Anda di halaman 1dari 29

DESKRIPSI KESULITAN SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA MASA


PANDEMI COVID-19

PROPOSAL

RIFQO MAULANA ALFAJRI


NIM. TM. 151273

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting setiap
individu. Pendidikan merupakan salah satu proses mengubah perilaku dan
kemampuan manusia. Pendidikan mampu mengubah pola pikir masyarakat
untuk melakukan pembaharuan ataupun inovasi dalam berpikir yang
selanjutnya menjadikan inovasi dalam bertindak.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 2 dan
3 tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan adalah proses pendewasaan anak agar tercapainya
kemampuan untuk mengembangkan potensi, minat dan bakat dalam diri
anak. Hal terpenting dalam pendidikan adalah sebuah proses, karena dengan
proses kita dapat mengetahui sejauh mana langkah kita dalam mewujudkan
dan mengembangkan potensi dalam diri melalui kreativitas, aktif, dan
mandiri. Salah satunya melalui pembelajaran matematika di sekolah.
Menurut Susanto (2016:185) Matematika adalah salah satu disiplin
ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,
memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam
dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan Kurniasih (2015) mengungkapkan bahwa “matematika memiliki
peran penting dalam membantu anak-anak lebih memahami proses merubah
keadaan nyata ke dalam bahasa matematika” (hal. 38), atau istilah yang
digunakan yaitu mathematizing.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan


penting di sekolah, yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, dan Perguruan Tinggi. Matematika menjadi dasar dari
perhitungan yang melatih siswa untuk terampil dalam berhitung, berpikir
kritis, dan efisien. Oleh karena itu matematika sangat berperan penting
dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika bukan merupakan ilmu yang hanya sekedar menghafal
rumus-rumus, dan menghitung dengan cepat, melainkan dengan rumus-
rumus yang ada kita harus mampu mengembangkan, mengaplikasikan, dan
menggunakan dengan tepat untuk membantu dalam menyelesaikan soal.
Sebab dengan ketepatan dan ketelitian dalam menghitung akan mengurangi
tingkat kesalahan dalam menyelesaikan soal. Kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal belum maksimal dan berakibat pada tingkat kesalahan
masih tinggi.
Penelitian yang dilakukan Evi, Halini, dan Romal (2015) pada saat
guru memberikan penjelasan tentang suatu materi, tidak semua siswa dapat
memahaminya dengan baik. Siswa yang belum memahami materi
cenderung berdiam diri dan sukar untuk bertanya kembali kepada gurunya.
Akibatnya pada saat guru memberikan latihan soal siswa masih banyak
melakukan kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal sangatlah penting bagi seorang guru untuk meneliti dan
mengidentifikasi apa saja jenis-jenis kesalahan siswa serta apa saja faktor
yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan tersebut. Dengan demikian,
informasi tentang kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar
mengajar dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa.
Adapun penelitian lainnya yaitu Futri Maya (2018) berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukannya dengan salah satu guru yang mengajar
matematika di kelas VIII A SMP Negeri 17 Kota Jambi diperoleh bahwa
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal matematika. Menurut guru tersebut kesulitan siswa dalam mempelajari
matematika terlihat dari kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan
soal. Namun tidak dipungkiri bahwa banyaknya kesalahan yang dilakukan
oleh siswa dalam menyelesaikan soal matematika akan berdampak pada
rendahnya prestai mateamtika siswa.
Beberapa hasil penelitian TIMSS (Trends International Mathematics
and Science Study) dan PISA (Programme for International Student
Assesment) menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik di Indonesia
terhadap matematika masih pada kategori rendah atau dibawah rata-rata.
Banyak faktor yang menjadikan tingkat kesalahan masih tinggi salah
satunya adalah kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita. Sebelumnya
peneliti melakukan praktek kompetensi mengajar di salah satu sekolah di
Jambi yaitu di MTs Negeri 3 Kota Jambi. Disana peneliti mendapatkan
keterangan bahwa banyak siswa SMP N 1 Muaro Jambiyang mengeluh
dikarenakan seringkali mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal
matematika sehingga siswa seringkali melakukan kesalahan-kesalahan
dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Salah satu kesalahan yang sering
dilakukan oleh siswa SMP N 1 Muaro Jambiyaitu kesalahan penggunaan
materi lain seperti bentuk aljabar pada persamaan linear satu variabel dalam
menyelesaikan masalah luas bangun datar. Sebenarnya hal tersebut dapat
diatasi dengan melihat apakah mereka sebenarnya sudah memahami materi
dasarnya yaitu aljabar. Tetapi kenyataannnya, masih banyak kesalahan
tersebut terjadi. Perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar 1.1 Lembar Kerja Siswa
Gambar 1.1 lembar kerja siswa dalam menyelesaikan soal materi
aljabar yaitu dimana siswa diminta untuk menyederhanakan bentuk aljabar.
Pada gambar diatas soal bagian b siswa sudah mampu menjabarkan aljabar
perkalian dengan konstanta, hanya saja saat penjabaran telah dikerjakan
siswa mendapat kesalahan saat jawaban akhir. Seharusnya jawaban akhir
yang diharapkan adalah 4𝑎2 − 𝑏2 . Tetapi pada gambar diatas siswa malah
menjumlahkan suku aljabar yang sejenis seharusnya suku aljabar yang
sejenis tersebut dikurangkan bukan ditambah. Jadi kesalahan siswa pada
gambar diatas yaitu kesalahan pengoperasian dalam matematika.

Gambar 1.2 Lembar Kerja Siswa


Gambar 1.2 lembar kerja siswa dalam menyelesaikan soal materi
aljabar yaitu dimana siswa diminta untuk menyederhanakan bentuk aljabar.
Pada gambar diatas siswa sudah mampu mengelompokkan suku aljabar
yang sejenis. Tetapi siswa melakukan kesalahan pada jawaban akhir.
Sebenarnya siswa telah mencapai jawaban yang dharapkan, tetapi karena
penilaian jawaban yang benar selalu di akhir sehingga jawaban siswa
tersebut menjadi salah. Seharusnya jawaban yang diharapkan adalah
16𝑦 2 + 5𝑦 + 7𝑥𝑦. Tetapi siswa tersebut malah menjumlahkan suku aljabar
yang tidak sejenis. Jadi kesalahan siswa pada gambar diatas yaitu kesalahan
prinsip dalam matematika.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa masalah
kesalahan belajar dalam matematika akan saling berkaitan antara objek
dasar yang dimiliki matematika dengan langkah-langkah untuk
menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Kesalahan yang dilakukan
siswa dapat berawal dari kelemahan pemahaman pada objek dasar
matematika sehingga menyebabkan timbulnya hambatan pada proses
pemecahannya. Dalam menyelesaikan masalah matematika siswa
melakukan proses berpikir sehingga siswa dapat menemukan jawaban.
Proses berpikir adalah proses yang dimulai dari penerimaan informasi baik
dari dunia luar atau dari dalam diri siswa, pengolahan, penyimpanan, dan
pemanggilan informasi dari dalam ingatan serta pengubahan struktur-
struktur kognitif. Dalam proses berpikir terjadi pengolahan antara informasi
yang masuk dengan skema (struktur kognitif) yang ada di dalam otak
manusia.
Secara alamiah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
berbeda- beda sehingga ada kemungkinan kesalahan yang ditimbulkan juga
berbeda- beda. Selain itu, siswa juga dapat berbeda dalam cara pendekatan
terhadap situasi belajar, dalam cara menerima, mengorganisasi dan
menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka. Siswa memiliki cara-
cara sendiri yang disukai dalam menyusun apa yang dilihat, diingat, dan
dipikirkannya. Perbedaan-perbedaan individual yang menetap dalam cara
menyusun dan mengelola informasi serta pengalaman-pengalaman tersebut
dikenal dengan gaya kognitif.
Menurut Driver (1987) Cognitive style is defined as a habitual pattern
in thinking or information processing. Hal senada juga disampaikan
Messick (1997:444) bahwa gaya kognitif pada dasarnya menunjukkan cara
khas yang dipilih seseorang dalam memahami, mengingat, memikirkan, dan
memecahkan masalah. Adapun menurut Liu, Magjuka, dan Lee (2008:829)
Cognitive style has been regarded as one of the important variabels to
predict individual cognitive functioning. Sedangkan menurut Darmono
(2012) Gaya kognitif adalah cara yang disukai individu yang relatif tetap
kaitannya dengan menerima, memproses informasi serta dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Darmono (2012) mengungkapkan bahwa gaya kognitif terbagi atas
dua bagian, yakni gaya kognitif field independence (FI) dan field
dependence (FD), yangmana jenis gaya kognitif tersebut berdasarkan
psikologi siswa. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya kognitif tipe FD atau FI
dikemukakan Witkin sebagai berikut: (1) Siswa yang memiliki gaya
kognitif tipe FD cenderung mempersepsi suatu pola sebagai keseluruhan.
Sukar baginya untuk memusatkan perhatian pada satu aspek situasi atau
menganalisis suatu pola menjadi bermacam-macam. (2) Siswa yang
memiliki gaya kognitif tipe FI cenderung mempersepsi bagian-bagian yang
terpisah dari suatu pola menurut komponen-komponenya. Oleh karena itu,
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi segiempat akan
timbul beberapa pendapat yang berlainan dari masing-masing siswa yang
menentukan benar atau salahnya jawaban siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai “Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Pada Masa Pandemi.” Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi kajian yang mendalam mengenai kesalahan dan
kekeliruan siswa dalam mengerjakan soal cerita berdasarkan gaya kognitif
agar kesalahan dan kekeliruan siswa dapat diminimalisir atau dicegah.
B. Fokus Permasalahan
Berdasarkan judul penelitian maka batasan penelitian adalah sebagai
berikut
1. Menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika di
SMP N 1 Muaro Jambi khususnya siswa dengan Pada Masa Pandemi
2. Siswa kelas VII SMP N 1 Muaro Jambitahun ajaran 2021/2022 dan
penelitian ini menggunakan soal berbentuk essay pada materi segiempat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk kesalahan yang terjadi dalam menyelesaikan soal essay
pada materi segiempat Pada Masa Pandemi?
2. Apa fakor penyebab kesalahan siswa kelas VII SMP N 1 Muaro Jambiyang
terjadi dalam menyelesaikan soal essay pada materi segiempat Pada Masa
Pandemi ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi dalam
menyelesaikan soal essay pada materi segiempat.
b. Untuk mengetahui faktor penyebab kesalahan siswa kelas VII SMP N 1
Muaro Jambidalam menyelesaikan soal essay pada materi segiempat Pada
Masa Pandemi.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Dapat digunakan sebagai bahan pembanding dan sebagai referensi
penelitian yang berkaitan dengan kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan
soal-soal pada pokok bahasan segiempat.
b. Dapat dijadikan informasi bagi para siswa sebagai subjek penelitian untuk
mengoreksi diri sendiri dan mampu meminimalisir kesalahan yang dibuat
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pokok bahasan segiempat
atau materi lain berdasarkan gaya kognitif yang mereka miliki.
c. Dapat dijadikan informasi bagi para guru atau calon guru tentang kesalahan-
kesalahan dalam pengerjaan soal-soal yang berkaitan dengan pokok
bahasan segiempat berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki siswa, sehingga
bisa mencari solusi untuk meminimalisir kesalahan tersebut agar tidak
terulang kembali.
d. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) pada Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Analisis Kesalahan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1996:44) analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa dan untuk mengetahui keadaaan yang
sebenarnya-benarnya. Sedangkan menurut Satori dan Komariyah
(2014:200) analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau
fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga
susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan
karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih
dimengerti duduk perkaranya. Spradley (Sugiyono,2016:333) juga
menyatakan bahwa analisis dalam penelitian jenis apapun adalah
merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar
bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan.
Wijaya (Rahmania,2016:166) menyatakan kesalahan adalah bentuk
penyimpangan pada sesuatu hal yang telah dianggap benar atau bentuk
penyimpangan terhadap sesuatu yang telah disepakati/ditetapkan
sebelumnya. Sedangkan menurut Dewi dan Kusrini (2014:197) menyatakan
bahwa kesalahan merupakan penyimpangan dari hal yang sudah diketahui
kebenarannya. “Kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan masalah
dapat menjadi salah satu petunjuk untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik menguasai materi” (Widodo, 2015:54).
Jadi analisis kesalahan adalah sebuah upaya penyelidikan terhadap
suatu peristiwa penyimpangan untuk mencari tahu apa yang menyebabkan
suatu peristiwa penyimpangan itu bisa terjadi. Dalam pembelajaran, seorang
guru sebaiknya melakukan analisis terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
siswa. Analisis yang dilakukan berupa mencari tahu jenis dan penyebab
kesalahan siswa.
2. Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Menurut John K.Lannin dkk (Educ Stud Math,2007) kesalahan
siswa adalah gelaja dari penyakit yang mungkin penyakit serius atau lebih
dari satu penyakit. Menurut Karnasih (2015:41) kesalahan membaca
masalah (reading) yaitu tidak mengetahui kata kunci atau simbol, kesalahan
memahami masalah (comprehension) yaitu dapat membaca masalah dengan
baik tetapi tidak dapat memahami arti dari kata-kata, simbol atau
pertanyaan, kesalahan transformasi (transformation) yaitu tidak dapat
mentrasnformasi kalimat kedalam bentuk matematis, kesalahan
keterampilan proses (process skill) yaitu dapat memilih operasi yang sesuai
tetapi tidak dapat menyelesaikan operasi dengan akurat, kesalahan
penulisan jawaban (encoding) yaitu dapat menunjukkan operasi yang benar
tetapi menulis jawaban dengan tidak benar.
Menurut Bunga (2015:13) kesalahan membaca yaitu siswa tidak
dapat memaknai kalimat yang mereka baca secara tepat, kesalahan
memahami soal yaitu siswa tidak menuliskan apa yang diketahui,
menuliskan yang diketahui tidak sesuai dengan permintaan soal,
menuliskan yang ditanyakan tidak sesuai dengan permintaan soal, tidak
menuliskan yang ditanyakan dalam soal, tidak mengetahui maksud
pernyataan., kesalahan menggunakan rumus yaitu siswa tidak mengetahui
metode yang akan digunakan, kesalahan keterampilan proses yaitu siswa
kurang mampu memahami materi operasi pada bentuk aljabar, dan
kesalahan menarik kesimpulan yaitu siswa menuliskan jawaban akhir yang
tidak sesuai dengan konteks soal, dan tidak menuliskan jawaban akhir.
Faktor penyebab siswa mengalami kesalahan meliputi : tidak bisa menyusun
makna kata yang dipikirkan kedalam bentuk kalimat matematika, kurang
teliti, lupa, kurang latihan mengerjakan soal-soal bentuk cerita dengan yang
bervariasi, kurang memahami soal.
Sedangkan menurut Amalia (2017:21) dalam penelitiannya
menyebutkan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika,
yaitu: (a) kesalahan dalam memahami soal, yang terjadi jika siswa dalam
menemukan hal yang diketahui atau ditanyakan tidak dapat menuliskan apa
yang dikehendaki; (b) kesalahan dalam menggunakan rumus, yang terjadi
jika siswa tidak mampu mengidentifikasi rumus atau metode apa yang akan
digunakan atau diperlukan dalam menyelesaikan soal; (c) kesalahan
ketrampilan proses, terjadi jika siswa tidak dapat menyelesaikan
perhitungan dengan baik; dan (d) kesalahan dalam menarik kesimpulan,
terjadi jika siswa tidak memperhatikan kembali apa yang ditanyakan dari
soal dan tidak membuat kesimpulan dari hasil perhitungannya, karena siswa
beranggapan bahwa hasil perhitungannya merupakan penyelesaian dari
permasalahan yang ada atau penyebab lainnya karena siswa tidak
mendapatkan hasilnya sehingga tidak perlu menuliskan kesimpulan atau
tidak terbiasa menuliskan kesimpulan. Faktor penyebab kesalahan terjadi
adalah tidak dapat memahami soal dengan baik, kurangnya penguasaan
materi, masih bingung langkah untuk mengerjakan soal, kehabisan waktu
untuk menyelesaikan soal, kurang teliti dalam mengerjakan soal, terburu-
buru dalam mengerjakan soal, tidak sempat menuliskan kesimpulan, dan
tidak terbiasa menuliskan kesimpulan.
Adapun dalam penelitian Rahmania (2016:167) menjelaskan
kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika meliputi: (1) kesalahan
konsep, yaitu kesalahan yang dibuat siswa dalam menggunakan konsep-
konsep terkait dengan materi, (2) kesalahan prinsip, yaitu kesalahan dalam
menggunakan aturan-aturan atau rumus-rumus matematika atau salah
dalam menggunakan prinsip-prinsip yang terkait dengan materi, dan (3)
kesalahan operasi, yaitu kesalahan karena siswa tidak dapat menggunakan
operasi atau perhitungan dengan benar.
Menurut uraian di atas, maka letak kesalahan pada penelitian ini
dikategorikan sebagai berikut: (a) kesalahan dalam memahami masalah,
siswa dikatakan melakukan kesalahan memahami soal apabila siswa tidak
mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal
atau siswa mampu memahami soal, tetapi belum menangkap informasi yang
terkandung dalam pertanyaan, sehingga siswa tidak dapat mengerjakan soal
dan menemukan penyelesainnya; (b) kesalahan dalam menggunakan
rumus/prinsip, siswa dikatakan melakukan kesalahan dalam menggunakan
rumus apabila siswa telah memahami soal yang diberikan akan tetapi siswa
tidak mampu mengidentifikasi operasi atau metode apa yang akan
digunakan atau diperlukan dalam menyelesaikan soal yang diberikan; (c)
kesalahan keterampilan proses/operasi, siswa dikatakan melakukan
kesalahan keterampilan proses dimana siswa tidak mengetahui prosedur
yang dibutuhkan untuk mengerjakan operasi atau metode secara akurat; dan
(d) kesalahan dalam penarikan kesimpulan, siswa tidak memperhatikan
kembali apa yang ditanyakan dari soal dan tidak membuat kesimpulan dari
hasil perhitungannya, karena siswa beranggapan bahwa hasil
perhitungannya merupakan penyelesaian dari permasalahan yang ada.
3. Segiempat
a. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah suatu segi empat yang keempat sudutnya
berbentuk siku-siku dan sisi-sisi yang saling berhadapan sama panjang.
Sifat-sifat persegi panjang, antara lain:
(1) Panjang sisi-sisi yang berhadapan sama
(2) Keempat sudutnya siku-siku
(3) Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama panjang

Rumus: Keterangan:
𝐿 =𝑝×𝑙 𝐿 = luas
𝐾 = 2(𝑝 + 𝑙) 𝐾 = keliling
𝑝 = panjang
b. Jajargenjang 𝑙 = lebar
Jajargenjang adalah segi empat yang setiap panjang sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar. Sifat-sifat jajargenjang, antara lain:
(1) Sisi-sisi yang berhadapan pada suatu jajargenjang sama panjang dan sejajar
(2) Sudut-sudut berhadapan pada suatu jajargenjang sama besar
(3) Sudut-sudut yang berdekatan pada suatu jajargenjang jumlahnya 180°
(4) Diagonal-diagonal suatu jajargenjang saling membagi dua sama panjang
Rumus: Keterangan:
𝐿 =𝑎×𝑡 𝐿 = luas 𝑡 = tinggi
𝐾 = 2(𝑎1 + 𝑎2 ) 𝐾 = keliling 𝑎 = alas
Dari beberapa penjelasan diatas, peneliti akan melakukan tes berupa
soal berbentuk uraian dengan pokok bahasan segiempat dan didalamnya
akan memuat beberapa komponen aljabar. Misalnya panjang suatu persegi
panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 adalah 2𝑥 + 3 𝑐𝑚 dan seterusnya.
4. Gaya Kognitif
a. Pengertian Gaya Kognitif
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, cara seseorang dalam bertingkah laku,
menilai, berpikir dan membuat kesalahan berbeda pula. Gaya kognitif
berdasarkan kajian psikologis adalah cara setiap individu dalam menerima,
mengorganisasikan, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Woolfolk (1993:128) mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah
bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasikan informasi dari
dunia sekitarnya. Adapun Winkel (1996:147) mengemukakan pengertian
gaya kognitif sebagai cara khas yang digunakan seseorang dalam
mengamati dan beraktivitas mental di bidang kognitif, yang bersifat
individual dan kerapkali tidak disadari dan cenderung bertahan terus, hal ini
menandakan bahwa gaya kognitif tidak dapat dimanipulasi, artinya
seseorang yang memiliki gaya kognitif tertentu sangat sulit untuk diubah
menjadi gaya kognitif yang lain. Gaya kognitif hanya bisa diberdayakan,
artinya memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh seseorang dengan gaya
kognitif tertentu dan meminimalisir kekurangan yang dimilikinya.
Sedangkan menurut Liu, Magjuka, dan Lee (2008:829) Cognitive style has
been regarded as one of the important variabels to predict individual
cognitive functioning.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan gaya kognitif adalah cara seseorang dalam
memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk
menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya.
b. Jenis-jenis Gaya Kognitif
Mengenai jenis-jenis gaya kognitif, Winkel (1996:147) membedakan
dalam beberapa jenis berdasarkan kecenderungan, seperti:
1) Cenderung bergantung pada medan atau pola sebagai keseluruhan (field
dependence) atau cenderung tidak tergantung pada medan (field
independence).
2) Kecenderungan konsisten atau mudah meninggalkan cara yang telah dipilih
dalam mempelajari sesuatu.
3) Kecenderungan luas atau sempit dalam pembentukan konsep.
4) Cenderung sangat atau kurang memperhatikan perbedaan antara objek-
objek yang diamati.
Menurut Olivia (2018:5), gaya kognitif yang paling banyak
dikemukakan oleh para ahli yakni:
a) Field dependence-independence.
b) Reflection-impulsivity.
c) Conceptualization style.
d) Breadth of categorization
e) Metaphoric sensitivity.
Dari beberapa jenis gaya kognitif yang dikemukakan di atas, maka
gaya kognitif field dependence (FD) dan field independence (FI) beserta
implementasinya dalam pembelajaran, akan menjadi fokus dalam penelitian
ini. Alasan pemilihan gaya kognitif ini dikarenakan gaya kognitif FD dan FI
merupakan tipe gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan melihat apa sajakah kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika, sementara penyelesaian tersebut
membutuhkan kemampuan analisis.
Witkin (Desmita,2014:214) mengatakan bahwa orang yang
mempunyai gaya kognitif field independence merespon suatu tugas
cenderung bersandar atau berpatokan pada syarat-syarat dari dalam diri
sendiri, sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif field dependence
melihat syarat lingkungan sebagai petunjuk dalam merespon suatu stimulus.
Witkin, Moore, Goodenough & Cox (1977) mengemukakan bahwa orang
yang memiliki gaya kognitif field independence lebih suka memisahkan
bagian-bagian dari sejumlah pola dan menganalisis pola berdasarkan
komponen-komponennya, sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif
field dependence cenderung memandang suatu pola sebagai keseluruhan,
tidak memisahkan ke dalam bagian-bagiannya. Winkel (1996:147)
mengemukakan bahwa orang yang bergaya kognitif field dependence
cenderung memandang suatu pola sebagai keseluruhan dan kerap lebih
berorientasi pada sesama manusia serta hubungan sosial, sedangkan orang
yang bergaya kognitif field independence cenderung untuk lebih
memperhatikan bagian dan komponen dalam suatu pola dan kerap pula
lebih berorientasi pada penyelesaian penyelesaian tugas daripada hubungan
sosial.
Untuk lebih jelasnya Witkin (Desmita,2014:149) memaparkan
perbedaan karakter pembelajaran siswa dengan gaya kognitif field
dependence (FD) dan field independence (FI) pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Perbedaan Field Dependence dan Field Independence
Field Dependence (FD) Field Independence (FI)
1. Lebih baik pada materi 1. Mungkin perlu bantuan
pembelajaran dengan memfokuskan perhatian
muatan sosial pada materi dengan
muatan sosial

Field Dependence (FD) Field Independence (FI)


2. Memiliki ingatan lebih 2. Mungkin perlu diajarkan
baik untuk informasi bagaimana menggunakan
sosial konteks untuk
memahami informasi
sosial
3. Memiliki struktur, tujuan 3. Cenderung memiliki
dan penguatan yang tujuan diri yang
didefinisikan secara jelas terdefinisikan dan
penguatan
4. Lebih terpengaruh kritik 4. Tidak terpengaruh kritik
5. Memiliki kesulitan besar 5. Dapat mengembangkan
dalam memperlajari strukturnya sendiri pada
materi terstruktur situasi tak terstruktur
6. Mungkin perlu diajarkan 6. Biasanya lebih mampu
bagaimana menggunakan memecahkan masalah
mnemonik tanpa instruksi dan
bimbingan eksplisit
7. Cenderung menerima
organisasi yang diberikan
dan tidak mampu untuk
mengorganisasi kembali
8. Mungkin memerlukan
instruksi lebih jelas
mengenai bagaimana
memecahkan masalah

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui perbedaan ciri-ciri dari masing-


masing individu field dependence (FD) maupun field independence (FI).
Meskipun terdapat dua kelompok gaya belajar yang berbeda tetapi tidak
dapat dikatakan bahwa siswa field dependence (FD) lebih baik dari pada
siswa field independence (FI).
Setiap gaya belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan, menurut
Desmita (2014:148), siswa yang memiliki gaya belajar field dependence
(FD) lebih kuat mengingat informasi-informasi sosial seperti percakapan
atau interaksi antar pribadi. Selain itu, siswa field dependence (FD) akan
merasakan kesulitan untuk melepaskan diri dari keadaan yang
mengacaukannya. Berbeda dengan siswa yang memiliki gaya belajar field
independence (FI), siswa ini lebih mudah mengurai hal-hal kompleks dan
lebih mudah memecahkan masalah dan siswa ini akan merasakan kesulitan
untuk memecahkan masalah sosial yang merupakan objek yang rumit dan
kurang terstruktur. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ada kemungkinan
perbedaan antar siswa bergaya kognitif field dependence (FD) dan field
independence (FI) dalam menyelesaikan soal segiempat.
c. The Group Embedded Figure Test (GEFT)
The Group Embedded Figure Test (GEFT) adalah instrumen yang
sering digunakan untuk mengukur derajat wilayah ketergantungan
seseorang (degree of field-dependency). GEFT merupakan tes perseptual
yang menggunakan gambar. GEFT digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan oleh Witkin (Desmita,2014:220). Seseorang yang menjalani
tes ini dihadapkan pada sekumpulan gambar-gambar rumit dan sederhana.
Pada setiap gambar rumit terdapat salah satu dari gambar-gambar
sederhana. Tugas yang harus dikerjakan adalah mempertebal gambar
sederhana yang termuat dalam gambar rumit dan telah ditetapkan dalam
gambar sederhana. Untuk melihat ilustrasi dari tes GEFT ini dapa melihat
contoh gambar dibawah ini.

Pada Group Embedded Figures Test (GEFT) yang merupakan objek


dari persepsi adalah gambar sederhana. Lingkungan yang mengacau adalah
gambar rumit. Dalam Group Embedded Figures Test (GEFT) terdiri dari
tiga bagian, yaitu bagian pertama mencakup tujuh buah gambar, bagian
kedua dan ketiga masing-masing terdiri dari sembilan gambar. Bagian
pertama untuk latihan, sehingga hasilnya tidak diperhitungkan sebagai gaya
kognitif. Alokasi waktu untuk mengerjakan bagian pertama adalah lima
menit. Bagian kedua dan ketiga merupakan tes gaya kognitif sesungguhnya,
dimana waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan kedua bagian
tersebut masing-masing sepuluh menit. Untuk menentukan kelompok siswa
yang mempunyai gaya kognitif field dependence (FD) dan field
independence (FI), subjek yang nilainya 0-11 dikategorikan sebagai subjek
field dependence (FD) dan subjek yang nilainya 12-18 dikategorikan
sebagai field independence (FI).
B. Studi Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan menggunakan analisis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika Pada Masa Pandemi
siswa telah dibahas oleh kalangan dengan berbagai latar belakang masalah
yang berbeda-beda. Sejauh pengamatan dan penelaah yang penulis lakukan
terdapat skripsi dan jurnal-jurnal yang mempunyai tema relevan,
diantaranya:
1. Hasil penelitian Rahmania tahun 2016 dengan judul : “analisis kesalahan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita persamaan linier satu variabel”.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan jenis kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Subjek dalam penelitian ini
adalah satu siswa kelas VII-A MTs Al-Anwar Paculgowang. Pengumpulan
data penelitian menggunakan metode tes dan wawancara. Peneliti
menggunakan triangulasi waktu untuk menguji keabsahan data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang dilakukan subjek
adalah kesalahan konsep yang meliputi kesalahan dalam memahami konsep
persegipanjang, konsep luas persegipanjang, serta konsep sisi
persegipanjang. Kesalahan prinsip dan operasi tidak dapat diselidiki lebih
lanjut karena subjek melakukan kesalahan dalam menerjemahkan soal ke
dalam model matematika, sehingga subjek tidak dapat melakukan tahap
penyelesaian berikutnya dengan benar.
2. Hasil penelitian Amalia tahun 2017 dengan judul : “analisis kesalahan
berdasarkan prosedur Newman dalam menyelesaikan soal cerita Pada Masa
Pandemi mahasiswa”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kesalahan mahasiswa berdasarkan prosedur Newman
dalam menyelesaikan soal cerita Newman Pada Masa Pandemi mahasiswa
dan mendeskripsikan penyebab kesalahan mahasiswa berdasarkan prosedur
Newman dalam menyelesaikan soal cerita Pada Masa Pandemi. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini
adalah mahasiswa pendidikan matematika semester VI tahun pelajaran
2016/2017. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi,
wawancaara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian,
mahasiswa tipe field independent (FI) melakukan kesalahan memahami
masalah, ketrampilan proses dan penarikan kesimpulan. Sedangkan tipe
field dependent (FD) melakukan kesalahan memahami masalah, kesalahan
transformasi ketrampilan proses, dan pengambilan kesimpulan. Penyebab
kesalahan-kesalahan berdasarkan prosedur Newman Pada Masa Pandemi
adalah tidak dapat memahami soal dengan baik, kurangnya penguasaan
materi, masih bingung langkah untuk mengerjakan soal, kehabisan waktu
untuk menyelesaikan soal, kurang teliti dalam mengerjakan soal, terburu-
buru dalam mengerjakan soal, tidak sempat menuliskan kesimpulan, tidak
terbiasa menuliskan kesimpulan.
3. Hasil penelitian Videlis Fery Hariadi tahun 2018 dengan judul : “ analisis
miskonsepsi siswa dengan gaya kognitif field dependence pada konsep
bilangan pecahan kelas VII. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana miskonsepsi siswa field dependence beserta
penyebabnya. Jenis penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Subjek
penelitian adalah siswa field dependence di kelas VII SMP N 17 Kota
Jambi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive samapling yang bertujuan untuk menemukan siswa yang bergaya
kognitif field dependence dan mengalami miskonsepsi. Instrumen yang
digunakan untuk mengidentifikasi gaya kognitif siswa digunakan Group
Embedded Figure Test (GEFT) dan untuk menemukan siswa yang
mengalami miskonsepsi digunakan tes diagnostik pilihan ganda dilengkapi
dengan CRI. Alat pengumpulan data menggunakan tes urain untuk melihat
miskonsepsi dan wawancara diagnostik untuk menggali miskonsepsi yang
terjadi beserta penyebabnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
field dependence mengalami miskonsepsi pada beberapa konsep pada
materi bilangan pecaha, diantaranya a) miskonsepsi berkaitan dengan
memahami konsep pecahan sebagai bagian dari keseluruhan pada model
pecahan berupa partisi objek, b) miskonsepsi dalam menentukan nilai
pecahan dan letak pecahan pada garis bilangan, c) miskonsepsi berkaitan
dengan mengurutkan bilangan pecahan, d) miskonsepsi dalam
menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan, e)
miskonsepsi dalam menyelesaikan operasi perkalian dan pembagian
pecahan. Terdapat beberapa penyebab miskonsepsi pada siswa field
dependence diantaranya, a) siswa tidak dapat mengkonversikan pecahan
dengan benar dalam mengerjakan operasi pecahan, b) siswa tidak mampu
menafsirkan petunjuk soal yang tersirat pada gambar (tidak tertulis secara
jelas), c) siswa tidak mampu menghubung-kan konsep-konsep yang
berhubung untuk menyelesaikan soal, d) Prakonsepsi/ konsepsi awal siswa
yang keliru.
Dari tiga studi relevan diatas peneliti dapat menyimpulkan
persamaan dan perbedaan dengan judul penelitian yaitu: persamaan
penelitian diatas dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti kesalahan
siswa. Perbedaan penelitian Rahmania dengan penelitian ini adalah pada
materi yang digunanakan, yaitu Rahmania menggunakan materi persamaan
linier satu variabel. Penelitian Amalia menggunakan prosedur Newman
Error, dan penelitian Videlis Fery Hariadi hanya menggunakan gaya
kognitif field dependence.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut
Moleong (2014:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi tindakan, dan lain-lain yang disajikan dalam
bentuk deskripsi kata-kata dengan menggunakan berbagai metode ilmiah.
Menurut Sugiyono (2016:16) penelitian kualitatif lebih bersifat
deskriptif yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar,
sehingga tidak menekankan pada angka.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena ingin
menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal terkait materi
segiempat.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah studi kasus.
Menurut Creswell (Sugiyono,2016:15) case studies are qualitative strategy
in which the researcher explores in depth a program, event, activity,
process, or one or more individuals. The case (s) are bounded by time and
activity, and researchers collect detailed information using a variety of data
collection procedures over sustained period of time.
Peneliti menggunakan studi kasus dan mengumpulkan data secara
langsung dari orang di sekitar penelitian.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah di Jambi yaitu SMP N
1 Muaro Jambiyang beralamat di Jalan Eka Jaya Kelurahan Talang Bakung
Kecamatan Pal Merah Kota Jambi. Peneliti memilih SMP N 1 Muaro
Jambisebagai tempat penelitian karena disana peneliti sebelumnya telah
melakukan praktek kompetensi mengajar dan juga lebih mudah untuk
meminta izin melakukan penelitian disana. Selain itu, siswa MTs juga lebih
mudah untuk diajak berkomunikasi, sehingga dapat mempermudah peneliti
dalam melakukan wawancara untuk menelusuri lebih dalam mengenai
kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.

Gambar 3.1 Google Map MTs Negeri 3 Kota Jambi


2. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah siswa/i kelas VII di SMP N 1 Muaro
JambiTahun pelajaran 2021/2022. Distribusi siswa berdasarkan kelas dapat
dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Jumlah Siswa Kelas VII Tahun Ajaran 2021/2022
No Kelas Jumlah Siswa
1. VII A 39
2. VII B 40
3. VII C 39
4. VII D 39
5. VII E 37
6. VII F 34
7. VII G 39
Jumlah 267
Sumber: Dokumentasi Data MTsN 3 Kota Jambi
Peneliti memilih siswa kelas VII karena materi tes yang akan
dilakukan merupakan materi dasar tentang bangun datar dan materi tersebut
hanya ada di kelas VII. Pada penelitian ini dalam menentukan subjek
penelitian tidak dipilih secara acak, tetapi pemilihan sampel dengan teknik
snowball sampling. Adapun yang akan menjadi subjek penelitian adalah
dari 267 siswa kelas VII MTs Negeri 3 Kota Jambi, dibagi menjadi dua
kelompok berdasarkan tes GEFT yaitu siswa dengan gaya kognitif field
dependence sebanyak 245 siswa dan siswa dengan gaya kognitif field
independence sebanyak 22 siswa, karena kebanyakan siswa memiliki gaya
kognitif field dependence dibandingkan gaya kognitif field independence
(hasil persentase pada tabel 4.1) sehingga pemilihan subjek berdasarkan
kelompok gaya kognitif di ambil 5 siswa yang terdiri dari 3 siswa dengan
gaya kognitif field dependence dan 2 siswa dengan gaya kognitif field
independence. Kelima siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Faniza Syafitri, nomor urut 91 kelas VII B, subjek dengan gaya kognitif
field independence, memiliki skor GEFT yaitu 16 dan mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 1 (S1).
b. Muallimatul Amna, nomor urut 170 kelas VII B, subjek dengan gaya
kognitif field independence, memiliki skor GEFT yaitu 16 dan mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 2 (S2).
c. Reyfan Faiz D, nomor urut 220 kelas VII G, subjek dengan gaya kognitif
field dependence, memiliki skor GEFT yaitu 11 dan mampu berkomunikasi
dengan baik, selanjutnya disebut subjek 3 (S3).
d. Satrio Herlambang, nomor urut 243 kelas VII G, subjek dengan gaya
kognitif field dependence, memiliki skor GEFT yaitu 11 dan mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 4 (S4).
e. Indra Wisnu S, nomor urut 114 kelas VII G, subjek dengan gaya kognitif
field dependence, memiliki skor GEFT yaitu 11 dan mampu berkomunikasi
dengan baik, selanjutnya disebut subjek 5 (S5).
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. Sumber yang dimaksud dapat berupa
benda-benda atau sumber manusia. Teknik pengumpulan data primer ini
tergantung dari jenis data yang diperlukan tentang manusia, maka peneliti
dapat memperolehnya dengan menyiapkan seperangkat alat instrumen
untuk melakukan observasi langsung terhadap subjek atau setting yang
diteliti.
Oleh karena itu, data primer yang peneliti maksud dalam penelitian
ini adalah data-data yang menyangkut hal-hal tentang:
1) Bagaimana bentuk kesalahan yang terjadi dalam menyelesaikan soal essay
pada materi segiempat Pada Masa Pandemi
2) Apa faktor penyebab kesalahan siswa kelas VII SMP N 1 Muaro Jambiyang
terjadi dalam menyelesaikan soal essay pada materi segiempat Pada Masa
Pandemi
b. Data Sekunder
Menurut Husain (2009:42) data sekunder merupakan data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan dengan baik oleh pihak
pengumpul data primer atau pihak lain dari tangan kedua, ketiga, dan
seterusnya, artinya melewatin satu atau lebih pihak yang bukan penelitian
sendiri. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang terdapat di
SMP N 1 Muaro Jambiadalah historis MTs Negeri 3 Kota Jambi.
2. Sumber Data
Menurut Arikunto (2010:172) sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh, dan dalam penelitian kualitatif
sumber utamanya adalah kata-kata, dokumen dan lain-lain. Sumber data ini
digunakan untuk mempermudah proses penelitian. Adapun yang menjadi
sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII, dan guru yang
mengajar di kelas VII tahun ajaran 2021/2022

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan penelitian, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa observasi, tes, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Menurut Arikunto (2010:272) dalam menggunakan observasi cara
yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko
pengamatan instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dengan
menggunakan metode ini peneliti dapat melihat secara langsung berbagai
aktifitas yang berlangsung atau hal-hal yang berkaitan dengan gambaran
umum seperti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2016:316) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur artinya setiap responden diberi pertanyaan yang
sama dan pengumpul data mencatatnya ataupun merekamnya. Peneliti
melakukan wawancara kepada subjek penelitian yaitu 3 siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependence dan 2 siswa yang memiliki gaya
kognitif field independence.
Selain itu juga diberikan soal tes dalam penelitian ini. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes GEFT dan tes diagnostik. Tes
GEFT dilakukan untuk mengetahui gaya kognitif yang dimiliki siswa kelas
VII. Menurut Oemar Hamalik dalam Endang Poerwanti dkk (2008:316) tes
diagnostik merupakan tes yang diberikan sesudah materi pembelajaran
disajikan, dan tes diagnostik dalam penelitian ini adalah soal tes essay
materi segiempat.

3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:274) dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Sedangkan menurut Sugiyono (2016:326) dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Adapun data-data dokumentasi
yang diteliti adalah historis dan geografis dan kegiatan pembelajaran di
dalam kelas.
4. Triangulasi
Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan. Penelitian ini peneliti menggunakan
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Triangulasi teknik dilakukan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh dengan tes, wawancara serta teori dari sumber data dicek kembali
dengan teknik observasi. Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dengan
cara memberikan tes di waktu yang berbeda ada di pagi hari dan siang hari.
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman
(Sugiyono,2016:334) adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan dengan
observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data hasil
penelitian tersebut direduksi dengan cara memilah hal pokok yang
mendukung penelitian serta data yang kurang sesuai direduksikan. Proses
reduksi ini mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya bila
data masih diperlukan.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah penyajian data.
Penyajian data dilakukan menggambarkan hasil reduksi dalam bentuk teks
yang bersifat naratif atau uraian singkat tentang kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika Pada Masa Pandemi. Menurut Sugiyono
(2016:339) penyajian data ini berfungsi memudahkan peneliti dalam
memahami dan menarik kesimpulan sementara.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya setelah menyajikan data adalah penarikan
kesimpulan (Sugiyono,2016:343). Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
cara membandingkan hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara. Dari
kegiatan ini dapat ditarik kesimpulan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
oleh siswa untuk tiap-tiap jenis gaya kognitif sehingga (persentase)
permasalahan dan tujuan dari penelitian ini dapat dijawab. Kesimpulan
akhir mungkin tidak muncul hingga pengumpulan data berakhir. Penarikan
kesimpulan berkaitan dengan besarnya kumpulan catatan lapangan,
pengkodean, penyimpanan dan kecakapan peneliti. Apabila ada data baru
akan mengubah kesimpulan sementara hingga segera melakukan perbaikan
data yang diperoleh. Hal ini terus dilakukan sampai seluruh data
dikumpulkan.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2016:370-371) triangulasi teknik atau metode
berarti teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, dan
triangulasi waktu merupakan kapan dilaksanakannya trianggulasi atau
metode pengumpulan data.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Kredibilitas
Menurut Sugiyono (2016:365) kredibilitas merupakan validitas
internal dalam penelitian kualitatif. Uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan enam teknik yaitu
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi
dengan teman, analisis kasus negatif, dan member check.
Uji kredibilitas dalam penelitian ini tidak menggunakan semua
teknik, hal ini dengan pertimbangan kehadiran peneliti untuk melakukan
penelitian dapat mengganggu kenyamanan guru. Oleh karena itu, peneliti
hanya menggunakan teknik peningkatan ketekunan, triangulasi, dan
menggunakan bahan referensi yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan dalam penelitian ini dilakukan secara lebih
cermat dan berkesinambungan agar kepastian data dan urutan peristiwa
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu, dengan meningkatkan
ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data telah
ditemukan itu salah atau tidak dan juga peneliti dapat memberikan deskripsi
data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
b. Triangulasi
Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan. Penelitian ini peneliti menggunakan
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Triangulasi teknik dilakukan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh dengan tes, wawancara serta teori dari sumber data dicek kembali
dengan teknik observasi. Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dengan
cara memberikan tes di waktu yang berbeda ada di pagi hari dan siang hari.
c. Menggunakan bahan referensi
Menggunakan bahan referensi dalam penelitian ini adalah sebagai
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Adapun bahan referensi yang dapat digunakan peneliti berupa wawancara,
catatan hasil observasi, kumpulan teori, dan sebagainya.
2. Uji Depenebility
Menurut Sugiyono (2016:374) uji reliabilitas atau depenebility
adalah keabsahan data dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
peneliti oleh auditor independen. Penelitian ini peneliti melakukan uji
reliabilitas dengan audit secara langsung oleh pembimbing mulai dari
masalah atau fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis, melakukan uji keabsahan data sampai membuat
kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai