Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

Deskripsi Pengetahuan Dasar Matematika


Siswa Kelas IX SMP Negeri Se-Kota Kendari

Halistin1 , Kadir2 & La Masi2


1 2
( dan Alumni pendidikan matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo dan
Dosen pendidikan matematika FKIP Universitas Halu Oleo)

Alamat: Jl. Mayjen Katamso No. 102, Tanea Kec. Konda Kab. Konawe Selatan
Mobile: 085241673391/ e-mail: halistin391@rocketmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan masalah pengetahuan dasar matematika siswa
sekolah se kota Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di Kota
Kendari. Sampel diambil dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling sebanyak 1.321 siswa,
321 siswa untuk sekolah level tinggi, 654 siswa untuk sekolah level sedang dan 346 siswa untuk sekolah
level rendah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pengetahuan dasar matematika (TPDM) dan
wawancara terhadap siswa dan guru. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa (1) Rata-rata TPDM
siswa kelas IX SMP Negeri se Kota Kendari berada pada kategori rendah (< 60) dengan rata-rata sebesar
55,73. (2) Kemampuan berhitung matematika siswa masih rendah dalam penjumlahan, pengurangan,
perkalian pecahan campuran dan operasi bilangan bulat positif dan negatif. Kemampuan matematika
terapan masih rendah dalam menyelesaikan soal operasi yang disajikan dalam bentuk soal cerita,
mencari volume bangun ruang dan luas bangun datar gabungan, serta persoalan skala.

Kata Kunci:Pengetahuan Dasar Matematika, TPDM.

Abstract : This study aims to present a problem of mathematics basic knowledge of the students grade
IX SMP Negeri in Kendari city. The population of this study are all of the students grade IX SMP Negeri
in Kendari City. The samples are taken by proportional Stratified random sampling technique amount
1.321 students, 321 students of a high-level school, 654 students of moderate-level school and 346
students of low-level school. The research instrument that used is a test of basic knowledge of
mathematics (TBKM) and interviews toward students and teachers. Based on the results of data
analysis it showed that (1) The average of TBKM on the students of grade IX SMP Negeri in Kendari
city is in the low category (<60) with the average amount 55,73. (2) Math calculating ability of students
is still low in addition, subtraction, and multiplication of fractions and mixtures integer arithmetic
operations especially involving positive and negative numbers. The ability of applied mathematics were
still low in solving operations presented in the form of word problems, find the volume geometry and
broad flat figures combined, as well as the issue of scale.

Keywords: Mathematics Basic Knowledge, TBKM.

PENDAHULUAN

Matematika berkedudukan sebagai ilmu dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
pengetahuan dasar untuk mempelajari disiplin Sebagai contoh sederhana, dapat disebutkan
ilmu lain, seperti fisika, biologi, akuntansi, sebagai berikut: Seorang wanita dewasa
ekonomi, elektro, kimia dan lainnya. Oleh memperhitungkan siklus datang bulannya untuk
karena itu, matematika digunakan dan ditetapkan melihat kondisi kesehatannya. Seorang ibu hamil
menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib menggunakan perhitungan hari untuk
diberikan pada setiap lembaga pendidikan baik memprediksi waktu kelahiran bayinya. Seorang
pada siswa sekolah dasar, menengah maupun programer membuat suatu program dengan
perguruan tinggi. Matematika juga digunakan menggunakan gabungan dari modulus yang

17
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

kemudian membentuk bilangan biner. Seorang (PDM) siswa SMP masih menjadi keluhan guru
animator menggunakan matematika untuk pada berbagai SMP se-Kota Kendari.
menunjukkan cara bagaimana sebuah objek itu Pengetahuan dasar matematika yang masih
diputar dan digeser, dibesarkan dan dikecilkan. belum tuntas merupakan faktor yang
Seorang arsitek menggunakan matematika dalam menyebabkan rendahnya prestasi belajar
merancang konstruksi yang kokoh dan stabil. matematika siswa tersebut. Hal ini disebabkan
Para ekonom menggunakan model-model siswa tidak atau kurang menguasai materi-materi
matematika untuk lebih memahami isu-isu dasar matematika yang seharusnya telah
seperti siklus bisnis dan dampak inflasi, dan lain dituntaskan di jenjang sebelumnya. Penguasaan
sebagainya. Melihat peranan tersebut, siswa yang kurang pada materi dasar matematika
diharapkan memiliki penguasaan matematika tersebut berakibat pada kesulitan siswa dalam
pada tiap tingkat tertentu, sehingga dapat memahami materi matematika berikutnya dan
memberi manfaat bagi siswa dimasa depan. akan berdampak pada rendahnya prestasi belajar
Hanya saja sejauh ini prestasi belajar matematika.
matematika siswa di Indonesia cenderung rendah Schwartz, et al (2009: 4) berpendapat
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. bahwa orang-orang belajar dengan cara
Hal ini didukung oleh berbagai hasil studi yang mengembangkan pengetahuan yang telah
menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di dimiliki dan kemampuannya. Sangatlah penting
Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini dapat untuk mengembangkan kegiatan pendidikan
dilihat pada hasil survei internasional yang yang relevan dengan pengetahuan yang telah
dilakukan oleh PISA (Programme of dimiliki oleh siswa sehingga mereka dapat
International for Student Assessment) yang belajar dengan baik. Sejalan dengan itu Gollub,
diadakan tiga tahun sekali. Hasil evaluasi pada et al (dalam Ali, 2011: 52) mengemukakan
tahun 2009 menyebutkan bahwa Indonesia bahwa pengetahuan dasar yang siswa bawa
berada pada peringkat 61 dari 65 Negara, setelah dalam situasi belajar dianggap menjadi faktor
sebelumnya berada pada peringkat ke 50 dari 57 penting dalam memfasilitasi kedalaman proses
peserta pada survei tahun 2006 (PISA, 2011). belajar. Dochy, et al (Dalam Hailikari, 2009: 9)
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh mengidentifikasi delapan teori yang mencoba
TIMSS (Trends in International Mathematics untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan dasar
and Science Study) pada tahun 2007 yang pada belajar. Meskipun teori-teori ini berbeda
dilaporkan Badan Penelitian dan Pengembangan dalam pendekatannya, namun tetap saling
(Balitbang), tidak jauh berbeda dengan hasil berkaitan erat satu sama lain atau tumpang tindih
yang diperoleh PISA. Pada penelitian ini pada beberapa keadaan. Kesemuanya dikaitkan
Indonesia berada pada peringkat 36 dari 49 dengan fase-fase yang berbeda dalam
Negara peserta setelah sebelumnya berada pada pengolahan informasi. Teori-teori ini
peringkat 35 dari 46 peserta pada tahun 2003 menawarkan berbagai interpretasi tentang
(Balitbang, 2011). bagaimana pengetahuan dasar memberi
Rendahnya prestasi belajar matematika pengaruh terhadap belajar melalui berbagai
siswa ini mengindikasikan ada faktor yang proses: (1) Dalam proses pembelajaran,
mengganggu proses pembelajaran matematika. pengetahuan dasar berfungsi sebagai "category
Meskipun berbagai usaha telah dilakukan label" yang mempengaruhi cara informasi baru
seperti; perbaikan kurikulum dan sistem diatur dan ditambahkan kestruktur pengetahuan
pendidikan, pengelolaan proses belajar yang sudah ada (the restructuring approach); (2)
mengajar, penataan guru-guru bidang studi, Pengetahuan dasar berfungsi sebagai konteks
perbaikan administrasi sekolah dan lain-lain, asimilatif dimana materi barudikaitkan dengan
kenyataan menunjukkan bahwa kualitas proses yang telah adadan akibatnya pengetahuan
pembelajaran belum tercapai secara maksimal. meningkat dan lebih mudah ditemukan melalui
Rendahnya pengetahuan dasar matematika proses elaborasi (the elaboration approach); (3)

18
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

Aktivasi pengetahuan dasar meningkatkan akses teori yang dikemukakan tersebut terdapat
ke pengetahuan tersebut selamaproses hubungan yang erat dengan pengetahuan dasar
pembelajaran (the accessibility approach); (4) matematika. Teorema pengaitan menyatakan
Pengetahuan dasar mempengaruhi belajar bahwa dalam matematika antara satu konsep
melalui kesiapan yang telah ada sehingga dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang
informasi yang relevan dapat diterimadengan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari
lebih siap (the selective attention approach); (5) segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang
Pengetahuan dasar mempengaruhi belajar satu menjadi prasyarat bagi yang lainnya, atau
melalui isyarat: semakin banyak pengetahuan suatu konsep tertentu diperlukan untuk
dasar, semakin banyak pengetahuan yang menjelaskan konsep lainnya. Misalnya konsep
tersedia dalam memori seseorang (the dalil Pythagoras diperlukan untuk menentukan
availability approach); (6) Pengaktifan tripel Pythagoras atau pembuktian rumus
pengetahuan dasar ketika mempelajari materi kuadratis dalam trigonometri. Hudoyo (dalam
baru dapat meningkatkan daya ingat dan Kartowagiran, 2008: 186-187) memiliki
pengambilan informasi dari pengetahuan yang pendapat yang sama bahwa matematika
sudah ada. (the retrieval approach); (7) tersusun secara hierarkis, konsep yang satu
Pengetahuan dasar disusun malalui schemata, menjadi dasar untuk mempelajari konsep
yang mempengaruhi interpretasi dan selanjutnya. Sifat ini menyebabkan penguasaan
pemahaman tentang situasi baru (the schema- matematika siswa pada proses pembelajaran
transfer approach) dan yang terakhir; (8) dipengaruhi oleh kemampuannya menguasai
Pengetahuan dasar yang lebih, berakibat pada konsep matematika sebelumnya. Hal ini
pengolahan informasi yang lebih cepat mengakibatkan kemampuan matematika siswa
(representation-saving approach). pada jenjang SMP dipengaruhi oleh penguasaan
Berdasarkan penelitiannya, Hewson konsep matematika selama di sekolah dasar, dan
(dalam Tarigan ,1999: 24) menulis: salah satu penguasaan matematika di SMA dipengaruhi
faktor yang mempengaruhi siswa dalam oleh penguasaan konsep matematika di SMP,
mempelajari sains adalah pengetahuan yang begitu seterusnya.
sudah mereka miliki, yaitu pengetahuan mereka Level sekolah pada penelitian ini dibagi
sebelum proses belajar mengajar berlangsung. atas tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan
Pengetahuan awal siswa akan membantu siswa rendah berdasarkan rata-rata hasil ujian nasional
membangun konsep-konsep alternatif, sehingga tiap SMP Negeri se-Kota Kendari selama lima
konsep tersebut dapat masuk kedalam struktur tahun terakhir dengan mengacu pada acuan
kognitif siswa. Model perubahan konsep yang normal. Kriteria level sekolah yang digunakan
terjadi dalam hal ini berkaitan dengan konsep- adalah level sekolah tinggi jika (:$ ) • (:' ) +
konsep alternatif yang dapat digantikan melalui 0,25SD, level sekolah sedang jika (:' ) ± 0,25SD
diferensiasi menjadi konsep ilmiah. Apakah ” (:$ ) < (:' ) + 0,25SD, dan level sekolah
konsep-konsep yang akan menggantikan dapat
rendah jika (:$ ) < (:' ) ± 0,25SD. Dimana, (:$ )
berintegrasi (berpadu) dengan konsep-konsep
adalah rata-rata hasil ujian nasional untuk tiap-
alternatif yang sudah ada, hal ini tergantung
tiap SMP Negeri yang ada di kota Kendari
pada strategi dalam melakukan perubahan
selama selama lima tahun berturut-turut yaitu
konsep.
2008-2012, (:' ) adalah rata-rata total nilai UN
Bruner dalam Ruseffendi (1993: 179)
SMP Negeri di kota Kendari dan SD adalah
mengemukakan empat teori tentang belajar
standar deviasinya. Penggunaan acuan normal
matematika, yaitu: teori penyusunan
dalam penentuan level sekolah hanya untuk
(construction theory), teori notasi (notation
menentukan level setiap SMP Negeri se-Kota
theory), teori kekontrasan dan keanekaragaman
Kendari.
(contras and variation theory) dan teori
pengaitan (connectivity theory). Dari keempat

19
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan pada random sampling), peneliti mengambil secara
kelas IX SMP Negeri se-Kota Kendari pada acak perwakilan sekolah dari setiap level SMP
semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang Negeri yang diteliti, yaitu sekolah level
terdiri dari 18 SMP Negeri yang diklasifikasikan tinggi, sedang, dan rendah dengan proporsi 75%
kedalam tiga kategori, yaitu siswa pada sekolah dari banyaknya sekolah pada setiap levelnya.
level tinggi, sedang dan rendah berdasarkan Kemudian dengan acak kelas (cluster random
urutan hasil perolehan rata-rata UN SMP Negeri sampling) peneliti memilih empat kelas IX pada
di kota Kendari selama lima tahun berturut-turut setiap sekolah atau dengan mengambil semua
yaitu tahun 2008-2012 (BSNP, 2008-2012). kelas IX pada sekolah yang memiliki jumlah
Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan kelas IX dibawah empat kelas. Sebaran siswa
menggabungkan teknik proporsi strata yang dijadikan sampel pada penelitian ini tersaji
(Proportional stratified random sampling), dan pada Tabel 1.
acak kelas (cluster random sampling). Melalui
teknik proporsi strata (Proportional stratified

Tabel 1 Sebaran Sampel Penelitian


Jumlah Siswa
No Nama Sekolah Level Tiap
Tiap Sekolah
Level
1. SMPN 1 KENDARI T 108
2. SMPN 9 KENDARI T 135 321
3. SMPN 12 KENDARI T 78
4. SMPN 15 KENDARI S 153
5. SMPN 10 KENDARI S 133
6. SMPN 3 KENDARI S 102
7. SMPN 18 KENDARI S 41 654
8. SMPN 17 KENDARI S 101
9. SMPN 14 KENDARI S 99
10. SMPN 8 KENDARI S 109
11. SMPN 5 KENDARI R 153
12. SMPN 13 KENDARI R 99 346
13. SMPN 7 KENDARI R 94
Jumlah 1.321

Pengumpulan data dalam penelitian ini hasil PDM tinggi dan siswa dengan hasil PDM
diperoleh dengan menggunakan dua jenis rendah dengan kriteria: Hasil tes tinggi jika 80
instrumen, yaitu: (1) tes PDM kelas IX SMP, Q ; Q100; Hasil tes sedang jika 60Q ;< 80;
dan (2) pedoman wawancara terhadap siswa dan Hasil tes rendah jika ;< 60 (Depdikbud, 1997:
guru. Sebelum digunakan, tes PDM terlebih 1). Selanjutnya wawancara terhadap guru
dahulu diuji coba. Hasil analisis validitas dilakukan untuk menggali informasi mengenai
berdasarkan uji coba dilakukan peneliti dengan materi-materi yang sulit dipahami siswa dan
memberikan instrument tes PDM pada 231 upaya yang telah dilakukan guru dalam
responden yang tersebar ditiga sekolah dengan mengatasi masalah PDM.
level yang berbeda. Sedangkan wawancara siswa Data dalam penelitian ini ada dua
dilakukan dengan memilih dua siswa dari tiap jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
sekolah tempat penelitian berdasarkan hasil tes Data kuantitatif diperoleh melalui analisis
PDM yang diperoleh siswa yakni siswa dengan terhadap jawaban siswa pada tes PDM siswa.

20
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara (2) Analisis Deskriptif Pengetahuan Dasar
dengan guru dan siswa. Hasil analisis dan Siswa Tiap Sekolah, (3) Deskriptif Hasil
pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari (1) Wawancara.
Analisis Deskriptif Pengetahuan Dasar Siswa,

HASIL
Deskripsi Hasil Tes Pengetahuan Dasar Deskripsi hasil TPDM siswa berdasarkan level
Matematika siswa sekolah (tinggi, sedang, rendah) tersaji pada
Gambar 1.

400 356,84 377,07


350
277,76 283,3
300
250 Min
200
97,22 Max
150 97,22 94,44 97,22
100 55,73 67,41 54,19 Mean
47,81
50 25
0 0 5,56 Variance
0
SMPN Se Kota Level Tinggi Level Sedang Level Rendah
Kendari

Gambar 1 Column Chart Perbandingan Hasil TPDM Siswa Antar Level Sekolah

Berdasarkan Gambar 1 di atas, dapat minimumnya adalah sebesar 0,00 atau dapat
dilihat bahwa rata-rata hasil TPDM siswa kelas dikatakan bahwa terdapat siswa yang tidak
IX SMP Negeri se-Kota Kendari sebesar 55,73. memiliki satupun jawaban yang benar. Berikut
Rata-rata hasil TPDM siswa pada level sekolah diagram perbandingan Hasil TPDM siswa antar
tinggi lebih tinggi yaitu 67,41 (pembulatan dua level sekolah.
angka dibelakang koma) dibanding rata-rata Berdasarkan kategori hasil tes PDM
sekolah level sedang sebesar 54,19 serta rata-rata dapat diketahui bahwa rata-rata nilai TPDM
sekolah level rendah yakni 47,81. Selain itu juga siswa pada ketiga level sekolah yaitu 67,41
terlihat bahwa nilai maksimum tertinggi untuk level sekolah tinggi masuk kategori
diperoleh oleh siswa pada sekolah level tinggi sedang. untuk level sekolah sedang nilai rata-rata
dan rendah dengan perolehan yang sama yaitu sebesar 54,19 dan untuk level sekolah rendah
97,22. Sedangkan nilai maksimum untuk level nilai rata-rata sebesar 47,81 masuk dalam
sedang adalah sebesar 94,44. Untuk nilai kategori rendah. Lebih jelas pengkategorian nilai
minimum yang diperoleh siswa pada sekolah rata-rata tiap level sekolah dapat dilihat pada
level tinggi adalah sebesar 25,00 dan sekolah Tabel 3.
level rendah sebesar 5,56.Sedangkan pada
sekolah level sedang terlihat bahwa nilai
Tabel 2. Kategori Tingkat Pengetahuan Dasar Matematika Siswa Berdasarkan
Level Sekolah
Level Sekolah
Kategori
Tinggi Sedang Rendah
Interval Kategori f (%) f (%) f (%)
”[” Tinggi 85(26%) 39(5,96%) 22(6,36%)
”[ Sedang 137(43%) 219(33,5%) 75(21,68%)
x < 60 Rendah 99(31%) 396(60,6%) 249(71,97%)

21
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebanyak 396 siswa atau 60,6 % pada sekolah
perolehan hasil TPDM siswa pada sekolah level level sedang dan sebanyak 249 siswa atau
tinggi, sebagian besar berada pada kategori 71,97% pada sekolah level rendah. Berikut
sedang yakni sebanyak 137 siswa atau 43% adalah diagram perbandingan kategori tingkat
siswa. Sedangkan pada sekolah level sedang dan pengetahuan dasar matematika siswa
tendah, sebagian besar perolehan hasil TPDM berdasarkan level sekolah.
siswa berada pada kategori rendah yaitu

Deskripsi Hasil Tes Pengetahuan Dasar Matematika siswa Tiap Sekolah


Data pengetahuan dasar matematika sekolah level tinggi sedangkan nilai rata-rata
yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk terrendah sebesar 30,32 diperoleh SMP Negeri 7
mengetahui tingkat pengetahuan dasar Kendari yang merupakan sekolah level rendah.
matematika siswa tiap SMP Negeri di kota Nilai maksimum sebesar 97,22 diperoleh siswa
Kendari secara lebih rinci. Data ini diperoleh dari SMP Negeri 1 Kendari dan SMP Negeri 5
dari hasil PDM yang diujikan pada siswa di Kendari.
setiap sekolah yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan kategori hasil tes PDM
Deskripsi hasil PDM siswa tiap sekolah tersaji dapat kita lihat bahwa terdapat 8 SMP Negeri di
pada Tabel 3. kota Kendari yang masih berada pada kategori
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa Nilai rendah. Sedangkan 5 SMP Negeri lainnya
rata-rata tertinggi sebesar 76,08 diperoleh SMP berada pada kategori sedang.
Negeri 1 Kendari yang merupakan sekolah pada

Tabel 3 Deskripsi Hasil PDM Siswa Antar Sekolah


Std. Keterangan
Sekolah N Minimum Maximum Mean Variance
Deviation (Rata-rata)
SMP_01 108 27.78 97.22 76.0806 11.69822 136.848 Sedang
SMP_09 135 36.11 91.67 71.0085 13.00057 169.015 Sedang
SMP_12 78 25 91.67 49.7151 15.01315 225.395 Rendah
SMP_15 69 0 72.22 34.4609 14.49103 209.99 Rendah
SMP_10 133 27.78 83.33 61.0278 11.70514 137.01 Sedang
SMP_03 101 19.44 86.11 48.5695 16.73418 280.033 Rendah
SMP_18 41 19.44 75 53.1161 12.28604 150.947 Rendah
SMP_17 101 19.44 83.33 56.2702 12.42032 154.264 Rendah
SMP_14 99 11.11 94.44 52.0483 19.36974 375.187 Rendah
SMP_08 109 30.56 91.67 63.5324 12.86936 165.62 Sedang
SMP_05 153 25 97.22 61.3836 15.31682 234.605 Sedang
SMP_13 99 11.11 77.78 43.2664 13.91755 193.698 Rendah
SMP_07 94 5.56 88.89 30.319 12.81475 164.218 Rendah

Deskripsi Hasil Wawancara


Wawancara Siswa dengan PDM Rendah
Hasil wawancara terhadap subyek Kesalahan yang dilakukan siswa dalam
penelitian pada sekolah level tinggi, mengerjakan soal, ada pada kesalahan dalam
menunjukkan siswa mengatakan bahwa materi prosedur mengoperasikan perkalian pecahan,
bangun ruang, bangun datar, materi gradien dan kesulitan dalam menerjemahkan soal cerita ke
persamaan garis sebagai materi yang paling sulit. bahasa matematika, kesulitan dalam mengenali
bangun prisma segitiga, lupa rumus volume

22
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

prisma atau rumus luas segitiga, lupa pada Hasil wawancara terhadap subyek
rumus luas setengah lingkaran, tidak dapat penelitian pada sekolah level rendah, materi
membedakan persegi dan persegi panjang, tidak yaang paling sulit bagi siswa adalah aljabar,
hapal dengan rumus baik persegi panjang bangun ruang dan bangun datar.
maupun setengah lingkaran dan lupa dengan Kesalahan yang dilakukan siswa dalam
cara menyelesaikan soal yang melibatkan skala. mengerjakan soal adalah siswa tidak mengetahui
Hasil wawancara terhadap subyek cara menyelesaikan penjumlahan pecahan
penelitian pada sekolah level sedang, materi campuran, kesulitan dalam mengubah bentuk
yang dianggap paling sulit adalah Gradien, pecahan campuran ke bentuk pecahan biasa,
bangun ruang, bangun datar, dan aljabar. melakukan kesalahan dalam melakukan urutan
Kesalahan yang dilakukan siswa dalam pengerjaan operasi bilangan, melakukan
mengerjakan soal, ada pada ketidakmampuannya kesalahan dalam operasi pengurangan dan
dalam melanjutkan proses pengerjaan perkalian bilangan negative, melakukan
pengurangan pecahan campuran setelah kesalahan prosedur dalam operasi perkalian
mengubahnya ke bentuk pecahan biasa, tidak bilangan pecahan campuran, tidak mengetahui
mengetahui cara mengubah pecahan campuran cara mengubah pecahan desimal ke bentuk
ke bentuk pecahan biasa, tidak mampu pecahan biasa, mengatakan tidak tahu cara
menyamakan penyebut pada pecahan biasa, menyelesaikan soal, tidak tahu dan bingung
tidak memperhatikan urutan pengerjaan operasi dengan maksud soal, kesulitan dalam
pada bilangan, melakukan kesalahan dalam PHPEHGDNDQ WDQGD ³NHFLO GDUL DWDX VDPD
mengurangkan bilangan negatif dan negatif GHQJDQ´ GDQ ³EHVDU GDUL DWDX VDPD GHQJDQ´
termasuk perkalian dengan beda tanda, tidak kesulitan dalam melakukan operasi aljabar,
mengetahui cara untuk menyelesaikan soal, tidak tidak mengetahui cara membaca koordinat suatu
menghapal rumusny, tidak mampu melakukan titik, tidak tahu cara menyelesaikan soal
perkalian aljabar tidak mengerti terhadap apa mengenai perkalian suku dua aljabar, kurang
yang dimaksud soal, melakukan kesalahan memahami prosedur yang harus dilakukan
dalam perhitungan, tidak mampu mengenali sehingga pengerjaan yang dilakukannya tidak
prisma segitiga, tidak hapal dengan rumus dapat diselesaikan, tidak mengetahui apa yang
volume prisma segitiga, tidak mengenali dimaksud dengan keliling suatu bangun, tidak
diagonal belah ketupat, selain itu mereka juga tahu bagaimana cara menyelesaikan soal cerita
lupa cara menggunakan rumus phytagoras, tidak mengenai faktor persekutuan terbesar (FPB),
mampu mengumpulkan informasi dalam soal kesulitan dalam mengenali bangun prisma
yang dapat membantu mereka dalam segitiga, tidak megetahui rumus volume prisma
mengerjakan soal, selain itu mereka tidak begitu segitiga, kesulitan dalam menyelesaikan soal
mengenal rumus luas bangun datar, tidak tahu meskipun mengenali diagonal-diagonal belah
cara menjawab soal cerita mengenai ketupat, tidak mengetahui cara mengerjakan
perbandingan, tidak mengetahui cara soal, kesulitan dalam menganalisis cara
menyelesaikan soal termasuk tidak mengetahui mengerjakan soal, dan ragu-ragu dalam
maksud dari perbandingan skala. menyebutkan beberapa rumus luas bangun datar.

Wawancara Siswa dengan PDM Tinggi


Hasil wawancara terhadap subyek volume bangun prisma, dan mengalami
penelitian pada sekolah level tinggi, kesulitan dalam menganalisis maksud soal.
menunjukkan bahwa siswa mengaku materi Berkaitan dengan pembelajaran di kelas, siswa
yang paling sulit bangun datar, bangun ruang mengatakan bahwa mereka merasa nyaman dan
dan gradien. dapat menangkap apa yang disampaikan guru di
Siswa mengalami kesulitan mengenali kelas. Menurut mereka penyebab rendahnya
bangun prisma segitiga, meskipun mengetahui PDM siswa adalah Ikarena faktor individu

23
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

masing-masing seperti: kurang memahami inti- hal yang tidak dimengerti dalam pembelajaran.
inti dari materi yang diajarkan dan dapat selain itu, siswa cenderung kurang peduli, baik
diantisipasi dengan banyak melakukan latihan, terhadap pembelajaran di kelas maupun terhadap
kurangnya rasa percaya diri dalam kemampuan mereka sendiri, dalam artian
menyelesaikan soal, dan cepat puas dalam mereka belum menyadari pentingnya
belajar matematika. pemahaman terhadap materi yang disajikan guru
Hasil wawancara terhadap subyek di dalam kelas
penelitian pada sekolah level sedang, Hasil wawancara terhadap subyek
menunjukkan bahwa materi yang paling sulit penelitian pada sekolah level rendah,
bagi siswa adalah yang berkaitan dengan bunga menunjukkan bahwa materi yang paling sulit
Bank, gradient dan grafik, persamaan garis, bagi siswa adalah gradient, persoalan
bangun ruang, lingkaran dan yang berkaitan menghitung persen dan menghitung bunga
tentang bunga dan angsuran, termasuk dalam angsuran.
menyelesaikan soal dalam bentuk cerita Siswa salah dalam menentukan suatu
Siswa melakukan kesalahan dalam bilangan yang persennya diketahui, melakukan
urutan pengerjaan operasi bilangan, sulit kesalahan dalam membawa bahasa soal kedalam
PHPEHGDNDQ WDQGD ³OHELK EHVDU GDUL DWDX VDPD bahasa matematika, mengalami kebingungan
GHQJDQ´ DWDX ³OHELK NHFLO GDUL DWDX VDPD GHQJDQ dalam menuliskan titik koordinat, tidak
ragu-ragu dalam menentukan koordinat suatu mengetahui cara membaca koordinat,
titik , tidak mengetahui makna dari tanda sama mengalami kesulitan dalam menentukan cara
panjang, tidak mengetahui cara untuk atau rumus apa yang cocok digunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut, tidak mengenali menyelesaikan soal, melakukan kesalahan
bangun prisma yang ada pada soal, kesulitan dalam mengerjakan soal dengan menganggap
dalam menentukan panjang sisi belah ketupat bahwa sisi alas dari prisma segitiga berbentuk
dari panjang diagonal yang diketahui, tidak persegi panjang, salah dalam melakukan
mengetahui bangun setengah lingkaran, bahkan prosedur pengerjaan, lupa akan rumus luas
ragu-ragu dalam menyebutkan rumus luas lingkaran, dan melakukan kekeliruan dalam
persegi panjang, dan melakukan kesalahan membaca soal. Berkaitan dengan pembelajaran
prosedur dalam menyelesaikan soal tersebut. di kelas, siswa menilai cara mengajar guru
Berdasarkan pembelajaran di kelas, mereka masing-masing sudah bagus dan
ketujuh subyek penelitian di sekolah level menurut mereka tidak pernah ada keluhan dari
sedang ini mengaku tidak ada masalah dengan teman-teman mengenai cara mengajar guru.
cara mengajar gurunya. Mereka mengatakan Mereka mengatakan bahwa kurangnya
bahwa penyebab rendahnya PDM siswa adalah kesadaran diri masing-masing untuk mengulang
karena sebagian besar siswa malas mengulang pelajaran menjadi faktor yang menyebabkan
pelajaran, kurang berlatih dan kurangnya rendahnya pengetahuan matematika siswa.
keberanian untuk menanyakan kepada guru hal-

Deskripsi Hasil Wawancara Guru


Hasil wawancara guru menunjukkan bahwa guru bahwa masalah utama siswa dalam belajar
yang mengajar di Kelas IX adalah guru-guru matematika terdapat pada kurangnya
yang lama mengajarnya kebanyakan diatas 10 pemahaman siswa mengenai operasi bilangan,
tahun, beberapa di antaranya memang masih perkalian, bilangan pecahan yang akhirnya
dibawah 10 tahun, tetapi mereka adalah guru berdampak pada materi-materi selanjutnya
matematika yang paling senior di sekolah tempat seperti bangun ruang, mengenai grafik, garis
mereka mengajar. Selain itu, dari wawancara singgung, kesebangunan dan aplikasi
yang dilakukan dapat kita temukan pendapat matematika termasuk menyelesaikan soal cerita.
yang cenderung seragam dengan menyatakan

24
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

Usaha-usaha yang dilakukan guru dalam siswa melalui hal-hal atau kejadian-kejadian
mengatasi permasalahan-permasalahan yang konkret yang ada di sekitarnya, menggunakan
ditemukan memusat kepada perbaikan cara metode kancing-kancing, menggunakan
mengajar di kelas dan memberikan belajar selebaran-selebaran yang berisi paket soal yang
tambahan baik dalam bentuk remedial atau berbeda-beda pada setiap anak dengan tingkat
pengayaan maupun les di rumah. Secara umum, kesulitan yang sama, memanfaatkan bagian
guru mengajarkan operasi bilangan dengan depan jari kiri sebagai bilangan negatif dan
menggunakan garis bilangan. Tetapi beberapa bagian belakang jari kanan sebagai positif.
guru menyandingkannya dengan mengantar

Pembahasan
Berdasarkan uraian analisis secara 60). Artinya potret rendahnya pengetahuan dasar
deskriptif diketahui bahwa rata-rata nilai PDM matematika di tingkat SMP dan SMA sudah
siswa sekolah level tinggi lebih tinggi daripada mulai terlihat dengan hasil yang belum
siswa di sekolah level sedang dan rendah. menggembirakan ini, dimana rata-rata perolehan
Begitupun nilai PDM siswa sekolah level sedang nilai tes pengetahuan dasar matematika siswa
lebih tinggi dari rata-rata nilai PDM siswa level antar level maupun antar sekolah masih berkisar
rendah. Secara keseluruhan rata-rata PDM siswa pada kategori sedang dan sebagian besar pada
SMP Negeri se-Kota Kendari berada pada kategori rendah baik tingkat SMP maupun SMA.
kategori rendah (< 60) yakni sebesar 55,73 Rata-rata PDM siswa setiap sekolah
dengan rincian; rata-rata nilai PDM siswa yang menjadi tempat penelitian ini masih berada
sekolah level tinggi sebesar 67,41 berada pada pada kategori rendah dan sedang. Terdapat 8
kategori sedang, sedangkan rata-rata nilai PDM sekolah yang memiliki rata-rata pada kategori
siswa sekolah sedang dan rendah berturut-turut rendah, yakni: SMP Negeri 3 Kendari dengan
sebesar 54,19 dan 47,81 berada pada kategori rata-rata sebesar 48,57, SMP Negeri 7 Kendari
rendah. Artinya level sekolah belum menjadi dengan rata-rata sebesar 30,32, SMP Negeri 12
jaminan nilai PDM. Karena ternyata level tinggi Kendari dengan rata-rata sebesar 49,72, SMP
memperoleh rata-rata pada kategori sedang. Negeri 13 Kendari dengan rata-rata sebesar
Level sedang memperoleh rata-rata pada 43,27, SMP Negeri 14 Kendari dengan rata-rata
kategori rendah. sebesar 52,05, SMP negeri 15 Kendari dengan
Hasil TPDM siswa pada level sekolah rata-rata sebesar 34,46, SMP Negeri 17 Kendari
tinggi, sedang, dan rendah belum memberikan dengan rata-rata sebesar 56,27, dan SMP Negeri
hasil yang memuaskan. Hal ini marujuk pada 18 Kendari dengan rata-rata sebesar 53,12. Lima
Tabel 2 dimana diketahui bahwa hanya 26% sekolah lainnya berada pada kategori sedang,
siswa pada sekolah level tinggi, 5,96% siswa yakni: SMP Negeri 1 Kendari dengan rata-rata
pada sekolah level sedang dan 6,36% siswa pada sebesar 76,08, SMP Negeri 5 Kendari dengan
sekolah level rendah yang berada pada kategori rata-rata sebesar 61,38, SMP Negeri 8 Kendari
tinggi. Sedangkan untuk kategori rendah dengan rata-rata sebesar 63,53, SMP Negeri 9
diperoleh angka yang cukup tinggi terutama Kendari dengan rata-rata sebesar 71,01 dan
pada sekolah level sedang dan rendah yakni 31% SMP Negeri 10 Kendari dengan rata-rata sebesar
siswa pada level tinggi, 60,6% siswa pada level 61,03. Artinya, tidak satupun sekolah pada
sedang, dan 71,97% siswa pada level rendah. kategori tinggi. Hal yang menarik adalah rata-
Rata-rata pengetahuan dasar matematika rata perolehan nilai PDM SMP Negeri 5 Kendari
dalam penelitian ini, hampir sama dengan hasil berada pada kategori sedang, padahal dalam
penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2014). pelevelan sekolah SMP Negeri 5 Kendari masuk
Dalam hasil penelitiaannya Akbar menyatakan dalam level rendah. Sebaliknya, rata-rata
kemampuan dasar matematika siswa SMAN di perolehan nilai PDM SMP Negeri 12 Kendari
kota Kendari termasuk dalam kategori rendah (< berada pada kategori rendah, padahal dalam

25
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

pelevelan sekolah, SMP Negeri 12 Kendari soal yang disajikan dalam bentuk soal cerita hal
masuk dalam level tinggi. Hal ini semakin ini juga sejalan dengan yang disampaikan guru.
menjelaskan bahwa level sekolah tidak Kendala utama siswa dalam
menjamin pengetahuan dasar siswa di sekolah. mengerjakan soal bangun ruang dan bangun
Artinya, ada banyak faktor yang mempengaruhi datar adalah siswa kesulitan dalam
hasil ujian nasional yang tidak dijelaskan dalam menghapalkan unsur-unsur dan rumus-
penelitian ini. rumusnya. Selain itu, siswa juga cenderung kaku
Tipe soal yang diberikan dalam TPDM dalam menggunakan rumus-rumus yang
terbagi atas 2, yaitu: berhitung matematika dan diberikan dikelas. Hal ini menggambarkan
matematika terapan berdasarkan buku TABE pengetahuan siswa tentang bagaimana
(Test of adult Basic Education) Level A Math melakukan manipulasi aljabar dalam
Workbook. Kemampuan berhitung matematika perhitungan masih sangat kurang. Kendala lain
siswa sekolah level tinggi masih rendah dalam yang dihadapi siswa berkaitan dengan bangun
perkalian pecahan campuran, sedangkan siswa ruang adalah pemahaman siswa tentang bentuk
level sedang dan rendah masih rendah dalam suatu bangun ruang sangat sempit. Dalam artian,
penjumlahan, pengurangan dan perkalian bentuk bangun ruang yang mereka pahami hanya
pecahan campuran dan operasi hitung bilangan berkisar pada bentuk bangun ruang yang secara
bulat khususnya yang melibatkan bilangan umum sering di tampilkan, apabila bentuknya
positif dan negatif. Kemampuan matematika telah digambarkan dari angle yang berbeda,
terapan siswa level tinggi masih rendah dalam siswa sudah tidak dapat mendeskripsikannya.
menyelesaikan soal operasi bilangan yang Artinya, konsep siswa tentang bangun ruang
disajikan dalam bentuk soal cerita, mencari masih harus diperbaiki.
volume bangun ruang dan luas bangun datar Berkaitan dengan kemampuan siswa
gabungan, serta persoalan skala. Sedangkan dalam memanipulasi aljabar, hasil wawancara
matematika terapan siswa level sedang dan kepada siswa menunjukkan bahwa siswa masih
rendah masih rendah hampir pada semua soal. kesulitan dalam melakukan operasi aljabar, baik
Secara umum, irisan hasil TPDM siswa baik penjumlahan maupun perkalian, hal ini juga
sekolah level tinggi, level sedang maupun level dibenarkan guru termasuk dalam membedakan
rendah masih kurang pada beberapa nomor soal WDQGD ³”´ GDQ ³•´. Kendala lain siswa dalam
yakni, soal nomor 18 mengenai perkalian menjawab soal pada penelitian ini adalah banyak
pecahan campuran, soal nomor 19 mengenai siswa yang tidak mengetahui cara menyelesaikan
operasi bilangan bulat yang disajikan dalam soal yang berbentuk soal cerita. Kesulitan
bentuk soal cerita, soal nomor 30 mengenai mereka terdapat pada ketidakmampuan mereka
volume bangun prisma segitiga, soal nomor 32 menerjemahkan maksud soal kebentuk bahasa
mengenai luas gabungan dua bangun datar, dan matematika. Artinya, kemampuananalisis siswa
nomor 36 mengenai keliling suatu persegi dalam menyelesaikan masalah termasuk
panjang dengan melibatkan skala. kemampuan siswa mengaitkan antara materi
Deskripsi hasil wawancara terhadap yang satu dengan yang lainnya masih belum
siswa, wawancara terhadap guru, ditriangulasi memadai.
dengan hasil PDM siswa berdasarkan butir soal Hal-hal mendasarlainnya yang masih
menunjukan bahwa beberapa materi terkait PDM bermasalah adalah terdapat pada dasar operasi
tersebut masih menjadi kendala. Kendala utama bilangan bulat dan pecahan siswa yang masih
yang dihadapi guru adalah kurangnya PDM sangat perlu diperhatikan. Wawancara terhadap
siswa mengenai operasi bilangan dan pecahan. siswa menunjukkan kelemahan yang
Selain itu, siswa juga mengaku kesulitan dalam ditunjukkan siswa dalam melakukan operasi
menjawab soal aljabar, gradien, grafik, adalah siswa masih kurang dalam melakukan
persamaan garis, bangun datar, bangun ruang, urutan operasi dan operasi yang melibatkan
mengenai persen, bunga dan angsuran, termasuk bilangan positif dan negatif. Selain itu siswa

26
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

juga lemah dalam menyelesaikan masalah yang Guru sangat menyadari permasalahan
berkaitan dengan pecahan utamanya pecahan mengenai bilangan bulat dan pecahan. Hal ini
campuran, seperti: tidak mampu mengubah ditandai dengan jawaban seragam yang
pecahan campuran ke bentuk pecahan biasa, diberikan guru dalam wawancara. Pihak sekolah
tidak mengetahui cara menyamakan penyebut, juga telah melakukan upaya untuk mengatasi
dan salah dalam melakukan operasi. Guru permasalahan ini, yaitu dengan memberikan
mengakui bahwa operasi bilangan bulat dan remedial atau pengayaan.Selain itu berbagai
pecahan masih menjadi masalah dalam usaha juga telah dilakukan guru di dalam kelas
pembelajaran. Padahal seharusnya, materi-materi terkait operasi bilangan bulat ini, seperti:
dasar tersebut sudah harus dituntaskan sejak menggunakan garis bilangan, menggunakan
sekolah dasar. ubin, menggunakan kancing-kancing,
Masih terdapatnya siswa yang menggunakan selebaran-selebaran yang berisi
memperoleh nilai 0,00 atau tidak ada satu paket soal, memberikan trik dengan
soalpun yang dijawab dengan benar dan menggunakan depan jari kiri sebagai bilangan
pengakuan beberapa guru tentang masih adanya negatif dan bagian belakang jari kanan sebagai
siswa kelas IX yang belum menghapalkan bilangan positif, danmengaitkan dengan
perkalian 1-10 semakin menggambarkan kehidupan sehari-hari, seperti: rugi sebagai
kebenaran bahwa pengetahuan siswa mengenai bilangan negatifdan untung sebagai bilangan
bilangan bulat dan pecahan memang masih positif, hutang sebagai bilangan negatif dan
bermasalah. Patih (2014) dalam penelitiannya bayar hutang sebagai bilangan pisitif, laki-laki
menyatakan bahwa pengetahuan dasar bilangan sebagai bilangan negatif dan perempuan sebagai
siswa berpengaruh secara signifikan terhadap bilangan positif. Hanya saja yang perlu
pengetahuan dasar geometri dan pengukuran, ditekankan adalah permasalahan yang sama
pengetahuan dasar aljabar, dan pengetahuan ditemui guru setiap tahunnya, artinya perlu
dasar statistik/pengolahan data. Hasil penelitian diadakan pengecekkan pada sekolah tingkat
yang dilakukan Patih menguatkan hasil sebelum SMP mengenai pengenalan operasi
penelitian ini bahwa materi-materi terkait bilangan bulat.
geometri, aljabar, statistika/pengolahan data Wawancara dengan siswa yang memiliki
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan bilangan. nilai PDM tinggi memiliki pendapat yang
Dengan kata lain, untuk meningkatkan seragam mengenai penyebeb siswa memiliki
kemampuan matematika siswa, harus dimulai PDM yang rendah, yaitu: sebagian besar siswa
dari konsep bilangan bulat dan pecahan. cenderung malas mengulang pelajaran yang
Mengapa bilangan bulat dan pecahan? diajarkan guru di kelas. Secara lebih spesifik
Karena bilangan bulat dan pecahan adalah antara lain: kurangnya pemahaman siswa
materi paling esensial dalam matematika. Siswa terhadap inti-inti dari materi yang diajarkan,
akan mengalami kesulitan dalam melanjutkan ke kurangnya rasa percaya diri siswa, terlalu
materi berikutnya jika masih lemah dalam percaya diri, kurang latihan, terlalu pendiam,
operasi bilangan bulat dan pecahan. Misalnya kurangnya perhatian siswa ketika guru
dalam melakukan operasi aljabar, siswa tentu menjelaskan, kurangnya keberanian untuk
akan kesulitan jika tidak memahami operasi bertanya kepada guru di kelas, daya serap siswa
bilangan bulat dan pecahan. Dalam geometri, yang rendah, kurang aktifnya siswa di kelas, dan
siswa akan mengalami kesulitan menggunakan kurangnya daya ingat siswa. Hal ini menjelaskan
rumus jika tidak paham operasi bilangan bulat bahwa, setiap anak mempunyai kelemahan
dan pecahan. Itulah mengapa dalam beberapa masing-masing dalam menghadapi matematika.
kasus ditemukan seorang siswa yang mengenal Sehingga guru perlu memberikan motivasi,
rumus suatu bangun ruang atau bangun datar melakukan inovasi dan pengenalan lebih jauh
tetapi tidak dapat menyelesaikan soal. mengenai karakteristik siswanya. Hanya saja,
tidak dapat kita pungkiri bahwa faktor-faktor

27
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

yang memerngaruhi belajar bukan hanya dari memberikan kepercayaan kepada guru yang
pihak guru saja, tetapi ada banyak faktor lainnya kompeten untuk mengajar di kelas IX.
yang tidak bisa kita abaikan termasuk faktor Mengingat bahwa penelitian ini
internal siswa itu sendiri.Sebagian besar guru dilaksanakan pada bulan menjelang Ujian
yang diwawancarai dalam penelitian ini Nasional, maka gambaran kesiapan siswa SMP
merupakan guru-guru yang sudah mengajar Negeri se-Kota Kendari dalam menghadapi ujian
diatas 10 tahun, 2 diantaranya masih dibawah 10 nasional perlu diperbaiki lagi. Semua
tahun, tetapi mereka adalah yang paling senior permasalahan ini, menjadi tugas besar pendidik
disekolahnya masing-masing. Artinya, pihak disemua tingkatan, baik SD, SMP, SMA
sekolah di kota kendari memiliki kepedulian dan termasuk perguruan tinggi untuk terus
perhatian yang lebih terhadap kesiapan siswa melakukan kontrol mengenai hal ini.
dalam menghadapi ujian nasional yaitu dengan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hitung bilangan bulat khususnya yang
pembahasan yang telah dikemukakan melibatkan bilangan positif dan negatif.
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa Kemampuan matematika terapan siswa
kesimpulan sebagai berikut. sekolah level tinggi masih rendah dalam
1. Rata-rata TPDM siswa kelas IX SMP Negeri menyelesaikan soal operasi yang disajikan
se-Kota Kendari termasuk dalam kategori dalam bentuk soal cerita, mencari volume
rendah (< 60) yakni sebesar 55,73. Rata-rata bangun ruang dan luas bangun datar
hasil TPDM untuk siswa sekolah level tinggi gabungan, serta persoalan skala. Sedangkan
EHUDGD SDGD NDWHJRUL VHGDQJ ” [ < 80) matematika terapan siswa sekolah level
yakni sebesar 67,41 dan rata-rata hasil sedang dan rendah masih rendah hampir
TPDM untuk siswa sekolah level sedang dan pada semua soal. Secara umum, kemampuan
rendah berada pada kategori rendah (< 60) berhitung matematika siswa kelas IX SMP
yakni sebesar 54,19 untuk sekolah level Negeri se-Kota Kendari masih rendah dalam
sedang, dan sebasar 47,81untuk sekolah perkalian pecahan campuran dan
level rendah. kemampuan matematika terapan siswa kelas
2. Kemampuan berhitung matematika siswa IX SMP Negeri se-Kota Kendari masih
sekolah level tinggi masih rendah dalam rendah dalam menyelesaikan soal operasi
perkalian pecahan campuran, sedangkan yang disajikan dalam bentuk soal cerita,
siswa sekolah level sedang dan rendah masih mencari volume bangun ruang dan luas
rendah dalam penjumlahan, pengurangan bangun datar gabungan, serta persoalan
dan perkalian pecahan campuran dan operasi skala.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran pengetahuan dasar matematika siswa
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. tersebut.
1. Karena pengetahuan dasar matematika 2. Perlu diadakan penelitian yang sejenis secara
siswa kelas IX SMP Negeri se-Kota Kendari lebih spesifik mengenai operasi bilangan
masih berada pada kategori rendah, maka bulat dan pecahan dan materi-materi dasar
perlu diterapkan dan dikembangkan strategi, yang masih dianggap sulit bagi siswa di
pendekatan, metode maupun teknik setiap SMP Negeri se-Kota Kendari.
pembelajaran yang dapat meningkatkan

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, Idul. 2014. Analisis Kemampuan Dasar Kendari. Skripsi pada Universitas Halu
Matematika Siswa SMAN di Kota Oleo, Kendari.

28
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 6 NOMOR 1 JANUARI 2015

Ali, Takbir. 2011. ([SORULQJ 6WXGHQW¶V /HDUQLQJ 0138/19841/assessin.pdf?sequence=1


Difficulties in Secondary Mathematics (diaksestanggal 23 oktober 2013)
Classroom in Gilgit- Baltistan and Kartowagiran, Badrun. 2008. Validasi
7HDFKHUV¶ (IIRUW WR +HOS 6WXGHQWV Dimensional perangkat Tes Ujian Akhir
Overcome These Difficulties. Bulletin of Nasional SMP Mata Pelajaran
Education and Research June 2011, Vol. Matematika 2003-2006. Jurnal Penelitian
33, No. 1 pp. 47-69. [online]. Tersedia di: dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 2, Tahun
http://ecommons.aku.edu/cgi/viewcontent. XII, 2008. [online] tersedia di:
cgi?article=1084&context=pakistan_ied_p http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/arti
dck . (diaksestanggal 23 oktober 2013) cle/viewFile/1426/1214 (diaksespada 15
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). November 2013)
2008. Laporan Hasil Ujian Nasional Patih, Tandri. 2014. Multigroup Structural
SMP/MTs, SMA/MA, & SMK Tahun Equation ModelingdenganPartial Least
Pelajaran 2007/2008. Jakarta: Pusat Square pada Hasil Belajar Matematika
penilaian Pendidikan Balitbang Siswa SMP Negeri di Kota Kendari. Tesis
Depdiknas. padaInstitut Teknologi Sepuluh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Nopember, Surabaya.
2009. Laporan Hasil Ujian Nasional PISA. 2011. Indonesia Peringkat 10 Besar
SMP/MTs, SMA/MA, & SMK Tahun terbawah dari 65 Negara Peserta PISA.
Pelajaran 2008/2009. Jakarta: Pusat [online]. Tersedia di:
penilaian Pendidikan Balitbang http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/3
Depdiknas. 0/indonesia-peringkat-10-besar-terbawah-
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). dari-65-Negara-peserta-pisa-338464.html
2010. Laporan Hasil Ujian Nasional (diakses tanggal 23 oktober 2013)
SMP/MTs, SMA/MA, & SMK Tahun Polontalo, Rahmat. 2013. Ilmu pengetahuan,
Pelajaran 2009/2010. Jakarta: Pusat Sumber pengetahuan, dan Metode
penilaian Pendidikan Balitbang Mendapatkan Pengetahuan. [online].
Depdiknas. Tersedia di:
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). http://www.academia.edu/4932849/BAB_I
2011. Laporan Hasil Ujian Nasional ?login=&email_was_taken=true&login=&
SMP/MTs, SMA/MA, & SMK Tahun email_was_taken=true (diaksespada 3
Pelajaran 2010/2011. Jakarta: Pusat Januari 2014)
penilaian Pendidikan Balitbang Richard Ku. 2008. TABE (Tests of Adult Basic
Depdiknas. Education) Level A Mathematics
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Workbook. United States of America: The
2012. Laporan Hasil Ujian Nasional McGraw-Hill Companies.
SMP/MTs, SMA/MA, & SMK Tahun Russefendi, E.T,. 1993. Pendidikan Matematika
Pelajaran 2011/2012. Jakarta: Pusat 3. Jakarta: Universitas Terbuka.
penilaian Pendidikan Balitbang Schwartz, Daniel, et al. 2009. Reconsidering
Depdiknas. Prior Knowledge.Standford University.
Balitbang. 2011. Trends in International [online] tersedia di http://aaalab.stanford.
Mathematics and Science Study (TIMSS). edu/papers/Schwartz_Reconsidering_Prior
[online]. Tersedia di: _K.pdf (diaksespada 18 Desember 2013)
http://litbang.kemendikbud.go.id/detail.ph Tarigan, Simon. 1999. Menginduksi Perubahan
p?id=214. (diakses tanggal 23 oktober Konsep dengan Mempertimbangkan
2013) Pengetahuan Awal Siswa sebagai Salah
Depdikbud. 1997. Buku Laporan Pendidikan Satu Model Pembelajaran IPA. Disertasi
SLTP. Jakarta: Depdikbud. pada Program Pasca Sarjana UPI
Hailikari, Telle. 2009. Assessing University Bandung: PPS UPI. [online] tersedia di:
6WXGHQWV¶ 3ULRU .QRZOHGJH Department of http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digit
Education: University of Helsinki. al_id=1272 (diaksespada 12 November
[online]. Tersedia di: 2013)
https://helda.helsinki.fi/bitstream/handle/1

29

Anda mungkin juga menyukai