponen, yaitu: 1)
untuk meneliti pembelajaran kontekstual pada materi Membangun keterkaitan yang bermakna,
dimensi tiga di kelas XI SMK. Sehingga dapat membantu 2) Melakukan pekerjaan yang berarti, 3)
siswa memahami materi dimensi tiga dan Melakukan pembelajaran yang diatur
mengimplementasikannnya dalam kehidupan sehari-hari sendiri, 4) Bekerja sama, 5) Berpikir
mereka. Karena selama ini peneliti belum pernah kritis dan kreatif, 6) Membantu individu
menemukan perangkat pembelajaran kontekstual dalam untuk tumbuh dan berkembang, 7)
mengajarkan materi dimensi tiga untuk siswa SMK, Mencapai standar yang tinggi, dan 8)
maka peneliti perlu mengembangkan pembelajaran Menggunakan penelitian autentik.
kontekstual pada materi dimensi tiga untuk siswa SMK. Untuk dapat mengimplementasikan
Tujuan penelitian ini adalah 1) pembelajaran kontekstual, guru dalam
menghasilkan perangkat pembelajaran pembelajarannya mengaitkan antara materi
kontesktual pada materi dimensi tiga di yang akan diajarkannya dengan dunia nyata
kelas XI SMK yang valid, praktis dan siswa dan mendorong siswa membuat
efektif, 2) mendeskripsikan keefektifan hubungan antara pengetahuan yang
pembelajaran kontesktual pada materi dimiliki dengan penerapannya dalam
dimensi tiga di kelas XI SMK, dan 3) kehidupan mereka sehari-hari, dengan
membandingkan hasil belajar siswa yang melibatkan tujuh komponen utama CTL
mengikuti pembelajaran kontekstual yakni sebagai berikut: kontruktivesme,
dengan hasil belajar siswa yang mengikuti masyarakat belajar, inquiry, bertanya,
pembelajaran konvensional pada materi pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
dimensi tiga di kelas XI SMK. Menurut Johnson (2014: 86)
Johnson (2002:25) mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran kontekstual
Contextual Teaching and Learning is an berdasarkan 3 prinsip, yaitu prinsip saling
educational process that aims to help ketergantungan, prinsip diferensiasi, dan
students see meaning in the academic prinsip pengorganisasian diri.
material they are studying by connecting Pembelajaran konvesional dapat
academic subjecs with the context of their diartikan sebagai pembelajaran yang
daily lives, that is, with context of their dilakukan umumnya oleh para guru selama
personal, social and cultural circumstance. ini dalam mengajarkan matematika. Dalam
Sedangkan Riyanto (2005:109) melaksanakan pembelajaran guru biasanya
menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan format: teori-contoh-soal,
kontekstual merupakan konsep belajar dengan menjadikan guru sebagai pusat
yang membantu guru mengaitkan antara pembelajaran.
materi yang diajarkan dengan situasi dunia

4
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

Menurut Khabibah (2006), perangkat mempelajari materi baru. Dengan kata lain
pembelajaran merupakan kumpulan sumber guru bisa memastikan bahwa materi yang
belajar yang memungkinkan guru dan akan dipelajari tidak terlalu sukar ataupun
siswa melakukan kegiatan pembelajaran. terlalu mudah, 3) Insentif (incentive),
Perangkat pembelajaran yang dibuat dalam artinya kemampuan guru membangkitkan
penelitian ini meliputi RPP (Rencana siswa untuk terlibat aktif dalam
Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (Lembar pembelajaran, seperti melaksanakan tugas
Kerja Siswa), THB (Tes Hasil Belajar yang diberikan guru, mempelajari materi
Siswa). yang disampaikan guru, 4) Waktu (time),
Perangkat pembelajaran yang baik yakni seberapa banyak waktu yang
adalah perangkat pembelajaran yang dapat disediakan bagi siswa untuk mempelajari
menunjang pembelajaran sehingga tujuan materi yang diberikan.
yang diharapkan dalam pembelajaran dapat Keefektifan pembelajaran juga bisa
tercapai. Untuk menentukan perangkat diketahui dari tingkat ketuntasan belajar
yang baik diperlukan tiga kriteria yaitu: siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
valid, praktis dan efektif (Nieveen, Morrison (2011:356) bahwa: Effectiveness
1999:127). answers the question, “To what degree did
Penelitian ini menggunakan model students accomplish the learning objective
pengembangan pembelajaran menurut prescribed for each unit of the course?”.
Thiagarajan, Semmel dan Semmel. Model Measurement of effectiveness can be
ini dikenal dengan model Four-D models ascertained from test scores, rating of
atau model 4-D. Model ini terdiri dari projects and performance, and record of
empat tahap, yaitu pendefinisian (define), observations of leaner’s behavior.
perancangan (design), pengembangan Dari beberapa pernyataan di atas
(develop), dan penyebaran (disseminate). terlihat bahwa ada beberapa aspek yang
Perangkat pembelajaran yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran,
berkualitas baik diharapkan akan yaitu: penguasaan guru atas materi ajar,
menghasilkan pembelajaran yang efektif. kepedulian guru terhadap siswa, ketuntasan
Guru yang efektif adalah guru yang belajar, respon siswa terhadap
memiliki kepedulian terhadap siswa, pembelajaran, dan ketersediaan waktu
menguasai materi yang diajarkan, dan untuk pembelajaran. Sedangkan
mampu membawa siswa tuntas dalam keefektifan pembelajaran dalam penelitian
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan ini dapat ditinjau dari beberapa aspek,
pernyataan Arends (2012:18): Effective yaitu: kemampuan guru dalam mengelola
teaching requires at its base-line pembelajaran, aktivitas siswa selama
individuals who are academically able, pembelajaran berlangsung, respon positif
who have command of the subjects they are siswa terhadap pembelajaran, ketuntasan
required to teach, and who care about klasikal belajar siswa dan meningkatkan
well-being of children and youth. It also hasil belajar.
requires individuals who can produce Berdasarkan penelitian Yulianta
result, mainly those of student academic Candra Kurniawan (2013), menunjukkan
achievement and social learning. bahwa pembelajaran kontesktual dengan
Sedangkan Slavin (2000:197) startegi REACT efektif digunakan untuk
menyatakan bahwa keefektifan suatu mengajar materi program linier dan
pembelajaran dapat ditinjau dari 4 aspek, berdasarkan analisis statistik inferensial
yaitu: 1) Kualitas pembelajaran (quality of ANAKOVA, dapat disimpulkan bahwa
instruction), yakni mutu dari pembelajaran hasil belajar siswa yang mengikuti
yang memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran kontekstual lebih baik
materi pelajaran, 2) Kesesuaian tingkat dibandingkan dengan hasil belajar siswa
pembelajaran (appropriate levels of yang mengikuti pembelajaran matematika
instruction), yakni kemampuan guru untuk yang biasa dilaksanakan di sekolah.
memastikan kesiapan siswa untuk

5
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

Berdasarkan pertanyaan penelitian respon siswa diperoleh melalui angket, dan 4) THB
yang ketiga dan dengan meninjau kajian dikumpulkan dari hasil pemberian tes.
teori serta hasil penelitian yang relevan, Populasi dalam penelitian ini adalah
dapat dilihat bahwa pengajaran siswa kelas XI SMK Negeri 17 Samarinda
konvensional berbeda jika dibandingkan tahun pelajaran 2014-2015 yang terdiri dari
dengan pembelajaran kontekstual. Dengan 4 kelas. Sampel penelitian adalah satu kelas
menekankan hafalan maka pengajaran untuk uji keterbacaan perangkat
konvensional cenderung menjadi tidak pembelajaran yang meliputi LKS dan THB,
bermakna. Sehingga secara teoritis hasil satu kelas untuk uji coba perangkat
belajar siswa dengan pembelajaran pembelajaran, satu kelas untuk kelas
kontekstual lebih baik daripada hasil kontrol dan satu kelas untuk kelas
belajar siswa yang menggunakan eksperimen. Pemilihan kelas dilakukan
pembelajaran konvensional. Oleh karena secara acak karena berdasarkan informasi
itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah guru bidang studi Matematika kelas XI
sebagai berikut: “Hasil belajar siswa yang SMK Negeri 17 Samarinda, bahwa
mengikuti pembelajaran kontekstual lebih pendistribusian siswa ke dalam kelas
baik daripada hasil belajar siswa yang merata. Untuk kelas ujicoba dan kelas
mengikuti pembelajaran konvensional eksperimen diberikan perlakuan yaitu
untuk materi dimensi tiga di kelas XI pembelajaran kontekstual sedangkan kelas
SMK.” kontrol diberikan pembelajaran
konvensional. Untuk pembelajaran
METODE kontekstual, siswa kelas ujicoba dan kelas
Mengacu pada pertanyaan penelitian yang eksperimen dibagi dalam beberapa
pertama, penelitian ini tergolong penelitian kelompok. Kelompok yang dibentuk terdiri
pengembangan, karena dalam penelitian ini akan dari siswa tingkat tinggi, tingkat sedang
dikembangkan perangkat pembelajaran kontekstual dan tingkat rendah. Pembentukan
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kelompok didasarkan pada hasil ulangan
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar tengah semester genap.
(THB). Pengembangan perangkat mengacu pada four- Dalam penelitian ini digunakan dua
D models yang dikemukakan oleh Thiagarajan, teknik analisis data yaitu analisis statistik
Semmel, dan Semmel dengan modifikasi. Selanjutnya, desktiptif dan analisis statistik inferensial.
mengacu pada pertanyaan penelitian kedua dan ketiga, Analisis statistik deskriptif digunakan
penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu, untuk mendeskripsikan keefektifan
karena tidak semua variabel yang ada dapat diatur dan pembelajaran kontekstual sedangkan
dikontrol dengan baik. analisis statistik inferensial digunakan
Model pengembangan yang akan digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dalam siswa.
penelitian ini adalah model Thiagarajan (1974) yang Analisis deskriptif meliputi analisis
dikenal dengan Four-D Models (Model 4D) yang telah hasil validitas, data kemampuan guru
dimodifikasi. Namun, tahap penyebaran yang dilakukan mengelola pembelajaran, data aktivitas
peneliti adalah tahap penyebaran pada kelas siswa, data respon siswa, dan data tes hasil
eksperimen. belajar siswa. Sedangkan analisis
Instrumen dan Metode Pengumpulan Data dalam inferensial digunakan untuk melihat
penelitian ini, yaitu: 1) lembar validitas perangkat perbedaan hasil belajar siswa yang
pembelajaran untuk memperoleh data tentang penilaian mengikuti pembelajaran kontekstual
para ahli terhadap perangkat pembelajaran terdiri dari dengan hasil belajar siswa yang mengikuti
lembar validitas RPP, lembar validitas LKS, dan lembar pembelajaran konvensional pada materi
validitas THB, 2) lembar pengamatan kemampuan guru dimensi tiga di kelas XI SMK., data pretest
mengelola pembelajaran dan lembar pengamatan dan postest akan dianalisis dengan statistik
aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan yang inferensial ANAKOVA. Analisis statistik
dilakukan pengamat mulai dari kegiatan awal sampai ini digunakan untuk menguji hipotesis
menutup pelajaran selama tiga kali pertemuan, 3) angket dalam penelitian ini. Data yang akan

6
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

dianalisis adalah hasil pretest sebagai mampu mengarahkan siswa untuk menemukan
variabel penyerta atau kovariat dan hasil sendiri jawaban dan menyimpulkan materi.
postest sebagai variabel terikat. Guru membantu sedikit demi sedikit jika siswa
Penggunaan ANAKOVA disebabkan mengalami jalan buntu dalam memecahkan
dalam penelitian ini menggunakan variabel masalah. Guru menyadari bahwa siswa belum
kovariat sebagai variabel bebas yang sulit terbiasa menyelesaikan masalah berbentuk
untuk dikontrol tetapi dapat diukur cerita, oleh karena itu guru selalu berkeliling
bersamaan dengan variabel terikat. mengawasi siswa sekaligus memberikan
bantuan jika ada siswa/kelompok merasa
HASIL DAN PEMBAHASAN kesulitan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa hal Walaupun sudah dalam kategori baik,
sebagai berikut ; beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah
Berdasarkan analisis deskriptif : kemampuan guru dalam hal mendorong siswa
a. Perangkat pembelajaran untuk mau bertanya dan mengeluarkan
Berdasarkan hasil pada tahap validitas pendapatnya. Selain itu kemampuan guru
ahli menunjukkan bahwa perangkat dalam mengoptimalkan interaksi siswa dalam
pembelajaran kontekstual untuk materi bekerja juga perlu ditingkatkan. Hal ini terjadi
dimensi tiga yang terdiri dari: Rencana karena selama ini siswa dan guru belum
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar terbiasa dengan pembelajaran yang
Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar menggunakan diskusi kelompok.
(THB) ditinjau dari format, isi, bahasa dan c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
penulisan soal, dikategorikan baik serta dapat Berdasarkan pengamatan, aktivitas siswa
digunakan dengan revisi kecil. Hal ini selama dua pertemuan menunjukkan bahwa
dibuktikan dengan nilai rata-rata setiap kriteria aktivitas siswa dalam kategori aktif karena
yang diberikan oleh semua validator untuk setiap aktivitas siswa, baik untuk kelompok
setiap RPP dan LKS yang dikembangkan tinggi, sedang maupun rendah masih berada
minimal kategori baik. Sedangkan hasil dalam kriteria batasan keaktifan siswa. Hal ini
penilaian para validator terhadap THB secara berarti pembelajaran kontekstual mampu
umum adalah cukup valid, dapat dipahami, dan mengaktifkan siswa dan mengurangi dominasi
dapat digunakan dengan revisi kecil. guru dalam proses pembelajarannya. Aktivitas
Penilaian validator terhadap RPP adalah siswa yang dominan yang dilakukan selama
berkriteria baik. Hal ini karena RPP yang pembelajaran adalah diskusi dengan teman dan
disusun telah mengikuti langkah-langkah yang guru dalam menyelesaikan masalah yang ada
disyaratkan dalam pembelajaran kontekstual, di LKS dan mepresentasikan hasil diskusi di
sedangkan LKS berkriteria baik karena LKS depan kelas.
disusun diawali dengan manyajikan masalah d. Respon siswa
nyata yang dekat dengan kehidupan siswa. Berdasarkan hasil analisis respon siswa,
Pada tahap uji keterbacaan, umumnya sebagian besar siswa memberikan respon
semua siswa dapat mengerti dan memahami positif terhadap setiap aspek yang direspon
bahasa yang digunakan di LKS dan THB. skor setiap kriteria yang direspon pada
Dengan demikian tidak ada revisi pada LKS komponen perangkat diperoleh persentase 
dan THB. Pengamat untuk kemampuan guru 70%. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
mengelola pembelajaran dan pengamat untuk pembelajaran tersebut dapat membuat siswa
aktivitas siswa selama pembelajaran masing- senang dan antusias dalam pembelajaran serta
masing mengerti dan memahami cara untuk siswa dapat menerima pembelajaran
mengisi lembar pengamatan. kontekstual pada materi dimensi tiga sehingga
b. Kemampuan guru mengelola pembelajaran diharapkan siswa dapat memperoleh hasil
Secara umum keterampilan guru dalam belajar yang lebih baik.
mengelola pembelajaran adalah baik, karena e. Hasil belajar siswa
setiap pertemuan masing-masing kriteria untuk Penilaian hasil belajar dilakukan dengan
setiap aspek penilaian memperoleh nilai baik menggunakan instrumen THB yang terdiri dari
atau sangat baik. Selama dua pertemuan, guru 9 soal uraian. Berdasarkan hasil perhitungan,

7
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

diperoleh semua butir soal valid dengan linear. Hubungan kemampuan awal siswa
validitas cukup untuk soal nomor 1a, 1b, 1d, dengan hasil belajar dapat dinyatakan dalam
dan 3b, tinggi untuk soal nomor 1c, dan 3a, bentuk regresi linear. Hal ini mengindikasikan
serta soal nomor 2a, 2b, dan 4 sangat tinggi. bahwa semakin tinggi kemampuan awal siswa,
Koefisien reliabilitas soal (α) adalah adalah semakin tinggi pula hasil belajar siswa
0.82, ini berarti derajat reliabilitas soal adalah tersebut.
sangat tinggi. Berdasarkan nilai pretes dan d. Dari hasil analisis uji kesamaan, kedua model
postes didapat bahwa semua soal tergolong regresi tidak sama, dan dari analisis uji
sensitif (peka), karena semua butir soal kesejajaran, ternyata kedua model regresi
mempunyai sensitivitas lebih dari 0,30. sejajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan
Berdasarkan data posttest menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa
bahwa 29 siswa dari 32 atau 91% siswa pada yang mengikuti pembelajaran kontekstual
kelas eksperimen(XI-4) dinyatakan tuntas, dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan nilai terendah 50 dan tertinggi 100. konvensional.
Rata-rata nilai postes adalah 85.4. Sedangkan e. Adapun garis regresi kelas eksperimen dan
pada kelas kontrol (XI-3), 12 siswa dari 30 kelas kontrol sejajar dan konstanta regresi
siswa atau 40% siswa yang tuntas belajar. Hal untuk kelas eksperimen lebih besar dari
ini berarti bahwa ketuntasan belajar secara konstanta garis regresi untuk kelas kontrol. Hal
klasikal sudah terpenuhi pada kelas ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol, signifikan. Secara geometris, garis regresi
ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum kelas eksperimen berada di atas garis regresi
tercapai. kelas kontrol, artinya hasil belajar siswa yang
Penelitian ini juga menunjukkan mengikuti pembelajaran kontekstual lebih
peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat baik dari pada hasil belajar siswa yang
dilihat data hasil belajar siswa pada mengikuti pembelajaran konvensional untuk
ketuntantasan belajar siswa kelas XI-4 sebesar materi dimensi tiga.
91% dengan rata-rata 85,4 sedangkan pada
kelas kontrol (XI-3) 40% dengan rata-rata
61,1. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
PENUTUP
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
Kesimpulan
Berdasarkan paparan hasil penelitian, hasil analisis
oleh Yulianta Candra K (2013) tentang model
dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
pembelajaran kontekstual yang menunjukkan
sebagai berikut :
bahwa hasil belajar siswa lebih meningkat jika
1) Pengembangan perangkat pembelajaran
diajarkan dengan model pembelajaran
kontekstual pada materi dimensi tiga untuk
kontekstual dibandingkan dengan
siswa kelas XI dengan menggunakan model 4-
pembelajaran konvensional.
D telah menghasilkan perangkat pembelajaran
Berdasarkan analisis Inferensial :
yang valid, praktis, dan efektif, karena
a. Model regresi sederhana yang menyatakan
memenuhi (1) perangkat pembelajaran itu
hubungan kemampuan awal siswa dan hasil
valid berdasarkan penilaian validator, untuk
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
setiap RPP dan LKS yang dikembangkan
kontekstual adalah Y E=62.88+ 0.51 X E . minimal kategori baik, sedangkan THB secara
Model regresi sederhana yang menyatakan umum adalah cukup valid, dapat dipahami, dan
hubungan kemampuan awal siswa dan hasil dapat digunakan dengan revisi kecil, (2)
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kemampuan guru mengelola pembelajaran
konvensional adalah Y K =30.85+ 0.82 X K . baik karena setiap pertemuan masing-masing
b. Berdasarkan analisis uji independensi untuk kriteria untuk setiap aspek penilaian
kedua model regresi tersebut menunjukkan memperoleh nilai baik atau sangat baik dan
bahwa kemampuan awal siswa mempunyai aktivitas siswa dalam pembelajaran dalam
pengaruh yang signifikan terhadap hasil kategori aktif karena setiap aktivitas siswa
belajar siswa. masih berada dalam kriteria batasan keaktifan
c. Dari hasil analisis uji linieritas, ternyata kedua siswa dengan toleransi 10%, (3) respon siswa
model regresi di atas memenuhi model regresi positif karena setiap kriteria angket

8
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

memperoleh respon positif minimal 78,79%. atau sekolah lain dengan karakteristik siswa
Adapun perangkat pembelajaran yang yang hampir sama dengan kelas eksperimen.
dihasilkan meliputi Rencana Pelaksanaan 2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa dalam penelitian ini, dapat digunakan
(LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). sebagai alternatif perangkat pembelajaran
2) Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada kelas kontekstual untuk materi dimensi tiga di
eksperimen diperoleh hasil bahwa kelas XI SMK.
pembelajaran kontekstual efektif untuk 3. Dengan memperhatikan respon siswa siswa
digunakan dalam mengajarkan materi dimensi yang positif, aktivitas siswa efektif, dan
tiga. Hal ini dikarenakan syarat-syarat ketuntasan belajar siswa selama
keefektifan pembelajaran kontekstual telah pembelajaran kontekstual maka perlu
terpenuhi, antara lain: a) Kemampuan guru dikembangkan perangkat pembelajaran
dalam mengelola pembelajaran memenuhi kontekstual pada materi yang lain.
kriteria baik, karena nilai rata-rata pada setiap
kriteria dari dua kali pertemuan yang dinilai DAFTAR PUSTAKA
berada pada kategori baik atau sangat baik, b) Andika, (2012). Pengembangan perangkat dan
Aktivitas siswa selama pembelajaran keefektifan pembelajaran kooperatif tipe
memenuhi kriteria aktif, karena setiap aktivitas Think-Pair Share dengan pendekatan
siswa masih berada dalam kriteria batasan problem posing pada materi segitiga.
keaktifan siswa dengan toleransi 10%, c) Tesis. Tidak dipublikasikan. Universitas
Respon siswa terhadap pembelajaran adalah Negeri Surabaya.
positif, karena rata-rata persentase siswa yang Arends, R.I. (2012). Learning To Teach. New
memberi respons positif terhadap perangkat York: Mcgraw-Hill Companies.
pembelajaran kontekstual adalah 93.95 %, d) Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar
Ketuntasan belajar secara klasikal terpenuhi, Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:
yaitu 91% siswa yang runtas belajar (29 siswa Bumi Aksara.
dari 32 siswa tuntas belajar), e) meningkatkan Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu
hasil belajar, karena hasil belajar siswa pada Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
ketuntantasan belajar siswa kelas XI-4 sebesar Ferguson, George A. (1981). Statistical Analysis
91% dengan rata-rata 85,4 sedangkan pada in Psychology and Educatin 5th Edition.
kelas kontrol (XI-3) 40% dengan rata-rata Florida: Harper Colling Publishers
61,1. Gronlund, N.E. (1982). Constructing Achivment
3) Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial Test. Third Edition. Practice Haill:
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang Englewood Cliffs.
mengikuti pembelajaran kontekstual lebih baik Hobri. (2010). Metode Penelitian Pengembangan.
daripada hasil belajar siswa yang mengikuti Jember: Pena Salsabila.
pembelajaran konvensional untuk materi Johnson, Elani B. (2002). Contextual Teaching
dimensi tiga di kelas XI SMK. and Learning. California: Crowin Press,
Berdasarkan simpulan-simpulan ini, maka Inc.
perangkat pembelajaran dengan model Johnson, Elani B. (2014). Contextual Teaching
pembelajaran kontekstual yang dikembangkan ini and Learning. Bandung: Kaifa
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Khabibah, Siti. (2006). Pengembangan Model
materi dimensi tiga di kelas XI SMK. Pembelajaran Matematika dengan Soal
Saran Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti Siswa Sekolah Dasar. Surabaya: Disertasi.
memberikan saran sebagai berikut:
Tidak dipublikasikan.
1. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan
dalam penelitian ini berupa (RPP, LKS, dan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
THB) berkualitas valid, praktis dan efektif. Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk
Sehingga perangkat tersebut dapat digunakan
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
dalam penerapan pembelajaran kontekstual Jakarta: Depdiknas.
pada materi dimensi tiga dan perlu dilakukan
eksperimen lebih lanjut di kelas-kelas lain

9
Artikel Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2015

Menteri Pendidikan Nasional. (2008).


Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:
Depdiknas.
Morrison, dkk. (2011). Designing Effective
Instruction sixth edition. US: Jhon Wiley &
sons, Inc.
Nether, John. (1974). Applied Linear Statistical
Model. Illionis: Richard.D,Inc.
Nieveen, dkk. (1999). Design Approaches and
Tools in Education and Training.
Netherland: Khiwer Academy Publisher.
Nurhadi & Senduk, A.G. (2009). Pembelajaran
Kontesktual. Malang: PT JePe press Media
utama.
Ratumanan, T.G dan Laurens, T. (2011).
Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat
Satuan Pendidikan. Surabaya Unesa
University Press
Riyanto, Y. (2005). Paradigma Pembelajaran.
Jakarta: Permata Media group.
Rosalina, Elin. (2008). Gagasan Merancang
Pembelajaran Kontekstual. Bandung:
Karsa Mandiri Persada.
Sanjaya, Wina. (2014). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sinaga, Bornok. (1999). Efektivitas Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem-Based
Instruction) pada Kelas I SMU dengan
Bahan Kajian Fungsi Kuadrat (Studi
Komperatif pada Kelas I SMU Negeri 3
Ambon). Tesis. Tidak dipublikasikan.
Universitas Negeri Surabaya.
Slavin, Robert E. (2000). Educational Psychology
Theory and Practice. United State of
America Allyn & Bacon.
Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika
di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif
Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisus.
Supinah. (2008). Pembelajaran Matematika SD
dengan Pendekatan Kontekstual dalam
Melaksanakan KTSP. Yogyakarta:
Depdiknas.
Thiagarajan, S., Semmel, D.S., Semmel, M.I.
(1974). Instructional Development for
Training Teacher of Exceptional Children.
Minneapolis: Indiana University.

10

Anda mungkin juga menyukai