Anda di halaman 1dari 9

Penggunaan Metode Contextual Theaching and Learning Berbantuan

Media Benda Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika


pada Materi Pecahan

Laila1), Rahmawati2), Hendri3)


1)
Mahasiswa Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Terbuka
Surakarta
2,3)
Dosen Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Terbuka
Surakarta E-mail: -

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD dalam pembelajaran
matematika materi pecahan dengan bantuan buah-buahan sebagai media konkret. Guru
menggunakan buah praktikum ini dengan memotongnya menjadi beberapa pecahan. Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah jenis penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
penerapan model CTL pada materi pecahan kelas V, subjeknya adalah siswa kelas V di SDIT Islamic
Center Kecamatan Purwodadi Kabupaten, yang terdiri dari 25 siswa perempuan. Proses
pengumpulan data menggunakan observasi aktivitas guru dan siswa, serta tes tertulis. Deskripsi
kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menganalisis data. Hasil yang saya peroleh menunjukkan
bahwa siswa kelas V di SDIT Islamic Center dapat lebih baik dalam matematika materi pecahan
dengan model CTL yang dibantu oleh benda konkrit buah-buahan. Hal itu dapat dibuktikan dengan
peningkatan nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebesar
70. Pada pra siklus sebesar 44% (11 siswa tuntas), pada siklus I sebesar 68% (17 siswa tuntas) dan
pada siklus II sebesar 84% (21 siswa tuntas).

Kata kunci: Matematika, Metode Contextual Teaching and Learning, Media Benda Konkret, dan
Hasil Belajar

ABSTRACT
The purpose of this study was to improve the learning outcomes of fifth grade elementary school
students in learning mathematics about fractions with the help of fruits as concrete media. The teacher
uses this practicum fruit by cutting it into several pieces. Class action research (CAR) is this type of
research. This study aims to explore the application of the CTL model to class V fraction material, the
subjects are fifth grade students at SDIT Islamic Center Purwodadi District, which consists of 25
female students. The data collection process uses observation of teacher and student activities, as well
as written tests. Quantitative and qualitative descriptions were used to analyze the data. The results I
got showed that fifth grade students at SDIT Islamic Center could do better in mathematics fraction
material using the CTL model assisted by concrete objects of fruit. This can be proven by increasing
the value according to the minimum completeness criteria (KKM) which is set at 70. In the pre-cycle it
is 44% (11 students complete), in cycle I it is 68% (17 students complete) and in cycle II it is 84 % (21
students complete).

Keywords: Mathematics, Contextual Teaching and Learning Methods, Concrete Material Media, and
Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia yang memiliki kepribadian baik
dan intelektual tinggi sebagai bekal manusia dalam memajukan tingkat kesejahteraan
hidupnya. Dalam Bab 1 Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan suatu proses pendidikan yang sangat
penting dalam perkembangan peserta didik, dikarenakan sekolah dasar merupakan sumber
pendidikan dasar bagi seorang anak dalam memperoleh ilmu setelah mereka mendapat bekal
pendidikan dari orang tua di lingkungan keluarga dan pada saat anak tersebut memasuki dunia
pendidikan formal (Zebua, 2020). Dalam hal ini menjadikan pendidikan di Sekolah Dasar
menjadi suatu hal yang sangat penting dalam proses perkembangan peserta didik dan sebagai
dasar untuk menentukan keberhasilan peserta didik tersebut melanjutkan pada sekolah
lanjutan supaya mampu bersaing dalam era globalisasi seperti sekarang.
Salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar adalah matematika. Dalam
pembelajaran matematika, seorang pendidik harus mengoptimalkan kemampuan siswanya
untuk memahami konsep dan memecahkan masalah dengan kebiasaan kritis, logis, sistematis,
dan terstruktur (Irvandi, 2020). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, matematika adalah ilmu umum yang
mendasari perkembangan teknologi modern, memainkan peran penting dalam berbagai
disiplin, dan meningkatkan daya pikir manusia. Menurut (Sujono, 1998), matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan
bilangan.Matematika merupakan mata pelajaran yang didalamnya berisi objek abstrak berupa
angka yang seringkali ditakuti peserta didik. Guru perlu memahami konsep dan prosedur dari
matematika sebelum mengajarkannya ke peserta didik.
Mengingat betapa pentingnya matematika, sangat penting untuk mengajarkannya
sejak kecil, mulai dari sekolah dasar. Ini akan berfungsi sebagai landasan untuk pendidikan di
tingkat yang lebih tinggi. Tujuan siswa belajar matematika diantaranya, supaya siswa dapat
berpikir logis, untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, untuk
mengembangkan kreativitas, dan untuk meningkatkan kesadaran akan perkembangan
budaya. Agar pembelajaran matematika sesuai dengan yang diharapkan maka kita perlu
membedakan matematika dalam kehidupan dan matematika disekolah (Siahaan & Silalahi,
2019). Hasil wawancara dengan guru matematika dan siswa kelas V dari Pusat Pendidikan
Islam SDIT menunjukkan bahwa guru adalah satu-satunya sumber pembelajaran matematika.
Guru kurang berimprovisasi dalam proses pembelajaran, baik dalam penyampaian materi
maupun penyajian materi. Siswa belajar matematika lebih banyak melalui penjelasan guru
secara langsung, tetapi guru tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered) menghasilkan
peningkatan kemampuan berpikir siswa yang lebih sedikit. Siswa hanya duduk manis
mendengarkan penjelasan guru karena transfer ilmu hanya berlangsung dalam satu arah.
Akibatnya, siswa cenderung menghafal konsep, sehingga pelajaran matematika menjadi
membosankan tanpa aktivitas menyenangkan. Guru matematika jarang menggunakan media
pembelajaran seperti benda konkret saat mengajar materi. Namun, media pembelajaran juga
diperlukan untuk membantu guru menyajikan materi agar siswa lebih memahaminya. Dengan
demikian, siswa terus menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi pelajaran matematika karena masih
rendahnya hasil belajar matematika tentang materi pecahan pada kelas V di SDIT Islamic
Center. Hasil belajar disini dilihat dari hasil tes akhir siklus yang dikerjakan siswa. Dalam
penentuan hasil belajar siswa, guru menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimaal (KKM)
sebagai patokan untuk menentuka siswa tersebut sudah tuntas atau belum tuntas pada suatu
mata pelamajan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan di kelas V adalah
sebesar 70. Dalam mengerjakan soal tes, dari 25 siswa didapatkan hasil 11 siswa lulus dengan
nilai melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan masih ada 14 siswa yang
belum lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari hasil itu lebih dari setengah dari siswa
dalam satu kelas masih belum lulus batas tuntas.
Solusi dari permasalahan diatas, maka guru menerapkan suatu metode pembelajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran contextual
teaching and learning. Menurut (Istiqomah & S, 2014), metode contextual teaching and
learning merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan keadaan dalam dunia nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sedangka oleh (Siahaan & Silalahi, 2019)
mengatakan pembelajaran Contextual Theaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem
yang memberikan rangsangankecerdasan otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan contextual
theaching and learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik
dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan
keputusan atas pemecahan masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang digunakan
peneliti mengacu pada pendapat Nurhadi (dalam Taurina&Wasitohadi, 2015), yaitu:
(1)Menumbuhkan gagasan bahwa anak-anak akan belajar lebih bermakna dengan bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya, (2)Melasanakan kegiatan inkuiri sebanyak mungkin untuk setiap topik,
(3)Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa melalui pertanyaan, (4)Menciptakan komunitas
belajar (belajar dalam kelompok), (5)Memberikan model sebagai contoh pembelajaran,
(6)Melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan (7)Memanfaatkan berbagai metode untuk
melakukan penilaian yang sebenarnya.
Pembelajaran ini menggunakan benda konkret sebagai media dimana hal ini menjadi
faktor utama dalam proses pembelajaran. Menurut (Sundayana, 2016), menjelaskan bahwa
media benda konkret adalah alat yang digunakan oleh guru untuk menciptakan atau
menjelaskan bahan pengajaran agar siswa dapat memahami dan memahami pelajaran dengan
sangat baik. Penggunaan media konkret dalam proses pembelajaran membawa dampak yang
sangat luas terhadap pola pembelajaran tingkat sekolah dasar. Sebagian besar materi
pembelajaran di SD bersifat imajinatif baik rasional maupun tidak, baik yang menyangkut
saintifik dan non sains. Hal tersebut berbeda dengan pola pembelajaran sekolah kejuruan yang
mutlak harus menampilkan media asli ke dalam ruang belajar. Dalam penelitian ini guru
menggunakan media benda konkret berupa buah untuk menarik perhatian dan memudahkan
siswa dalam memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru.
Pembelajaran matematika materi pecahan akan berdampak pada hasil belajar jika
metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) menggunakan media benda konkret.
Belajar adalah proses mengubah tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman interaksi dengan lingkungannya (Slameto dalam Trygu, 2021). Adapun menurut
(Syaiful dan Aswan dalam Edison, 2023) belajar adalah perubahan perilaku akibat dari
pengalaman dan latihan. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta
didik dari hasil menerima proses pembelajaran (Sudjana, 2008). Namun, Bloom (2010)
menyatakan bahwa belajar mencakup keterampilan psikomotorik, afektif, dan kognitif. Pada
prinsipnya hasil belajar yang ideal meliputi seluruh aspek psikologis sebagai akibat dari
proses belajar siswa. Berikut ada tiga aspek yang diperlukan dalam hasil belajar, (a) Ranah
kognitif membahas hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam komponen: pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (b)Ranah afektif
membahas sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif terlihat pada tingkah laku siswa, seperti
perhatian mereka terhadap pelajaran, disiplin, motivasi mereka untuk belajar, menghargai
guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial; (c)Ranah psikomotoris
mencakup kemampuan dan kemampuan bertindak seseorang (Darmadi, 2017).
Berdasarkan pokok permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai peneliti
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan
menggunakan metode contextual teaching and learning berbantuan media benda konkret pada
siswa kelas V semester II di SDIT Islamic Centre Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan Tahun Ajaran 2022/ 2023.

METODE
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) dengan bantuan buah sebagai media konkret.
Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1999)
dan terdiri dari empat tahapan pengembangan, yaitu: perencanaaan, pelaksanaaan, observasi,
dan refleksi.
Ada tiga metode pengumpulan data dalam penelitian ini. Yang pertama adalah
metode observasi (pengamatan). Yang kedua adalah metode ujian, yaitu mengevaluasi hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran matematika materi pecahan menggunakan metode
contextual teaching and learning berbantuan media benda konkret berupa buah. Metode
ketiga adalah metode dokumentsasi, digunakan untuk mendukung hasil pengumpulan data
pada metode observasi. Sedangkan untuk teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis
hasil tes dan observasi, serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang
terjadi, sebagai dasar perbaikan pada tahapan siklus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan pada tahap pra
siklus menunjukkan bahwa 11 dari 25 siswa telah menyelesaikan KKM, sedangkan 14 siswa
masih belum menyelesaikannya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa banyak siswa belum
memahami materi materi pecahan karena guru masih menggunakan metode ceramah. Dengan
metode ini siswa merasa bosan dan kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang
menyebabkan siswa belum paham akan materi pecahan sehingga hasil belajar siswa masih
rendah. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti melakukan refleksi dan melakukan
perencanaan perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus I. Peneliti
merancang pembelajaran menggunakan metode contextual theaching and learning dengan
bantuan media benda konkret berpa buah jeruk, belimbing dan salak. Memanfaatkan metode
ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Islamic Center SDIT.
Pembelajaran dilakukan pada tahap pertama Siklus I dengan menggunakan metode
contextual teaching and learning dengan bantuan media konkret seperti buah jeruk dan salak.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan dinilai dari perbaikan
pembelajaran tersebut 17 siswa telah menyelesaikan KKM, sedangkan 8 siswa belum
menyelesaikannya. Sehingga dapat dilihat terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari tahap
pra siklus ke siklus I setelah ada perbaikan pembelajaran. Namun, pada tahap ini masih ada 8
siswa yang belum tuntas KKM. Setelah melakukan refleksi, dari pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran, siswa-siswa tersebut masih kurang memahami
materi pecahan khususnya pada soal pembagian pecahan. Sehingga peneliti bersama
supervisor melakukan rancangan perbaikan pembelajaran menggunakan metode contextual
teaching and learning dengan bantuan media benda konkret.
Pada siklus II tahap pembelajaran masih sama dengan siklus I, namun pada siklus II
ini lebih menekankan pada praktik siswa. Dengan melakukan praktik secara diskusi
kelompok dipandu oleh guru. Diharapkan siswa akan lebih aktif dan lebih memahami materi
pecahan. Dari perbaikan pembelajaran pada siklus II didapatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika materi pecahandari jumlah 25 siswa sebanyak 21 siswa sudah tuntas
KKM sedangkan 4 siswa masih belum tuntas KKM. Setelah dilakukan refleksi, pada siklus II
ini siswa sudah banyak memahami materi pecahan dengan baik.
Berdasarkan diskusi tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V di SDIT
Islamic Center Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan berhasil meningkatkan hasil
belajar mereka dalam pelajaran matematika materi pecahan dengan menggunakan metode
pembelajaran kontekstual dan bantuan media benda konkret. Tingkat keberhasilan indikator
hasil belajar siswa sebesar 84% dan masuk dalam kategori sangat baik.
Diagram batang di bawah ini menunjukkan bahwa hasil observasi siswa dari mulai
prasiklus, siklus I dan II mengalami peningkatan.

Rata-rata Nilai

100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
Nilai Rata-
0.00% rata

Prasiklus Siklus I Siklus II

Grafik 1
Pengingkatan Nilai Rata-Rata Siswa Kelas V SDIT Islamic Center

25

20

15

10

0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tidak tuntas Tuntas

Grafik 2
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDIT Islamic Center
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam pembelajaran matematika materi pecahan, menggunakan metode contextual
teaching and learning (CTL) dengan bantuan media benda konkret dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SDIT Islamic Center. Hasil ini dapat dilihat dalam penilaian tes formatif
matematika tentang materi perkalian dan pembagian pecahan. Pada kondisi awal atau
Prasiklus dengan siswa yang tuntas berjumlah 11 siswa atau 44%. Pada siklus I, hasil belajar
siswa meningkat pada tes akhir matematika tentang perkalian dan pembagian pecahan
kembali, dengan 17 siswa, atau 68% dari siswa lulus. Sedangkan pada siklus II hasil
pencapaian belajar mengalami penigkatan dengan ketuntasan klasikan mencapai 85.6% atau
21 siswa tuntas dalam pembelajaran Matematika materi pecahan.
Dengan demikian, kesimpulan ini menunjukkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) harus dilaksanakan sebab dengan melaksanakan PTK peneliti dapat mengetahui
kekurangan kekurangan pada siswa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan serta agar dapat
memahami terhadap materi pembelajaran lebih meningkat, peneliti hendaknya lebih
mengembangkan kreativitas dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran, termasuk
penggunaan sarana dan metode pembelajaran yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Siswa. Deepublish.

Edison, A. (2023). Model Problem Based Learning Solusi Meningkatkan Prestasi Belajar.
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia.

Handayani, N., dkk. (2019). Pengembangan Model Pembelajaran. Pustaka Rumah Cinta.

Irvandi, W. (2020). Penanaman Konsep Matematika pada Mata Kuliah Statistika


Matematika 1 di Program Studi Pendidikan Matematika. Jurnal Prodi Pendidikan
Matematika (JPMM), 2(2), 93 – 104.

Iswahyudi, S. J. &Istikomah. (2014). Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model


Pembelajaran CTL Dengan Menggunakan Media Benda Konkrit Dalam Pembelajaran
Matematika Materi Membandingkan Berat Benda Kelas I Semester II SD Negeri 2
Tosari Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2014/2015.JKPM, 1(2), 1- 28.

Siahaan, J. D. &Silalahi, M. T. (2019). Upaya Meningkatan Prestasi Belajar Matematika


Materi Pecahan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching
And Learning (CTL) dengan Bantuan Alat Peraga Konkret pada Siswa Kelas III SD
Negeri 064985 Medan T.A 2018/2019. Tapanuli Journals, 1(2), 649 – 655.

Sujono. (1998). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti Proyek Pengembangan.

Sundayana, H.R. (2016). Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung
: CV Alfabeta.

Taurina, D. N. &Wasitohadi. (2014). Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar


Matematika melalui Pendekatan Contextual TeachingAnd Learning (CTL)
Berbantuan Alat Peraga Pada Siswa Kelas 5 Sdn Lodoyong 03 Ambarawa Tahun
Pelajaran 2013/2014. Scholaria, 5(2), 15 – 35.

Trygu. (2021). Menggagas Konsep Belajar Matematika. Guepedia.

Zebua, Y. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar dalam Materi Pecahan Melalui Bantuan Alat
Peraga Benda Konkret. Jurnal Global Edukasi, 4(1), 9 – 16.

Anda mungkin juga menyukai