PROPOSAL
Rumus: Keterangan:
𝐿 =𝑝×𝑙 𝐿 = luas
𝐾 = 2(𝑝 + 𝑙) 𝐾 = keliling
𝑝 = panjang
b. Jajargenjang 𝑙 = lebar
Jajargenjang adalah segi empat yang setiap panjang sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar. Sifat-sifat jajargenjang, antara lain:
(1) Sisi-sisi yang berhadapan pada suatu jajargenjang sama panjang dan sejajar
(2) Sudut-sudut berhadapan pada suatu jajargenjang sama besar
(3) Sudut-sudut yang berdekatan pada suatu jajargenjang jumlahnya 180°
(4) Diagonal-diagonal suatu jajargenjang saling membagi dua sama panjang
Rumus: Keterangan:
𝐿 =𝑎×𝑡 𝐿 = luas 𝑡 = tinggi
𝐾 = 2(𝑎1 + 𝑎2 ) 𝐾 = keliling 𝑎 = alas
Dari beberapa penjelasan diatas, peneliti akan melakukan tes berupa
soal berbentuk uraian dengan pokok bahasan segiempat dan didalamnya
akan memuat beberapa komponen aljabar. Misalnya panjang suatu persegi
panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 adalah 2𝑥 + 3 𝑐𝑚 dan seterusnya.
4. Gaya Kognitif
a. Pengertian Gaya Kognitif
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, cara seseorang dalam bertingkah laku,
menilai, berpikir dan membuat kesalahan berbeda pula. Gaya kognitif
berdasarkan kajian psikologis adalah cara setiap individu dalam menerima,
mengorganisasikan, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Woolfolk (1993:128) mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah
bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasikan informasi dari
dunia sekitarnya. Adapun Winkel (1996:147) mengemukakan pengertian
gaya kognitif sebagai cara khas yang digunakan seseorang dalam
mengamati dan beraktivitas mental di bidang kognitif, yang bersifat
individual dan kerapkali tidak disadari dan cenderung bertahan terus, hal ini
menandakan bahwa gaya kognitif tidak dapat dimanipulasi, artinya
seseorang yang memiliki gaya kognitif tertentu sangat sulit untuk diubah
menjadi gaya kognitif yang lain. Gaya kognitif hanya bisa diberdayakan,
artinya memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh seseorang dengan gaya
kognitif tertentu dan meminimalisir kekurangan yang dimilikinya.
Sedangkan menurut Liu, Magjuka, dan Lee (2008:829) Cognitive style has
been regarded as one of the important variabels to predict individual
cognitive functioning.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan gaya kognitif adalah cara seseorang dalam
memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk
menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya.
b. Jenis-jenis Gaya Kognitif
Mengenai jenis-jenis gaya kognitif, Winkel (1996:147) membedakan
dalam beberapa jenis berdasarkan kecenderungan, seperti:
1) Cenderung bergantung pada medan atau pola sebagai keseluruhan (field
dependence) atau cenderung tidak tergantung pada medan (field
independence).
2) Kecenderungan konsisten atau mudah meninggalkan cara yang telah dipilih
dalam mempelajari sesuatu.
3) Kecenderungan luas atau sempit dalam pembentukan konsep.
4) Cenderung sangat atau kurang memperhatikan perbedaan antara objek-
objek yang diamati.
Menurut Olivia (2018:5), gaya kognitif yang paling banyak
dikemukakan oleh para ahli yakni:
a) Field dependence-independence.
b) Reflection-impulsivity.
c) Conceptualization style.
d) Breadth of categorization
e) Metaphoric sensitivity.
Dari beberapa jenis gaya kognitif yang dikemukakan di atas, maka
gaya kognitif field dependence (FD) dan field independence (FI) beserta
implementasinya dalam pembelajaran, akan menjadi fokus dalam penelitian
ini. Alasan pemilihan gaya kognitif ini dikarenakan gaya kognitif FD dan FI
merupakan tipe gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan melihat apa sajakah kesalahan yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan soal matematika, sementara penyelesaian tersebut
membutuhkan kemampuan analisis.
Witkin (Desmita,2014:214) mengatakan bahwa orang yang
mempunyai gaya kognitif field independence merespon suatu tugas
cenderung bersandar atau berpatokan pada syarat-syarat dari dalam diri
sendiri, sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif field dependence
melihat syarat lingkungan sebagai petunjuk dalam merespon suatu stimulus.
Witkin, Moore, Goodenough & Cox (1977) mengemukakan bahwa orang
yang memiliki gaya kognitif field independence lebih suka memisahkan
bagian-bagian dari sejumlah pola dan menganalisis pola berdasarkan
komponen-komponennya, sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif
field dependence cenderung memandang suatu pola sebagai keseluruhan,
tidak memisahkan ke dalam bagian-bagiannya. Winkel (1996:147)
mengemukakan bahwa orang yang bergaya kognitif field dependence
cenderung memandang suatu pola sebagai keseluruhan dan kerap lebih
berorientasi pada sesama manusia serta hubungan sosial, sedangkan orang
yang bergaya kognitif field independence cenderung untuk lebih
memperhatikan bagian dan komponen dalam suatu pola dan kerap pula
lebih berorientasi pada penyelesaian penyelesaian tugas daripada hubungan
sosial.
Untuk lebih jelasnya Witkin (Desmita,2014:149) memaparkan
perbedaan karakter pembelajaran siswa dengan gaya kognitif field
dependence (FD) dan field independence (FI) pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Perbedaan Field Dependence dan Field Independence
Field Dependence (FD) Field Independence (FI)
1. Lebih baik pada materi 1. Mungkin perlu bantuan
pembelajaran dengan memfokuskan perhatian
muatan sosial pada materi dengan
muatan sosial
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:274) dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Sedangkan menurut Sugiyono (2016:326) dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Adapun data-data dokumentasi
yang diteliti adalah historis dan geografis dan kegiatan pembelajaran di
dalam kelas.
4. Triangulasi
Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan. Penelitian ini peneliti menggunakan
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Triangulasi teknik dilakukan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh dengan tes, wawancara serta teori dari sumber data dicek kembali
dengan teknik observasi. Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dengan
cara memberikan tes di waktu yang berbeda ada di pagi hari dan siang hari.
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data menurut Miles dan Huberman
(Sugiyono,2016:334) adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan dengan
observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data hasil
penelitian tersebut direduksi dengan cara memilah hal pokok yang
mendukung penelitian serta data yang kurang sesuai direduksikan. Proses
reduksi ini mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya bila
data masih diperlukan.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah penyajian data.
Penyajian data dilakukan menggambarkan hasil reduksi dalam bentuk teks
yang bersifat naratif atau uraian singkat tentang kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika Pada Masa Pandemi. Menurut Sugiyono
(2016:339) penyajian data ini berfungsi memudahkan peneliti dalam
memahami dan menarik kesimpulan sementara.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya setelah menyajikan data adalah penarikan
kesimpulan (Sugiyono,2016:343). Penarikan kesimpulan dilakukan dengan
cara membandingkan hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara. Dari
kegiatan ini dapat ditarik kesimpulan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
oleh siswa untuk tiap-tiap jenis gaya kognitif sehingga (persentase)
permasalahan dan tujuan dari penelitian ini dapat dijawab. Kesimpulan
akhir mungkin tidak muncul hingga pengumpulan data berakhir. Penarikan
kesimpulan berkaitan dengan besarnya kumpulan catatan lapangan,
pengkodean, penyimpanan dan kecakapan peneliti. Apabila ada data baru
akan mengubah kesimpulan sementara hingga segera melakukan perbaikan
data yang diperoleh. Hal ini terus dilakukan sampai seluruh data
dikumpulkan.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2016:370-371) triangulasi teknik atau metode
berarti teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, dan
triangulasi waktu merupakan kapan dilaksanakannya trianggulasi atau
metode pengumpulan data.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Kredibilitas
Menurut Sugiyono (2016:365) kredibilitas merupakan validitas
internal dalam penelitian kualitatif. Uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan enam teknik yaitu
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi
dengan teman, analisis kasus negatif, dan member check.
Uji kredibilitas dalam penelitian ini tidak menggunakan semua
teknik, hal ini dengan pertimbangan kehadiran peneliti untuk melakukan
penelitian dapat mengganggu kenyamanan guru. Oleh karena itu, peneliti
hanya menggunakan teknik peningkatan ketekunan, triangulasi, dan
menggunakan bahan referensi yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan dalam penelitian ini dilakukan secara lebih
cermat dan berkesinambungan agar kepastian data dan urutan peristiwa
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu, dengan meningkatkan
ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data telah
ditemukan itu salah atau tidak dan juga peneliti dapat memberikan deskripsi
data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
b. Triangulasi
Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan. Penelitian ini peneliti menggunakan
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Triangulasi teknik dilakukan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh dengan tes, wawancara serta teori dari sumber data dicek kembali
dengan teknik observasi. Sedangkan triangulasi waktu dilakukan dengan
cara memberikan tes di waktu yang berbeda ada di pagi hari dan siang hari.
c. Menggunakan bahan referensi
Menggunakan bahan referensi dalam penelitian ini adalah sebagai
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Adapun bahan referensi yang dapat digunakan peneliti berupa wawancara,
catatan hasil observasi, kumpulan teori, dan sebagainya.
2. Uji Depenebility
Menurut Sugiyono (2016:374) uji reliabilitas atau depenebility
adalah keabsahan data dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
peneliti oleh auditor independen. Penelitian ini peneliti melakukan uji
reliabilitas dengan audit secara langsung oleh pembimbing mulai dari
masalah atau fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis, melakukan uji keabsahan data sampai membuat
kesimpulan.