PROPOSAL
Nama : Muhammad Marwan
NIM : 20700113107
Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Matematika
Judul : Analisis Miskonsepsi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Pada Pokok Bahasan Aljabar Di Kelas X
SMA Negeri 11 Makassar
juga sebagai era persaingan mutu atau kualitas suatu bangsa. Dimana bangsa yang
memiliki mutu dan kualitas baik akan maju dan mampu eksis di era globalisasi ini.
Oleh sebab itu manusia dituntut untuk mampu menghadapi segala perubaham yang
lingkungan baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang
ada dengan sendirinya dan berlangsung seumur hidup selama ada pengaruh
lingkungan. Pendidikan berlangsung dalam berbagai bentuk, pola, dan lembaga yang
dapat terjadi kapan dan di mana pun dalam hidup dan lebih berorientasi pada siswa.
memperoleh barbagai macam ilmu yang menjadikan kita bisa mengetahui hal-hal
Abdul Kadir, dkk, Dasar-dasar Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012),
1
h. 59.
2
baru yang awalnya sangat awam bagi kita dan sangat mempengaruhi pertumbuhan
perlu adanya sesuatu yang mengatur tentang pendidikan yaitu sistem pendidikan
nasional. Di dalam Undang Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 pasal 1 ayat 1 juga
menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Berdasarkan uraian diatas dapat
yang dimiliki oleh siswa agar dapat menjadi warga negara yang beriman,
bertanggung jawab, dan memiliki kepribadian yang dapat berguna dalam kehidupan
bermasyarakat.
yaitu faktor tujuan, anak didik, pendidik, alat-alat atau fasilitas, dan faktor
2
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang RI Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Jakarta : Departemen Agama, 2015).
3
Wiji Suarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2009), h.17.
3
kesenian, fiqih, aqidah, dan lainnya. Dalam hal ini kita akan membahas lebih dalam
tentang matematika. Fakta yang terjadi matematika mengajarkan banyak hal, tidak
hanya perhitungan semata, tetapi juga bagaimana berpikir logis, kreatif, kritis, teliti,
juga strategi yang baik untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan tahapan-
merupakan suatu proses aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan
di atas saya sangat sependapat sebab dalam peroses belajar matematika kita dituntut
untuk selalu aktif agar kita bisa memahami struktur pembelajaran matematika secara
baik. Dengan mempelajari berbagai macam rumus yang ada pada pembelajaran
matematika kalau kita berada pada kondisi pasif maka akan sulit untuk memahami
yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama
4
Sanuartini, Pengaruh Kreativitas Belajar Matematika Terhadap Prestasi Belajar
Matematika (Skripsi : FMIPA UNM Makassar, 2000), h. 7.
4
ekonomi dan alam.5 Matematika merupakan salah satu ilmu yang penting untuk
bagaimana cara berpikir secara logis, tersusun rapih dengan menggunakan konsep
yang ada. Matematika juga memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan
sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus, teorema, dalil, ketetapan, dan konsep
sebagainya. Maka tidak heran jika peradaban manusia berubah pesat karena ditunjang
Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika itu adalah ilmu
yang sangat berguna dan juga sangat bermanfaat dalam setiap sendi kehidupan yang
mana kesusuksesan berpikir pada aljabar didasarkan oleh 6 jenis berpikir matematik
sisi.8 dengan demikian penting bagi guru agar dapat memiliki pengetahuan tentang
miskonsesi yag dialami oleh siswa pada ateri aljabar agar guru tidak memberikan
abstrak khususnya pada materi aljabar, yang membuat siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal yang didapatkan. Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukkan
oleh TIMSS pada tahun 2011 dimana untuk sekolah menengah pertama, indonesia
menduduki peringkat terakhir pada materi aljabar yang dibawah rata-rata persentasi
internasional yaitu 22% untuk aljabar sedangkan rata-rata internasional untuk aljabar
yaitu 37%.9 Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari beberapa pihak, seperti
guru, lingkungan sekolah, wali siswa, dan lingkungan sekitar karena mata pelajaran
matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh semua
kesulitan belajar siswa. Namun guru tidak dapat mengambil keputusan dalam
membantu siswanya yang mengalami kesulitan belajar jika guru tidak tahu dimana
letak kesulitannya. Oleh karena itu seorang guru perlu mengetahui kesulitan siswa
Terjemahnya :
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.10
menggunakan akal serta usaha yang keras untuk mengatasi kesulitan tersebut.11
Dalam hal ini kita sebagai ciptaan allah tidak boleh cepat berputus asa dalam
menghadapai semua kesulitan yang menimpa kita harus percaya bahwa sesudah
Materi ini memiliki karakteristik yang cukup abstrak, dan di dalamnya berisi cukup
banyak rumus. Oleh karena itu siswa harus menguasai kecakapan berhitung,
penguasaan rumus. Hal ini semua merupakan prasyarat untuk pokok bahasan
Aljabar. Problematika pada materi aljabar yang terjadi di SMA Negeri 11 Makassar
memahaminya sebagai 5xy, Siswa juga terjebak pada makna “pencoretan” (kanselasi)
a 2+a
penyebut dan pembilang yang habis terbagi, seperti a yang bentuk
10
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang : PT. Karya Toha
Putra, 1997), h. 597.
11
Muhammad Abduh, Tafsir Juz’amma (Bandung : Mizan, 1999), h. 236.
7
tidak menggunakan pengetahuannya pada operasi bilangan bulat dan pecahan untuk
Hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematika di SMA Negeri
11 Makassar yaitu Drs. Muliadi mengungkapkan bahwa sebagian siswa belum bisa
anggota dan memahami soal apabila dalam bentuk soal cerita serta kebanyakan siswa
malu untuk mengungkapkan pendapatnya dan siswa susah utuk menjawab soal
apabila sudah dimodifikasi dengan angka yang berbeda.12 Hal tersebut dilihat dari
hasil ulangan harian materi aljabar tahun ajaran 2017/2018 yaitu sekitar 30% siswa
yang mendapat nilai diatas KKM. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal aljabar siswa kelas X SMA
Negeri 11 Makassar masih rendah dan perlu suatu tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
macam pengembangan soal. Mengingat bahwa matematika adalah salah satu mata
12
Muliadi ( 50 Tahun ), Guru Matematika SMAN 11 Makassar, wawancara, makassar 4 juni
2018.
8
pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, kenyataan ini harus diperhatikan oleh
berbagai pihak terkait, dan harus menjadi catatan guru sebagai pendidik.
Makassar”.
Aljabar Di Kelas X SMA Negeri 11 Makassar. Ruang lingkup penelitian ini adalah
C. Pertanyaan Penelitian
penelitian yaitu “Jenis miskonsepsi apa saja yang dialami siswa kelas X SMA Negeri
11 Makassar dalam menyelesaikan soal matematika pada pokok bahasan aljabar ?”.
D. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui jenis Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa kelas X SMA
aljabar.
9
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
matematika.
b. Bagi guru
untuk:
Aljabar.
c. Bagi siswa
F. Tinjauan Teoritis
melibatkan pengetahuan guru tentang pemikiran siswa terkait konsep matematika dan
lengkap, dan kuat dengan menggunakan kegiatan, kebiasaan, dan lingkungan belajar
yang terorganisir.13 dengan kata lain seorang guru harus bisa memahami sejauh mana
pemikiran siswa terkait konsep matematika. agar siswa dapat belajar dengan baik,
Menurut soedjadi konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
istilah atau rangkaian kata.14 Konsep merupakan ide abstrak yaitu gagasan yang tidak
tampak yang sering dinyatakan dengan istilah untuk mengadakan sebuah pemisahan
pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada
13
Materi Aljabar ( semarang : universitas negeri semarang, Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014).
14
Soedjadi, kiat pendidikan matematikia di Indonesia ( Jakarta : ditjen dikti depdiknas, 2000),
h. 14.
11
yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya
dalam memecahkan masalah.15 dengan belajar konsep siswa akan lebih muda
karakteristik yang sama. Selanjutnya More mengatakan bahwa Konsep itu adalah
sesuatu yang tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah idea tau
gagasan. dengan kata lain, konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit
atau abstrak, luas atau sempit, satu kata frase. 16 Konsep merupakan pemikiran atau
situasi, atau ciri khas yang terwakili dalam setiap budaya oleh benda atau simbol.
Rosser menyatakan, konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu kelas
berdasarkan pengalaman.17 Dalam hal ini Konsep bisa berbentuk benda-benda atau
menyimpulkan bahwa konsep adalah suatu ide abstrak untuk menggolongkan istilah
atau rangkaian kata yang didalamnya terkandung berbagai macam hasil pemikiran
15
Dahar, Teori – Teori Belaja (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 38.
16
Sapriya, Pendidikan IPS (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2009), h. 43.
17
Dahar, Teori – Teori Belajar, h. 40.
12
yang meliputi definisi, pengertian, ciri khas, dan hakikat yang merupakan abstraksi
konsep yang berkaitan dengan meteri yang diajarkan. dengan demikian pemahaman
terhadap materi yang akan diterima membuat siswa lebih mampu menyelesaikan
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dan
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi.18 Jadi, dengan pemahaman siswa akan mampu melihat sesuatu dari berbagai segi
tidak hanya berpatokan pada apa yang telah dipelajari dan dapat mengingatnya
dengan baik.
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari
bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang
lain.
18
Anas sudijono, pengantar evaluasi pendidikan (Jakarta : rajawali pers, 2011), h. 50.
13
Dalam hal ini, peserta didik dituntut agar dapat memahami atau mengerti apa
lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu: menerjemahkan
penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntuk untuk memahami atau
mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan
Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan
1. Menerjemahkan (translation)
bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak
mempelajarinya.
19
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2012),
h. 44.
14
2. Menginterpretasi (interpretation)
3. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa
yang sedang dikomunikasikan dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang
siswa dapat dikatakan memahami sesuatu apabila siswa dapat memberikan penjelasan
atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
dengan demikian Agar konsep-konsep dan teorema dapat diaplikasikan dengan baik
maka perlu adanya keterampilan dalam menggunakan konsep dan teorema. Oleh
20
Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), h. 106.
21
Herman hudojo, penegembangan kurikulum dan pembelajaran matematika ( malang : IKIP,
2005), h. 45.
15
konsep.
Suatu konsep yang dikuasai oleh siswa semakin baik apabila disertai dengan
yang abstrak akan dapat ditingkatkan dengan mewujudkan konsep tersebut dalam
amalan pengajaran.22 dengan demikian Siswa dapat dikatan sudah memahami suatu
konsep apabila siswa telah mampu mengaplikasikan sifat yang sama yang merupakan
suatu ciri konsep yang telah dipelajari dan siswa tersebut telah mampu membuat
telah dipahami kedalam kegiatan belajar. Apabila siswa telah memilki kemampuan
pemahaman yang baik maka dengan sendirinya siswa tersebut akan mampu
mengajar.
konsep.
22
Effandi zakaria, dkk., tren pengajaran dan pembelajaran matematik (Kuala lumpur : utusan
publication dan distributors SDN BHD, 2007), h. 86.
16
suatu konsep.
2. Miskonsepsi
rancangan, (cita-cita, dsb.) yang telah ada di pikiran. Konsepsi dapat terbentuk dari
pengalaman untuk menafsirkan peristiwa atau fenomena alam lainnya sehingga setiap
Berg dan Cliff menyebutkan bahwa siswa sudah memiliki konsepsi mengenai
23
Herdian, kemampuan pemahaman metematika (tersedia dalam :
http:/herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/., diakses tanggal 28
april 2018).
24
Badan standar nasional pendidikan (BSNP), model penilaian kelas (Jakarta : depdiknas,
2006), h. 59.
17
tentang suatu konsep. Oleh karena itu, di dalam kelas kita mengenal konsepsi
ilmuwan, konsepsi guru, dan konsepsi siswa, konsepsi penulis buku ajar dan
sebagainya. 25
Konsepsi siswa tentang materi yang pernah diterima dan dipelajari siswa pada
tingkatan sebelumnya, kadang kala akan berbeda dengan konsep ilmiah yang diterima
kemudian. Hal ini bisa terjadi karena pada saat proses pembelajaran di kelas
berlangsung, akan terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Guru menyampaikan
informasi kepada siswa yang berupa transfer konsep, yang biasanya dilakukan
melalui metode ceramah, siswa yang membawa atau memiliki konsep awal yang
kurang lengkap atau tidak sempurna ini dapat mengalami kesalahan konsep atau yang
sering disebut dengan istilah miskonsepsi. Konsepsi awal yang tidak sesuai dengan
konsep ilmiah itu yang disebut dengan istilah miskonsepsi atau kesalahan konsep.26
dikembangkan oleh para ahli, sehingga dapat dikatakan siswa mengalami salah
paham (miskonsepsi). Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa, guru, buku teks,
menganggap matematika sulit, tidak prospektif, dan membutuhkan waktu lama untuk
terlalu lama yang akan mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi kurang baik.27
yang salah dalam pengetahuan siswa yang terjadi secara berulang dan eksplisit.
menyatakan bahwa kesalahan adalah jawaban yang salah karena perencanaan yang
tidak tepat dan tidak sistematis yang diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan
baru dan akan menyebabkan siswa terus membuat kesalahan selama belajar materi
aljabar dan materi terkait lainnya.28 Dalam hal ini Miskonsepsi bisa juga dikatakan
menghambat proses belajar siswa sehingga tidak dapat membuat konsep yang benar.
Matematika Berstandar Pisa Dengan Menggunakan Certainty Of Response Index (Cri) ( Jember :
Pendidikan Matematika, FKIP, Kadikma, Vol. 8, No. 1, h. 146. April 2017).
28
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada
Materi Aljabar ( semarang : universitas negeri semarang, Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pengajaran, Vol. 1 No. 2, Juli 2014).
19
seseorang meyakini sebuah konsep yang secara obyektif salah. Sehubungan dengan
sifat subyektifitas yang dimiliki manusia, dapat diasumsikan bahwa setiap orang
selalu memiliki sebuah miskonsepsi. Jika sebuah konsep tidak bisa dibuktikan benar
atau salahnya, tidak bisa dikatakan bahwa orang yang tidak percaya (disbeliever)
mempunyai sebuah miskonsepsi tentang konsep tersebut. Hal itu tidak bisa dilakukan
oleh orang yang percaya (believers) seberapapun orang yang percaya tersebut
miskonsepsi setiap manusia itu berbeda beda tergantung dari sudut pandang mana ia
prakonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki seseorang tentang sesuatu obyek.
Konsep awal ini diperoleh seseorang dari pendidikan jenjang formal tertentu. Konsep
awal tentang suatu obyek yang dimiliki oleh seorang anak bisa saja berbeda dengan
konsep yang diajarkan di sekolah dalam obyek yang sama. Bukanlah hal yang
mustahil jika konsep yang diterima seorang anak tidak sama dengan konsep yang
diterima oleh anak lainnya.30 Jadi, sebelum adanya miskonsepsi biasanya selalu ada
konsep awal yang kita miliki terhadap suatu objek dimana konsep ini bisa diperoleh
dari sekolah, namun tidak semua konsep yang diterima setiap anak itu sama
29
Muzangwa, J. and Chifamba, International Journal Analysis of Errors and Misconceptions
in The Learning of Calculus by Undergraduate Students (Zimbabwe : Department of Curriculum
Studies, Faculty of Education, Great Zimbabwe University, Vol. 5, Number 2, 2012).
30
Soedjadi, kiat pendidikan matematikia di Indonesia, h. 157.
20
siswa mengalami salah satu dari tiga hal yaitu pemberian interpretasi yang salah,
pemberian atribut yang salah dan perhatian yang salah.31 Maksudnya miskonsepsi
bisa saja terjadi karena siswa mengalami perhatian yang salah atau juga karena
pemberian atribut yang salah atau juga interpretasi yang salah. Interpretasi merupakan
proses komuikasi melalui lisan atau gerakan yang terjadi antara dua orang atau lebih
siswa untuk memahami suatu konsep. Hal ini menyebabkan pentingnya mengetahui
miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa. Ada banyak metode yang dapat digunakan
untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi. Menurut Köse ada beberapa
metode yang biasa digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi
siswa, yaitu berupa pertanyaan terbuka, two-tier diagnostik test, peta konsep,
untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami sebuah konsep bisa dilakukan
kejadian.
31
Marinova-Todd S.H, Marshall D.B, Snow C.E., Three Misconceptions about Age and L2
Learning (United States : Harvard University, Vol. 34, No. 1, 2000).
Devi Ariandini, Sri Anggraeni, dan Any Aryani, Identifikasi Miskonsepsi Siswa SMP pada
32
memberikan penyesatan lebih jauh jika tidak dilakukan pembenahan. 33 dengan kata
lain miskonsepsi dapat menjadikan kita semakin salah jika kita tidak melakukan
dengan konsepsi ilmiah. Oleh karena itu ada yang memberi nama miskonsepsi pada
konsepsi anak ini. Menurut pustaka pendidikan sains, Osborne memberikan beberapa
“alternative conception” atau “children’s idea”. Hal yang menjadi masalah besar
dalam pendidikan sains ialah dalam konstruksi konsepsi ilmiah, miskonsepsi ini
Jadi, konsepsi anak terhadap alam sekitar dapat mempengaruhi pemahaman konsepsi
ilmiah anak sehingga disini guru memiliki peranan penting untuk meluruskan
pernyataan yang tidak dapat diterima. Interpretasi setiap individu terhadap banyak
33
Suyanti, R.D., Strategi Pembelajaran Kimia (Yogyakarta : Graham Ilmu,2010), h. 167.
34
Dahar, Teori – Teori Belajar, h. 42.
35
Berg, V.D., Miskonsepsi Fisika dan Usaha Untuk Menanggulanginya, h. 2.
22
tidak dapat diterima.36 Jadi, Miskonsepsi merupakan konsep yang tidak dapat
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para ilmuan dalam bidang itu,
bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan hubungan yang tidak benar antar
pengertian di atas miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang dimiliki oleh para ilmuwan.
penyajiannya tidak diimbangi dengan cara penyampaian yang baik oleh seorang
pengajar. Maksudnya ketika seorang guru ketika seorang guru menyampaikan konsep
pengertian yang salah mengenai konsep atau penggunaan konsep yang salah.
Miskonsepsi yang dialami siswa perlu dicari jenis dan penyebabnya sehingga
miskonsepsi yang dialami siswa tidak berkepanjangan karena akan merugikan siswa
Mengubah Miskonsepsi Ditinjau Dari Penalaran Formal Siswa (Bali : Ikip Singaraja, 2005), h. 2.
Suparno, P., Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika (Yogyakarta: PT
37
sederhana dapat diselesaikan tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit
dihindari.
5. Guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim atau sudah
biasa terjadi pada peserta didiknya dan tidak menyesuaikan proses dengan
6. Peserta didik yang pandai dan yang lemah dapat terkena miskonsepsi.38
dalam suatu situasi. Hal ini disebabkan karena anak lebih cenderung
38
Berg dalam Das Salirawati, pengembangan instrumen pendeteksi miskonsepsi kimiapada
peserta didik SMA ( Disertasi : PPs UNY, 2011), h. 26.
39
Dahar, Teori Teori Belajar, h. 55.
24
5. Gagasan yang dimiliki anak mempunyai berbagai konotasi; gagasan anak lebih
yang sama.
Asal munculnya miskonsepsi dapat berbeda tergantung dari sifat konsep dan
buku teks, pelatihan guru, pemahaman konsep yang komplikatif dan tergantung pada
1. Miskonsepsi klasifikasional
atas kesalahan klasifikasi fakta fakta kedalam bagan bagan yang terorganisir.
2. Miskonsepsi korelasional
Purtadi, dkk., Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan Kesetimbangan Kimia Pada Siswa
40
SMA (Yogyakarta : Jurnal Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, 2009), h. 3.
25
atas kesalahan mengenai kejadian kejadian khusus yang saling berhubungan atau
observasi observasi yang terdiri atas dugaan dugaan terutama berbentuk formulsi
3. Miskonsepsi teoritikal
kesalahan dalam mempelajari fakta fakta atau kejadian kejadian dalam system yang
terorganisir.41
Definisi 1
|x|= x , jika∧x ≥ 0
{−x , jika∧x <0
Berikut ini kita akan mencoba menggambarkan tabel
x ... -4 -2 -1 0 1 2 4 ...
Contoh :
Buatlah tabel kordinat titik pada grafik f ( x )=| x−2| dengan memanfaatkan
definisi diatas !
Jawab :
nilai x=0 maka nilai y=2. Jadi titik kordinat awal kita adalah (0,2).
27
x ... -4 -2 -1 0 1 2 4 ...
2. Persamaan linear
Definisi 2
Definisi 3
Sifat
b. Perkalian bilangan tidak nol di kedua ruas pada persamaan l , tidak mengubah solus
persamaan tersebut.42
Contoh :
42
Kementrian pendidikan dan kebudayaan, matematika untuk SMA/MA/SMK kelas X.
28
Jawab :
(x , y) (0,- 3) (1,- 11/4) (2,- 10/4) (3,- 9/4) ... ... ...
Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa terdapat tak hingga banyak pasangan
Definisi 4
3. Pertidaksamaan linear
Definisi 5
43
Kementrian pendidikan dan kebudayaan, matematika untuk SMA/MA/SMK kelas X .
29
ax +b ≤ 0 b :konstanta (b ∈ R)
ax +b> 0 x : variabel
ax +b ≥ 0
Definisi 6
ax +by +c <0
Jawab :
Sehingga,
⇔
a. Untuk x <3maka – x +3−2 x +8=5❑−3 x +11=5
⇔
❑−3 x=−6
⇔
❑ x=2
Contoh :
Jawab :
2
Pertidaksamaan diatas dapat diselesaikan dengan memanfaatkan |x|= √ x dan
|x|= x , jika∧x ≥ 0 serta grafik. Perhatikan langkah penyelesaian berikut.
{
−x , jika∧x <0
2
langkah 1 : ingat bahwa |x|= √ x
kelebihan atau kekurangan yang ada sebelumnya. Selain itu kajian terdahulu juga
mempunyai banyak pengaruh salah satunya yaitu untuk memperoleh informasi terkait
31
dengan teori yang berkaitan dengan judul yang dapat digunakan sebagai landasan
teori ilmiah.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Luh Mentari, I Nyoman Suardana dan Iwayan
yang dialami siswa kelas XI IA SMA Negeri 1 Sukasada terjadi pada semua
siswa kelas VIII” menyimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami
3. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Endah Savitri, Mardiyana, dan Sri
Subanti dengan judul “Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pecahan Dalam
Bentuk Aljabar Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 2
secara umum bahwa miskonsepsi dapat terjadi pada setiap siswa, baik siswa
44
Luh Mentari, dkk., Analisis miskonsepsi siswa SMA pada pembelajaran kimia untuk materi
larutan penyangga.
45
Rezky Agung Herutomo, dkk., Analisis Miskonsepsi dan Kemampuan Aljabar siswa kelas
VIII.
32
yang memiliki gaya kognitif fiel dependence (FD) yang memiliki cara berpikir
dengan gaya kognitif fiel independence (FI) yang memiliki cara berpikir tinggi
miskonsepsi pada materi pecahan dalam bentuk aljabar. Kebanyakan para siswa
menyebabkan miskonsepsi.46
4. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Jayanti, Iis Intan W, dan Abdul Majid
Pembelajaran Inkuiri Pada Pokok Bahasan Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan
pada post test pertemuan pertama cukup rendah, miskonsepsi siswa pada post
test pertemuan kedua cukup tinggi, dan pada post test pertemuan ketiga tidak
ada siswa yang mengalai misknsepsi serta tingkat miskonsepsi siswa pada
5. Penelitian yang dilakukan oleh Nainul Asrof dan Uciek Nurul Mufida dengan
operasi jika bertemu dengan tanda bilangan, salah mengubah soal cerita dalam
46
Maria Endah Savitri, dkk., Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pecahan Dalam Bentuk
Aljabar Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten
Kebumen Tahun Ajaran 2013/2014.
47
Eko Jayanti, Iis Intan W, dan Abdul Majid., Analisis Miskonsepsi Siswa Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Pokok Bahasan Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan
Kelas XI Ipa SMA Negeri 5 Samarinda.
33
kalimat matematika, salah tansa positef atau negatif bilangan pada hasil akhir
operasi hitung yang dilakukan faktor faktor penyebab miskonsepsi adalah siswa
bulat, langkah langkah menyeesaikan soal cerita, dan siswa malu bertanya
kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam mempelajari materi pada saat
perbedaan dan persamaan terkait dengan variable yang akan diteliti. Atas dasar itu
peneliti melakukan penelitian hanya difokuskan pada jenis miskonsepsi yang dialami
oleh siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada materi persamaan dan
pada suatu mata pelajaran. Sedangkan perbedaannya penelitian ini hanya akan
difokuskan pada jenis miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan
H. Kerangka Konseptual
Matematika adalah suatu pelajaran yang yang terurut, bertingkat, dan berkelanjutan.
48
Nainul Asrof dan Uciek Nurul Mufida., Analisis Miskonsepsi Dalam Menyelesaikan Soal
Pada Sub Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Ditinjau Dari Kemampuan
Pemahaman Konsep
49
gunawardena egodawatte, Secondary School Students’ Misconceptions In Algebra.
34
Jadi, apabila seoarang siswa telah menguasai konsep materi prasyarat maka siswa
akan mudah dalam memahami konsep materi selanjutnya dan apabila siswa tidak
memahami konsep materi prasyarat maka disinilah biasanya terjadi yang namanya
miskonsepsi. Hal yang menjadi permasalahan dalam penyampaian konsep baru yang
konsep dasar yang dimilki siswa. Karena konsep dasar siswa adalah suatu penentu
pemahaman konsep siswa tentang materi terdahulu, maka akan semakin memudahkan
dalam pembelajaran materi sebelumnya. Begitu juga sebaliknya, jika siswa kurang
mampu memahami konsep materi terdahulu, maka akan mengalami kesulitan dalam
materi selanjutnya.
pertidaksamaan linear sebagai salah satu meteri yang sulit untuk dikuasai siswa.
Persamaan dan pertidaksamaan linear adalah materi yang sudah dipelajari siswa dari
pembahasan materi yang lebih mendalam atau lanjutan dari apa yang diterima di
SMP/Sederajat.
Permasalahan karakteristik siswa pada kelas yang yang terpilih sebagai calon
subjek pada penelitian ini bisa berbeda, ada siswa yang masih terjadi miskonsepsi
ini maka belum dapat dianalisis mengenai bagaimana siswa dapat menyelesaikan
soal-soal alajabar pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear di kelas X SMA
Negeri 11 Makassar. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian apakah tiga kategori
35
diatas yang telah disebutkan ada pada kelas yang terpilih sebagai calon subjek
tersebut diatas.
soal matematika pada pokok bahasan aljabar tentang persamaan dan pertidaksamaan
Tes Diagnostik
1. pendekatan peneltian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang hasil datanya berupa deskriptif yaitu
37
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 50 Kirk dan
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
2. jenis penelitian
menggambarkan keadaan dari suatu fenomena atau peristiwa secara sistematis sesuai
dengan apa adanya52, jenis penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data langsung
dari sumber data tanpa membuat perbandingan atau hubungan dari suatu variabel
persamaan dan pertidaksamaan linear. Adapun simpulan dari penelitian ini hanya
berlaku bagi peserta didik di kelas yang diteliti dan tidak digeneralisasikan.
J. Lokasi Penelitian
9001-2008. Jalan Letjen Pol Mappa Oudang No. 66 Makassar, Kelurahan Jongaya,
50
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana, 2007), h. 49.
51
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006),
h. 4.
52
Nyoman Dantes, Metode Penelitian (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2014), h. 51.
38
K. Subjek Penelitian
Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat
diperoleh.53 Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 11 Makassar kelas
X yang berjumlah 354 orang yang kemudian diberi tes diagnostik berupa soal
matematika pada pokok bahasan Aljabar khususnya pada materi persamaan dan
pertidaksamaan linear.
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
wawancara.
1. Observasi
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI
( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), h.129.
54
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 62.
39
gejala, fenomena atau obyek yang akan diteliti. 55 Dalam hal ini yang menjadi objek
2. Tes diagnostik
Riyanto menyatakan bahwa tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.56 . Tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-atauran yang sudah ditentukan.57 Tes yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu tes diagnostik. Hasil tes diagnostik digunakan sebagai dasar penyelenggaraan
kesulitan-kesulitan belajarnya. Tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa,
namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.58 Dalam penelitian ini, kelemahan
yang dihadapi siswa adalah berupa miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal-soal
Ajabar.
Adapun fungsi dari tes diagnostik yaitu menentukan apakah bahan prasyarat
telah dikuasai atau belum, tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan yang
55
Rosady Ruslan, MetodePenelitian Public Relations dankomunikasi, Ed. 1 (Cet. IV; Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 31.
56
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, h. 65.
57
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 52.
58
Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, h. 129.
40
yang dialami untuk menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan
bimbingan.
cara menggali data langsung dari sumbernya, wawancara (interview) merupakan cara
untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung antara
orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data
atau obyek penelitian.59 Wawancara adalah percakapan, biasanya antara dua orang.
Tapi percakapan dimana satu orang pewawancara mencari tanggapan untuk tujuan
tertentu dari orang lain yaitu orang yang diwawancarai.60 dengan adanya wawancara
memudahkan peneliti untuk mendapat informasi yang lebih mendalam lagi tentang
sesuatu hal.
proses wawancara nanti tidak menyimpang dari apa yang akan diteliti. Wawancara
yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur dimana
penelitian ini tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap, akan tetapi wawancara dilakukan tergantung tindakan dan
hasil pekerjaan siswa saat menyelesaikan tes diagnostik. Wawancara tak terstruktur
artinya pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan respon subjek. Jika respon
subjek terhadap pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan indikator penelitian,
maka diajukan pertanyaan dengan kalimat yang berbeda namun tetap inti
permasalahan.
59
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, h. 63.
60
Bill Gillham, The Research Interview, (New York: Continuum, 2000), h. 1.
41
M. Instrumen Penelitian
penelitian, baik data yang kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif dapat berupa
gambar, kata, dan atau benda lainnya yang non angka.61 Karena penelitian ini adalan
penelitian kualitatif sehingga instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri. Dalam hal ini peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpul data,
penganalisis, penafsiran data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. dengan
menggukan alat bantu dalam menghimpun data yaitu menggunakan tes diagnostik
1. Tes Diagnostik
Tes terdiri dari 5 soal persamaan dan pertidaksamaan linear yang disusun
linear, persamaan linear yang melibatkan nilai mutlak, dan pertidaksamaan linear
yang melibatkan nilai mutlak. Untuk memperoleh data Jenis miskonsepsi siswa dalam
menyelesaikan soal diperoleh melalui jawaban tes diagnostik sesuai dengan rubrik
2. Pedoman Wawancara
yang berbeda beda. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif
61
Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Gowa : Alauddin University
Press, 2013), h. 120.
42
linear.
N. Keabsahan Data
artikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
dokumentasi atau koesioner. Apabila terdapat perbedaan maka dari itu peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan yang mana dianggap benar atau
mungkin semuanya benar karena sudut pandang yang berbeda.64 Jadi setelah penulis
kemudian data hasil dari penelitian itu di gabungkan sehingga saling melengkapi.
Nusa Putra dan Ninin Dwilestari, “Penelitian Kualitatif ; Pendidikan Anak Usia Dini”
62
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang
diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh
tentang keadaan sebenarnya. Hasil data yang diperoleh dari tes dan wawancara
merupakan hasil yang tidak berbentuk skor sehingga teknik analisis data yang
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara rinci dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
Dalam penelitian ini, reduksi data yang dilakukan peneliti adalah sebagai
berikut:
kemudian diperiksa untuk menentukan peserta didik yang akan dijadikan sebagai
65
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
338-345.
44
b. Hasil pekerjaan siswa yang menjadi subjek penelitian merupakan bahan untuk
wawancara.
c. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan rapi,
Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun pada pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
bentuk tes yang bersifat naratif. Dalam penyajian data yang berupa hasil pekerjaan
siswa disusun menurut urusan objek penelitian. Kegiatan ini memunculkan dan
menunjukkan kumpulan data atau informasi yang terorganisasi dan terkategori yang
Dari hasil penyajian data (pekerjaan peserta didik dan hasil wawancara)
3. Conclusion Drawing/verification
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan yakni membuat penarikan simpulan
dari data tes diagnostik dan wawancara yang sudah disajikan agar mendapatkan
45
simpulan mengenai jenis miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal aljabar pada
kepada subjek yang sama dengan teknik berbeda yakni tes diagnostik dan
dikumpulakan. Dalam penarikan kesimpulan Pada penelitian ini, data yang diperoleh
berupa :
Data hasil pekerjaan siswa tersebut dianalisis dengan cara memeriksa hasil
pekerjaan siswa yang dituliskan oleh siswa pada lembar jawaban. Melalui lembar
Data hasil transkip wawancara tersebut direduksi dengan memilah-milah data sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
66
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan : pendekatan kuantitatif,kualitatif dan R&D, h.
336.
46
Ariandini, Devi., Sri Anggraeni, dan Any Aryani. Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Badan standar nasional pendidikan (BSNP). 2006. model penilaian kelas. Jakarta :
depdiknas.
Bunga Ayu Desy Permatasari, dkk., Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Materi Aljabar Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Bangil. Jember :
2015.
Agama.
47
Effandi zakaria, dkk. 2007. tren pengajaran dan pembelajaran matematik. Kuala
Malang : IKIP.
dalam : http:/herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman
matematis/.
kebudayaan.
lew, Hee chan. 2004. developping algebraic thinking in early grades : case study of
No.1.
Maria Endah Savitri, dkk., Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pecahan Dalam
Bentuk Aljabar Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri
Morgan, Michael Hamilton. 2008. lost history the enduring legacy of muslim
Marinova-Todd S.H, Marshall D.B, Snow C.E. 2000. Three Misconceptions about
Age and L2 Learning. United States : Harvard University, Vol. 34, No. 1.
Mania, Sitti. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Gowa: Alauddin
University Press.
Putra, Nusa dan Ninin Dwilestari. 2012. “Penelitian Kualitatif ; Pendidikan Anak
Purtadi, dkk. 2009. Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan Kesetimbangan Kimia
FMIPA UNY.
49
Rezky A. H. & Tri Edi M. S., Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII
Bandung: JICA.
Ilmu.
Suparno, Paul. 2013. miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika.
Jakarta : Grasindo.
depdiknas.