Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa yang belajar dengan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving dan
siswa yang belajar dengan model Direct Instruction pada siswa kelas V SD di gugus VIII
Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini
adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan rancangan penelitian
posttest only non-equivalent control group design. Populasi penelitian terdiri dari 5 kelas
SD di gugus VIII Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Sampel ditentukan sebanyak 2
kelas yang dipilih dengan cara simple group random sampling. Data hasil belajar
matematika siswa, dikumpulkan dengan metode tes dan instrumen tes hasil belajar
matematika dalam bentuk tes essay yang terdiri dari 5 butir tes. Data dianalisis secara
deskriptif menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji analisis menunjukkan
bahwa, nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran model Reasoning And Problem
Solving adalah 18,79, sedangkan nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran
Direct Instruction adalah 14,59. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung (4,11)
> ttabel (2,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Reasoning And
Problem Solving dan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
Direct Instruction.
Kata-kata kunci: Reasoning And Problem Solving, Direct Instruction, hasil belajar
matematika
Abstract
This research aimed to analyze the difference between the result of learning of
mathematic students who were taught using Reasoning And Problem Solving method
th th
and the students who study with model Direct Instruction in the five (5 ) grade of
elementary school in gugus VIII of Ubud district, Gianyar regency in academic year
2012/2013. This research is a quasi experimental type with posttest only non equivalent
control group design. The research population consist of 5 cluster in gugus VIII of Ubud
district, Gianyar regency. The example is devided in to know classes which are choosen
by simple group random sampling. The mathematic students result data is connected by
the mathematic test result by essay test. Which consist of 5 tests. The data is analyzed
by descriftive and hypothesis test by the t-test with significancy result 5%. The analysis
test result proves that, the students who followed the model Reasoning And Problem
Solving method mean is 18,79, mean while the students who followed Direct Instruction
method mean is 14,59. Based on the count of t-test acquired the T-test (4,11)>T-table
(2,000), so that can be conclused that there is a defference of the mathematic result
between the student who study with the reasoning and problem solving with the student
who study by the direct instruction method.
Keywords: Reasoning and Problem Solving, Direct Instruction, the Mathematic learning
result
PENDAHULUAN pembelajaran dan media pembelajaran
Pendidikan adalah upaya untuk dalam pelaksanaannya. Karena tujuan
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) pendidikan dan pengajaran tidak dapat
yang berkualitas. Meningkatkan mutu dicapai oleh seorang indvidu tanpa
pendidikan di Indonesia bukanlah persoalan mengadakan suatu interaksi dengan
yang mudah. Untuk meningkatkan mutu individu lain. Pemilihan model yang akan
pendidikan di Indonesia telah ditempuh digunakan dalam proses pembelajaran
berbagai upaya oleh pemerintah. Upaya- harus sesuai dengan keadaan, kebutuhan
upaya tersebut hampir mencakup seluruh dan kemampuan siswa. Guru dihadapkan
komponen pendidikan, seperti pengadaan pada sejumlah model-model pembelajaran
buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas yang ada serta media pendukung untuk
guru, proses pembelajaran, pembaharuan memperlancar proses pembelajaran. Guru
kurikulum, serta usaha lainnya yang dituntut untuk mampu mengenali
berkaitan dengan kualitas pendidikan. karakteristik siswanya terlebih dahulu
Peningkatan sumber daya manusia sebelum memilih motode-metode
harus diimbangi dengan peningkatan pembelajaran dan media pendukung yang
kualitas pendidikan. “Meningkatkan kualitas akan digunakan dalam proses
pendidikan adalah menjadi tanggung jawab pembelajaran.
semua pihak yang terlibat dalam pendidikan Matematika adalah salah satu
terutama bagi guru SD yang merupakan bidang ilmu yang menuntut adanya model
ujung tombak pendidikan dasar” dan metode dalam proses pembelajaran.
(Suprayetkti, 2008:14). Pendidikan Pembelajaran matematika sebagai salah
merupakan investasi jangka panjang yang satu ilmu dasar merupakan mata pelajaran
memerlukan usaha dan dana yang cukup yang wajib diajarkan di semua jenjang
besar demi keberlangsungan masa depan pendidikan, mulai dari jenjang sekolah
bangsa. Hamalik (2004:79) menyatakan dasar hingga perguruan tinggi.
“pendidikan adalah suatu proses dalam Pembelajaran matematika agar lebih efektif
rangka mempengaruhi siswa agar dapat dan menyenangkan perlu diterapkan model
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap inovatif dan media yang menarik, agar
lingkungannya dan dengan demikian akan siswa lebih tertarik untuk mengikuti
menimbulkan perubahan dalam dirinya pembelajaran matematika. Matematika
yang memungkinkannya untuk berfungsi merupakan salah satu cabang ilmu yang
secara akurat dalam kehidupan sangat penting karena matematika dapat
masyarakat”. meningkatkan kemampuan siswa dalam
Hal tersebut sejalan dengan fungsi berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat,
pendidikan yang tertuang dalam Undang- efektif dan efisien. Bagi siswa, selain untuk
Undang RI No. 20 tahun 2003, tentang menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu
Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 lainnya, matematika juga diperlukan untuk
yang menyatakan bahwa ”mengembangkan bekal terjun dan bersosialisasi dalam
kemampuan dan membentuk watak serta kehidupan bermasyarakat.
peradaban bangsa yang bermartabat dalam Matematika sebagai studi tentang
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk
bertujuan untuk berkembangnya potensi dapat dipahami oleh siswa SD yang belum
peserta didik agar menjadi manusia yang mampu berpikir formal sebab orientasinya
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang masih terkait dengan benda-benda konkret.
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, Ini tidak berarti bahwa matematika tidak
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga mungkin tidak diajarkan dijenjang
negara yang demokratis serta bertanggung pendidikan dasar, bahkan pada hakekatnya
jawab”. matematika lebih baik diajarkan pada usia
Selain itu, pendidikan juga sebagai dini. Menurut Reys, dkk (dalam Suherman,
salah satu upaya untuk memberikan 2003:17) mengatakan “bahwa matematika
pemahaman tentang belajar kepada adalah telaah tentang pola dan hubungan,
siswanya. Dalam pendidikan dan suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu
pengajaran dibutuhkan model-model bahasa dan suatu alat”. Maka dapat
disimpulkan bahwa pada hakikatnya kecemasan siswa menimbulkan
pembelajaran matematika adalah proses ketidaksenangan siswa terhadap
yang sengaja dirancang dengan tujuan matematika, sehingga mereka kurang
untuk menciptakan suasana lingkungan bersemangat dan bergairah dalam
yang memungkinkan seorang (sipelajar) mengikuti pelajaran matematika yang
melaksanakan kegiatan belajar matematika. berdampak pada rendahnya hasil belajar
Tujuan matematika Sekolah Dasar yang dicapai siswa. Hal tersebut tidak akan
(SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) adalah mampu meningkatkan sumber daya
agar peserta didik memiliki kemampuan manusia.
sebagai berikut. (1) memahami konsep Hal lain yang menyebabkan hasil
matematika, mengetahui keterkaitan antar belajar matematika rendah yang diamati
konsep dan mampu mengaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu
konsep atau algoritma matematika itu adanya faktor internal (dalam diri siswa)
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dan faktor eksternal (luar diri siswa)
dalam pemecahan masalah, (2) diantaranya:
menggunakan penalaran pada pola dan Pertama, proses pembelajaran
sifat, melakukan manipulasi matematika dikelas masih didominasi oleh pengajaran
dalam membuat generalisasi, menyusun konvensional yaitu ceramah yang diberikan
bukti atau menjelaskan gagasan dan oleh guru (teacher centered) sehingga
pernyataan-pernyataan matematika, (3) keterlibatan siswa dalam proses
Memecahkan masalah yang meliputi pembelajaran kurang aktif dan siswa
kemampuan memahami masalah, menjadi pasif dikelas. Hal seperti ini dapat
merancang model matematika, menimbulkan kesan kepada siswa bahwa
menyelesaikan model dan pelajaran matematika itu membosankan
menafsirkan/menginterpretasikan solusi dan menakutkan. Siswa hanya mengikuti
yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan semua kata gurunya tanpa mengkonstruksi
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, pengetahuannya sendiri.
atau media lain untuk memperjelas Kedua, dalam kegiatan belajar
keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap mengajar guru jarang mengajak dan
menghargai kegunaan matematika dalam memberikan kesempatan kepada siswa
kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, untuk berinteraksi, kolaborasi atau
perhatian dan minat dalam mempelajari bekerjasama dengan teman sekelasnya.
maatematika serta sikap ulet dan percaya Hal ini terlihat pada saat diskusi, siswa tidak
diri dalam pemecahan masalah. mampu berdiskusi atau bertukar pendapat
Kenyataan dilapangan membuktikan dengan teman-temannya karena guru
bahwa dibeberapa sekolah masih kurang melibatkan siswa dalam berdiskusi
menerapkan model pembelajaran teacher kelompok.
center (pembelajaran berpusat pada guru). Ketiga, dalam pembelajaran guru
Kondisi seperti ini terjadi di SD gugus VIII tidak memulainya dengan memberikan
Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar, yang masalah dan menghadapkan siswa pada
menyebabkan hasil belajar matematika penomena nyata yang berhubungan
siswa menjadi rendah. Guru hanya dengan materi pembelajaran.
menjelaskan materi pelajaran seorang diri Berdasarkan uraian diatas, perlu
tanpa adanya hubungan timbal balik antar ditempuh upaya untuk meningkatkan hasil
guru dan siswa, sehingga siswa tidak belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat
mampu mengembangkan kemampuan dilakukan untuk menanggulangi hal
berpikirnya. Hal ini juga mendorong rasa tersebut adalah dengan menggunakan
kecemasan dan ketakutan dalam diri siswa. model pembelajaran yang lebih inovatif.
Kecemasan merupakan salah satu faktor Salah satu model pembelajaran inovatif
psikologis siswa yang sangat menentukan tesebut adalah model pembelajaran
keberhasilan siswa dalam melakukan reasoning and problem solving.
proses belajar selain beberapa faktor Model pembelajaran reasoning and
lainnya yaitu intelegensi, bakat, motivasi, problem solving, merupakan salah satu
perasaan, sikap dan minat. Adanya faktor keterampilan utama yang harus dimiliki
siswa ketika mereka meninggalkan kelas kedua siklus berada pada kategori baik.
untuk memasuki dan melakukan aktivitas di Motivasi belajar siswa mengalami
dunia nyata. peningkatan dari skor rata-rata 96,6
Menurut Krulik & Rudnick (dalam kategori sedang pada siklus 1 menjadi rata-
Santyasa, 2007) Model reasoning and rata 113,5 kategori tinggi pada siklus 2.
problem solving memiliki lima langkah Siswa memberikan tanggapan positif
pembelajaran sebagai berikut (1) Membaca terhadap penerapan model reasoning and
dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan problem solving dalam pelajaran IPA
masalah, memvisualisasikan situasi, dikelas IXA SMP Negeri 2 Gerokgak
mendeskripsikan setting pemecahan), (2) semester I tahun ajaran 2010/2011 dengan
Mengeksplorasi dan merencanakan nilai rata-rata sebesar 62,1 dan penelitian
(pengorganisasian informasi, melukiskan yang dilakukan oleh Mariani (2011)
diagram pemecahan, membuat tabel, menunjukkan bahwa penerapan Model
grafik, atau gambar), (3) Menseleksi Reasoning And Problem Solving dengan
strategi (menetapkan pola, menguji pola, bantuan LKS berpendekatan open ended
simulasi atau eksperimen, reduksi atau dengan model Model Reasoning And
ekspansi, deduksi logis, menulis Problem Solving menunjukkan pengaruh
persamaan), (4) Menemukan jawaban yang berbeda dalam kemampuan
(mengestimasi, menggunakan keterampilan pemecahan masalah siswa. Hal ini dapat
komputasi, aljabar, dan geometri), (5) dilihat dari hasil post-test kemampuan
Refleksi dan perluasan (mengoreksi pemecahan masalah siswa. Secara
jawaban, menemukan alternatif pemecahan deskriptif kelompok siswa yang belajar
lain, memperluas konsep dan generalisasi, menggunakan model Reasoning And
mendiskusikan pemecahan, Problem Solving dengan bantuan LKS
memformulasikan masalah-masalah variatif berpendekatan open ended memiliki
yang orisinil). kemampuan kinerja lebih tinggi
Dengan demikian dapat dikatakan dibandingkan dengan siswa yang belajar
bahwa reasoning and problem solving menggunakan model Reasoning And
merupakan suatu model pembelajaran yang Problem Solving.
memberikan peluang pemberdayaan Berdasarkan pemaparan latar
potensi berpikir pebelajar dalam aktivitas- belakang tersebut maka penelitian ini
aktivitas pemecahan masalah dan bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pengambilan keputusan dalam konteks hasil belajar matematika antara siswa yang
kehidupan nyata. belajar dengan menggunakan model
Diyakini bahwa dengan menerapkan pembelajaran Reasoning And Problem
model pembelajaran Reasoning and Solving dan siswa yang belajar dengan
Problem Solving dapat meningkatkan hasil model pembelajaran Direct Instruction pada
belajar matematika. Hal ini telah dibuktikan siswa kelas V SD di gugus VIII Kecamatan
pada penelitian yang pernah dilakukan Ubud Kabupaten Gianyar tahun pelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran 2012/2013.
Reasoning and Problem Solving yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Sutrisna METODE
(2011) menyatakan hasil penelitian dengan Penelitian yang dilakukan ini
menerapkan model reasoning and problem merupakan penelitian eksperimen semu
solving menunjukkan keberhasilan dengan (quasi exsperiment) sebab tidak semua
adanya peningkatan kemampuan variabel dan kondisi eksperimen dapat
pemecahan masalah dan motivasi belajar diatur dan dikontrol secara ketat (full
siswa. Nilai kemampuan pemecahan randomize). Hal ini karena sampel
masalah siswa mengalami peningkatan dari penelitian terdistribusi dalam kelas-kelas
skor rata-rata sebesar 74 dan ketuntasan yang utuh, sehingga peneliti tidak
klasikal sebesar 94,4% pada siklus 1 menentukan sampel penelitian secara
menjadi rata-rata 80 dan ketuntasan perseorangan melainkan mendominasi
klasikal sebesar 100% pada siklus 2. Rata- dilakukan pada kelompok.
rata skor kemampuan pemecahan masalah
Populasi merupakan sekumpulan peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan
objek atau subjek yang jelas pada suatu hasil belajar matematika antara kelompok
wilayah yang memenuhi syarat-syarat eksperimen dan kontrol, bukan untuk
tertentu dan berkaitan dengan masalah mengetahui peningkatan hasil belajar
penelitian. Populasi dalam penelitian ini matematika antara kedua kelompok
adalah seluruh siswa kelas V semester sehingga dalam penelitian ini tidak
genap yang terdapat di Desa Kedewatan mempergunakan skor pretest. Selain itu
Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari juga tidak memungkinkan mengubah kelas
kelas V SD Negeri 1 Kedewatan, V SD yang ada. Desain penelitian dapat dilihat
Negeri 2 Kedewatan, V SD Negeri 3 pada Gambar 1.
Kedewatan, V SD Negeri 4 Kedewatan, dan
V SD Negeri 5 Kedewatan. Eksperimen X1 O1
Sampel dalam penelitian ini dipilih
dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen dan Kontrol X2 O2
satu kelas kontrol. Pemilihan sampel
dilakukan dengan teknik simple group Gambar 1. Desain posttest only non-
random sampling, di mana kelas yang equivalent control group design
muncul dalam undian langsung dijadikan (Diadaptasi dari Arikunto, 2005)
kelas sampel. Teknik simple group random
sampling digunakan untuk menghindari Keterangan:
kesalahan dalam memilih sampel penelitian O1: Pengamatan hasil belajar Matematika
karena individu-individu pada populasi telah kelompok eksperimen
terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga O2: Pengamatan hasil belajar Matematika
tidak mungkin untuk melakukan kelompok kontrol
pengacakan individu dalam populasi. X1: Perlakuan 1, model Reasoning And
Seluruh kelas yang ada akan dirandom Problem Solving yang diberikan pada
untuk menentukan dua kelas sebagai kelompok eksperimen
sampel penelitian. Kemudian dari dua kelas X2: Perlakuan 2, model Direct Instruction
tersebut, dirandom lagi untuk menentukan yang diberikan pada kelompok kontrol
kelas yang mendapat perlakuan model
Reasoning And Problem Solving dan kelas Variabel penelitian adalah segala
yang mendapat perlakuan Direct sesuatu yang berbentuk apa saja yang
Instruction. Untuk mengetahui sampel ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
benar-benar setara, dilakukan uji-t sehingga diperoleh informasi tentang hal
kesetaraan yaitu rumus separated varians. tersebut dan kemudian ditarik kesimpulan
Berdasarkan uji kesetaraan yang (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menyelidiki
telah dilakukan maka, dari 10 uji-t yang pengaruh variabel bebas (independent)
dilakukan hanya 4 sekolah yang dinyatakan terhadap variabel terikat (dependent).
setara pada siswa kelas V SD Gugus VIII Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. model pembelajaran yang terdiri dari model
Pemilihan kelas eksperimen dan kelas pembelajaran Reasoning And Problem
kontrol dilakukan dengan sistem random Solving pada kelas eksperimen dan model
atau undian. Berdasarkan sistem random, pembelajaran Direct Instruction pada kelas
kelas yang mendapat perlakuan model kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini
Reasoning And Problem Solving adalah adalah hasil belajar matematika.
kelas V SD Negeri 1 Kedewatan berjumlah Data yang dikumpulkan dalam
29 siswa dan yang mendapat perlakuan penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
Direct Instruction adalah kelas V SD Negeri Metode yang digunakan berupa metode
2 Kedewatan berjumlah 39 siswa. Jumlah tes. Instrumen penelitian merupakan alat
keseluruhan sampel yang digunakan bantu peneliti dalam mengumpulkan data
adalah 68 siswa. (Arikunto, 2005). Instrumen penelitiannya
Desain penelitian yang digunakan menggunakan tes hasil belajar Matematika
adalah posttest only non-equivalent control yang disusun dalam bentuk tes uraian
group design. Pemilihan desain ini karena (essay). Melalui tes hasil belajar diharapkan
dapat mengungkapkan hasil belajar siswa daya kreativitas yang tinggi. Kriteria
terhadap materi pembelajaran untuk ranah penilaian te essay didasarkan pada rubrik
kognitif. penilaian yang dirancang oleh peneliti.
Sukardi (2010) menyatakan secara Pengembangan rubrik penilaian didasarkan
ontologi tes esay adalah “salah satu bentuk pada tuntutan jawaban yang mencerminkan
tes tertulis, yang susunannya terdiri atas pemikiran secara tertulis atau verbal yang
item-item pertanyaan yang masing-masing menginterpretasikan ide-ide yang logis.
mengandung permasalahan dan menuntut Setiap skor memiliki katagori penilaian yang
jawaban siswa melalui uraian-uraian kata berbeda-beda. Instrumen penelitian yang
yang merefleksi kemampuan berpikir diuji cobakan berupa kisi-kisi tes hasil
siswa”. Soal-soal uraian (essay) ini belajar matematika, tes hasil belajar
menuntut siswa untuk mengorganisasi, matematika, dan kunci jawaban tes hasil
menginterpretasi, dan menghubungkan belajar matematika.
pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Tes hasil belajar matematika siswa
Dapat dikatakan bahwa tes uraian (essay) mengacu pada rubrik penilaian seperti
menuntut siswa untuk mengingat-ingat dan Tabel 1.
mengenal kembali, serta harus mempunyai
Skor Kriteria
(1) (2)
5 Memberikan suatu penyelesaian yang lengkap dan benar
4 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, sedikit salah tetapi
memuaskan
3 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, banyak salah tetapi
memuaskan
2 Memberikan suatu penyelesaian yang ada unsur benarnya tetapi tidak
memadai
1 Mencoba memberikan suatu penyelesaian tetapi salah total
0 Tidak mencoba memberikan suatu penyelesaian sama sekali
Sebelum tes digunakan maka hasil belajar disajikan kedalam kurva, baik
terlebih dahulu tes diuji cobakan kurva juling positif dan kurva juling negatif.
selanjutnya dilakukan uji coba instrumen Tujuan penyajian data ini adalah untuk
yang meliputi uji validitas tes menggunakan menafsirkan sebaran data hasil belajar
rumus product moment karena soal bersifat matematika pada kelompok eksperimen
politomi, uji reliabilitas tes menggunakan dan kontrol, apakah skor cenderung tinggi
rumus Alpha-Cronbach, uji daya beda tes ataupun rendah.
dan uji taraf kesukaran. Berdasarkan hasil Setelah melakukan uji analisis
pengujian instrumen maka diperoleh 5 soal deskriptif, selanjutnya dilakukan uji
essay yang dipergunakan untuk tes akhir prasyarat, yang meliputi uji normalitas
(post test). menggunakan rumus Chi-square dan uji
Metode analisis data dalam homogenitas menggunakan rumus uji
penelitian menggunakan metode analisis Fisher (uji F). Jika dari hasil uji normalitas
statistik deskriptif dan statistik inferensial. dan uji homogenitas varians, diketahui
Analisis deskriptif digunakan untuk bahwa sampel berdistribusi normal dan
mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari variannya homogen maka dilanjutkan
dua variabel yaitu model pembelajaran dan dengan uji hipotesis menggunakan uji-t
hasil belajar siswa. Teknik analisis data sampel tidak berkorelasi yaitu rumus polled
yang digunakan dalam penelitian ini adalah varians. Analisis data dibantu dengan
rata-rata (M), median (Md), modus (Mo), Microsoft Office Excel 2007.
dan standar deviasi (SD). Selanjutnya data
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil belajar siswa. Adapun hasil analisis
Hasil deskriptif data hasil belajar kelompok
Analisis deskriptif digunakan untuk eksperimen dan kontrol disajikan dalam
mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari Tabel 2.
dua variabel yaitu model pembelajaran dan
Tabel 2. Deskripsi data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Data hasil belajar matematika bentuk grafik poligon seperti pada Gambar
kelompok eksperimen dapat disajikan ke 3.
dalam bentuk grafik poligon seperti pada 14
Gambar 2.
12
9 10
8
8
Frekuensi
7
6 6
Frekuensi
5
4
4
3 2
2 0
1 7-9 10-12 13-15 16-18 19-21 22-24
0 Interval
9-11 12-14 15-17 18-20 21-23 24-26