Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode-metode tertentu
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah
laku sesuai dengan kebutuhan. Menurut UU No 20 Tahun 2003 (dalam Nurliani
Siregar, 2018) tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan tujuan pendidikan nasional tidak saja hanya
mencetak sumber daya manusia yang cerdas, akan tetapi mampu mencetak
kepribadian yang berkarakter, berakhlak, kreatif, memiliki visi – visi dan
bertanggung jawab atas tugas.
Menurut Angriani (dalam Nur Wahyudi, 2019) Pendidikan juga merupakan
salah satu kebutuhan hidup yang prosesnya berlangsung seumur hidup dan dalam
pelaksanaannya dapat terwujud melalui tiga jalur yaitu pendidikan informal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. Berdasarkan pengertian tersebut,
pendidikan pada hakekatnya suatua kegiatan secara sadar dan sengaja, serta penuh
tanggung jawab yang dilakukan oleh guru kepada siswa sehingga timbul interaksi
dari keduanya agar siswa mencapai tujuan yang dicita-citakan dan berlangsung
terus menerus. Bangsa Indonesia menaruh harapan besar kepada guru dalam
perkembangan masa depan bangsa karena dari sanalah generasi penerus dibentuk.
Menurut Suryani (dalam Asdar dkk., 2021) mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai bidang pendidikan dan memajukan
daya pikir manusia. Menurut Novtiar (dalam Adinda Salsabilah., 2023)
Matematika juga dapat disebut sebagai aktivitas kehidpan manusia yang artinya
disetiap aktifitas manusia pasti menggunakan ilmu matematika, mulai dari ibu
rumah tangga, pedagang, pelajar dan semua pekerjaan melakukan aktivitas
matematika sesuai dengan kebutuhannya.

1
2

Menurut Rahmah (dalam Jazim Ahmad dkk., 2022) bahwa Matematika adalah
salah satu bidang studi yang diajarakan disekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Umum. Seorang guru yang akan
mengajarkan matematika kepada siswanya, mengetahui dan memahami objek
yang akan diajarkannya yaitu matematika. Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk mencapai tujuan pendidik yang terbaik. Sebagai salah satu
bidang penelitian yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan formal, matematika
merupakan bagian penting dari peningkatan mutu pendidikan.
Matematika berfungsi dalam mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, dan memecahkan masalah. Matematika juga penting dan berguna
dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk kepribadian siswa menjadi lebih
baik. Menurut Ayudita Ardila (dalam Maria Tamara dkk., 2022). Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan, matematika adalah pengetahuan yang berguna untuk
mengembangkan pengetahuan siswa terhadap pelajaran matematika dan dapat
membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik.
Untuk itu pemberian pembelajaran matematika dirasa akan sangat berguna
untuk diterapkan dalam berbagai keperluan. Namun kenyataannya matematika
masih kurang menarik dan kurang diminati siswa dikarenakan matematika
merupakan pelajaran yang membosankan dan matematematika sering dianggap
sebagai mata pelajaran yang paling sulit bahkan menakutkan bagi siswa sehingga
perlu adanya suatu pendekatan yang dapat memunculkan daya tarik siswa
dibidang matematika sehingga kualitas pendidikan di Indonesia meningkat seiring
dengan zaman. peran matematika dalam kehidupan sehari – hari sangat penting
karena penguasaan matematika sangat dibutuhkan oleh siswa sebagai bekal
dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat dan
perkembangan zaman sekarang ini.
Hal yang perlu dimiliki oleh siswa dalam menguasai matematika adalah salah
satunya hasil belajar siswa. Tingkah laku siswa ketika mengikut proses
pembelajaran dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap
pembelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pembelajaran itu
sendiri. Masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh
3

keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu


pengetahuan. Jadi, hasil belajar dapat menunjukkan hasil nyata yang dicapai siswa
dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester. Untuk mengetahui sampai
di mana hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar, maka harus dilakukan
evaluasi untuk dapat mengetahui seberapa besar pendekatan pembelajaran
terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar matematika yang tinggi
menunjukkan bahwa proses belajar matematika tersebut efektif.
Jika suatu hasil belajar matematika siswa cenderung baik, maka dengan begitu
memberi pengertian bahwa prosescbelajar mengajar telah berjalan dengan baik,
begitu juga sebaliknya jika suatu hasil belajar matematika siswa cenderung buruk,
maka dengan begitu memberi pengertian bahwa proses belajar-mengajar telah
terdapat kendala.Selain itu hasil belajar ialah pengalaman yang telah didapatkan
siswa setelah siswa menerima pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan
Febryananda (dalam Fauhah & Brillian, 2021) bahwa hasil belajar adalah
penguasaan yang sudah didapat seseorang atau siswa selepas siswa menyerap
pengalaman belajar. Sedangkan menurut Rusman (dalam Fauhah & Brillian
2021), hasil belajar merupakan sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang
mencakup ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya
penguasaan konsep teori pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan,
persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, jenis-jenis keterampilan,
cita-cita, keinginan, dan harapan.
Perbandingan merupakan materi yang aplikasinya sering kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Perbandingan merupakan bagian dari materi bilangan yang
menjadi bagian dasar dari matematika sekolah. Perbandingan sudah di pelajari
sejak tingkat SD hingga tingkat SMP dan SMA. Perbandingan adalah proses
membandingkan nilai dari dua besaran sejenis. Biasa dinyatakan secara sederhana
dan dalam bentuk pecahan. Konsep ini bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya pada skala peta.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP 8 Pematang siantar pada
tanggal 24 Mei 2023, terdapat hasil belajar matematika siswa pada materi
4

perbandingan yang diperoleh siswa terdapat hasil belajarnya masih ada yang
tuntan dan tidak tuntas. Rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 50,5 nilai ini
lebih rendah dibanding KKM yakni 70. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa
hasil belajar siswa pada materi perbandingan masih rendah. Maka untuk itu
peneliti memberikan tes awal yang sesuai pada permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari – hari yang dituangkan kedalam soal cerita kepada siswa kelas
VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar.

Gambar 1.1 Soal tes dan Salah Satu Hasil Jawaban siswa Kelas VII.7
5

Berdasarkan hasil jawaban siswa diatas maka dapat dilihat bahwa siswa tidak
memahami materi perbandingan dengan baik dan materi tersebut termasuk
kedalam materi yang belum dipahami dan kurang dimengerti oleh siswa kelas VII
di SMP Negeri 8 Pematang Siantar, sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan
masalah seusai dengan indikator hasil belajar pada ranah kognitif, efektif dan
psikomotorik. Hal ini dapat diilihat bahwa pada soal nomor 1 siswa tidak fokus
dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga terjadi kesalahan dalam menuliskan
proses penyelesaian soal pada bagian mengubah perbandingan kedalam bentuk
pecahan yang tepat; Selanjutnya Pada soal nomor 3 siswa hanya mampu
menuliskan data yang diketahui dari soal dan tidak memiliki keterampilan dalam
menuliskan seluruh unsur yang diketahui dari permasalahan dalam soal sehingga
hasil atau jawaban yang dituliskan tidak tepat. Sehingga indikator hasil belajar
pada ranah kognitif, efektif dan psikomotorik belum tercapai.
Dan berdasarkan pada hasil tes yang dilakukan peneliti terhadap 32 siswa
yang diuji di Kelas VII.7 SMP Negeri 8 Pematang Siantar diperoleh hasil yaitu
terdapat sebanyak 22 siswa (68,75%) termasuk kategori sangat rendah karena
tidak mampu memenuhi indikator hasil belajar pada ranah kognitif, efektif, dan
psikomotorik, dan sebanyak 10 siswa (31,25%) termasuk kategori sedang karena
tidak mampu memenuhi indikator hasil belajar pada ranah kognitif dan efektif.
Berdasarkan indikator hasil belajar siswa, siswa lebih dominan tidak mampu
menyelesaikan soal dengan baik karena tidak menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi permasalahan pada soal perbandingan.
Rendahnya hasil belajar siswa terjadi karena guru tidak menerapkan
pendekatan yang tepat dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa tidak
mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan
permasalahan yang sesuai dengan kehidupan nyata. Salah satu pendekatan yang
diduga dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut adalah peneliti
menawarkan suatu pendekatan yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata
yaitu Pendekatan Matematika Realistik.
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak dari hal – hal yang real bagi siswa, menekan keterampilan process of
6

doing mathematics, beridiskusi dan berkolaborasi, serta berargumentasi dengan


teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inveniting
sebagai kebalikan dari teacher telling) dan pada akhirnya mengggunakan
matematika untuk menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun
kelompok (Isro’ Atus, 2017). Pendekatan matematika realistik merupakan
pendekatan yang menuntut siswa-siswi untuk mengkontruksi pengetahuan dengan
kemampuannya sendiri melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan soal, siswa-siswi membangun model dari
situasi soal kemudian menyusun model matematika untuk menyelesaikan hingga
mendapatkan pengetahuan formal matematika. Menurut Gravemeijer (dalam
Ramadhani & Caswita, 2017)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sita & Muhammad
As’ad (2020) terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh
yang signifikan terhadap pendekatan pembelajaran pendidikan matematika
realistik terhadap hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Dengan rata-rata hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan pendidikan matematika realistik lebih tinggi yaitu
70,333 dan nilai ratarata kelompok kontrol sebesar 59,241. Dan pada penelitian
yang dilaksanakan oleh (Siregar Nuriana, 2019) bahwa hasil penelitian dan
analisis data terdapat pengaruh pendekatan Realistic Matematic Education (RME)
terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 9 Pekanbaru.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, yang menjadi identifikasi masalah adalah:
1. Rendahnya hasil belajar Kognitif siswa
2. Materi Perbandingan dianggap sulit oleh siswa
3. Penggunaan pembelajaran yang masih menggunakan pembelajaran yang
berpusat pada guru.
7

1.3 Batasan Masalah


Merujuk pada latar belakang dan identifikasi masalah yang dipaparkan,
maka masalah yang dipilih dibatasi pada Pendekatan Matematika Realistik
Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Perbandingan Kelas VII SMP Negeri 8
Pematang Siantar.
1.4 Rumusan Maslah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah yang dapat diperoleh peneliti yaitu: Apakah ada pengaruh
pendekatan matematika realistik terhadap hasil belajar matematika siswa di
kelas VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar?
1.5 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan
matematika realistik terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP
Negerin 8 Pematang Siantar.
1.6 Manfaat Masalah
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
rujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pengaruh
pendekatan matematika realistik terhadap hasil belajar matematika siswa kelas
VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi siswa
a. Menjadi pemicu dalam meningkatkan hasil belajar khususnya
terhadap pelajaran matematika.
b. Siswa menjadi lebih optimis dan bersemangat dalam belajar
c. Menumbuhkan sikap bahwa belajar matematika bukanlah hal
yang menakutkan dan membosankan, melainkan belajar
matematika juga bisa dengan cara yang menyenangkan
d. Memudahkan siswa dalam memahami materi yang akan
disampaikan.
8

2. Bagi Guru
a. Membangun kreatifitas guru dalam melakukan proses
pembelajaran yang lebih baik di dalam kelas
b. Mengembangkan pengetahuan guru dalam menentukan metode
pembelajaran yang tepat bagi siswa
3. Bagi Peneliti
a. Sebagai bekal untuk menjadi guru dimasa depan.
b. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.7 Luaran
Hasil penelitian ini akan dipublikasikan di jurnal yang ber – ISSN
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Kajian teoritis adalah serangkaian defenisi, konsep, teori, opini, fakta, dan
prespektif yang disusun secara sistematis sebagai suatu landasan dari suatu
penelitian yang akan dilaksanakan. Menurut Ary (dalam Syahrum & Salim, 2012)
teori adalah seperangkat hubungan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang
muncul secara sistematik mengenai fenomena dengan hubungan khusus antar
variabel yang tujuannya adalah memberikan penjelasan dan prediksi terhadap
suatu fenomena. Sedangkan menurut Sitirahayu Harditono (dalam Sugiyono,
2019) suatu teori akan memproleh arti yang penting, bilaia lebih banyak dapat
melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu teori tediri dari
seperangkat proposisi yang saling berkaitan. Kerterkaitan tersebut tersusun dalam
suatu sistem yang memungkinkan kita mempunyai pengetahuan yang sistematis
tentang suatu peristiwa. Adapun kajian teoritis pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
2.1.1 Pengertian Belajar dan Mengajar
Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat
dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing – masing ahli
memiliki pemahaman dan defenisi yang berbeda – beda, walaupun secara
praktis masing – masing kita sudah sangat memahami apa yang dimaksud
degan belajar tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari pemahaman yang
beragama tersebut, berikut akan dikemukakan berbagai define belajar menurut
para ahli.
Menurut teori Behavioristik (dalam Budiningsi, 2008) belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan

9
10

menurut Suprihatiningrum (dalam Aprilia Rina, 2019) belajar merupakan suatu


proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.
Pengertian belajar juga didefenisikan oleh Winkel (dalam Saragih,
2012) Menyatakan bahwa belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan – perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap. Selanjutnya menurut Yamin (dalam Aprilia Rina, 2019) belajar
adalah sebuah proses berkegiatan untuk menciptakan pandangan – pandangan
baru mengenai berbagai hal yang selanjutnya diharapkan menuntun siswa pada
sebuah pembacaan hidup yang bermakna.
Dari beberapa kutipan tersebut disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku melalui kegiatan yang dilakukan seseorang
sebagai pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya untuk mengetahui
dan memahami sesuatu. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah
perubahan kemampuan siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum
pernah mengalami menjadi mengalami.
2.1.2 Pengertian Matematika
Istilah matematika secara etimologi, berasal dari bahasa latin yaitu
manthanein atau mathemata yang berarti belajar atau hal yang dipelajari
(things that are learned). Dalam bahsa Belanda disebut sebagai wiskunde atau
ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Sedangkan menurut
bahasa Yunani matematika berasal dari kata Mathein atau manthenein yang
artinya mempelajari. Mungkin juga, kata tersebut erat hubungannya dengan
kata Sansekerta Medha atau widya yang artinya kepandaian, pengetahauan atau
intelegensi.
Menurut Sujono (dalam Isro’ Atus, 2017) mengemukakan beberaoa
pengertian matematika. Diantaranya matematika diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu
matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan
masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan
11

matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterprstasikan berbagai ide dan


kesimpulan.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari
struktur, perubahan dan ruang tak lebih resmi, orang mungkin mengatakan
bahwa matematika adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan
formalitas, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur
abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika, pandangan lain
tergambar dalam filosofi matematika. Berpijak dari uraian tersebut, secara
umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut diantaranya:
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisasi
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika
merupakan suatu banunan struktur, ia terdiri atas beberapa komponen
yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan
dalil/teorema (termasuk didalamnya teorema lemma atau teorema
pengantar/kecil dan corollary/sifat)
2. Matematika sebagai alat (tool)
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari
solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari – hari.
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir
deduktif. Artinya suatu teoru atau pernyataan dalam matematika dapat
diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif.
4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking)
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar paling
tidak karena beberapa hal seperti matematika memuat cara pembuktian
yang sah (valid), rumus – rumus atau aturan yang umum atau sifat
penalaran matematika yang sistematid.
5. Matematika sebagai bahasa artifisial
Symbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam
matematika. Bahasa matematika adalah bahasa symbol yang bersifat
artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
6. Matematika sebagai seni yang kreatif
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide – ide
dan pola – pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering
pula disebut sebagai seni, khususnya seni berpikir yang kreatif.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian matematika diatas, penulis
mecoba membuat kesimpulan bahwa matematika adalah ilmu yang berkaitan
dengan logika dan ilmu pasti yang juga berasal dari pemikiran manusia
sehinggal muncul pengetahuan yang kreatif berupa simbol – simbol secara
terstruktur dapat diorganisasikan dalam bentuk dalil. Jadi matematika
12

merupakan ilmu yang memotivasi pikiran manusia untuk berpikir secara logis,
sistematis dan keratif. Matematika juga merupakan ilmu yang berkaitan dengan
lambing – lambing, angka dan perhitungan yang disusun secara rinci dengan
aturan tertentu yang menghasilkan suatu arti yang dapat digunakan untuk
menarik kesimpulan dan menemukan suatu solusi penyelesaian masalah.
2.1.3 Pengertian Pendekatan
Pendekatan adalah mendeskrepsikan asas dari apa yang sedang
dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam segala aspek kehidupan
masyarakat. Pendekatan ini dapat berupa vista, filosofi, atau keyakinan yang
dijamin keabsahannya (Basir, 2017). Sehingga dapat diartikan bahwa
pendekatan adalah suatu tindakan yang yang bertujuan sebagai jalan
pemecahan terhadap suatu masalah yang dapat dinilai atau diselesaikan melalui
pengamatan terhadap cara pandang, filsafat dan lainnya. Pendekatan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang menjadi jalan keluar
atau solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam kegiatan proses
pembelajaran dengan melibatkan penilaian dari berbagai cara pandang, filsafat,
dan lainnya.
Berbagai interaksi telah terjadi dalam berlangsungnya kegiatan proses
pembelajaran yang memiliki tujuan. Ketika kegiatan proses pembelajaran
sedang berjalan atau sedang dilaksanakan, guru atau pendidik harus tulus
dalam sikap dan tindakannya serta berkenan memedulikan siswa-siswinya
melalui semua resikonya. Segala hambatan dan masalah yang dapat timbul dan
menghambat jalannya kegiatan proses pembelajaran, walau adapun berdasar
mulai tingkah laku siswa-siswi walaupun yang berdasar mulai krusial diri
siswa-siswi, guru atau pendidik harus dan tidak boleh menghilangkan dan tidak
membiarkannya. Karena keberhasilan kegiatan proses pembelajaran bertambah
berlebihan ditetapkan oleh pembimbing atau pelatih dalam memimpin proses
kegiatan pembelajaran didalam kelas (Basir, 2017).
Guru atau pendidik perlu cerdas menentukan pendekatan yang berakal
dan cerdas, tidak sekehendak hati yang dapat merepotkan siswa-siswi.
Pemahaman pembimbing atau pendidik tentang siswa-siswi menentukan sikap
13

dan tindakannya. Tidak setiap guru atau pendidik selalu memiliki sudut
pandang yang sama ketika mengevaluasi siswa-siswi. Hal ini mempengaruhi
pendekatan yang dilakukan guru atau pendidik terhadap penelahaan. Melalui
diterapkannya kurikulum 2013 revisi (K-13), pendekatan pembelajaran
menjadi salah satu hal yang banyak dimainkan dalam pekerjaan proses
pembelajaran (Ginting, 2022). Salah satu pendekatan pembelajaran yang
diterapkan khususnya pada pelajaran matematika adalah pendekatan
matematika realistik. Pendekatan matematika realistik yakni sebuah
pendekatan belajar matematika yang menempatkan permasalahan matematika
dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah siswa-siswi menerima
materi dan memberikan pengalaman langsung dengan pengalaman mereka
sendiri.
2.1.4 Pendekatan Matematika Realistik
2.1.4.1 Pengertian Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan
dalam pembelajaran matematika di Belanda. Kata “Realistik” sering
disalahartikan sebagai “real-world” yaitu dunia nyata. Banyak yang
menganggap bahwa pendidikan matematika realistik merupakan suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu dikaitkan
dengan masalah sehari-hari. Penggunaan kata “realistik” sebenarnya
berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk
dibayangkan” atau “to imagine”. Menurut Van den Heuvel-Panhuizen,
penggunaan kata “realistik” tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya
suatu koneksi dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu
pada fokus pendidikan matematika realistik dalam menempatkan
penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan
(imagineable) oleh siswa-siswi (Wijaya,2011).
Menurut Sumianto (2018) bahwa pendekatan matematika
realistik merupakan suatu rancangan yang membelajarkan siswa-siswi
secara riil, maksudnya dalam membelajarkan siswa-siswi dapat
menggunakan media dan alat peraga secara nyata maupun masalah
14

nyata. Menurut Soedjadi (dalam Salamun, 2020) Pendekatan realistik


matematik atau biasa disebut pembelajaran matematika realistik (PMR)
pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas dan lingkungan yang
dipahami siswa-siswi untuk memperlancar proses pembelajaran
matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan secara lebih
baik di masa yang lalu.
Pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan salah
satu pembelajaran matematika yang beriorentasi pada siswa-siswi,
disini aktivitas manusia dan matematika haruslah dihubungkan secara
nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa-siswi (nyata).
Dalam pembelajaran matematika realistik ini ditekankan bahwa siswa-
siswi bukan hanya sekedar penerima yang pasif terhadap materi
matematika yang disajikan akan tetapi siswa-siswi perlu diberi
kesempatan untuk berpikir dan menemukan matematika tersebut
melalui praktik yang mereka alami sendiri. Dengan menerapkan
pendekatan tersebut siswa-siswi akan lebih mudah dalam memahami
materi yang diajarkan (Ahmad, Vahlia, & Setiawan, 2022).
2.1.4.2 Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut
Suryanto (2007) Adalah sebagai Berikut:
1. Masalah kontekstual yang realistic (realistic contextual
problems) yag digunakan untuk memperkenalkan ide dan
konsep matematika kepada siswa – siswi.
2. Siswa – siswi menemukan kembali ide, konsep dan prinsip
atau model matematika melalui pemecahan masalah
kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau
temannya.
3. Siswa – siswi diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian
terhadap masalah yang mereka temukan ( yang biasanya ada
yang berbeda, baik cara menemukannya maupun hasilnya)
15

4. Siswa – siswi merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang


telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan, baik hasil
kerja mandiri maupun hasil kerja diskusi
5. Siswa – siwi dibantu untuk mengaitkan beberapa isi
pelajaran matematika yang memang ada hubungannya.
6. Siswa – siswi diajak mengembangkan, memperluas, atau
meningkatkan hasil dari pekerjaannya agar menemukan
konsep atau prinsip matematika yang lebih rumit.
7. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai
produk jadi atau hasil yang siap dipakai. Mempelajari
matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui
learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
Beberapa hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan
matematika realistic diatas adalah bahwa pembelajaran matematika
realistik itu:
1. Termasuk “cara belajar siswa – siswi aktif” karena
pembelajaran matematika dilakukan melalui “belajar dengan
mengerjakan”.
2. Termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa – siswi
karena mereka memecahkan masalah dari dunia mereka
sesuai dengan potensi mereka, sedangkan guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
3. Termasuk pembelajaran dengan penemuan terbimbing
karena siswa – siswi dikondisikan untuk menemukan atau
menemukan kembali konsep dan prinsip matematika.
4. Termasuk pembelajaran kontekstual karena titik awal
pembelajaran matematika adalah masalah kontekstual, yaitu
masalah yang diambil dari dunia siswa – siswi.
5. Termasuk pembelajaran konstruktivisme karena siswa –
siswi diarahkan untuk menemukan sendiri pengetahuan
16

matematika mereka dengan memcahkan masalah dan


diskusi.
Dua catatan terakhir diatas mengisyaratkan bahwa secara prinsip
pada pendekatan matematika realistic merupakan hasil dari gabungan
pendekatan konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi
kesempatan kepada siswa – siswi untuk membentuk (mengkonstruksi)
sendiri pemahaman mereka tentang ide dan konsep matematika, melalui
penyelesaian masalah dunia nyata atau konstekstual (Hartono, 2007).
2.1.4.3 Langkah – Langkah Pendekatan Matematika Realistik
Secara umum langkah – langkah pembelajaran matematika
realistic dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
1. Persiapan, selain menyiapkan masalah kontekstual, guru
harus benar – benar memahami masalah dan memiliki
berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa
– siswi dalam menyelesaikannya.
2. Pembukaan, pada bagian ini siswa – siswi diperkenalkan
dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan diperkanlkan
kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian siswa – siswi
diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara
mereka sendiri.
3. Proses pembelajaran, siswa – siswa mencoba berbagai
strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun
secara kelompok. Kemudian setiap siswa – siswi atau
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa –
siswi atau kelompok lain agar siswa – siswi atau kelompok
lain memeberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa – siswi
atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi
kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa –
siswi untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan
aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
17

4. Penutup, sekolah mencapai kesepakatan tentang strategi


terbaik melalui diskusi kelas, siswa – siswi diajak menarik
kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran
siswa – siswi harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk
matematika formal (Zulkardi, 2002).
2.1.5 Hasil Belajar
Hasil belajar ialah pengalaman yang telah didapatkan siswa setelah
menerima pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Febryananda (2019) bahwa
hasil belajar adalah penguasaan yang sudah di dapat seseorang atau siswa
selepas siswa menyerap pengalaman belajar. Sedangkan menurut Rusman
(2014) hasil belajar merupakan sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa
yang mencakup ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya
penguasaan konsep teori pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan
persepsi, kesenangan, minat – bakat, penyesuaian social, jenis – jenis
keterampilan, cita – cita, keinginan dan harapan.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sudjana (dalam Dani Firmansyah,
2015) hasil belajar merupakan kemampuan – kemampuan yang telah dimiliki
oleh siswa setelah proses belajarnya. Menurut Dani Firmansyah, (2015) hasil
belajar matematika adalah hasil akhir yang dimiliki atau diperoleh siswa
setelah ia mengalami proses belajar matematika yang ditandai dengan skala
nilai berupa huruf atau simbol atau angka, dan hal ini biasa dijadikan tolak
ukur berhasil atau tidaknya siswa tersebut dalam pembelajaran matematika.
Hasil belajar siswa – siswi juga dapat dinyatakan dalam nilai yang merupakan
hasil tes yang diberikan oleh guru sehabis kegiatan pembelajaran selesai
(Sugiharti, 2013).
Hasil belajar erat kaitannya dengan pada belajar atau proses belajar.
Hasil belajar juga dapat dikategorikan kedalam tiga metrik yaitu sebagai
berikut ini:
1. Efektivitas pembelajaran, yang dimana hal ini biasanya diukur
dengan tingkat keberhasilan kinerja siswa – siswi.
2. Efisiensi belajar yang diukur dari segi waktu dan pembelajaran, dan
18

3. Daya tarik/pesona belajar, diukur dari kecenderungan siswa – siswi


untuk mau belajar secara terus menerus
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah keberhasilan yang dicapau siswa dalam kegiatan proses belajar
mengajar.
2.1.5.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Hanadi (dalam Rusman 2004) faktor – faktor yang
memepengaruhi hasil belajar yaitu antara lain:
1. Faktor Internal
a. Faktor fisiologi, umumnya seperti kondisi kesehatan
yang sehat, tidak capek, tidak cacat fisik dan
semacamnya. Hal ini bisa mempengaruhi siswa pada
pembelajaran.
b. Faktor psikologis, pada dasarnya seluruh siswa
mempunyai mental berbeda – beda hal tersebut akan
mempengaruhi hasil belajar. Adapun faktor ini
mencakup intelegensi (IQ), bakat, minat, perhatian,
motif, motivasi, kognitif, serta daya nalar.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan, akan berdampak pada hasil belajar,
termasuk fisik dan sosial. Lingkungan alam seperti suhu,
kelembaban. Belajar siang hari dalam ruangan dengan
ventilasi udara kurang bagus tentu berbeda dengan
belajar pada saat pagi hari dimana udara masih sejuk.
b. Faktor instrumental, keberadaan dan pengunaannya
didesain sesuai hasil belajar yang diinginkan dan
diharapkan bisa berguna seperti sebagai sarana agar
tujuan belajar yang sudah direncanakan tercapai. Faktor
ini meliputi kurikulum, sarana, dan guru.
19

Sedangkan menurut Slameto (dalam Wijanarko, 2017) meliputi


cara mengajar, interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan
siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, faktor –
faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu yang pertama, faktor
internal yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh siswa itu sendiri
yang dimana siswa harus sehat jasmani maupun rohani. Dan yang
kedua yaitu faktor eksternal yang dimana faktor yang berasal dari luar
tubuh siswa itu sendiri yang mencakup lingkungan tempat dia berada.
2.1.5.2 Indikator Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Thobroni, 2015) indikator hasil belajar
meliputi:
1. Kemampuan Kognitif
Anderson & Krothwahl (dalam Nurtanto, 2015)
a. Remembering (mengingat (C1))
b. Understanding (memahami (C2))
c. Applying (menerapkan (C3))
d. Analysing (menganalisis (C4))
e. Evaluating (menilai (C5))
f. Creating (mencipta (C6))
2. Kemampuan Efektif
a. Receiving (sikap menerima)
b. Responding (merespon)
c. Valuating (nilai)
d. Organization (organisasi)
e. Characterization (kareakterisasi)
3. Kemampuan Psikomotor
Bloom (dalam Sudjana, 2011) kemampuan psikomotorik
membentuk tingkat keterampilan menjadi enam tingkata ialah:
a. Gerakan refleksi (keahlian gerakan tidak sadar)
b. Keterampilan gerakan dasar.
20

c. Kemampuan perceptual, visual, auditif, motoris, dan


sebagainya.
d. Kemampuan bidang fisik seperti kekebalan, keharmonisan,
ketepatan.
e. Gerakan skill
f. Kemampuan tentang komunikasi non-decursive seperti
ekspresif dan interpretatif.
Adapun indikator hasil belajar menurut Straus, Tetroe, &
Graham (dalam Ricardo & Meilani, 2017) adalah:
1. Ranah kognitif memfokuskan terhadap bagaimana
siswa mendapat pengetahuan akademik melalui
metode pelajaran maupun penyampaian informasi.
2. Ranak efektif berkaitan dengan sikap, nilai,
keyakinan yang berperan penting dalam perubahan
tingkah laku.
3. Ranah psikomotorik, keterampilan dan
pengembangan diri yang digunakan pada kinerja
keterampilan maupun praktek dalam
pengembangan penguasaan keterampilan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan yaitu indikator
hasil belajar memiliki tiga ranah yaitu, 1. Ranah kognitif dimana pada
ranah ini siswa difokuskan pada pengetahuan, pemahaman dan evaluasi
dalam menghadapi suatu permasalahan atau dapat juga dikatakan siswa
difokuskan pada penalarannya, 2. Ranah efektif dimana pada ranah ini
siswa difokuskan pada kemampuan emosionalnya seperti menerima,
menilai, dan meresponnya atau pengendalian dirinya dalam menghadapi
atau memecahkan suatu persoalan atau permasalahan yang sedang
dihadapi. 3. Ranah psikomotorik dimana pada ranah ini siswa
difokuskan pada kemampuan perilaku gerakan, koordinasi jasmani, dan
keterampilan fisiknya atau dapat dikatakan siswa difokuskan pada
pengalamannya dalam menghadapi atau memecahkan suatu persoalan.
21

2.1.6 Kajian Materi


Pada materi perbandingan bermanfaat dalam berbagai hal. Materi ini
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari – hari atau masalah pada
kehidupan nyata. Berikut ini ditujukkan materi perbandingan.
2.1.6.1 Konsep Perbandingan
Perbandingan disebut juga rasio. Perbandingan antara dua
besaran atau lebih disebut dengan rasio. Perbandingan identik dengan
pecahan, sedangkan perbandingan tidak akan berubah jika dikalikan
atau dibagi dengan bilangan lain. Selain itu, perbandingan bisa dibagi
dengan membagi suku pertama dan mengalikan suku kedua.
Perbandingan juga bisa dikalikan dengan suatu bilangan dengan cara
mengalikan billangan pertama dengan bilangan tersebut dan sebaliknya
untuk suku kedua.
Perbandingan juga dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu:
𝑎 1
1. Pecahan 𝑏 , misalnya 4

2. Dua bilangan yang dipisahkan oleh titik dua (:),


misalnya 1:4
3. Dua bilangan yang dipisahkan oleh kata dari,
misalnya 1 dari 4.
Perbandingan juga dapat disederhanakan dengan membagi
bilangan – bilangan yang diperbandingkan dengan faktor persekutuan
terbesar (FPB). Oleh karena itu, terlebih dahulu harus mengingat
bagaimana cara mencari FPB dari dua buah bilangan yang kemudian
menyederhanakan perbandingan dengan membaginya dengan cara FPB
seperti pada contoh dibawah ini.
Contoh soal
Pak udin seorang petani. Ia mengangkut hasil panennya dengan
menggunakan sebuah truk. Berikut ini data hasil panennya yaitu
a. Padi 1200 kg
b. Jagung 800 kg
c. Ketela 2000 kg
22

Berapakah perbandingan berat padi jagung dan ketela yang


diangkut oleh pak udin?
Penyelesaian:
Berat padi, jagung dan juga ketela adalah
= 1200kg : 800kg : 2000kg
1200 800 2000
= ∶ ∶
400 400 400

= 3 : 2 :5
Maka perbandingan berat antara padi, jagung dan juga ketela
yaitu 3kg : 2kg : 5kg
2.1.6.2 Konsep Perbandingan dengan Dua Besaran Berbeda
Perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda adalah
perbandingan dengan besaran yang sama tetapi satuannya berbeda.
Perhatikan contoh perbandingan dua besaran dengan satuan yang
berbeda berikut!
Contoh soal:
Sederhanakanlah perbandingan-perbandingan di bawah ini.
1. 4 m : 30 cm : Besaran panjang dengan satuan m dan cm
2. 2 kg : 8 ons : Besaran massa dengan satuan kg dan ons
3. 14 bulan : 1 tahun : Besaran waktu dengan satuan bulan dan
tahun
4. 3 buah : 1 lusin : Besaran kuantitas benda dengan satuan
buah dan lusin
Penyelesaian:
Untuk menyederhanakan perbandingan di atas, hal yang harus
diperhatikan sebelumnya yaitu menyamakan terlebih dahulu bentuk
satuannya. Setelah menyamakan satuannya, maka kemudian
menyederhanakan perbandingan bilangan tersebut.
1. 4 m : 30 cm Perbandingan besaran panjang
= 400 cm : 30 cm Satuan cm (1 m = 100 cm)
= 400 : 30 Satuan hilangkan
= 40 : 3 Disederhanakan
23

Dengan demikian, 4 m : 30 cm = 40 : 3
2. 2 kg : 8 ons Perbandingan besaran massa
= 20 ons : 8 ons Satuan ons (1 kg = 10 ons)
= 20 : 8 Satuan hilangkan
= 5 : 2 Disederhanakan
Dengan demikian, 2 kg : 8 ons = 5 : 2
3. 14 bulan : 1 tahun Perbandingan besaran waktu
= 14 bulan : 12 bulan Satuan dalam bulan (1 tahun = 12
bulan)
= 14 : 12 Satuan hilangkan
= 7 : 6 Disederhanakan
Dengan demikian, 14 bulan : 1 tahun = 7 : 6
4. 3 buah : 1 lusin Perbandingan besaran kuantitas
= 3 buah : 12 buah Satuan buah (1 lusin = 12 buah)
= 3 : 12 Satuan hilangkan
= 1 : 4 Disederhanakan
Dengan demikian, 3 buah : 1 lusin = 1 : 4
2.1.6.3 Konsep Perbandingan Senilai
Perbandingan senilai dapat disebut juga dengan perbandingan
seharga. Perbandingan senilai atau seharga adalah perbandingan antara
dua besaran yang apabila salah satu besaran memiliki nilai semakin
besar, maka nilai besaran yang lain akan semakin besar dan juga
sebaliknya. Perbandingan senilai disebut juga dengan proposisi. Dengan
𝑥1 𝑦1
rumus = Perbandingan senilai sama dengan pecahan senilai.
𝑥2 𝑦2

Perhatikan permasalahan berikut!


Contoh soal:
Ibu membeli 2 buah pulpen dengan harga 10.000 tentukan harga
yang akan dibayarkan ibu jika ia membeli pulpen sebanyak 4 buah?
Penyelesaian:
Diketahui:
X = pulpen
24

Y = harga
Ditanya: harga yang akan dibayarkan ibu jika ia membeli
sebanyak 4 buah pulpen?
Jawab:
𝑥1 𝑥2
=
𝑦1 𝑦2
2 10.000
=
4 𝑦2

2𝑦2 = 4 × 10.000
40.000
𝑦2 =
2

𝑦2 = 20.000
Maka yang harus dibayarkan oleh ibu adalah sejumlah Rp.
20.000
2.1.6.4 Konsep Perbandingan Berbalik Nilai
Perbandingan berbalik nilai adalah suatu bentuk perbandingan
yang apabila salah satu nilainya bertambah, maka besaran lainya
memiliki nilai yang semakin kecil. Berbeda dengan perbandingan
senilai, yaitu pada perbandingan senilai, nilai suatu barang akan
bertambah/berkurang sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan.
Suatu perbandingan dikatakan perbandingan berbalik nilai jika dua
perbandingan tersebut selalu tetap (konstan) walaupun perbandingannya
dibalik. Salah satu hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah
𝑥1 𝑦2
satuan dari besaran tersebut. Dengan rumus = . Perhatikan contoh
𝑥2 𝑦1

masalah berikut!
Contoh soal:
Ardi mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 24 km/jam
dalam 6 jam. Berapa waktu yang diperlukan jika dia mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan 72 km/jam?
Penyelesaian:
Diketahui:
X = kecepatan
25

Y = waktu
Ditanya: Berapa waktu yang diperlukan jika dia mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan 72 km/jam?
Jawab:
𝑥1 𝑦
= 𝑦2
𝑥2 1

24 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 𝑦2
= 6 𝑗𝑎𝑚
72 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚

72 𝑦2 = 24× 6
72 𝑦2 = 144
144
𝑦2 = 72

𝑦2 = 2 jam
Maka waktu yang diperlukan untuk mengendarai sepeda motor
dengan kecepatan 72 km/jam adalah 2 jam.
2.1.6.5 Konsep Perbandingan Skala Pada Peta
Skala merupakan perbandingan antara ukuran gambar dan
ukuran sebenarnya. Misalkan, suatu gambar ditunjukkan dengan skala 1
: 150. Skala 1 :150 artinya, setiap jarak 1 cm pada gambar mewakili
150 cm jarak sebenarnya. Dengan demikian, skala adalah perbandingan
jarak pada gambar dengan jarak sebenarnya dengan rumus sebagai
jarak pada peta
berikut skala = jarak sebenarnya . Perhatikan contoh soal berikut ini!

Contoh soal
Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.1 Peta 1


26

Pada gambar 2.1 merupakan peta kota Makassar ke kota


Watampone tertulis skala 1 : 2.000.000, artimya jarak 1 cm pada
gambar mewakili jarak yang sesungguhnya, yaitu 2.000.000 cm.
Jadi, skala adalah perbandingan jarak pada gambar/peta dengan
jarak yang sesungguhnya. Jika dikembalikan kebentuk perbandingan
menjadi
jarak pada peta
Skala = jarak sebenarnya
1 cm
Skala = 2.000.000 cm

Skala = 1 cm : 2.000.000 cm
Skala = 1 cm : 20.000 m
Skala = 1 cm : 20 km
Dapat disimpulkan jarak 1 cm pada peta mewakili 20 km jarak
yang sebenarnya .
2.2 Penelitian yang Relevan
Sejauh ini, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
terdapat berbagai penelitian yang membahas tentang pengaruh pembelajaran
matematika realistik terhadap hasil belajar siswa. Peneliti menggunakan penelitian
terdahulu berupa skripsi sebagai bahan acuan hasil penelitian. Berikut ini
beberapa peneliti terdahulu yang menjadi acuan peneliti:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sita & Muhammad As’ad (2020)
dengan judul Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar dalam Jurnal Ilmiah
Pendidikan dan Pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran
pendidikan matematika realistik terhadap hasil belajar siswa Sekolah
Dasar. Rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendidikan
matematika realistik lebih tinggi yaitu 70,333 dan nilai ratarata
kelompok kontrol sebesar 59,241.
2. Penelitian yang dilaksanakan oleh (Siregar Nuriana, 2019) bahwa hasil
penelitian dan analisis data terdapat pengaruh pendekatan Realistic
27

Matematic Education (RME) terhadap hasil belajar matematika siswa


SMP Negeri 9 Pekanbaru.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto & Titin Fatimah (2021)
dengan judul Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas XI Tentang Operasi Hitung Matriks di SMA
Plus Darul Hikmah dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional Integrasi
Matematika dan Nilai Islami. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa adanya pengaruh dari pendekatan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) terhadap hasil belajar siswa kelas IX tentang operasi
hitung matriks di SMA Plus Darul Hikmah. Terdapat perbedaan hasil
belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan dengan
nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen 85 dan kelas kontrol
75,83. Hasil uji paired sample t-tes menunjukkan bahwa nilai sig. (2-
tailed) adalah 0,025, karena 0,025 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
2.3 Kerangka Konseptual
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti pada penelitian ini adalah dengan
melakukan observasi. Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hasil
observasi tersebut diketahui bahwa rendahnya hasil belajar matematika kelas VII
SMP Negeri 8 Pematang Siantar. Hasil observasi ini digunakan sebagai acuan
dalam menentukan kelas eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan) serta
menentukan sistem pembelajaran yang akan digunakan dalam kelas eksperimen.
Alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan mampu mengatasi
permasalahan tersebut adalah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
Pendekatan Matematika Realistik. Materi yang akan digunakan dalam
menerapkan Pendekatan Matematika Realistik yaitu Perbandingan.
Dengan menggunakan pendekatan ini peneliti bermaksud untuk melatih
siswa agar lebih aktif lagi didalam kelas, agar saling memberikan informasi antar
siswa, dan melatih kepercayaan diri siswa, sehingga melalui Pendekatan
Matematika Realistik ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
28

VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang berpusat
Kondisi Awal
pada guru
2. Rendahnya Hasil Belajar Siswa

Tindakan

Pembelajaran di kelas eksperimen


menggunakan pendekatan
matematika realistik

Post Test

Hasil Test

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konseptual
29

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan Jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan (sugiyono,2019).
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka, maka yang menjadi
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
𝐻0 ∶ 𝜇1 ≠ 𝜇2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Pendekatan
Matematika Realistik terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar
𝐻𝑎 ∶ 𝜇1 = 𝜇2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari Pendekatan
Matematika Realistik terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,2019). Dengan demikian,
tujuan penelitian eksperimen sejalan dengan tujuan penelitian yang akan
digunakan oleh peneliti yaitu mencari pengaruh Pendekatan Matematika
Realistik terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, penelitian pengaruh
Pendekatan Matematika Realistik terhadap hasil belajar siswa pada materi
Perbandingan kelas VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar Tahun Ajaran
2023/2024 merupakan penelitian eksperimen menggunakan pendekatan
kuantitatif.
3.1.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif, dengan desain penelitian Pre-experimental Design
dengan bentuk One-Shot Case Study. One-Shot Case Study terdapat suatu
kelompok diberi treatment atau perlakuan, dan selanjutnya diobservasi
hasilnya. Treatment atau perlakuan pada penelitian ini adalah Pendekatan
Matematika Realistik sebagai variabel independen, dan Hasil Belajar adalah
sebagai variabel dependen. Observasi yang dilakukan setelah treatment yaitu
pemberian soal post-test kepada siswa. Adapun desain eksperimen yang
dilakukan dalam penelitian seperti di berikut :
Tabel 3.1 One-shot case study
Treatment Posttest
X O
Andra (2022)
Keterangan:
X : Media Pembelajaran Auditory Itelectually Repetition
O : Nilai Posttest (sesudah diberi perlakuan)

30
31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 8 Pematang
Siantar, Jl. Pane, Tomuan, Kec. Siantar Timur., Kota Pematang Siantar,
Sumatera Utara 21133. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun
ajaran 2023/2024.
3.2.2 Waktu Penelitian
Peneliti memperkirakan lamanya waktu yang diperlukan untuk
penelitian yaitu kurang lebih selama 1 bulan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteritas tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimilliki oleh
subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2019). Populasi adalah keseluruhan obyek
yang menjadi sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar.
3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2019) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penentuan jumlah sampel pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan Non Probability Sampling yaitu
sampel ini dipilih tidak secara acak. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Sample. Menurut Arikunto
(2014) Purposive Sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu.
32

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas VII-7
yang berjumlah 32 siswa. Pengambilan sampel ini didasarkan pada
kesepakatan guru matematika dan peneliti atas dasar pertimbangan
kemampuan siswa yang dilihat dari hasil belajar mereka selama satu
semester, juga disesuaikan dengan waktu penelitian.
3.4 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019).
Maka dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (X) dan satu variabel
terikat (Y), yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel ini sering disebet variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2019). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Pendekatan
Matematika Realistik.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel ini sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa.
3.4.2 Defenisi Operasional Penelitian
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Perbandingan Kelas
VII SMP Negeri 8 Pematang Siantar”. Istilah – istilah yang memerlukan
penjelasan adalah sebagai berikut:
1. Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan yang diperoleh
peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Peserta didik yang
33

berhasil dalam belajar ialah yang mampu mencapai tujuan-tujuan


pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional. Kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan peserta didik dalam memahami mata
pelajaran matematika khususnya pada materi pokok Perbandingan.
Jadi, upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam penelitian ini
berupa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari yang sebelumnya
yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar dengan
menerapkan Pendekatan Matematika Realistik.
2. Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaranmatematika di Belanda. Kata “Realistik” sering disalah
artikan sebagai “real-world” yaitu dunia nyata. Banyak yang
menganggap bahwa pendidikan matematika realistik merupakan suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu dikaitkan
dengan masalah sehari-hari. Penggunaan kata “realistik” sebenarnya
berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk
dibayangkan” atau “to imagine”. Menurut Van den Heuvel-Panhuizen,
pengunaan kata “realistik” tersebut tidak sekedar menujukkan adanya
suatu koneksi dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu
pada fokus pendidikan matematika realistik dalam menempatkan
penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan
(imagineable) oleh siswa-siswi (Wijaya,2011).
3. Perbandingan
Perbandingan disebut juga rasio. Perbandingan antara dua besaran
atau lebih disebut dengan rasio. Perbandingan identic dengan pecahan,
sedangkan perbandingan tidak akan berubah jika dikalikan atau dibagi
dengan bilangan lain. Selain itu, perbandingan bisa dibagi dengan
membagi suku pertama dan mengalikan suku kedua. Perbandingan
juga bisa dikalikan dengan suatu bilangan dengan cara mengalikan
bilangan dengan cara mengalikan bilangan tersebut dan sebaliknya
untuk suku kedua.
34

Perbandingan juga dapat dinyatakan dengan tuga cara yaitu sebagai


berikut:
𝑎 1
1. Pecahan 𝑏 , misalnya 4

2. Dua bilangan yang dipisahkan oleh titik dua (:),


misalnya 1:4
3. Dua bilangan yang dipisahkan oleh kata dari,
misalnya 1 dari 4.
Perbandingan juga dapat disederhanakan dengan membagi bilangan –
bilangan yang diperbandingkan dengan Faktor Persekutuan Terbesar
(FPB).
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk tes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Instrumen jenis tes menggunakan post-test yang meliputi tes Hasil Belajar
siswa berbentuk uraian. Tes Hasil Belajar Matematika dalam penelitian ini terdiri
atas tes akhir (post-test). Peneliti melakukan pembelajaran menggunakan
Pendekatan Matematika Realistik pada kelas eksperimen. Selanjutnya peneliti
memberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
yang sudah diberikan peneliti.
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Instrumen Hasil Belajar
Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran Ranah Soal
Kognitif
3.5 Memahami 3.5.1 Membedakan C1, C2 1
Konsep Perbandingan masalah yang berkaitan
dan menggunakan dengan perbandingan
bahasa perbandingan (rasio) dan yang bukan.
dalam Menjelaskan rasio dari C1, C2 2
mendeskripsikan satuan yang sama ataupun
hubungan dua besaran berbeda seperti tariff,
35

atau lebih kelajuan ataupun kurs.

Menentukan Perbandingan C2, C3 3


yang ekuivalen dengan
membuat suatu
perbandingan senilai
maupun berbalik nilai
untuk menentukan suatu
nilai
Menyelesaikan Membedakan masalah C2, C3, C4 4
masalah yang perbandingan senilai
berkaitan dengan dengan berbalik nilai
Perbandingan Senilai dengan menggunakan
dan Berbalik Nilai tabel, grafik dan
serta Perbandingan persamaan.
Skala Menggunakan berbagai C2, C3, C4 5
macam strategi termasuk
tabel dan grafik untuk
menyelesaikan masalah
perbandingan senilai dan
berbalik nilai ataupun
skala.
Dari kisi-kisi dan indikator yang telah dibuat untuk menjamin validasi
dari sebuah soal maka selanjutnya dibuatlah pedoman penskoran yang sesuai
dengan indikator untuk menilai instrument yang telah dibuat. Adapun kriteria
penskoran yang digunakandpat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Tes Hasil Belajar Matematika
No Indikator Reaksi Terhadap Soal/Masalah Skor
1 Mengingat (C1) Tidak ada jawaban sama sekali 0
Menulis penjelasan jawaban secara 1
singkat, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 2
singkat dan benar
Menulis penjelasan jawaban secara 3
lengkap, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 4
lengkap dan benar
36

2 Memahami (C2) Tidak ada jawaban sama sekali 0


Menulis penjelasan jawaban secara 1
singkat, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 2
singkat dan benar
Menulis penjelasan jawaban secara 3
lengkap, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 4
lengkap dan benar
3 Menerapkan (C3) Tidak ada jawaban sama sekali 0
Menulis penjelasan jawaban secara 1
singkat, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 2
singkat dan benar
Menulis penjelasan jawaban secara 3
lengkap, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 4
lengkap dan benar
4 Menganalisis (C4) Tidak ada jawaban sama sekali 0
Menulis penjelasan jawaban secara 1
singkat, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 2
singkat dan benar
Menulis penjelasan jawaban secara 3
lengkap, namun salah
Menulis penjelasan jawaban secara 4
lengkap dan benar
skor perolehan
Keterangan : Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 ×100
37

Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument.


Tujuannya adalah untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas butir tes, tingkat
kesukaran butir tes, dan daya pembeda butir tes.
Selain itu data dari Pendekatan Matematika Realistik diperoleh dengan
menyebarkan angket tentang persepsi siswa mengenai Pendekatan Matematika
Realistik yang akan dilaksanakan. Lembar angket disusun dengan 3 indikator,
diantaranya ketertarikan, keingintahuan dan melaksanakan. Skala penilaian angket
yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Tabel 3.4 Pemberian Skor Tiap item Pertanyaan/Pernyatan
Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Kurang Setuju 2
Tidak Setuju 1
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument. Suatu intrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Sebelum instrument sikatakan valid apabila dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui
validitas instrument digunakan rumus product moment. Product momen
correlation adalah salah satu teknik untuk mencari kolerasi variabel. Untuk
mencari kolerasi product moment correlation digunakan uji validitas instrument
dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur,
sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Untuk menguji validitas tes
digunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2016)
Keterangan :
rxy = Koefisien kolerasi
∑ XY = Jumlah nilai perbutir dikalikan nilai per siswa
∑ X = Jumlah nilai per butir
∑ Y = Jumlah nilai per siswa
n = Jumlah siswa
38

Kriteria pengujian validitas adalah setiap item valid apabila


rxy > rtabel (diperoleh dari nilai r product moment).
2. Uji Realibitas
Menurut Sundayana (dalam Fatkhuriyah, 2022), Reliabilitas instrument
penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (kosisten,
ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya
diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda.
Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel. Dala menguji
reliabilitas instrument penelitian ini, penulis menggunakan rumus Cronbach’s
Alpha untuk tipe soal uraia yaitu sebagai berikut :
𝑛 𝑀 (𝑛 − 𝑀
r11 = ( ) (1 − )
𝑛−1 𝑛𝑆𝑡2
(Arikunto,2016)
Keterangan :
𝑟11 = reliabilitas yang dicari
𝑛 = jumlah varian skor tiap-tiap item
M = mean skor total
𝑆𝑡2 = varians total
Adapun interprestasinya :
Tabel 3.5 Kriteria Soal Uji Reliabilitas
Soal Kriteria
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Lemah
0,00 – 0,20 Sangat Lemah
3. Uji Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu
dalam memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannnya. Untuk mencari tingkat indeks kesukaran (P) dengan
rumus :
𝐵
P = 𝐽𝑆

(Arikunto,2016)
39

Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun kriteria untuk mengetahui indeks kesukaran item soal adalah:
Tabel 3.6 Kriteria untuk mengetahui Indeks Kesukaran (P)
Soal (P) Kriteria
0,71 – 1,00 Soal Mudah
0,31 – 0,70 Soal Sedang
0,00 – 0,30 Soal Sukar
Soal – soal yang dianggap baik, yaitu soal –soal sedang, adalah soal – soal yang
mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70.
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Rumus yang digunakan unrk mencari daya pembeda adalah :
∑𝐴 ∑𝐵
𝐷𝑃 = −
𝑁𝐴 𝑁𝐵
Keterangan :
DP : Indeks daya pembeda
∑ A : Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
∑ B : Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
NA : Jumlah siswa kelompok atas
NB : Jumlah siswa kelompok bawah
Kriteria untuk mengetahui daya pembeda butir soal adalah :
Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda Kriteria
0,71 – 1,00 Baik Sekali
0,41 – 0,70 Baik
0,21 – 0,40 Cukup
0,00 – 0,20 Jelek
Negatif (-) Sangat jelek
Butir-butir soal yang baik adalah butir – butir soal yang mempunyai indeks
diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahap kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh informasi dari sebuah populasi (Sadarang dkk.,
2021). Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan sesuai
dengan prosedur. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka
40

penelitian ini menggunakan 3 metode pengumpulan data yaitu observasi, tes, dan
dokumentasi (Oktaviyanti dkk., 2022)
a. Observasi
Observasi Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media gambar. Observasi yang dilakukan peneliti
untuk mengamati dan mencatat secara sistematis tentang apa yang akan
diamati, kapan dan dimana tempatnya.
b. Tes
Tes unjuk kerja digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan tes berupa pretest dan posttest
kemampaun komunikasi matematis berbentuk uraian. Tujuan dari
pemberian tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematis siswa dan menjawab hipotesis peneliti yang teah dirumuskan
sebelumnya. Soal-soal yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan
komunikasi.
c. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitiandengan memanfaatkan dokumen-dokumen tertulis, foto kegiatan
proses pelaksaan pembelajaran. Dokumen ini akan mendukung penelitian
sebagai salah satu bukti keaslian dari diadakannya penelitian di SMP
Negeri 8 Pematang Siantar.
d. Kuisioner (Angket)
Menurtu (Sugiyono, 2017) Kusioner atau angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Angket akan diberikan kepada siswa setelah siswa diberikan perlakuan
terhadap Pendekatan Matematika Relistik dan telah mengerjakan soal
Post-test. Angket diberikan peneliti pada kelas VII di SMP Negeri 8
Pematang siantar.
41

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Tujuan dari analasisi data ini ialah untuk
mendeskripsikan sebuah data sehingga dapat di pahami dan untuk menarik
kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel, yang bisa dibuat dasar pendugaan dan pengujian hipotesis.
3.7.1 Uji Persyaratan Analisis Data
1. UJi Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan
rumus chikuadrat (X2 ) :
(𝑓0 − 𝑓ℎ)²
𝑋ℎ2 =
𝑓ℎ
(Sugiyono, 2019)
Keterangan :
X² : Kuadrat Chi yang dicari
F0 : Frekuensi yang tampak sebagai hasil pengamatan
fh : Frekuensi yang diharapkan
Data berdistribusi normal jika chi-kuadrat hitung lebih kecil atau
sama dengan harga chi kuadrat table, maka distribusi data dinyatakan
normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal, yaitu X² hitung ≤ X²
tabel (1-α), dengan taraf pengujian α= 0,05.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui bahwa data tersebut
merupakan uji prasyarat untuk analisis regresi linear sederhana. Dalam
analisis linearitas data ini menggunakan analisis SPSS versi 25.
Kriteria pengujian hipotesis yaitu denga menggunakan (Sig.) dengan
cara membandingkan nilai Sig. dari Deviantion from Liniarity pada table
ANOVA dengan α yang dipilih (0,05) dengan kriteria apabila
Sig. pada Deviantion from Liniarity > α maka data linear , apabila Sig.
Deviantion from Liniarity < α maka data tidak linear.
42

3.7.2 Uji Hipotesis


1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil
belajar siswa. Menurut Sugiyono (2018) bahwa analisis regresi sederhana
didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel
independen dengan satu variabel dependen menggunakan rumus :
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋
(Sugiyono, 2019)
Keterangan :
Y : Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan
𝑎 : Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b : Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik,
dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X: Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu.
Dimana :

Nilai 𝛼 merupakan estimasi konstribusi yang diberikan oleh faktor


diluar X terhadap Y. Nilai b dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
a. Apabila b > 0, maka terdapat pengaruh positif variabel (X)
terhadap variabel (Y).
b. Apabila b = 0, maka tidak terdapat pengaruh variabel (X)
terhadap variabel (Y).
c. Apabila b < 0, maka terdapat pengaruh negative variabel (X)
terhadap variabel (Y).
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan
seberapa persen besarnya variabel X terhadap variabel Y, maka rumus
yang digunakan yaitu :
KP = r²x 100%

Keterangan :
KP : Besarnya koefisien
r² : Koefisien korelasi
43

2. Uji – t
Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial,
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial
antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan
mengasumsikan bahwa variabel lain dianggap konstanta dengan
menggunakan rumus:
𝑟√𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2
(Sugiyono, 2019)
Keterangan :
𝑡 = distribusi t
𝑟 = koefisien korelasi parsial
𝑟 2 = koefisien determinasi
𝑛 = jumlah data
Hasil perhitungan uji t (t-test) ini dibandingkan dengan tabel-t
dengan menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan
sebagai berikut:
a. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑠𝑖𝑔. < 𝛼 maka 𝐻0 ditolak dan
𝐻1 diterima
b. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai 𝑠𝑖𝑔. > 𝛼 maka 𝐻0 ditolak dan
𝐻1 diterima.
44

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J., Vahlia, I., & Setiawan, D. Y. (2022). Pengaruh Pendekatan
Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Kelas Viii Di Smp Negeri 2
Seputih Mataram. Prosiding Seminar …, 2013, 110–116.
https://prosiding.ummetro.ac.id/index.php/snppm/article/view/110%0Ahttps:
//prosiding.ummetro.ac.id/index.php/snppm/article/download/110/85
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Asdar, A., Arwadi, F., & Rismayanti, R. (2021). Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Matematika dan Self
Confidence Siswa SMP. Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1),
116.
Basir, Muhammad. 2017. Pendekatan Pembelajaran. Sengkang: Lampena
Intimedia.
Claudia, S., Suryana, Y., & Pranata, O. H. (2020). Pengaruh Pendekatan
Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II Pada Perkalian
Bilangan Cacah di Sekolah Dasar. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(2), 210–221.
Fatkhuriyah, M. (2022). Pengaruh Metode Inquiry Terhadap Kemampuan Literasi
Sains Pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar
Fauhah, H., & Rosy, B. (2020). Analisis Model Pembelajaran Make A Match
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran
(JPAP), 9(2), 321–334. https://doi.org/10.26740/jpap.v9n2.p321-334
Ginting, Randika J. 2022. Pengembangan Modul Berbasis Problem Based
Learning (PBL) Dengan Pendekatan Saintifik Pada Pokok Bahasan Asam
Basa Untuk Siswa Kelas XI SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: FMIPA
Universitas Negeri Medan.
Hartono, Y. 2007. Pendekatan matematika realistik. Pembelajaran Matematika
SekolahDasar...(Online),(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pengemba
nganPembelajaranMatematika_UNIT_7_0.pdf, diakses 17 agustus 2023).
Hermanto & Titin Fatimah. 2022. Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik
45

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Tentang Operasi Hitung Matriks di


SMA Plus Darul Hikmah. Volume 4(1).
Khotimah, S. H., & As'ad,M. (2020). Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Jurnal:
Ilmiah Pendiidkan Dan Pembalajaran, 4(3)
Purnomo, B. H. (2011). Metode dan Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian
Tindakan Kelas (Classroomaction Reasearch). Jurnal Pengembangan
Pendidikan,8(1)
Ramadhani, M. H., & Caswita. (2017). Pembelajaran Realistic Mathematic
Education terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. Seminar Nasional
Matematika Dan Pendidikan Matematika2017UIN Raden Intan Lampung,
265–272.
Ricardo, & Meilani R I. (2017). The impacts of students’ learning interest and
motivation on their learning outcomes. Jurnal Pendidikan Ekonomi
Perkantoran, 1(1), 79–92.
Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati, E. Y. (2013), Penyusunan Instrumen tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika pada siswa SMP. jurnal Pendidikan
Fisika,1(2)
Salamun, F. 2020. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Dengan Model
Discovery Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Pola
Bilangan. Skripsi tidak diterbitkan. Ambon: IAIN Ambon.
Shalsabila,A.T., Zanthy, L. S. & Sriyatun, S. (2023). Penerapan Pendekatan
Realistic Mathematic Education terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Persamaan Linear Satu Variabel Kelas VII SMP. JMPI - Jurnal Pembelajaran
Matematika Inovatif, 6 (2), 756-772.
Sholikhah, I'sro. 2017. Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Islam Gandusari
Trenggalek pada Materi Himpunan. Disertas. Tulungagung: Institut Agama
Islam Negeri Tulungagung.
Simangunsong, T. M., Tambunan, O. L., Sauduran, N. G. 2022. Pengaruh
Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri
46

2 Tapian Dolok. Volume 4 (5)


Siregar, Nurliani. 2018. Pengantar Pendidikan. Pematang Siantar; Universitas
HKBP NOMMENSEN Pematang Siantar.
Sugiharti, G. 2013. Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar Kimia. Medan: Unimed
Press.
Sugiyono. 2019 Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumianto, S. 2018. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V Al-Azim SDIT
Raudahtur Rahmah Pekanbaru. Jurnal Basicedu. Vol. 2(1)

Ramadhani, M. H., & Caswita. (2017). Pembelajaran Realistic Mathematic


Education terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. Seminar Nasional
Matematika Dan Pendidikan Matematika2017UIN Raden Intan Lampung,
265–272.
Ricardo, & Meilani R I. (2017). The impacts of students’ learning interest and
motivation on their learning outcomes. Jurnal Pendidikan Ekonomi
Perkantoran, 1(1), 79–92.
Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati, E. Y. (2013), Penyusunan Instrumen tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika pada siswa SMP. jurnal Pendidikan
Fisika,1(2)
Salamun, F. 2020. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Dengan Model
Discovery Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Pola
Bilangan. Skripsi tidak diterbitkan. Ambon: IAIN Ambon.
Shalsabila,A.T., Zanthy, L. S. & Sriyatun, S. (2023). Penerapan Pendekatan
Realistic Mathematic Education terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi
Persamaan Linear Satu Variabel Kelas VII SMP. JMPI - Jurnal Pembelajaran
Matematika Inovatif, 6 (2), 756-772.
Sholikhah, I'sro. 2017. Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Islam Gandusari
Trenggalek pada Materi Himpunan. Disertas. Tulungagung: Institut Agama
47

Islam Negeri Tulungagung.


Simangunsong, T. M., Tambunan, O. L., Sauduran, N. G. 2022. Pengaruh
Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri
2 Tapian Dolok. Volume 4 (5)
Siregar, Nurliani. 2018. Pengantar Pendidikan. Pematang Siantar; Universitas
HKBP NOMMENSEN Pematang Siantar.
Sugiharti, G. 2013. Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar Kimia. Medan: Unimed
Press.
Sugiyono. 2019 Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumianto, S. 2018. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V Al-Azim SDIT
Raudahtur Rahmah Pekanbaru. Jurnal Basicedu. Vol. 2(1)
Sprahatiningrum, J. 2016. Strategi Pembelajaran. Yokyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suryanto.2007. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Majalah
PMRI. Vol. V(1). Syahrum & Salim. 2012. Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Bandung: Citapustaka Media.
Wahyudi, Nur. 2019. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Di SMPN 3 Kepulauan Slayar. Disertasi. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
wijaya, Ariyadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif
Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yulianti, S., & Yulianti, S. (2021). Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics
Education (Rme) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Smp.
HISTOGRAM: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2).
Zulkardi.2002. Developing a Learning Environment on Realistik Mathamaties
Education for Indonesia Student Teacher. Ph.D Thesis University of Twente,
Enschede, the Netherlands.
48

Suprihatiningrum,J. 2016. Strategi Pembelajaran. Yokyakarta: Ar-Ruzz Media.


Suryanto.2007. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Majalah
PMRI. Vol. V(1).
Syahrum & Salim. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media.
Wahyudi, Nur. 2019. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Di SMPN 3 Kepulauan Slayar. Disertasi. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
wijaya, Ariyadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif
Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yulianti, S., & Yulianti, S. (2021). Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics
Education (Rme) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Smp.
HISTOGRAM: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2).
Zulkardi.2002. Developing a Learning Environment on Realistik Mathamaties
Education for Indonesia Student Teacher. Ph.D Thesis University of Twente,
Enschede, the Netherlands
49

Lampiran 1
DIALOG HASIL WAWANCARA DENGAN SALAH SATU GURU
MATEMATIKA DI SMP
NEGERI 8 PEMATANG S1ANTAR

Lukas Menurut ibu apakah yang dimaksud dengan pendekatan


dengan pendekatan matematika realistik
Guru Mata Menurut saya pendekatan matematika realistik itu suatu
Pelajaran pendekatan yang
menempatkan realita atau kehidupan sehari — hari dalam
proses belajai mengajar dengan menggunakan pengalaman
siswa sebagai titil pembelajaran yang dimana siswa diberi
kesempatan untuk mengkonstruks sendiri pengetahuan
matematikanya melalui kehidupan sehari — hari
Lukas Menurut ibu apakah siswa dikelas aktif dalam proses
pembelajaran Matematika
Guru Mata Menurut saya ya mereka itu terkadang mau aktif terkadang
Pelajaran tidak dan ada yang tidur d i k e l a s
Lukas Menurut ibu apakah siswa mampu belajar mandiri
Guru Mata Belum karna siswa masih kelas 7 dan butuh dampingan
Pelajaran penuh dan bimbingan penuh apalagi dikurikulum saat ini
Lukas Terkait hasil belajar matematika siswa pada smp Negeri 8
Pematang Siantar, apakah masih banyak yang belum
mencapai batas KKM
Guru Mata Menurut saya jika dikatakan masih ada yang belum mecapai
Pelajaran KKM, ya masih ada siswa yang belum tuntas dan masih
banyak yang dibawah KKM
Lukas Model apa yang ibu terapkan dalam proses pembelajaran
dikelas
50

Guru Mata Model yang sering saya pakai yaitu model kovensional atau
Pelajaran ceramah dan emang guru matematika di sekolah ini
kebanyakan masih menggunakan model tersebut
Apa yang harus dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa
Guru Mata Menurut saya untuk meningkatkan hasil belajar tersebut
Pelajaran dengan cara menyarankan kepada siswa tersebut untuk
melakukan les atau belajar tambahan diluar sekolah guna
untuk memperkaya ilmu matematikanya
51

Lampiran 2

PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR


DINAS PENDIDIKAN
UTPD SMP NEGERI 8 PEMATANG SIANTAR
Jln. Pane No.38. Telp. 0622-25591 Kode Pos : 21133

Daftar Nilai Ujian Tengah Semester Siswa T.P. 2022/2023

Kelas VII.7
No Nama Siswa Nilai UTS
1. ABSYALOM CARRENS MANUEL N 69
2. ALFRED ZEFALDO WARASI 84
3. ARON DANIEL HASUNDUNGAN LUMBAN TOBING 64
4. ASRIEL VAN PERISE TAMBUNAN 68
5. BUNGA DAHLIA SARAGIH 67
6. CELSI SITOHANG 69
7. CHRISTIAN PURNAMA SIAHAAN 79
8. DOLI LEO RENCUS SIANIPAR 74
9. FERI ARDO SIMANJUNTAK 69
10. FRIDA NATALIA SIAHAAN 68
11. GEY SARTANA PUTRA PANGARIBUAN 77
12. GIOVANO TIMOTHY SIRAIT 64
13. INDAH ADE LINA SIBURIAN 73
14. JESIKA RONAULI SAMOSIR 68
15. JOSEPH BENAYA SUMBAYAK 67
16. JUAN CARLOS ARITONANG 45
17. KEYSIA BUTAR BUTAR 70
18. KEVIN PURBA 40
19. MARSANDA SEPTANIA SINAGA 66
52

20. METTHEW DELFERO NAINGGOLAN 74


21. NADINE LOISA AMBARITA 80
22. NAOMI CRISTABEL SIAHAAN 69
23. OKTAVIANA PUTRI ARIVINA 70
24. PEDRO SILALAHI 70
25. RANGGA PELIKSTIAN BATUBARA 67
26. RAVHA NATANAEL NADEAK 68
27. REGINA ARTA ULINA MANALU 67
28. RIAYU TESALONIKA TANJUNG 70
29. RODO ANGGIAT MARANGGI TAMBUNAN 75
30. TIARA KASIH 68
31. VIOLLA PANJAITAN 85
32. ZEVANNYA OKTA WINNY PANGGABEAN 65
52

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SMP Negeri 8 Pematang Siantar


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan 1)

A. KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab,
peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.

B. KOMPETENSI DASAR dan INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Menghargai dan 1.1.1 Berdo’a sebelum dan
menghayati ajaran sesudah pembelajaran
agama yang dianutnya. 1.1.2 Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi.
1.1.3 Mengucapkan hamdalah
ketika berhasil melakuukan
53

sesuatu
2. 2.2 Memiliki rasa ingin tahu, 2.2.1 Berani menyampaikan
percaya diri, dan pendapat, baik dalam
ketertarikan pada kelompok ataupun klasikal
matematika serta 2.2.2 Berani bertanya selama
memiliki rasa percaya proses pembelajaran
pada daya dan kegunaan 2.2.3 Mengerjakan tugas yang
matematika, yang diberikan dengan baik
terbentuk melalui 2.2.4 Tidak bergantung terhadap
pengalaman belajar. teman sebaya dalam
mengerjakan tugas
3. 3.4 Memahami konsep 3.4.1 Menjelaskan pengertian
perbandingan dan perbandingan menurut bahasa
menggunakan bahasa sendiri.
perbandingan dalam 3.4.2 Menuliskan suatu masalah
mendeskripsikan perbandingan ke dalam
hubungan dua besaran pernyataan perbandingan.
atau lebih 3.4.3 Menjelaskan pengertian rasio
dengan bahasanya sendiri.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan Pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat:
1. Mengetahaui konsep perbandingan dan penggunaan nya dalam kehidupan
sehari – hari
2. Mengetahui konsep perbandingan dengan dua besaran berbeda dan
penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari

D. POKOK – POKOK MATERI


Konsep Perbandingan
Perbandingan disebut juga rasio. Perbandingan antara dua
besaran atau lebih disebut dengan rasio. Perbandingan identik dengan
pecahan, sedangkan perbandingan tidak akan berubah jika dikalikan
atau dibagi dengan bilangan lain. Selain itu, perbandingan bisa dibagi
dengan membagi suku pertama dan mengalikan suku kedua.
Perbandingan juga bisa dikalikan dengan suatu bilangan dengan cara
mengalikan billangan pertama dengan bilangan tersebut dan sebaliknya
untuk suku kedua.
54

Perbandingan juga dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu:


𝑎 1
4. Pecahan 𝑏 , misalnya 4
5. Dua bilangan yang dipisahkan oleh titik dua (:),
misalnya 1:4
6. Dua bilangan yang dipisahkan oleh kata dari,
misalnya 1 dari 4.
Perbandingan juga dapat disederhanakan dengan membagi
bilangan – bilangan yang diperbandingkan dengan faktor persekutuan
terbesar (FPB). Oleh karena itu, terlebih dahulu harus mengingat
bagaimana cara mencari FPB dari dua buah bilangan yang kemudian
menyederhanakan perbandingan dengan membaginya dengan cara FPB
seperti pada contoh dibawah ini.
Contoh soal
Pak udin seorang petani. Ia mengangkut hasil panennya dengan
menggunakan sebuah truk. Berikut ini data hasil panennya yaitu
d. Padi 1200 kg
e. Jagung 800 kg
f. Ketela 2000 kg
Konsep Perbandingan dengan Dua Besaran Berbeda
Perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda adalah
perbandingan dengan besaran yang sama tetapi satuannya berbeda.
Perhatikan contoh perbandingan dua besaran dengan satuan yang
berbeda berikut!
Contoh soal:
Sederhanakanlah perbandingan-perbandingan di bawah ini.
1. 4 m : 30 cm : Besaran panjang dengan satuan m dan cm
2. 2 kg : 8 ons : Besaran massa dengan satuan kg dan ons
3. 14 bulan : 1 tahun : Besaran waktu dengan satuan bulan dan
tahun
4. 3 buah : 1 lusin : Besaran kuantitas benda dengan satuan
buah dan lusin
55

Penyelesaian:
Untuk menyederhanakan perbandingan di atas, hal yang harus
diperhatikan sebelumnya yaitu menyamakan terlebih dahulu bentuk
satuannya. Setelah menyamakan satuannya, maka kemudian
menyederhanakan perbandingan bilangan tersebut.
5. 4 m : 30 cm Perbandingan besaran panjang
= 400 cm : 30 cm Satuan cm (1 m = 100 cm)
= 400 : 30 Satuan hilangkan
= 40 : 3 Disederhanakan
Dengan demikian, 4 m : 30 cm = 40 : 3
6. 2 kg : 8 ons Perbandingan besaran massa
= 20 ons : 8 ons Satuan ons (1 kg = 10 ons)
= 20 : 8 Satuan hilangkan
= 5 : 2 Disederhanakan
Dengan demikian, 2 kg : 8 ons = 5 : 2
7. 14 bulan : 1 tahun Perbandingan besaran waktu
= 14 bulan : 12 bulan Satuan dalam bulan (1 tahun = 12
bulan)
= 14 : 12 Satuan hilangkan
= 7 : 6 Disederhanakan
Dengan demikian, 14 bulan : 1 tahun = 7 : 6
8. 3 buah : 1 lusin Perbandingan besaran kuantitas
= 3 buah : 12 buah Satuan buah (1 lusin = 12 buah)
= 3 : 12 Satuan hilangkan
= 1 : 4 Disederhanakan
Dengan demikian, 3 buah : 1 lusin = 1 : 4

E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN


Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Matematika Realistik
Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab, dan penugasan
56

F. SUMBER, ALAT/BAHAN DAN MEDIA BELAJAR


1. Sumber : Matematika, Untuk Kelas VII SMP, oleh
As’ari, Abdur Rahman, dkk. Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
2. Alat/Bahan : Buku Paket Matematika Kelas VII, Papan
Tulis dan Spidol
3. Media : Lembar kerja siswa, Lembar Penilaian

G. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


Tahapan Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Kegiatan awal PERSIAPAN 10
 Mengucapkan  Menjawab salam yang Menit
salam. diucapkan guru.
 Membuat doa.
 Meminta siswa
membuat doa.
 Mengangkat tangan bila
 Mengecek disebut namanya
kehadiran siswa
dan memastikan
siswa siap  Mendengarkan penjelasan
menerima guru dan mencermati
pelajaran aktivitas aktif yang akan
 Menyampaikan dilakukan dalam diskusi
aktifitas aktif kelompok.
yang akan
dilakukan oleh
siswa, selama
proses  Mendengarkan penjelasan
pembelajaran guru dan mencatat hal-hal
 Menyampaikan yang penting
beberapa hal
yang perlu
dilakukan siswa,
dalam diskusi
kelompok,
mengajukan
masalah dan ide-
ide secara bebas
terbuka
57

Kegiatan  Pendekatan 60
Inti Matematika Menit
Realistik  Membangun persepsi
a. (Stimulation positif terhadap materi yang
(FASE 1) dipelajari dengan
 Memberikan memecahkan masalah
gambaran kehidupan nyata .
Perbandingan  Mengamati masalah yang
dalam kehidupan diajukan dan menuliskan
nyata berbagai informasi yang
diketahui.
 Meminta siswa
mengajukan
berbagai pertanyaan  Memunculkan berbagai
disekitar masalah pertanyaan disekitar
dan memberikan masalah.
beberapa contoh
pertanyaan mendalam  Memperhatikan guru yang
tentang kasus yang sedang menerangkan.
dipikirkan.
 Guru membantu
siswa dengan
menjawab  Membentuk kelompok
pertanyaan dengan anggota kelompok
mengenai masalah minimal 2-3 orang satu
yang dipertanyakan kelompok. Menerima
oleh siswa. Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD).
b. Problem
Statement  Memperhatikan sekaligus
(FASE 2) memahami masalah yang
 Mengorganisasika tertera dan mencermati
n siswa belajar pertanyaan tuntunan
dalam kelompok pemecahan
yang beranggotakan
2-3 orang .  Setiap subkelompok
mencoba memahami
 Meminta siswa masalah dan berdiskusi
memahami masalah. dengan sub kelompok lain.
 Bertanya pada guru hal-hal
yang kurang dipahami
 Jika ada siswa dalam masalah, jika semua
yang tidak anggota kelompok tidak
memahami masalah, memahami masalah.
dapat bertanya pada Mencermati arahan guru
teman dan mencoba kembali
58

subkelompoknya. memahami masalah


 Jika semua
siswa dalam satu  Siswa memperhatikan
kelompok tidak sekaligus mencermati
memahami jawaban yang dipaparkan
masalah, maka oleh guru.
bertanya pada
guru.  Melakukan kegiatan
pengerjaan soal secara
subkelompok atau pribadi

 Mencermati arahan dari


c. Data Collection guru dan terus mencoba
(FASE 3) melakukan aktivitas
 Guru pemecahan masalah.
memberikan arahan
pemecahan masalah  Mendengarkan pendapat
atas pertanyaan teman dan mendiskusikan
yang kurang hasil pemikiran yang berbeda
dimengerti siswa. dan mencatat hasil pemikiran
setiap kelompok.
d. Data
Processing(FAS  Kelompok terpilih
E 4) menyajikan hasil kerjanya di
 Meminta siswa depan kelas.
mengerjakan soal
secara subkelompok
atau pribadi
 Kelompok lain mengecek
kembali hasil kerjanya, dan
mengajukan masukan dan
e. Verification(FA
pertanyaan atas selisih hasil
SE 5)
 Meminta dari kerja dan mendiskusikan
setiap kelompok untuk memadu hasil
mengajukan pemikiran beberapa
masalah yang kelompok
mereka miliki
sebagai pembanding
anatar kelompok

 Meminta salah
satu kelompok
mempersentasikan
hasil kerjanya
59

 Memberi
kesempatan pada
kelompok lain
mengkritisi hasil
kerja kelompok
penyaji dan
mengekspresikan
ide-ide secara
terbuka. Sesekali
guru mengajukan
pertanyaan untuk
memastikan
pemahaman penyaji
dan dapat
ditanggapi oleh
kelompok lain.

Kegiatan  Guru memberi  Siswa bertepuk tangan atas 10


Penutup reward sebagai reward yang diberikan oleh Menit
penghargaan atas guru.
jawaban siswa
 Memberikan  Memperhatikan dan
kuis (mengerjakan mengerjakan soal yang
soal yang diberikan diberikan guru dan
oleh guru mengerjakan di depan kelas.

f.Generalization  Guru dan siswa


(FASE 6) menyimpulkan materi
 Guru dan siswa tentang SPLDV
menyimpulkan
materi  Menandai tugas rumah
Perbandingan yang diberikan oleh guru
 Memberikan
tugas di rumah.
 Siswa mendengarkan
 Guru guru.
mengakhiri
kegiatan belajar
dengan
memberikan pesan
untuk tetap belajar.

H. INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR


1. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
60

2. Penilaian Keterampilan : tes Tertulis

I. Penilaian
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
1 Sikap Spiritual Pengamatan Selama
1. Berdoa sebelum dan pembelajaran dan
sesudah pembelajaran diskusi
2. Memberi Salam saat
membuka dan
menutup presentasi.
3. Bersyukur ketika
berhasil mengerjakan
suatu masalah
2 Sikap Sosial Pengamatan Selama
1. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan
pembelajaran diskusi
2. Bekerjasama dalam
kegiatan kelompok
3. Disiplin dalam
mengikuti
pembelajaran dan
mengerjakan tugas
Pengetahuan Pengamatan Selama
1. Memahami materi pembelajaran dan
perbandingan dan diskusi
perbandingan dua
besaran
2. Mengerjakan soal –
soal dengan jawaban
yang tepat
Keterampilan
Secara terampil dalam
mengaplikasikan konsep,
prinsip dan strategi
pemecahan masalah yang
berkaitan dengan
Perbandingan dan
Perbandingan dua besaran
Pematang Siantar, ………………. 2023
Peneliti

Lukas Risky Nadapdap


NPM. 1901070051
61

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : SMP Negeri 8 Pematang Siantar


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan 2)

A. KEGIATAN INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab,
peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Menghargai dan 1.1.4 Berdo’a sebelum dan
menghayati ajaran sesudah pembelajaran
agama yang dianutnya. 1.1.5 Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi.
1.1.6 Mengucapkan hamdalah
ketika berhasil melakuukan
sesuatu
62

2. 2.2 Memiliki rasa ingin tahu, 2.2.5 Berani menyampaikan


percaya diri, dan pendapat, baik dalam
ketertarikan pada kelompok ataupun klasikal
matematika serta 2.2.6 Berani bertanya selama
memiliki rasa percaya proses pembelajaran
pada daya dan kegunaan 2.2.7 Mengerjakan tugas yang
matematika, yang diberikan dengan baik
terbentuk melalui 2.2.8 Tidak bergantung terhadap
pengalaman belajar. teman sebaya dalam
mengerjakan tugas
3. 3.5 Memahami konsep 3.5.1 Menjelaskan pengertian
perbandingan dan perbandingan menurut bahasa
menggunakan bahasa sendiri.
perbandingan dalam 3.5.2 Menuliskan suatu masalah
mendeskripsikan perbandingan ke dalam
hubungan dua besaran pernyataan perbandingan.
atau lebih 3.5.3 Menjelaskan pengertian rasio
dengan bahasanya sendiri.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan Pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat:
1. Mengetahaui konsep perbandingan dan penggunaan nya dalam kehidupan
sehari – hari
2. Mengetahui konsep perbandingan dengan dua besaran berbeda dan
penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari

D. POKOK – POKOK MATERI


Konsep Perbandingan Senilai
Perbandingan senilai dapat disebut juga dengan perbandingan
seharga. Perbandingan senilai atau seharga adalah perbandingan antara
dua besaran yang apabila salah satu besaran memiliki nilai semakin
besar, maka nilai besaran yang lain akan semakin besar dan juga
sebaliknya. Perbandingan senilai disebut juga dengan proposisi. Dengan
𝑥1 𝑦1
rumus = Perbandingan senilai sama dengan pecahan senilai.
𝑥2 𝑦2

Perhatikan permasalahan berikut!


Contoh soal:
63

Ibu membeli 2 buah pulpen dengan harga 10.000 tentukan harga


yang akan dibayarkan ibu jika ia membeli pulpen sebanyak 4 buah?
Penyelesaian:
Diketahui:
X = pulpen
Y = harga
Ditanya: harga yang akan dibayarkan ibu jika ia membeli
sebanyak 4 buah pulpen?
Jawab:
𝑥1 𝑥2
=
𝑦1 𝑦2
2 10.000
=
4 𝑦2

2𝑦2 = 4 × 10.000
40.000
𝑦2 = 2

𝑦2 = 20.000
Maka yang harus dibayarkan oleh ibu adalah sejumlah Rp.
20.000
Konsep Perbandingan Berbalik Nilai
Perbandingan berbalik nilai adalah suatu bentuk perbandingan
yang apabila salah satu nilainya bertambah, maka besaran lainya
memiliki nilai yang semakin kecil. Berbeda dengan perbandingan
senilai, yaitu pada perbandingan senilai, nilai suatu barang akan
bertambah/berkurang sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan.
Suatu perbandingan dikatakan perbandingan berbalik nilai jika dua
perbandingan tersebut selalu tetap (konstan) walaupun perbandingannya
dibalik. Salah satu hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah
𝑥1 𝑦2
satuan dari besaran tersebut. Dengan rumus = . Perhatikan contoh
𝑥2 𝑦1

masalah berikut!
Contoh soal:
64

Ardi mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 24 km/jam


dalam 6 jam. Berapa waktu yang diperlukan jika dia mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan 72 km/jam?
Penyelesaian:
Diketahui:
X = kecepatan
Y = waktu
Ditanya: Berapa waktu yang diperlukan jika dia mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan 72 km/jam?
Jawab:
𝑥1 𝑦
= 𝑦2
𝑥2 1

24 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚 𝑦 2
= 6 𝑗𝑎𝑚
72 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚

72 𝑦2 = 24× 6
72 𝑦2 = 144
144
𝑦2 = 72

𝑦2 = 2 jam
Maka waktu yang diperlukan untuk mengendarai sepeda motor
dengan kecepatan 72 km/jam adalah 2 jam.
E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Matematika Realistik
Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab, dan penugasan

F. SUMBER, ALAT/BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Sumber : Matematika, Untuk Kelas VII SMP, oleh
As’ari, Abdur Rahman, dkk. Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
2. Alat/Bahan : Buku Paket Matematika Kelas VII, Papan
Tulis dan Spidol
3. Media : Lembar kerja siswa, Lembar Penilaian
65

G. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


Tahapan Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Kegiatan awal PERSIAPAN 10
 Mengucapkan  Menjawab salam yang Menit
salam. diucapkan guru.
 Membuat doa.
 Meminta siswa
membuat doa.
 Mengangkat tangan bila
 Mengecek disebut namanya
kehadiran siswa
dan memastikan
siswa siap  Mendengarkan penjelasan
menerima guru dan mencermati
pelajaran aktivitas aktif yang akan
 Menyampaikan dilakukan dalam diskusi
aktifitas aktif kelompok.
yang akan
dilakukan oleh
siswa, selama
proses  Mendengarkan penjelasan
pembelajaran guru dan mencatat hal-hal
 Menyampaikan yang penting
beberapa hal
yang perlu
dilakukan siswa,
dalam diskusi
kelompok,
mengajukan
masalah dan ide-
ide secara bebas
terbuka
Kegiatan  Pendekatan 60
Inti Matematika Menit
Realistik  Membangun persepsi
f. (Stimulation positif terhadap materi yang
(FASE 1) dipelajari dengan
 Memberikan memecahkan masalah
gambaran kehidupan nyata .
Perbandingan  Mengamati masalah yang
dalam kehidupan diajukan dan menuliskan
nyata berbagai informasi yang
diketahui.
 Meminta siswa
66

mengajukan
berbagai pertanyaan  Memunculkan berbagai
disekitar masalah pertanyaan disekitar
dan memberikan masalah.
beberapa contoh
pertanyaan mendalam  Memperhatikan guru yang
tentang kasus yang sedang menerangkan.
dipikirkan.
 Guru membantu
siswa dengan
menjawab  Membentuk kelompok
pertanyaan dengan anggota kelompok
mengenai masalah minimal 2-3 orang satu
yang dipertanyakan kelompok. Menerima
oleh siswa. Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD).
g. Problem
Statement  Memperhatikan sekaligus
(FASE 2) memahami masalah yang
 Mengorganisasika tertera dan mencermati
n siswa belajar pertanyaan tuntunan
dalam kelompok pemecahan
yang beranggotakan
2-3 orang .  Setiap subkelompok
mencoba memahami
 Meminta siswa masalah dan berdiskusi
memahami masalah. dengan sub kelompok lain.
 Bertanya pada guru hal-hal
yang kurang dipahami
 Jika ada siswa dalam masalah, jika semua
yang tidak anggota kelompok tidak
memahami masalah, memahami masalah.
dapat bertanya pada Mencermati arahan guru
teman dan mencoba kembali
subkelompoknya. memahami masalah
 Jika semua
siswa dalam satu  Siswa memperhatikan
kelompok tidak sekaligus mencermati
memahami jawaban yang dipaparkan
masalah, maka oleh guru.
bertanya pada
guru.  Melakukan kegiatan
pengerjaan soal secara
subkelompok atau pribadi

 Mencermati arahan dari


67

h. Data Collection guru dan terus mencoba


(FASE 3) melakukan aktivitas
 Guru pemecahan masalah.
memberikan arahan
pemecahan masalah  Mendengarkan pendapat
atas pertanyaan teman dan mendiskusikan
yang kurang hasil pemikiran yang berbeda
dimengerti siswa. dan mencatat hasil pemikiran
setiap kelompok.
i. Data
Processing(FAS  Kelompok terpilih
E 4) menyajikan hasil kerjanya di
 Meminta siswa depan kelas.
mengerjakan soal
secara subkelompok
atau pribadi
 Kelompok lain mengecek
kembali hasil kerjanya, dan
mengajukan masukan dan
j. Verification(FA
SE 5) pertanyaan atas selisih hasil
 Meminta dari kerja dan mendiskusikan
setiap kelompok untuk memadu hasil
mengajukan pemikiran beberapa
masalah yang kelompok
mereka miliki
sebagai pembanding
anatar kelompok

 Meminta salah
satu kelompok
mempersentasikan
hasil kerjanya

 Memberi
kesempatan pada
kelompok lain
mengkritisi hasil
kerja kelompok
penyaji dan
mengekspresikan
ide-ide secara
terbuka. Sesekali
guru mengajukan
pertanyaan untuk
memastikan
68

pemahaman penyaji
dan dapat
ditanggapi oleh
kelompok lain.

Kegiatan  Guru memberi  Siswa bertepuk tangan atas 10


Penutup reward sebagai reward yang diberikan oleh Menit
penghargaan atas guru.
jawaban siswa
 Memberikan  Memperhatikan dan
kuis (mengerjakan mengerjakan soal yang
soal yang diberikan diberikan guru dan
oleh guru mengerjakan di depan kelas.

f.Generalization  Guru dan siswa


(FASE 6) menyimpulkan materi
 Guru dan siswa tentang SPLDV
menyimpulkan
materi  Menandai tugas rumah
Perbandingan yang diberikan oleh guru
 Memberikan
tugas di rumah.
 Siswa mendengarkan
 Guru guru.
mengakhiri
kegiatan belajar
dengan
memberikan pesan
untuk tetap belajar.

H. INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR


1. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
2. Penilaian Keterampilan : tes Tertulis

I. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
1 Sikap Spiritual Pengamatan Selama
4. Berdoa sebelum dan pembelajaran dan
sesudah pembelajaran diskusi
5. Memberi Salam saat
membuka dan
menutup presentasi.
69

6. Bersyukur ketika
berhasil mengerjakan
suatu masalah
2 Sikap Sosial Pengamatan Selama
4. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan
pembelajaran diskusi
5. Bekerjasama dalam
kegiatan kelompok
6. Disiplin dalam
mengikuti
pembelajaran dan
mengerjakan tugas
Pengetahuan Pengamatan Selama
3. Memahami materi pembelajaran dan
perbandingan dan diskusi
perbandingan dua
besaran
4. Mengerjakan soal –
soal dengan jawaban
yang tepat
Keterampilan
Secara terampil dalam
mengaplikasikan konsep,
prinsip dan strategi
pemecahan masalah yang
berkaitan dengan
Perbandingan dan
Perbandingan dua besaran
Pematang Siantar, ………………. 2023
Peneliti

Lukas Risky Nadapdap


NPM. 1901070051
70

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : SMP Negeri 8 Pematang Siantar


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan 3)

A. KEGIATAN INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab,
peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Menghargai dan 1.1.7 Berdo’a sebelum dan
menghayati ajaran sesudah pembelajaran
agama yang dianutnya. 1.1.8 Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat atau presentasi.
1.1.9 Mengucapkan hamdalah
ketika berhasil melakuukan
sesuatu
71

2. 2.2 Memiliki rasa ingin tahu, 2.2.9 Berani menyampaikan


percaya diri, dan pendapat, baik dalam
ketertarikan pada kelompok ataupun klasikal
matematika serta 2.2.10 Berani bertanya selama
memiliki rasa percaya proses pembelajaran
pada daya dan kegunaan 2.2.11 Mengerjakan tugas yang
matematika, yang diberikan dengan baik
terbentuk melalui 2.2.12 Tidak bergantung terhadap
pengalaman belajar. teman sebaya dalam
mengerjakan tugas
3. 3.6 Memahami konsep 3.6.1 Menjelaskan pengertian
perbandingan dan perbandingan menurut bahasa
menggunakan bahasa sendiri.
perbandingan dalam 3.6.2 Menuliskan suatu masalah
mendeskripsikan perbandingan ke dalam
hubungan dua besaran pernyataan perbandingan.
atau lebih 3.6.3 Menjelaskan pengertian rasio
dengan bahasanya sendiri.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan Pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat:
1. Mengetahaui konsep perbandingan dan penggunaan nya dalam kehidupan
sehari – hari
2. Mengetahui konsep perbandingan dengan dua besaran berbeda dan
penggunaannya dalam kehidupan sehari – hari

D. POKOK – POKOK MATERI


Konsep Perbandingan Skala Pada Peta
Skala merupakan perbandingan antara ukuran gambar dan
ukuran sebenarnya. Misalkan, suatu gambar ditunjukkan dengan skala 1
: 150. Skala 1 :150 artinya, setiap jarak 1 cm pada gambar mewakili
150 cm jarak sebenarnya. Dengan demikian, skala adalah perbandingan
jarak pada gambar dengan jarak sebenarnya dengan rumus sebagai
jarak pada peta
berikut skala = jarak sebenarnya . Perhatikan contoh soal berikut ini!

Contoh soal
Perhatikan gambar berikut!
72

Gambar 2.1 Peta 1


Pada gambar 2.1 merupakan peta kota Makassar ke kota
Watampone tertulis skala 1 : 2.000.000, artimya jarak 1 cm pada
gambar mewakili jarak yang sesungguhnya, yaitu 2.000.000 cm.
Jadi, skala adalah perbandingan jarak pada gambar/peta dengan
jarak yang sesungguhnya. Jika dikembalikan kebentuk perbandingan
menjadi
jarak pada peta
Skala = jarak sebenarnya
1 cm
Skala = 2.000.000 cm
Skala = 1 cm : 2.000.000 cm
Skala = 1 cm : 20.000 m
Skala = 1 cm : 20 km
Dapat disimpulkan jarak 1 cm pada peta mewakili 20 km jarak yang
sebenarnya

E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN


Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Matematika Realistik
Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab, dan penugasan

F. SUMBER, ALAT/BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN


1. Sumber : Matematika, Untuk Kelas VII SMP, oleh
As’ari, Abdur Rahman, dkk. Penerbit Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
73

2. Alat/Bahan : Buku Paket Matematika Kelas VII, Papan


Tulis dan Spidol
3. Media : Lembar kerja siswa, Lembar Penilaian

G. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


Tahapan Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pendahuluan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Kegiatan awal PERSIAPAN 10
 Mengucapkan  Menjawab salam yang Menit
salam. diucapkan guru.
 Membuat doa.
 Meminta siswa
membuat doa.
 Mengangkat tangan bila
 Mengecek disebut namanya
kehadiran siswa
dan memastikan
siswa siap  Mendengarkan penjelasan
menerima guru dan mencermati
pelajaran aktivitas aktif yang akan
 Menyampaikan dilakukan dalam diskusi
aktifitas aktif kelompok.
yang akan
dilakukan oleh
siswa, selama
proses  Mendengarkan penjelasan
pembelajaran guru dan mencatat hal-hal
 Menyampaikan yang penting
beberapa hal
yang perlu
dilakukan siswa,
dalam diskusi
kelompok,
mengajukan
masalah dan ide-
ide secara bebas
terbuka
Kegiatan  Pendekatan 60
Inti Matematika Menit
Realistik  Membangun persepsi
k. (Stimulation positif terhadap materi yang
(FASE 1) dipelajari dengan
 Memberikan memecahkan masalah
74

gambaran kehidupan nyata .


Perbandingan  Mengamati masalah yang
dalam kehidupan diajukan dan menuliskan
nyata berbagai informasi yang
diketahui.
 Meminta siswa
mengajukan
berbagai pertanyaan  Memunculkan berbagai
disekitar masalah pertanyaan disekitar
dan memberikan masalah.
beberapa contoh
pertanyaan mendalam  Memperhatikan guru yang
tentang kasus yang sedang menerangkan.
dipikirkan.
 Guru membantu
siswa dengan
menjawab  Membentuk kelompok
pertanyaan dengan anggota kelompok
mengenai masalah minimal 2-3 orang satu
yang dipertanyakan kelompok. Menerima
oleh siswa. Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD).
l. Problem
Statement  Memperhatikan sekaligus
(FASE 2) memahami masalah yang
 Mengorganisasika tertera dan mencermati
n siswa belajar pertanyaan tuntunan
dalam kelompok pemecahan
yang beranggotakan
2-3 orang .  Setiap subkelompok
mencoba memahami
 Meminta siswa masalah dan berdiskusi
memahami masalah. dengan sub kelompok lain.
 Bertanya pada guru hal-hal
yang kurang dipahami
 Jika ada siswa dalam masalah, jika semua
yang tidak anggota kelompok tidak
memahami masalah, memahami masalah.
dapat bertanya pada Mencermati arahan guru
teman dan mencoba kembali
subkelompoknya. memahami masalah
 Jika semua
siswa dalam satu  Siswa memperhatikan
kelompok tidak sekaligus mencermati
memahami jawaban yang dipaparkan
masalah, maka oleh guru.
75

bertanya pada
guru.  Melakukan kegiatan
pengerjaan soal secara
subkelompok atau pribadi

 Mencermati arahan dari


m. Data Collection guru dan terus mencoba
(FASE 3) melakukan aktivitas
 Guru pemecahan masalah.
memberikan arahan
pemecahan masalah  Mendengarkan pendapat
atas pertanyaan teman dan mendiskusikan
yang kurang hasil pemikiran yang berbeda
dimengerti siswa. dan mencatat hasil pemikiran
setiap kelompok.
n. Data
Processing(FAS  Kelompok terpilih
E 4) menyajikan hasil kerjanya di
 Meminta siswa depan kelas.
mengerjakan soal
secara subkelompok
atau pribadi
 Kelompok lain mengecek
kembali hasil kerjanya, dan
mengajukan masukan dan
o. Verification(FA
pertanyaan atas selisih hasil
SE 5)
 Meminta dari kerja dan mendiskusikan
setiap kelompok untuk memadu hasil
mengajukan pemikiran beberapa
masalah yang kelompok
mereka miliki
sebagai pembanding
anatar kelompok

 Meminta salah
satu kelompok
mempersentasikan
hasil kerjanya

 Memberi
kesempatan pada
kelompok lain
mengkritisi hasil
kerja kelompok
penyaji dan
76

mengekspresikan
ide-ide secara
terbuka. Sesekali
guru mengajukan
pertanyaan untuk
memastikan
pemahaman penyaji
dan dapat
ditanggapi oleh
kelompok lain.

Kegiatan  Guru memberi  Siswa bertepuk tangan atas 10


Penutup reward sebagai reward yang diberikan oleh Menit
penghargaan atas guru.
jawaban siswa
 Memberikan  Memperhatikan dan
kuis (mengerjakan mengerjakan soal yang
soal yang diberikan diberikan guru dan
oleh guru mengerjakan di depan kelas.

f.Generalization  Guru dan siswa


(FASE 6) menyimpulkan materi
 Guru dan siswa tentang SPLDV
menyimpulkan
materi  Menandai tugas rumah
Perbandingan yang diberikan oleh guru
 Memberikan
tugas di rumah.
 Siswa mendengarkan
 Guru guru.
mengakhiri
kegiatan belajar
dengan
memberikan pesan
untuk tetap belajar.

H. INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR


1. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
2. Penilaian Keterampilan : tes Tertulis
77

I. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
1 Sikap Spiritual Pengamatan Selama
7. Berdoa sebelum dan pembelajaran dan
sesudah pembelajaran diskusi
8. Memberi Salam saat
membuka dan
menutup presentasi.
9. Bersyukur ketika
berhasil mengerjakan
suatu masalah
2 Sikap Sosial Pengamatan Selama
7. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan
pembelajaran diskusi
8. Bekerjasama dalam
kegiatan kelompok
9. Disiplin dalam
mengikuti
pembelajaran dan
mengerjakan tugas
Pengetahuan Pengamatan Selama
5. Memahami materi pembelajaran dan
perbandingan dan diskusi
perbandingan dua
besaran
6. Mengerjakan soal –
soal dengan jawaban
yang tepat
Keterampilan
Secara terampil dalam
mengaplikasikan konsep,
prinsip dan strategi
pemecahan masalah yang
berkaitan dengan
Perbandingan dan
Perbandingan dua besaran
Pematang Siantar, ………………. 2023
Peneliti

Lukas Risky Nadapdap


NPM. 1901070051
78

Anda mungkin juga menyukai