Anda di halaman 1dari 12

Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Penjumlahan Bilangan Bulat

Melalui Metode Demonstrasi Kelas IV SD

Dita Mai Indah sari (ditamaiindahs@gmail.com)1)


Ade Imelda Frimayanti (ade.imelda@fkip.unila.ac.id)2)
Sri Rahmadhanningsih (rahmadhanningsih@lppermatabunda.com)3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Terbuka
3)
Praktisi Pendidikan, Lembaga Pendidikan Permata Bunda

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada


pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat. Metode pembelajaran yang
diterapkan di Kelas IV pada pelajaran Matematika menggunakan metode ceramah, sehingga
siswa merasa bosan saat melaksanakan kegiatan pembelajaran tentang penjumlahan
bilangan bulat. Pada akhirnya siswa tidak dapat memahami penjumlahan bilangan bulat
dengan baik dan benar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK )
sedangkan desain penelitian ini menggunakan desain siklus. Sasaran penelitian ini adalah
siswa kelas IV dengan jumlah 31 siswa (16 laki-laki dan 15 perempuan) dapat memahami
penjumlahan bilangan bulat dengan baik dan benar. Pengambilan data dilaksanakan dengan
metode observasi dan metode tes. Serta menggunakan siklus dan refleksi. Berdasarkan
analisis dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil ketuntasan belajar siswa setelah
menggunakan metode demonstrasi dan pendekatan per siklus, ketuntasan belajar siswa kelas
IV SDN 3 Sidorejo, menjadi 90,3 %. Siswa merasa senang dan aktif dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

Kata Kunci: metode demonstrasi, penjumlahan bilangan bulat, pemahaman siswa.

Pendahuluan

Pendidikan adalah proses belajar terencana untuk mewujudkan pembelajaran agar


peserta didik secara akktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan memiliki peran
penting dalam bangsa. Hal ini dikarenakan pendiidkan memiliki pengaruh langsung terhadap
perkembangan manusia. Melalui Pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi dirinya
untuk mencapai kesejahteraan hidup dan mampu membangun kehidupan kearah yang lebih
baik.
Belajar adalah proses dari perkembangan manusia. Dengan belajar manusia melakukan
perubahan. Secara luas, belajar merupakan semua aktivitas yang melibabtkan psiko-fisik yang
menghasilkan peprubahan, disebut belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman
(2007:20-21) bahwa, “belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju
perkembangan pribadi seutuhnya.”
Lain halnya dengan Mustaqim dan Wahib (1991:62), mereka menjelaskan bahwa,
“belajar adalah proses perubahan baik perubahan lahir maupun perubahan batin, tidak hanya
perubahan tingkah laku yang nampak melainkan juga perubahan yang tidak nampak dan
perubahan itu adalah perubahan yang positif, bukan negatif”. Perubahan positif yang
dimaksud adalah perubahan menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan. Sedangkan
perubahan negatif maksudnya adalah perubahan yang menuju ke arah kemunduran.
Lebih khusus lagi dalam bidang pendidikan, belajar bisa dikatakan sebagai upaya untuk
menguasai ilmu pengetahuan. Hal ini dipertegas oleh Sardiman (2007:21) yang
mengemukakan bahwa, “Belajar diartikan sebagai usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya”. Adapun
yang hendak dicapai dari proses belajar dalam pendidikan adalah untuk mencapai hasil belajar
yang baik. Abdurrahman (2003: 28) mengemukakan bahwa, “Belajar merupakan suatu proses
seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut dengan hasil
belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi
dan prinsip. Beberapa definisi tentang matematika diungkapkan oleh Soedjadi (2000: 11)
yang menyatakan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistematik, matematika adalah pengetahuan tentang bilanagan dan kalkulasi,
matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan,
matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk. Dari definisi-definisi tersebut, terlihat adanya ciri khusus atau karakteristik yang dapat
merangkum definisi matematika secara umum. Soedjadi (2000:13) mengemukakan
karakteristik matematika, yakni memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan,
berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta
pembicaraan, konsisten dalam sistemnya” .
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada seluruh peserta didik, mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisi,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar perserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informamsi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti kompetitif.
Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan
konsep secara luwes, akurat, efesien, dan tetap dalam pemecahan masalah. Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertayaan Matematika.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
Matematika, penyelesaian model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.Mengkomunikasikan
gagasan dengan tabel, untuk memperjelas keadaan atau masalah. Memiliki sikap menghargai
kegunaan Matematika dalam kehidupan, yang memiliki rasa ingn tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Di dalam pendidikan terdapat beberapa macam pendidikan, yaitu pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah- sekolah termasuk
pendidikan formal (wikipedia.com). Untuk menjamin ketercapaian tujuan pendidikan,
khususnya pada pendidikan formal, dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang efektif pada
setiap mata pelajaran.
Proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini
menuntut peran guru untuk membantu keberhasilan belajar siswa. Guru harus mampu
menciptakan perencanaan dan penataan lingkungan belajar sehingga menciptakan hubungan
interaktif dengan siswa. Ilmu pengetahuan, kecakapan, serta keterampilan yang diajarkan juga
harus memancing perhatian siswa dalam mengembangkan diri, belajar, dan meningkatkan
prestasi.
Salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan di sekolah dasar adalah
Matematika. Akan tetapi, hingga saat ini guru matematika masih dihadapkan pada
permasalahan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit
dan tidak disenangi oleh siswa, sehingga hasil belajar siswa masih rendah atau tidak
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Kesulitan belajar pada siswa merupakan suatu keadaan di saat peserta didik tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya. Hal tersebut tidak boleh dibiarkan dan harus segera diberikan
penanganan oleh pendidik karena kesulitan yang dialami anak jika dibiarkan akan dapat
menjadi sebuah penghalang bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.
Mengajar merupakan suatu seni dimana guru harus dapat membangkitkan gairah belajar
pada siswa. Tanpa metode yang tepat, proses belajar akan menjadi tidak menarik dan
mengakibatkan motivasi belajar yang rendah pada siswa. Pemilihan metode harus disesuaikan
dengan program kegiatan belajar mengajar, kondisi, dan suasana kelas. Bahkan, jumlah serta
usia anak didik mempengaruhi penggunaan metode yang diterapkan oleh pengajar. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar.
Salah satu metode belajar yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi. Mengajar
dengan menggunakan metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau cara melakukan sesuatu atau
mempertunjukkan prosesnya. Beberapa asumsi yang mendorong dianjurkannya pelaksanaan
pembelajaran dengan metode demonstrasi adalah diharapkan siswa dapat lebih mudah
memahami apa yang dipelajari, karena siswa diajarkan untuk lebih aktif sehingga termotivasi
untuk mempelajari matematika, belajar akan menjadi optimal jika pembelajaran di kelas
ditempatkan dalam suatu kondisi yang memngikutsertakan aktivitas-aktiitas siswa sehingga
apa yang dipelajari menjadi mudah untuk di ingat.
Dengan pengaruh Kemampuan Berpikir Kreatif, karena hasil verifikasi membuktikan
bahwa Kemampuan Berpikir Kreatif menjadi faktor-faktor penentu yang signifikan
Metode

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan suatu benda
tertentu yang tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Menurut Sanjaya (2006 : p.
152), metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya
sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih
konkret dalam strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Menurut Fat metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan.
Sedangkan menurut Daryanto (2009: 403), metode demonstrasi merupakan cara penyajian
bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering
disertai penjelasan lisan.Seringkali orang mengira bahwa metode demonstrasi hanya
digunakan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam saja, padahal tidak demikian halnya.
Metode ini dapat dipergunakan bagi penyajian semua jenis mata pelajaran termasuk
matematika. Dengan demonstrasi, proses penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna, juga siswa
dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperagakan guru selama pelajaran
berlangsung.
Dalam metode demonstrasi diharapkan setiap langkah dari hal-hal yang
didemonstrasikan dapat dilihat dengan mudah oleh siswa melalui prosedur yang benar
meskipun demikian siswa perlu juga mendapatkan waktu yang cukup lama untuk
memperhatikan hal yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi terutama dalam
mengembangkan sikap-sikap, guru perlu merencanakan pendekatan secara lebih berhati-hati
dan ia melakukan kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan berfikir siswa.
Setiap metode pembelajaran harus direncanakan dan dipersiapkan agar tujuan
pembelajaran tercapai, begitu pula dengan metode demonstrasi. Menurut Djamarah (2010:
403) hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada langkah ini antara lain penentuan tujuan
demonstrasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini, pertimbangkanlah apakah tujuan yang akan
dicapai siswa dengan belajar melalui demonstrasi itu tepat dengan mengunakan metode
demonstrasi, materi yang akan disampaikan terutama hal-hal yang penting dalam
pembelajaran, penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik.
Menurut Djamarah (2010: 91) setelah segala sesuatu direncanakan dan disiapkan,
langkah berikutnya ialah memulai melaksanakan demontrasi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain : Guru sebelum mulai pembelajaran mempersiapkan peralatan yang
akan di demonstrasikan, ingatlah pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar
demonstrasi memncapai sasaran, pada waktu berjalannya demonstrasi sesekali perhatikanlah
keadaan siswa a, apakah semua mengikuti dengan baik.
Jadi, dalam pelaksanaan metode demonstrasi guru dituntut membuat siswa aktif. Ajak
siswa untuk menanyakan apa yang kurang dimengerti bagian yang dipandang penting dari
sesuatu yang dipertunjukkan atau dijelaskan harus diulang berkali-kali agar siswa mengetahui
seluk beluknya. Setelah selesai mendemonstrasikan, guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa untuk mengecek sampai di mana siswa telah dapat memahami atau mengikuti
demonstrasi yang harus selesai dipertunjukkan. Siswa diarahkan untuk mengamati dengan
penuh perhatian kepada suatu objek yang didemonstrasikan. Hal ini menuntut diperlukannya
konsentrasi dari seluruh pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang terhadap objek yang
dipertunjukkan.
Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan, termasuk metode
demonstrasi. Adapun keunggulan menurut Sanjaya W (2006:152) melalui memtode
demonsttrasi proses pembelajaraan akan lelbih menarik sebab siswa tak hanya mendengar
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi, dengan cara mengamati secara langsung siswa
memiliki kesempatan untuk membangdingkan antara teori dengan kenyataan, dengan
demikian akakn lebih meyakini kebenaran materi pelajaran.
Dari kelebihan-kelebihan di atas, metode demonstrasi dapat menanamkan keyakinan
pada siswa akan kepastian sesuatu karena metode demonstrasi merupakan cara yang wajar
atau alamiah sesuai dengan proses perkembangan jiwa anak untuk memahami sesuatu atau
objek perbuatan. Dengan melihat sendiri objeknya, timbul hasrat untuk mengetahui lebih
dalam terperinci tentang objek yang dilihatnya. Dengan demikian, siswa dididik untuk
mengamati sesuatu dengan sikap kritis.
Mengamati sesuatu dengan cermat, baik dengan alat indra mata, telinga, maupun indra
lainnya bukan pekerjaan yang mudah bagi siswa apabila tempat duduknya tidak berpindah-
pindah. Maka siswa hanya melihat dari satu pihak saja objek yang didemonstrasikan. Hal ini
dapat menimbulkan kekeliruan tangapan dan pengertian objek yang diamati. Apabila siswa
hanya dengan berpindah-pindah tempat dapat menimbulkan kegaduhan. Untuk mengatasinya,
guru harus menetapkan garis-garis besar, langkah- langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan.
Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut dijabarkan oleh beberapa ahli. Menurut Sanjaya W (2006:
153) kelemahan metode demonstrasi adalah metode demonstrasi memerlukan persiapan yang
lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai, demonstrasi bisa gagal sehingga dapat
menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan
pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus bisa beberapa kali mencobanya terlebih dahulu,
sehingga dapat memakan waktu yang banyak, demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-
bahan, dan tempat yang memadai yang berarti menggunakan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
Dari kelemahan-kelemahan di atas, sebaiknya guru mengarahkan demonstrasi itu
sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengertian dan gambaran yang benar tentang
apa yang didemonstrasikan. Sebaiknya sebelum demonstrasi itu dimulai, guru telah
mengadakan uji coba supaya kelak dalam pelaksanaannya dapat menerapkan metode
demonstrasi dengan tepat.

Hasil dan Pembahasan


Sebelum menerapkan metode demonstrasi pada materi penjumlahan bilangan bulat
peserta didik mengalami kesulitan memahami materi yang diberika oleh guru karena guru
hanya menggunakan metode ceramah tanpa memberikan penjelasan. Sehingga, ketika
diberikan soal penjumlahan bilangan bulat peserta didik merasa bingung. Oleh karena itu,
solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan metode demonstrasi pada
penjumlahan bilangan bulat.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Sidorejo pada tanggal 15 Mei 2023 pelaksanaan
siklus I dari mulai pukul 10.00 sampai pukul 11.15 WIB dan pada tanggal 17 Mei 2023
pelaksanaan siklus II dari mulai pukup 10.00 sampai pukul 11.15 WIB. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN 3 Sidorejo berjumlah 31 siswa.

Berdasarkan pelaksanaan penelitian selama 2 siklus yang dilakukan sebanyak 2 kali


pertemuan, diperoleh data bahwa kemampuan berhitung pada materi pengurangan bersusun
dengan menggunakan metode drill secara latihan berulang mengalami peningkatan. Metode
drill adalah metode yang sangat cocok diguanakan untuk berlatih pengurangan bersusun,
karena siswa akan terlatih dengan baik dalam menggunakan keterampilan yang sedang
dipelajari. Sesuai dengan kriteria penelitian tindakan kelas, maka pelaksanaan setiap siklus
meliputi langkah-langkah yaitu : (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan
(observasi), dan (d) refleksi.

Gambar 1
Prosedur PTK
Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I dilaksanakan dari pukul 10.00 sampai pukul 11.15 tanggal 15 Mei 2023.
Memiliki 4 tahapan yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi.

1. Perencanaan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan suatu syarat yang harus dimiliki
oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran, agar apa yang akan disampaikan
pada pembelajaran tidak menyimpang dari apa yang diprogramkan, lembar
observasi untuk mengamati aktivitas siswa, soal untuk mengukur prestasi
matematika siswa.
2. Pelaksanaan
Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah tertuang dalam
rencana pembelajaran dengan modifiaksi pelaksanaan sesuai dengan situasi yang
terjadi. Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk
membangkitkan motivasi belajar. Beberapa hal yang dilakukan oleh guru adalah
antara lain penjelasan singkat tentang penjumlahan bilangan bulat, membagi siswa
menjadi beberapa kelompok untuk melakukan pembagian tugas dengan merata
dan sesuai dengan rencana tugas.

3. Observasi
Dalam tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan
berlangsung, juga teman, guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati
selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi keaktifan siswa dan lembar observasi aktivitas guru.
4. Refleksi
Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama
kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrument lembar pengamatan dan
tes. Dalam refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang mengamati, dan kepala
sekolah. Untuk melakukan perencanaan pada siklus berikutnya, peneliti
mengidentifiksi dan mengelompokkan masalah yang timbul pada pembelajaran
siklus I

Tabel 1
Presentasi Nilai Pembelajaran Matematika Siklus 1

No Nilai Jumlah Siswa Presentase Kategori Nilai


1 0-65 6 27,27% Belum tuntas
2 66-80 20 45,46% Tuntas
3 81-100 5 27,27% Tuntas
Jumlah 22
100%
Nilai Rata-Rata 74,54

Berdasarkan tabel di atas, maka nilai pembelajaran matematika pada siklus I


menunjukkan bahwa dari 31 siswa, yang tuntas ada 25 siswa, dan 6 siswa yang
belum tuntas.

Siklus II dilaksanakan dari pukul 10.00 sampai pukul 11.15 tanggal 17 Mei 2023.
Memiliki 4 tahapan yaitu : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengematan, 4) refleksi.

1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti melakukan perbaikan-
perbaikan terkait dengan temuan-temuan pada siklus I yang menyangkut hal-hal
sebagai berikut : Bahan ajar, alat peraga, RPP, soal tes, dan lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Dalam siklus kedua ini peneliti mengharapkan terdapat peningkatan peran aktif
siswa dalam pembelajaran dan dalam penyelesaian tugas dan pemberian tugas dan
pembagian tugas. Oleh sebab itu dalam membentuk tanggungjawab siswa, guru
memulai pembelajaran dengan menunjuk salah seorang siswa untuk membantu
pelaksanaan pembelajaran yaitu guru mempersilahkan siswa bekerja di masing-
masing kelompok, guru membagi lembar tugas kepada masing-masing siswa
dalam setiap kelompok untuk diselesaikan dalam waktu yang ditentukan, guru dan
siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan
3. Observasi
Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan
berlangsung, juga teman, guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati
selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi keaktifan siswa dan lembar observasi aktivitas guru.

4. Refleksi

Dari hasil pengamatan pada siklus II dapat digunakan untuk melakukan refleksi
apakah hasil ulangan siswa sudah memenuhi ketuntasan.

Tabel 2
Presentasi Nilai Pembelajaran Matematika Siklus 2

No Nilai Jumlah Siswa Presentase Kategori Nilai


1 0-65 1 9,09% Belum tuntas
2 66-80 25 22,81% Tuntas
3 81-100 5 68,10% Tuntas
Jumlah 22
Nilai Rata- 68,18 100%
Rata

Berdasarkan tabel di atas, maka nilai pembelajaran matematika pada siklus 2


menunjukkan bahwa dari 31 siswa, yang tuntas ada 30 siswa, dan 1 siswa yang belum tuntas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar sangat meningkat, maka tidak perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran lagi. Agar hasil belajar 1 siswa yang belum tuntas perlu megadakan
bimbingan khusus agar siswa termotivasi untuk aktif mengikuti pembelajaran yang lebih baik
lagi.

Simpulan dan Saran

Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan


bilangan bulat telah memberikan hasil yang baik dalam meingkatkan hasil belajar siswa kelas
IV. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata nilai sebelum dan sesudah menggunakan
metode demonstrasi, di mana rata-rata nilai siswa meningkat dari rata-rata 68,5 menjadi 90,3.
Metode demonstrasi dapat membantu siswa mengembangkan kecepatan dan ketepatan
dalam melakukan penjumlahan bilngan bulat. Oleh karena itu, metode demonstrasi dapat
digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi penjumlahan bilangan bulat.
Namun, penerapan metode demonstrasi perlu diperhatikan pula variasi dalam latihan
yang diberikan agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh. Pemberian umpan balik (feedback)
yang tepat juga penting dalam membantu siswa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
mereka.

Daftar Pustaka

Ety Mukhlesi Yeni. Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar Jupendas,


ISSN 2355-3650, Vol. 2, No. 2, September 2015
Manurung, A. B. (2020). Pengaruh kemampuan berfikir kreatif untuk meningkatkan
hasil belajar matematika di sekolah dasar. Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 4 Tahun
2022.
Siagian, D. M. (2016). Kemampuan koneksi matematika dalam pembelajaran
matematika. MES (Journal of Mathematics Education and Science) Vol. 2, No. 1,
Oktober 2016.
Rasfaniwaty, D. R. (2022). Matematika untuk sd/mi kelas 1. Pusat Perbukuan
Rosanti, A., Muhammad, T., Maulyda, A. (2022). Analisis kesulitan belajar matematika
materi penjumlahan dan pengurangan pada kelas 2 di sdn 3 priggajurang. Jurnal Ilmiah
Profesi Pendidikan Volume 7, Nomor 3b, September 2022

Arikunto, Suharsimi (2010) Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara

Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Remaja Rosda Karya.

Djramah. (2017). Pengaruh Metode Demonstrasi Dengan Alat Peraga Jembatan Garis
Bilangan
Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Bulat. Jurnal Guru Sekolah
dasar, 167

Darmadi F34212105, Sukmawati Sukmawati, Zainuddin Zainuddin

Kusrini, S. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggabungan

Metode Drill dan Demonstrasi Siswa Kelas I-B MIN Wonosari Tahun Pelajaran

2016/2017. 3, 12

Anda mungkin juga menyukai